• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontrol Jarak Jauh Kehadiran Karyawan Menggunakan Teknologi Biometrik dan Memanfaatkan Teknologi Intranet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kontrol Jarak Jauh Kehadiran Karyawan Menggunakan Teknologi Biometrik dan Memanfaatkan Teknologi Intranet"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Kontrol Jarak Jauh Kehadiran Karyawan Menggunakan Teknologi Biometrik dan Memanfaatkan Teknologi Intranet

Dahliah

dahliah_si@yahoo.co.id

ABSTRAKSI

Dalam upaya mencapai effesiensi kerja, faktor kehadiran karyawan merupakan hal yang cukup penting, apalagi berhubungan dengan produksi, penggajian, prestasi kerja, dll. Tujuan Penilitian ini adalah merancang suatu sistem pengontrolan kehadiran karyawan yang dapat menyampaikan informasi kehadiran kepada semua pihak yang berwenang secara akurat dalam waktu yang cepat. Penelitian di mulai dengan mempelajari keadaan sistem kehadiran di PT Panasonic Manufacturing Indonesia, serta isu-isu yang muncul dan terjadi yang di sebabkan oleh kondisi sistem dan prosedur yang sekarang berjalan. Selanjutnya mempelajari sistem kehadiran yang di gunakan oleh perusahaan-perusahaan industri lainnya, juga mempelajari teknologi baru dalam pengontrolan kehadiran dan perangkat lunak yang berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yang sedang populer. Dari hasil analisa dan uji coba terhadap kombinasi 1( kartu karyawan dan mesin barcode), kombinasi 2 (kartu karyawan + biometrik + mesin finger print) dan kombinasi 3 (bimetrik dan mesin finger print), di dapatkan bahwa kombinasi 2 adalah kombinasi yang paling efektif dan akurat, karena metode ini lebih cepat dan karyawan benar-benar melakukan absensi sendiri. Terkait dengan mesin absensi, koneksi dengan komputer untuk mengakuisisi data dari mesin absensi baiknya menggunakan TCP/IP, karena dibanding RS-232 TCP/IP lebih flexible. Perbaikan yang lain adalah dengan menggunakan teknologi internet dan email perusahaan mampu mengontrol kehadiran karyawan dari jarak jauh dan menyampaikan

(2)

informasi kehadiran karyawan 15 menit setelah jam masuk.

Kata Kunci : Finger Print (Sidik jari), Sistem Kehadiran, Kontrol jarak jauh, Web, Email.

1. PENDAHULUAN

Umumnya, perusahaan industri sudah menerapkan pencatatan kehadiran karyawan dengan menggunakan mesin barcode. Sebagai contoh PT Panasonic Manufacturing Indonesia yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri sudah menggunakan mesin absensi barcode untuk mengontrol kehadiran karyawan. Kelemahan sistem absensi ini adalah karyawan dapat dengan mudah melakukan kecurangan, seperti meminta teman yang datang lebih awal untuk melakukan absensi dengan menitipkan kartu absennya, dan kelemahan dari sistem yang sudah berjalan sampai sekarang juga keterlambatan dan keakuratan dalam pengiriman informasi kehadiran kepada pihak manajemen perusahaan. Kondisi sistem kehadiran di PT PMI sekarang adalah membutuhkan waktu ± 3 jam untuk melakukan proses absensi, membutuhkan satu orang di setiap departmen untuk melakukan proses kehadiran dan membuat laporan dengan menggunakan ‘microsoft excel’ dengan format yang berbeda-beda dan masih menggunakan kertas sebagai media untuk memberikan informasi tentang kehadiran karyawan. Berbagai kelemahan sistem konvensional tersebut menjadi pendorong penggunaan sistem biometrik untuk identifikasi. Identifikasi biometrik mempunyai tingkat keamanan yang tinggi karena biometrik didasarkan pada karakteristik fisiologis yang bersifat alami, seperti: DNA, sidik jari, pupil mata, wajah, telapak tangan, dan geometri tangan. Penggunaan sistem identifikasi berbasis biometrik akan jauh lebih aman karena bersifat unik dan mengharuskan orang yang bersangkutan hadir secara langsung pada saat proses identifikasi dilakukan, tidak dapat diwakilkan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang suatu sistem pengontrolan kehadiran karyawan yang dapat menyampaikan informasi kehadiran kepada semua pihak yang berwenang secara akurat dalam waktu yang cepat.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Teknologi Biometrik

(3)

Pada dasarnya pada diri setiap manusia memiliki sesuatu yang unik/khas yang hanya dimiliki oleh dirinya sendiri. Hal ini menimbulkan gagasan untuk menjadikan keunikan manusia itu sebagai identitas diri. Hal ini harus didukung oleh teknologi yang secara otomatis bisa mengidentifikasi/pengenal seseorang dengan memanfaatkan teknologi semikonduktor yang semakin hari ukurannya bisa semakin kecil. Teknologi ini disebut sebagai biometric.

Biometrik (berasal dari bahasa Yunani bios yang artinya hidup dan metron yang artinya mengukur) adalah metode untuk untuk mengidentifikasi atau mengenali seseorang berdasarkan karakteristik fisik atau perilakunya. Bagian-bagian dari tubuh manusia yang bersifat unik/spesifik dan juga akurat adalah:

- Sidik jari - Struktur wajah - Iris dan retina mata

Pada saat ini teknologi yang paling berkembang adalah pengenalan sidik jari. Dengan perkembangannya yang pesat dan jumlah pemakai yang terus meningkat, maka teknologi sidik jari bisa didapatkan dengan harga yang bersaing dengan sistem sebelumnya (mekanik/barcode/magnetic/proximity).

Teknologi identifikasi sidik jari berdasarkan fakta bahwa setiap sidik jari adalah unik. Verifikasi sistem menggunakan kontur dan flat image dari jari dan membandingkannya.

Sensor sidik jari akan menangkap kontur kulit jari. Kontur jari adalah hal yang sangat penting karena bisa menghindari kecurangan pemalsuan dengan menggunakan foto copy sidik jari, dengan karet atau cetakan yang lain. [6]

Biasanya 2/3 dari sidik jari berbentuk Loop, 1/3 berbentuk Whorl, dan 5-10% berbentuk Arches. Bentuk sidik jari dapat di lihat pada gambar 2.1. di bawah ini.

(4)

2.2. Sistem Absensi

Sistem absensi merupakan sebuah sistem yang ada di suatu instansi yang digunakan untuk mencatat daftar kehadiran setiap anggota instansi tersebut. Sistem absensi mencatat identitas anggota instansi dan waktu keluar – masuk anggotanya. Sistem absensi juga mempunyai kemampuan untuk memberikan laporan yang akurat kepada manager. Oleh karena itu, kebanyakan perusahaan memanfaatkan daftar kehadiran pegawai untuk menentukan gaji kepada pegawainya. Selain itu, daftar kehadiran juga dapat memberikan informasi seberapa produktif perusahaan itu dengan pegawai yang dimilikinya. [13]

2.2.1. Absensi Jarak Jauh

Pada umumnya sebuah instansi menempatkan mesin absensi di kantor pusat. Hal ini akan mengharuskan pegawai selalu datang ke kantor pusat untuk absensi. Untuk menghindari antre yang panjang pada instansi besar yang memiliki banyak jumlah karyawan dan gedung yang kompleks, sistem absensi jarak jauh akan sangat membantu. Absensi jarak jauh merupakan proses absensi yang memungkinkan untuk dilakukan di mana saja selama pegawai berada di dalam lingkungan instansi yang bersangkutan. [10]

2.2.2. Sistem Online

Suatu sistem yang berbasis online, dalam pemrosesan datanya harus memenuhi batasan waktu yang telah ditetapkan. Atau dapat dikatakan pengolahan informasi input menjadi output terjadi dalam waktu yang sama. Pengertian online dalam identifikasi personal menggunakan sidik jari terletak pada proses identifikasi yang dilakukan (input) dan informasi yang didapatkan (output) berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Dilihat dari segi aliran data, komunikasi dari client ke server dan sebaliknya dari server ke client juga dapat dikatakan online. [11]

2.2.3. Sistem Absensi Sidik Jari

Sistem absensi sidik jari merupakan sistem pendeteksi absensi yang menggunakan sidik jari. Di era serba teknologi seperti saat ini, banyak perusahaan yag sudah meninggalkan mesin absensi lama sejenis amano dan kemudian beralih ke sistem sidik jari, di samping itu kinerja sensor yang di miliki oleh mesin sangat berpengaruh untuk hasil absensi yang optimal. Sensor merupakan komponen utama dari sistem absensi sidik

(5)

jari. Kualitas sensor sangat menentukan tingkat akurasi dan kepresisian pembacaan. Variabel ini ditentukan oleh satuan yang disebut resolusi.

2.3. World Wide Web

Pada awalnya internet adalah sebuah proyek yang dimaksudkan untuk menghubungkan para ilmuwan dan peneliti di Amerika, namun saat ini telah tumbuh menjadi media komunikasi global yang dipakai semua orang dimuka bumi. Pertumbuhan ini membawa beberapa masalah penting mendasar, di antaranya kenyataan bahwa internet tidak diciptakan pada jaman graphical user interface ( GUI ) seperti saat ini. Internet dimulai pada masa dimana orang masih menggunakan alat-alat akses yang tidak user-friendly yaitu terminal dengan berbasis teks serta perintah-perintah command line yang panjang-panjang serta susah diingat, sangat berbeda dengan apa yang ada pada saat ini yang hanya mengklikkan tombol mouse pada layar grafik berwarna.

Popularitas Internet mulai berkembang pesat setelah standar baru diperkenalkan kepada masyarakat yaitu HTTP ( Hypertext Transfer Protocol ) dan HTML ( Hypertext

Markup Language ) sehingga pengaksesan internet melalui protocol TCP/IP menjadi

lebih mudah dari sebelumnya. Dengan standar baru tesebut maka informasi di internet dapat disajikan secara visual dan lebih menarik. Pemunculan HTTP dan HTML membuat orang mengenal istilah baru dalam dunia internet yang sangat popular yang diidentikkan dengan internet itu sendiri yaitu World Wide Web ( WWW ) atau WEB.

WEB bekerja dengan cara menampilkan file HTML yang berasal dari server web.

Program browser pada client akan mengirimkan permintaan ( request ) kepada server

web kemudian akan dikirim oleh server dalam bentuk HTML. File HTML berisikan instruksi–instruksi yang diperlukan untuk membentuk tampilan. Perintah – perintah HTML ini kemudian oleh browser akan diterjemahkan sehingga informasinya dapat ditampilkan secara visual kepada pemakai / client di layar komputer.

3. METODE PENELITIAN

Metodologi yang akan digunakan dalam melakukan business process improvement adalah dengan menggunakan Metode system planning. Metodologi ini sederhana dan mudah dipahami karena menggunakan cara berfikir dan mengkombinasikan bisnis proses

(6)

yang ada dengan IT dalam pelaksanaanya. Langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Business Process Identification

Pada tahapan ini memiliki tiga langkah yang harus dilakukan yaitu, langkah pertama menentukan business process, kemudian langkah kedua mengidentifikasi work

process, dan yang terakhir berurusan dengan proses pembangunan tabel.

2. Business Process Modelling

Pada Tahap ini akan dilakukan pemodelan proses bisnis kedalam suatu sistem ke dalam komputer untuk mengelola serangkaian tugas yang ditetapkan untuk satu atau lebih prosedur. Untuk memodelkan proses bisnis perusahaan dapat menggunakan process

table. Model yang dibangun merupakan representasi proses bisnis, yang mencerminkan

realitas bisnis dengan menangkap semua informasi yang dibutuhkan di dalam proses tersebut, baik waktu maupun biaya yang diperlukan dalam proses bisnis tersebut.

Pemodelan dilakukan dengan pembangunan dua buah tabel, yaitu activity table dan

property table.

3. Business Process Improvement

Dengan menggunakan tabel hasil dari business process modeling, maka dapat dilakukan analisa dari business process yang lama dari activity table dan property table, dengan melakukan analisia ini maka akan didapatkan perubahan dapat dilakukan, serta solusi untuk mengahadapi masalah yang ada. Proses analisis ini harus dilakukan dengan baik, karena dengan inilah diketahui bagaimana perubahan dapat terjadi, misalnya : memperpendek proses kerja, menjadikan proses yang terjadi menjadi lebih efisien, mengurangi duplikasi proses, menyusun proses agar dapat dijalankan dengan sistem yang lebih baik dari sebelumnya, menghasilkan solusi proses bisnis yang baru dengan waktu

(7)

pelaksanaan yang lebih singkat. Kemudian dilakukan uji coba terhadap proses bisnis yang baru Setelah dilakukan proses simulasi dan hasilnya menunjukkan peningkatan dalam proses bisnis. Maka selanjutnya dikembangkan sebuah object model yang dikembangkan dari informasi yang terdapat pada tabel activity dan property. Dari hasil analisa tabel-tabel tersebut maka dapat dilihat proses-proses yang terkait satu sama lain dan dapat diidentifikasi object classes, subclasses, atribut, dan asosiasinya.

4. Design

Tahap terakhir pada tesis ini adalah desain sistem berupa rancangan sistem informasi yang dibangun dari hasil business process improvement yang telah dilakukan sebelumnya untuk meningkatkan kinerja sistem HRD PT PMI .

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analysis Sistem Kehadiran di PT Panasonic Manufacturing Indonesia

Kartu yang digunakan di PT PMI adalah jenis barcode seperti di tunjukan pada gambar 4.1. Pada sistem ini, karyawan bisa melakukan absensi tanpa harus hadir, karena karyawan bisa menitipkan kartunya kepada rekan kerjanya. Jadi data absensi karyawan bisa jadi diragukan kebenarannya karena sulit diketahui apakah karyawan benar-benar melakukan absensi sendiri atau diabsenkan oleh temannya.

Gambar 4.1. Kartu karyawan

Mesin absensi yang sekarang digunakan adalah mesin barcode TKS2000 dari PT Sarana Sistem Mikro. Mesin ini masih menggunakan RS-232 atau RS-485 untuk komunikasi dengan computer.

(8)

Gambar 4.2. Akuisisi Data Absen

Karena keterbatasan jarak antara setiap bisnis unit/departemen dengan lokasi server, maka setiap mesin barcode terhubung dengan 1 komputer client di setiap departemen seperti di gambarkan di gambar 4.2. Secara keseluruhan, kongifurasi sistem kehadiran yang sedang berjalan adalah seperti di gambarkan pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Kondisi sistem kehadiran yang sekarang berjalan

4.2. Isu yang terjadi pada sistem kehadiran di PT PMI

Dengan kondisi sistem kehadiran di atas ada beberapa isu yang muncul, yaitu:

Barcode Proses Kehadiran 01628516500710 01628518500610 01600021000715 Cardat (sdf) D e p a rt m e n t T IM E Daily Monthly > 8.00 8.10 11.00 14.00 - Attendance - Absenteeism - shift - Overtime Maintain schedule shift periodic -Get Data -Convert -Filter -Generate Non Clocking ID Card Non Clocking Time Clocking Attendance Run Employment Absenteeism book Control of absenteeism -Maintain time out for

employee absenteeism -Maintain time in for employee shift Daily non clocking overtime assignment Employee overtime Server Build report

Attendance Process Maintain Overtime

employee absent information Build report by GA Director meeting Daily report G A

(9)

1. Dengan kartu karyawan yang masih menggunakan sistem barcode, karyawan dapat dengan mudah melakukan kecurangan, seperti meminta teman yang datang lebih awal untuk melakukan absensi dengan menitipkan kartu absennya tersebut.

2. Mesin absensi yang digunakan menggunakan RS-232 atau RS-485 sebagai port komunikasi antara mesin absensi dengan komputer client

3. Membutuhkan satu orang operator di setiap departmen untuk melakukan proses akuisisi data kehadiran dari mesin absen.

4. Membutuhkan satu orang operator, membutuhkan waktu 2 jam dan kertas untuk membuat laporan kehadiran karyawan.

5. Departemen hanya dapat melihat data absent, shift dan lembur secara bulanan dan mempunyai data kehadiran dengan format yang berbeda-beda.

4.3. Target Perusahaan Dalam Mengontrol Kehadiran Karyawan

Zaman semakin maju, perkembangan teknologi pun menjadi lebih luar biasa. Semua pekerjaan menuntut efisiensi baik dalam hal waktu, tenaga hingga tingkat keamanan yang tinggi. Target pihak manajemen PT PMI dalam hal mengontrol kehadiran karyawan adalah memberikan informasi kehadiran karyawan kepada semua pihak yang berwenang dengan data yang benar dan akurat 15 menit setelah jam masuk kerja

4.4. Rancangan Sistem Kehadiran yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Berawal dari analisis kebutuhan PT PMI untuk sistem kehadiran yang bisa memberikan informasi kehadiran yang benar dan akurat dalam waktu yang cepat, maka dirancanglah suatu sistem kehadiran yang memenuhi kebutuhan itu mulai dari kartu karyawan, mesin absensi dan perangkat lunak pendukung.

4.4.1. Kartu Karyawan

Sistem pencatatan kehadiran berbasis biometrik mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut:

a. Sidik jari tidak dapat dipalsukan dan digandakan. Karyawan yang mencatatkan kehadirannya di sistem biometrik ini benar - benar karyawan yang namanya tercantum dalam record komputer di database kepegawaian.

b. Kesalahan pencatatan dan manipulasi data dapat diminimalkan. Data absensi karyawan menjadi sangat akurat, semuanya terautomatisasi dengan sistem kepegawaian sehingga intervensi manual oleh anauthorized user dapat dihindari.

(10)

c. Sangat mudah digunakan. User hanya perlu menekan sensor dengan salah satu jari (misal jempol atau telunjuk) dan proses sisanya ditangani oleh sistem ini. Tampilan di layar monitor menggunakan grafis dan sangat informative. Misalnya photo akan muncul, berikut nomor pegawai dan waktu kehadiran secara singkat dan jelas.

Tabel 4.1. Perbandingan kartu absensi

No. Faktor Kelemahan Magnetic

tape/Barcode reader

Finger print & software absensi 1. Ketidakjujuran karyawan Dapat terjadi

Kartu magnetic/barcode dapat digunakan bersama-sama Tidak mungkin terjadi

Sidik jari tidak dapat digunakan oleh rekan sekerja

2. Manipulasi atau hilangnya kartu absensi

Mungkin terjadi

Dapat dipertukarkan antar rekan sekerja

Tidak mungkin

terjadi karena sidik jari seseorang pasti unik

Dapat mengunakan lebih dari 1 jari sebagai identifikasi 3. Kesalahan/ketidakakuratan

Pencatatan waktu kerja karyawan Akurat Akurat 4. Otomatisasi sistem pelaporan Dapat diintegrasikan dengan sistem terkomputerisasi Selalu dapat dilakukan otomatisasi pelaporan, menggunakan sistem yang terintegrasi

(11)

4.4.2. Mesin absensi Biometrik/Finger Print

Mesin absensi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, karena tidak semua teknologi baru dapat diimplementasikan. Untuk mengganti mesin absensi dari TKS2000 yang masih menggunakan barcode reader dan menggunakan RS232 atau RS485 untuk komunikasi dengan komputer, dibutuhkan sejumlah biaya investasi untuk membeli mesin TKSNet yang menggunakan sidik jari dan TCP IP untuk komunikasi dengan komputer sehingga bisa di akses dan dikontrol dari jarak jauh.

Awalnya setiap karyawan akan didaftarkan sidik jarinya ke dalam database sidik jari biometric, jari yang didaftarkan dapat lebih dari satu jika salah satu jarinya tidak sempurna digunakan sebagai identifikasi. Untuk digunakan sebagai pencatat absensi, karyawan pengguna hanya perlu menempelkan jarinya pada sensor di dekat layar monitor. Selanjutnya sistem biometric akan mendeteksi sendiri siapa karyawan tersebut dan mencatat waktu kedatangan atau kepulangan sesuai dengan waktu di CMOS clock komputer. Informasi ini akan disimpan pada database kepegawaian untuk perhitungan selanjutnya. Jumlah mesin yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jumlah karyawan untuk setiap departemen yaitu :

1. Head office dengan jumlah karyawan membutuhkan 2 mesin absensi 2. Audio dengan jumlah karyawan 545 membutuhkan 2 mesin absensi 3. Televisi dengan jumlah karyawan 184 membutuhkan 1 mesin absensi 4. Fan dengan jumlah karyawan 192 membutuhkan 1 mesin absensi 5. AC dengan jumlah karyawan 193 membutuhkan 1 mesin absensi 6. Laundry dengan jumlah karyawan 89 membutuhkan 1 mesin absensi 7. Lemari es dengan jumlah karyawa 424 membutuhkan 2 mesin absensi 8. Pompa air dengan jumlah karyawan 293 membutuhkan 2 mesin absensi

Maka total mesin absensi yang dibutuhkan adalah 12, sehingga jumlah biaya yang diperlukan adalah 12 x Rp 8.000.000 = Rp 96.000.000.

4.4.3. Rancangan Perangkat lunak pendukung

Perangkat lunak yang diajukan adalah perangkat lunak yang saling terintegrasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan dapat mengurangi waktu pegawai personalia yang terbuang percuma karena perhitungan data kehadiran karyawan, sehingga departemen

(12)

personalia bisa focus ke bisnis inti. Perangkat lunak ini dapat mengakuisisi data absensi dari mesin absensi secara automatis, yang tidak membutuhkan operator dan dapat memberikan laporan/informasi kehadiran kapanpun diperlukan, benar dan akurat dalam waktu yang cepat sehingga perusahaan bisa cepat mengambil keputusan

Penulis mencoba untuk merangcang perbaikan sistem dengan konfigurasi seperti gambar 4.4, langkah-langkah yang dilakukan adalah:

- Migrate database dari Microsoft Access 2000 ke Microsoft SQL 2000. - Database yang digunakan hanya 1, yaitu SQL 2000 di server

- Menghilangkan pekerjaan operator dalam melakukan proses harian.

- Menggunakan email notifikasi ke semua pihak berwenang tentang informasi kehadiran karyawan

- Menggunakan fasilitas intranet dalam memberikan laporan kehadiran karyawan.

Gambar 4.4. Sistem konfigurasi perbaikan sistem kehadiran

4.5. Cara dan Hasil Uji

4.5.1. Pengujian terhadap perangkat lunak pendukung

Pengujian dilakukan dengan cara meng-install aplikasi akuisisi data dan sistem kehadiran automatis di komputer client. Ini dilakukan untuk menguji kecepatan akuisisi data dan proses kehadiran harian dan memperhitungkan waktu proses pengolahan data sampai menghasilkan data kehadiran karyawan, kemudian menentukan waktu untuk melakukan pengiriman email ke user.

D B

Web

(13)

Pengujian ini dilakukan di lima komputer client di lima departemen yaitu departemen Audio, Pompa air, ISC, GA dan lemari es. Kelimanya memiliki jumlah karyawan yang berbeda.

4.5.2. Pengujian terhadap kartu, sidik jari dan fingerprint

Pengujian dilakukan untuk menguji kecepatan proses terhadap metode di dalam tabel 4.2 di bawah ini

Tabel 4.2. Hasil pengujian terhadap kombinasi kartu, sidik jari dan mesin fingerprint Data

No

Kartu Barcode + Mesin Barcode (detik) Kartu barcode + sidik jari + fingerprint (detik) Sidik jari + fingerprint (detik) 1 1 5 2 2 1 5 2 3 1 2 2 4 2 5 8 5 0.5 5 2 6 0.5 5 2 7 1 5 2 8 1 5 2 9 1 5 2 10 0.5 5 3

4.5. Analisis Hasil Uji

4.6.1. Pengujian terhadap Perangkat lunak untuk akuisisi data

Pada pengujian dengan jumlah karyawan yang lebih dari 500 0rang dibutuhkan waktu antara 2 – 3 menit dengan rata-rata 2 Menit. Untuk departemen yang mempunyai jumlah karyawan lebih dari 200 orang dibutuhkan waktu rata-rata 2 menit. Untuk departemen yang mempunyai jumlah karyawan lebih dari 20 orang dibutuhkan waktu rata-rata 1 menit.

(14)

4.6.2. Pengujian terhadap perangkat lunak untuk proses kehadiran harian

Pada pengujian dengan jumlah karyawan yang lebih dari 500 0rang dibutuhkan waktu rata-rata 2 menit. Untuk departemen yang mempunyai jumlah karyawan lebih dari 200 orang dibutuhkan waktu rata-rata 2 menit. Untuk departemen yang mempunyai jumlah karyawan lebih dari 20 orang dibutuhkan waktu antara rata-rata 1 menit.

4.6.3. Pengujian terhadap kartu karyawan, sidik jari dan mesin absensi

Dengan menggunakan kartu karyawan dan mesin barcode dibutuhkan waktu validasi antara 0.5 – 2 detik dengan rata-rata 0.95 detik.

Dengan menggunakan kartu karyawan dan sidik jari dibutuhkan waktu validasi rata-rata 1 detik

Dengan menggunakan sidik jari dibutuhkan waktu validasi antara 3 – 10 detik dengan rata-rata 5.6 detik.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Perbaikan terhadap sistem kehadiran yang ada dapat ditempuh dengan dua langkah, yang pertama dengan mengganti teknologi mesin absensi barcode ke teknologi biometrik. Keuntungannya adalah informasi tentang kehadiran karyawan dapat didapatkan dengan benar dan akurat karena dengan menggunakan sidik jari karyawan benar-benar melakukan absensi sendiri tanpa diabsenkan oleh temannya. Metode yang baik digunakan untuk validasi adalah dengan mencatatkan kartu karyawan kemudian meletakkan sidik jari menutupi area sensor, karena metode ini lebih cepat dibandingkan jika hanya menggunakan sidik jari. Terkait dengan mesin absensi, koneksi dengan komputer untuk menarik data dari mesin absensi baiknya menggunakan TCP/IP, karena dibanding RS-232 TCP/IP lebih flexible.

Perbaikan ke dua adalah melalui perangkat lunak. Konsep yang dipakai adalah bagaimana mengefisienkan pekerjaan, menghilangkan pekerjaan manual dan pekerjaan yang berulang. Keuntungan yang bisa didapatkan dari perbaikan ini adalah tidak memerlukan operator untuk menarik data dari mesin absensi dan membuat laporan

(15)

tentang informasi kehadiran karyawan serta lebih cepatnya informasi kehadiran karyawan disampaikan ke pihak yang berwenang.

5.2. Saran

Dalam perbaikan sistem kehadiran, penulis menemukan beberapa hal yang dapat digunakan untuk pengembangan lebih lanjut. Hal-hal tersebut antara lain:

1. Sistem absensi biometrik akan menyelesaikan masalah klasik pencatatan absensi, yaitu diantaranya buddy punching, kartu yang hilang, pencatatan absensi yang kurang akurat, hingga keamanan informasi. Sistem yang akan dibangun tentunya harus sesuai dengan kebutuhan sehingga pemanfaatannya menjadi tepat guna. Pengembangan lebih lanjut berikut ujicoba yang teliti yang mencakup semua aspek pemakaian sistem ini perlu dilaksanakan sehingga menjadikan sistem yang handal dan sesuai dengan kebutuhan spesifik perusahaan.

2. Perlu dilakukan sampling terhadap beberapa karyawan yang bekerja di lingkungan kerja yang berbeda untuk menentukan apakah template sidik jari disimpan dan tervalidasi dengan baik.

3. Perlu disosialisasikan ke semua karyawan bagaimana teknik dan penempatan sidik jari yang baik dan benar sehingga proses validasi tidak membutuhkan waktu yang lama dan tidak akan menyebabkan antrian yang panjang ketika proses absensi.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Bambang Hariyanto. 2004. Rekayasa Sistem Berorientasi Objek. INFORMATIKA. Bandung.

[2]. Catur. 2007. Kumpulan Ilmu; 10 Pertanyaan Pokok tentang Internet dan Intranet. URL : http://Caturhacker.blog.com.

[3]. Jogiyanto, H.M. 1999. Analisis dan Disain Sistem Informasi. Andi Offset.Yogyakarta.

[4]. PT Panasonic Manufacturing Indonesia. 2007. PMI Profile. Jakarta.

[5]. Yahya Kurniawan. 20 Agustus 2001. Aplikasi Web Database dengan ASP. PT Gramedia. Jakarta.

[6]. John Chirillo and Scott Blaui. 2000. Implementing Biometric security. Printice Hall

(16)

[7]. Ade Cahyana. 2003. Implementasi Teknologi Biometrik untuk sistem absensi perkantoran, PPI-LIPI. URL : http://www.informatika.lipi.go.id/www.isi-biometric.com

[8]. PT Intisar Primula. 2001. Smart2k/Bio, Jakarta [9]. PT Sarana Sistem Mikro. 2006. TKSNet, Jakarta

[10]. PT Panasonic Manufacturing Indonesia. 2001. SIPENDAMAI, Jakarta [11]. PT Panasonic Manufacturing Indonesia. 2005. ROMANSY, Jakarta [12]. Putra, Darma, 2008, Sistem Biometrika, Penerbit Andi, Yogyakarta

[13]. Edi Satriyanto, 2008, Penerapan LVQ Neural Network pada Absensi Jarak Jauh Menggunakan Geometri Tangan Secara Online. URL :

http://repo.eepis-its.edu/id/eprint/103

[14]. Anonim, Sistem Absensi akses kontrol sidik jari. URL :

http://www.docstoc.com/docs/21308270/SISTEM-ABSENSI-AKSES-KONTROL-SIDIK-JARI-VIRDI-300N

Gambar

Gambar 4.3. Kondisi sistem kehadiran yang sekarang berjalan
Tabel 4.1. Perbandingan kartu absensi
Gambar 4.4. Sistem konfigurasi perbaikan sistem kehadiran
Tabel 4.2. Hasil pengujian terhadap kombinasi kartu, sidik jari dan mesin fingerprint

Referensi

Dokumen terkait

dihasilkan pada tahap produksi ini ialah greige polyster dengan anyamannya sudah rapi. Tahapan produksi ini tidak terdapat output negatif dikarena tidak menghasilkan

Dalam program kewirausahaan ini penulis menggunakan ikan tenggiri, tuna, tongkol, udang ronggeng dan cumi-cumi sebagai bahan dasar pembuatan bakso sari laut aneka rasa.. Terlebih

Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini secara umum adalah memperbaiki pembelajaran matematika di SMP, sedangkan secara khusus

Namun, karena karyawan juga memiliki affective commitmen dan normative commitmen yang tinggi, karyawan tidak akan mudah keluar dengan begitu saja meninggalkan

Kecerdasan sosial diorganisir dalam dua kategori besar yaitu :kesadaran sosial ( apa yang kita rasakan tentang orang lain) dan fasilitas sosial (apa yang kita lakukan dengan

Penilaian teknik supervisi dengan observasi pada poin nomor 4 sampai dengan 14 Sebanyak 17 kali observasi momen supervisi pada Oktober 2015 dengan tiap

Jumlah tenaga fisioterapi di kabupaten kapuas pada tahun 2014 sebanyak 5 orang dengan rasio 1,4 per 100.000 penduduk. Inipun hanya ada di Rumah Sakit Umum Daerah, sedangkan di

Pertama, manajemen Koperasi Wana Lestari Menoreh dalam rangka pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Kulon Progo dilakukan dengan manajemen usaha koperasi yang baik dilandasi