• Tidak ada hasil yang ditemukan

SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR SERTA DASAR PENAMAANNYA PADA DAN TUJUH RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR SERTA DASAR PENAMAANNYA PADA DAN TUJUH RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

i

SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR SERTA DASAR PENAMAANNYA

PADA www.femina.co.id, www.cookpad.com DAN TUJUH RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Noventa Retno Prahastuti NIM : 124114016

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi berjudul “Satuan Lingual Nama Lauk dan Sayur serta Dasar Penamaannya pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan Tujuh Rumah Makan di Yogyakarta” ini penulis persembahkan bagi Ibu M.G. Dwi Waluyastuti (1954-2005) dan bapak G.A. Sarjono serta untuk almamater Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuatkarya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Berbah, 18 Juli 2016 Yang menyatakan

/"h

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Noventa Retno Prahastuti Nomor mahasiswa : 124114016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR SERTA DASAR PENAMAANNYA PADA www.femina.co.id, www.cookpad.com DAN TUJUH

RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Berbah

Pada tanggal 18 Juli 2016 Yang menyatakan

(7)

vii

MOTTO

“Food, in the end, in our own tradition, is something holy. It's not about nutrients and calories. It's about sharing. It's about honesty. It's about identity”

(8)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Berbah, 18 Juli 2016 Peneliti,

(9)

ix

Kata Pengantar

Rasa terimakasih dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan karena atas berkat dan kasihnya, tugas akhir ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Proses menulis tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik pihak yang terlihat dalam proses penelitian dan penulisan maupun pihak yang tidak terlibat secara langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Drs. Hery Antono, M. Hum., sebagai pembimbing skripsi I, terimakasih atas bimbingan, bantuan, dan kesabaran dalam membimbing penulis. 2. Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M. Hum., sebagai pembimbing

skripsi II, terimakasih atas kesabaran dalam mengingatkan penulis agar teliti dalam format skripsi.

3. Dr. Paulus Ari Subagyo, M. Hum., sebagai dosen pembimbing akademik dan orangtua akademik yang selalu mendukung selama perkuliahan dan penulisana skripsi.

4. Para dosen program studi Sastra Indonesia yaitu Susilawati Endah Peni Adji, S.S., M.Hum, Drs. Yoseph Yapi Taum, M.hum., Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M.Hum, Drs. Bernardus Rahmanto, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S., Sony Sudaryanto. M.A. terima kasih segala ilmu yang telah diberikan.

5. Para Staff Sekretariat dan karyawan Fakultas Sastra diantaranya Mbak Ros yang selalu sigap membantu.

(10)

x

6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan berbagai jendela

dunia yang membantu dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Gregorius Agus Sarjono yang selalu mendukung dengan caranya yang berbeda dan Ibu Maria Goreti Dwi Waluyastuti yang tidak pernah hadir dalam bentuk raga namun selalu hadir dalam bentuk spirit. Pongti yang semenjak lahir sudah menjadi saudara, teman dan kekasih dalam segala hal. Yus, Sister in Law (Mbak Elis), Dire Vem, Sister in Law (Mbak Pipin), Tokici. Tante An, Imut, Empat Sekawan (Venti, Beke. Sesi dan Adin), Para teman masa remajaku (Tyas, Hana, Sela, Dita, Swila, dan Sintia. Teman- teman Insadha kel.19, teman- teman UKM Sexen, serta teman- teman Mantan Bittersweet.

Akhir kata penulis ucapkan selamat membaca

Berbah, 18 Juli 2016

(11)

xi

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... ..1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 5 1.5 Tinjauan Pustaka ... 5 1.6 Landasan Teori ... 7 1.6.1 Kata ... 8 1.6.2 Frasa ... 10 1.6.3 Klausa ... 11 1.6.4 Teori penamaan ... 12

1.7 Metode, dan Teknik Penelitian ... 18

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 18

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 18

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis data... 21

1.8 Sistematika Penyajian ... 22

BAB II SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR 2.1 Pengantar ... 23

2.2 Nama Lauk dan Sayur Berupa Satuan Lingual Kata ... 23

2.2.1 Kata Asal ... 24

2.2.2 Kata Jadian ... 28

2.2.3 Kata Ulang ... 28

(12)

xii

2.2.5 Kependekan ... 36

2.3 Nama Lauk dan Sayur Berupa Satuan Lingual Frasa Atributif ... 40

2.3.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Frasa Koordinatif ... 40

2.3.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif ... 41

2.3.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas Rasa dan Bumbu………...43

2.3.4 Frasa Beratribut Metaforis ... 45

2.3.5 Frasa Beratribut Non-metaforis... 52

2.4 Nama Lauk dan Sayur Berupa Satuan Lingual Klausa ... 56

BAB III DASAR PENAMAAN LAUK DAN SAYUR ... 59

3.1 Pengantar ... 59

3.2 Dasar Penaman Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata ... 59

3.3 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Stuktur UP+ atribut ... 60

3.3.1 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Struktur atribut+ UP ... 88

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

4.1 Kesimpulan ... 96

4.2 Saran ... 97

DARTAR PUSTAKA... 99

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabe l. Nama Lauk Berbentuk Kata Asal ………... 24

Tabel 2. Nama Sayur Berbentuk Kata Asal ……….. 26

Tabel 3. Nama Lauk Berbentuk Pengulangan Seluruh ………...…………... 29

Tabel 4. Nama Sayur Berbentuk Pengulangan Seluruh ………. 31

Tabel 5. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Pengulangan Leksikal …………..…... 32

Tabel 6. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Majemuk………... 34

Tabel 7. Nama Lauk Berbentuk Singkatan………. 37

Tabel 8. Nama Lauk Berbentuk Akronim ………... 39

Tabel 9. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Frasa Koordinatif……….………... 41

Tabel 10. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan Frasa Atributif dengan Frasa Koordinatif ……….. 42

Tabel 11. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan Frasa Atributif dengan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas Rasa/ Bumbu………..….……. 44

Tabel 12. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Metaforis ………….. 45

Tabel 13. Nama Lauk Berbentuk Frasa Beratribut Non-Metaforis……… 52

Tabel 12. Nama Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Non-Metaforis ……….. 54

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 1……….…. 64

Bagan 1. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 2……….. 68

Bagan 2. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Alat Pengolahan……….…………..… 73

Bagan 3. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bumbu Pengolahan ……….. 78

Bagan 4. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Tempat Asal.…………..…... 81

Bagan 5. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Rasa.………..……….……… 84

Bagan 6. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bahan Tambahan……….……… 88

Bagan 7. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Warna……….. 92

(15)

xv ABSTRAK

Prahastuti, Noventa Retno. 2016. “Satuan Lingual Nama Lauk dan Sayur sertaDasar Penamaanya Pada www.femina.co.id, www.cookpad.com Dan Tujuh Rumah Makan Di Yogyakarta”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi.Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini mengkaji satuan lingual nama lauk dan sayur serta dasar penamaanya pada www.femina.co.id, www.ookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Dua permasalahan yang dibahas dalam penelitian yakni (i) apa saja satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta, dan (ii) apa saja dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com serta tujuh rumah makan di Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta dan mendeskripsikan dasar penamaaan nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta

Objek penelitian yang berupa satuan lingual terdapat dalam data yang merupakan nama lauk dan nama sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak nama lauk dan sayur pada resep-resep masakan di www.femina.com, www.cookpad.com dan daftar menu di tujuh rumah makan di Yogyakarta. Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu satuan lingual nama lauk dan sayur, Peneliti menerapkan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan menggunakan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah dan teknik ganti. Pada permasalahan kedua yaitu dasar penamaan nama lauk dan dan sayur, peneliti menerapkan metode padan referensial. Peneliti menyajikan hasil analisis data dengan dua teknik yaitu teknik informal menggunakan kata-kata biasa dan teknik formal menggunakan gambar, tabel, dan bagan.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan satuan lingual pada nama lauk dan sayur, meliputi kata, frasa dan klausa. Pada satuan lingual kata, peneliti membagi menjadi empat yaitu (i) kata asal, (ii) kata jadian , (iii) kata ulang (iv) kata majemuk dan (vi) kependekan. Pada satuan lingual frasa, peneliti membagi berdasarkan struktur frasa menjadi frasa koordinatif dan frasa atributif.

Ditemukan delapan dasar penamaan nama lauk dan sayur, yaitu (i) penamaan berdasarkan cara pengolahan, (ii) penamaaan berdasarkan alat pengolahan , (iii) penamaan berdasarkan bumbu pengolahan, (iv) penamaan berdasarkan bahan tambahan, (v), penamaaan berdasarkan tempat asal, (vi) penamaan berdasarkan warna, (vii) penamaaan berdasarkan rasa, (viii) penamaan berdasarkan bahan dasar.

(16)

xvi ABSTRACT

Prahastuti, Noventa Retno, 2016. “ Linguistic of Unit of Names of Side Dishes and Naming in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta” An Undergraduate Thesis Indonesia Letters Study Program. Indonesia Letters Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This thesis discuses linguistic of names of side dishes and naming in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta. Two issues discussed in the research, first is the name of the unit lingual of names side dishes in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta, and second is naming of side dishes The purpose of this study is to describe the unit lingual of name side dishes in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta and describe the naming of side dishes.

The object of this research which is unit lingual of names side dishes contained in the data of the names of a side dishes in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta. When collected the data utilize methods of listen, namely listening to the name of side dishes and vegetables in recipes or menus in any restaurants. To answer the first problem, first is the researchers applied agih methods with Bagi Unsur Langsung (BUL) techniques and used baca markah techniques and

ganti techniques. On the second issue, i.e. the naming of side dishes in Indonesian,

the researcher applied padan referensial method. Researchers presented the results of the data analysis by two techniques, namely (i) informal techniques using ordinary words, (ii) formal techniques using pictures, tables and charts.

Based on the results of the study, researchers found the unit on behalf lingual side dishes and vegetables, including words, phrases and clauses. In lingual unit said, researchers divided into four, namely (i) root words, (ii) derived words, (iii) reduplication words (iv) compound words (vi) abbreviation. In lingual phrase units, researchers divided into coordinative phrase and attributed phrase. Researchers found seven naming names of side dishes namely (i) based on processing, (ii) based on processing tools, (iii) based on spice, (iv) based on additives, (v), based on origin, (vi) based on color, (vii) based on flavor, (viii) based on basic material.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Objek penelitian ini adalah satuan lingual nama lauk dan sayur serta dasar penamaanya pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com serta tujuh rumah makan di Yogyakarta. Keberadaan lauk dan sayur berkaitan erat dengan budaya makan masyarakat Indonesia. “Umumnya, budaya makan masyarakat Indonesia terdiri atas nasi beserta satu atau dua lauk yang terbuat dari ikan, ayam, tahu, tempe serta sayur atau sup yang disajikan secara bersamaan” (Food in Indonesia, diunduh di www.vtaide.com, pada tanggal 21 Mei 2016).

Sehari-hari, masyarakat menyajikan lauk dan sayur lebih dari satu macam. Mengapa demikian? Lauk dan sayur tidak hanya berfungsi melengkapi gizi bagi tubuh agar seimbang, tetapi juga dapat menambah nafsu makan. Lauk adalah “daging, ikan, dsb (selain sayur) yang dimakan sbg teman makan nasi” (Sugono,dkk., eds. 2008: 795), sedangan sayur merupakan „masakan berkuah (spt gulai,sup)‟(ibid., hlm. 1235)

Dalam pembicaraan mengenai hakikat bahasa ada dikatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, antara suatu satuan bahasa, sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Umpamanya antara kata <kuda> dengan benda yang diacunya yaitu seekor binatang yang biasa dikendarai atau dipakai menarik pedati, tidak bisa dijelaskan sama sekali. Lagi pula andaikata ada hubungannya antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, tentu orang

(18)

Jawa tidak akan menyebutnya <jaran>, orang Inggris tidak akan menyebutnya <horse>, dan orang Belanda tidak akan menyebutnya <paard>. Tentu mereka semua akan menyebutnya juga <kuda>, sama dengan orang Indonesia(Chaer, 1990:43)

Lauk dan sayur mempunyai nama. Nama itu muncul untuk memenuhi beberapa kebutuhan, misalnya untuk menggugah selera makan, pengelola usaha kuliner menggunakan nama lauk dan sayur untuk menarik minat kosumen dalam penjualan produknya, kebutuhan lainnya untuk memberi identitas asal pada nama lauk dan sayur, contoh: sate padang, soto lamongan. Di samping itu ada pula nama lauk dan sayur yang mengambil dari proses pengolahan lauk dan sayur itu sendiri., contoh : ayam bakar, tumis kangkung

Berdasarkan pengamatan penulis, nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual. Satuan lingual atau bentuk linguistik adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leiksis maupun arti gramatis (Ramlan, 1978:7). Satuan lingual tersebut antara lain berbentuk kata, frasa dan klausa.

Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual kata meliputi kata asal, kata jadian, kata ulang dan kata majemuk seperti tampak pada contoh-contoh berikut:

(1) gudeg (2) bala-bala (3) garang asem

Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual frasa meliputi frasa beratribut koordinatif, frasa gabungan atributif dengan frasa koordinatif, frasa beratribut metaforis dan frasa beratribut non-metaforis seperti tampak pada contoh-contoh berikut:

(19)

(4) anyang ayam dan jantung pisang (5) gulai rebung

(6) satai lilit tahu

(7) tumis sawi dan bayam bumbu oregano

Nama lauk berbentuk klausa seperti tampak pada contoh-contoh berikut: (8) ayam tangkap

(9) gurame menari

Nama lauk dan sayur tidak beragam dalam satuan lingual saja tetapi beragam pula dalam dasar penamaanya. Penamaan merupakan sebuah proses perlambangan suatu konsep untuk mengacu pada sebuah referen(Verhaar, 1999:389). Keberagaman dalam penamaan dipicu oleh beberapa faktor diantaranya berasal dari serapan bahasa asing dan berasal dari pengolahan serta tempat asal lauk dan sayur itu sendiri. Contoh dasar penamaan lauk dan sayur berdasarkan serapan bahasa asing:

(10) baby buncis siram daging (11) cap cay

(12) salad merah putih

(13) salad ayam dan dressing kari (14) kroket gindara

Contoh dasar penamaan lauk dan sayur berdasarkan proses pengolahannya seperti tampak contoh- contoh berikut ini:

(15) ayam kukus (16) telur dadar (17) cah sawi pahit

Contoh dasar penamaan lauk dan sayur berdasarkan asal tempat seperti tampak pada contoh-contoh berikut ini:

(18) sate padang (19) ayam manado

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan nama lauk dan sayur dalam latar belakang di atas. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Apa saja satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan beberapa rumah makan di Yogyakarta ? 1.2.2 Apa saja dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan beberapa rumah makan di Yogyakarta ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan satuan lingual nama lauk dan sayur dan mendeskripsikan dasar penamaan lauk dan sayur. Tujuan penelitian dapat dirinci sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta

1.3.2 Mendeskripsikan dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi satuan lingual nama lauk dan sayur dan deskripsi dasar penamaan lauk dan sayur. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat

(21)

secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini memberikan pemahaman mengenai satuan lingual yang lazim digunakan untuk memberi nama lauk dan sayur. Pada bidang semantik, hasil penelitian ini melengkapi dasar penamaan pada nama lauk dan sayur.

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat membantu dalam penyusunan kamus kuliner.

1.5 Tinjauan Pustaka

Sudah ada beberapa peneliti yang meneliti mengenai topik dasar penamaan, dalam skripsinya yang berjudul “Nama-Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman di Jalan Selokan Mataram Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta: Kajian Sosiolinguistik”, Adhimas Satrio medeskripsikan bentuk, dan bentuk unsur-unsur bahasa dari nama-nama usaha dagang makanan dan minuman di jalan Selokan Mataram. Dalam skripsi tersebut terdapat enam penggolongan bentuk nama yaitu nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat kata warung, kedai, dan lesehan, nama usaha dagang makanan dan minumanberunsur pusat rumah makan, warung makan, pondok makan, dan warung lesehan, nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat menu, nama usaha dagang makanan dan minuman yang menggunakan nama penjual, nama usaha dagang makanan dan minuman dengan permainan bahasa, nama usaha dagang makanan dan minuman dengan bahasa Inggris.

(22)

RBN Diyan Wijanarko dengan tugas akhirnya yang berjudul “Jenis Nama dan Dasar Penamaan dalam Kolom “Sungguh-Sungguh Terjadi” (SST) Di Kedaulatan Rakyat: Sebuah Kajian Awal” menemukan dua puluh enam dasar penamaan dalam kolom “Sungguh-sungguh Terjadi” (SST) pada harian Kedaulatan Rakyat (KR) edisi Minggu, Januari sampai dengan Februari 2008, yaitu dasar penamaan orang, yang meliputi (1) nama orang berdasar penamaan baru/komersil, (2) nama orang berdasar pengaruh serapan, (3) nama orang berdasar sejarah, (4) nama orang berdasar kegiatan, (5) nama orang berdasarkan pekerjaan, (6) nama orang berdasar kata ganti. Dasar penamaan tempat, meliputi (7) nama tempat berdasar sejarah; kesesuaian dan kekhasannya, (8) nama tempat berdasar tiruan bunyi (onomatope), (9) nama tempat berdasar pengaruh serapan, (10) nama tempat berdasar nama orang/nama jala. Dasar penamaan pengaruh serapan, meliputi (11) bahasa gaul, (12) bahasa Arab, (13) bahasa Inggris, (14) bahasa Jawa, (15) bahasa Belanda, (16) bahasa Tionghoa. Dasar penamaan benda, meliputi (17) nama benda berdasa suara dan tiruan bunyi (onomatope), dan (18) nama benda berdasar bahan dan kesesuaian. Dasar penamaan kegiatan, dasar penamaan organisasi/ lembaga (instansi), dasar penamaan program acara, dasar penamaan makanan, dasar penamaan ukuran (satuan dan nominal), dasar penamaan tumbuhan, dasar penamaan aliran musik, dasar penamaan alat transportasi.

Yohanes Carol Kurnia Awan Vreditya Jeharus dalam skripsinya yang berjudul “ Jenis Penamaan dan Asal-Usul Nama dalam Sepak Bola Pada Pemberitaan Media Massa” memaparkan jenis penamaan yang digunakan dalam sepak bola dan mendeskripsikan penamaan sebagai salah satu bagian dari semantik.

(23)

Selanjutnya, Mikail Septian Adi Vinantya dalam skripsinya berjudul “ Nama Jenis Nasi Di Indonesia: Tinjauan Struktur Frasa dan Dasar Penamaan memaparkan jenis penamaan nasi di Indonesia dan struktur frasa nama nasi. Dalam penelitian tersebut dipaparkan pembentukan struktur frasa nama nasi menjadi tiga bagian yaitu (i) nominal (N) + nominal (N), (ii) nominal (N) + verbal (V), dan (iii) nominal (N) + Adjektival (A). Penelitian tersebut turut memaparkan pula dasar penamaan jenis nama nasi yang dibagi menjadi sepuluh yaitu (i) penamaan berdasarkan warna, (ii) penamaan berdasarkan cara pengolahan, (iii) penamaan berdasarkan lauk, (iv) penamaan berdasarkan sayur, (v) penamaan berdasarkan kemasan, (vi) penamaan berdasarkan porsi, (vii) penamaan berdasarkan asal daerah, dan (viii) penamaan berdasarkan bahasa daerah, (ix) penamaan berdasarkan bentuk, dan (x) penamaan berdasarkan keadaan

Berdasarkan ulasan-ulasan di atas, topik mengenai satuan lingual nama lauk dan sayur serta dasar penamaanya dapat melengkapi penelitian dalam bidang linguistik. Topik ini memaparkan bentuk-bentuk lingual yang digunakan dalam nama lauk dan sayur serta dasar penamaanya. Bentuk-bentuk lingual yang digunakan dalam nama lauk dan sayur meliputi kata, frasa dan klausa. Dasar penamaan yang digunakan pada nama lauk dan sayur meliputi penamaan berdasarkan cara pengolahan, penamaan berdasarkan alat pengolahan, penamaaan berdasarkan bumbu pengolahan, penamaaan berdasarkan tempat asal, penamaan berdasarkan warna, penamaan berdasarkan rasa, penamaan berdasarkan bahan tambahan dan penamaan berdasarkan bahan utama.

(24)

1.6 Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi teori satuan lingual dan dasar penamaan.

1.6.1 Kata

Kata memiliki definisi dari berbagai sudut pandang. Terdapat tiga sudut pandang yang digunakan untuk mendefinisikan kata. Pertama, dari posisinya dalam satuan-satuan gramatikal, kata dapat dimengerti sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari satu morfem atau lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk frasa dan kalimat. Dari definisi tersebut, tampak bahwa kata mengandung ciri (i) satuan gramatikal atau satuan kebahasaan yang mengandung arti (ii) berunsur satu morfem atau lebih (iii) unsur langsung pembentuk frasa atau kalimat(Baryadi, 2011:17)

Menurut bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian atau kata bentukan.

1.6.1.1 Kata Asal

Kata asal adalah kata yang menjadi asal pembentukan kata jadian. Kata turun, misalnya, termasuk kata asal karena dapat menjadi asal pembentukan kata jadian

menurun, turunkan, turuni, menurunkan, menuruni, penurunan, keturunan, dan turun-temurun.

1.6.1.2 Kata Jadian

Kata jadian adalah kata yang merupakan hasil penggabungan dua morfem atau lebih. Karena merupakan penggabungan dua morfem atau lebih, kata jadian disebut kata polimorfemik. Misalnya kata berjalan termasuk kata jadian karena merupakan

(25)

hasil penggabungan dua morfem, yaitu morfem imbuhan ber- dan morfem asal jalan. (Baryadi, 2011:18)

1.6.2 Frasa

Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (lihat Ramlan, 1983:137). Dapat dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua sifat. Pertama, frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Kedua, frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi, adalah dalam subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan.

Frasa terbagi atas dua jenis yaitu frasa eksosentrik dan frasa endosentrik.Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frasa eksosentrik biasanya dibedakan atas frasa eksosentrik yang direktif atau disebut frasa preposisional ( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non direktif (komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektiva, atau verba). Contoh frasa eksosentrik sebagai berikut:

20. di perpustakaan

Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu

(26)

komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frasa ini disebut juga frasa modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris: head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Selain itu disebut juga frasa subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frasa berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan. Contoh frasa endosentrik sebagai berikut:

21. dua orang mahasiswa

Frasa endosentrik dibagi menjadi tiga golongan yaitu frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif dan frasa endosentrik yang apositif. Frasa endosentrik yang koordinatif terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraan itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur- unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung

dan atau atau. Misalnya: suami istri, pembinaan dan pengembangan, belajar atau bekerja. Berbeda dengan frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang

atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu unsur-unsurny tidak dihubungkan dengan kata penghubung, misalnya sekolah inpres, sedang belajar. Kata- kata yang dicetak tebal yaitu kata inpres dan belajar merupakan unsur pusat (UP) yaitu unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantic merupakan unsur yang terpenting, sedangkan unsur lainya merupakan atribut (Atr)

(27)

1.6.4 Klausa

Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari subyek, predikat, baik obyek, pelengkap. dan keterangan. Dengan ringkas, klausa ialah S P ( O) (PEL) (KET). Tanda kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak. (lih Ramlan, 2005: 23)

1.6.5 Teori Penamaan

Landasan penelitian ini adalah teori penamaan. Penamaan merupakan proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada referen yang berada di luar bahasa. Plato mengungkapkan dalam suatu percakapan berjudul “Cratylos” , bahwa lambang adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah obyek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Oleh karena itu, lambang-lambang atau kata-kata itu tidak lain daripada nama atau label dari yang dilambangkannya, mungkin berupa benda, konsep, aktivitas, atau peristiwa (Chaer, 1990: 44)

1.6.2.1 Peniruan Bunyi

Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Nama-nama benda hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan benda tersebut. Contoh penamaan peniruan bunyi sebagai berikut:

(28)

a. Binatang sejenis reptile kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak,cak-,”.

b. Binatang tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “tokek,tokek”.

Contoh lainya ialah meong merupakan nama untuk kucing, dan gukguk untuk anjing, menurut bahasa kanak-kanak karena bunyi yang dihasilkan oleh kedua hewan tersebut. Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope(Chaer, 1990:45)

1.6.2.2 Penyebutan Bagian

Dalam bidang kesusastraan ada istilah pars prototo yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhanny.(dikutip dari Chaer,1990:46). Contoh penaamaan penyebutan bagian sebagai berikut:

a. Kata kepala dalam kalimat setiap kepala menerima bantuan seribu

rupiah, bukanlah dalam arti “kepala” itu saja, melainkan seluruh orangnya

sebagai satu keutuhan.

b. Baju ABRI disebut baju hijau karena ciri warna seragam ABRI adalah hijau.

c. Seorang wasit sepakbola disebut anggota korps baju hitam kareba pakaian seragam mereka saat dilapangan bewarna hitam

(29)

Hampir sama dengan pars prototo yang dibicarakan di atas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya (dikutip dari Chaer, 1990:46)

Contoh penamaan penyebutan sifat khas sebagai berikut:

a. Orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil.

b. Anak yang tidak dapat tumbuh menjadi besar, tetap saja kecil, disebut si

kecil, disebut si kerdil.

c. Orang yang kulitnya hitam disebut si hitam d. Orang yang kepalanya botak disebut si botak.

1.6.2.4 Penemu dan Pembuat

Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah. Nama-nama yang demikian disebut dengan istilah appelativa.

Nama-nama benda yang berasal dari nama benda yang berasal dari nama orang(dikutip dari Chaer, 1990:47) Contoh penamaan berdasarkan penemu dan pembuat sebagai berikut:

(30)

b. Mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakan oleh seorang petani yang bernama Mujair di Kediri, Jawa Timur.

c. Volt nama satuan kekuatan aliran listrik yang diturunkan penciptanya yaitu Volta (1745-1787) seorang sarjana fisika bangsa Italia(Chaer,1990:47)

1.6.2.5 Tempat Asal

Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut (dikutip dari Chaer, 1990:49). Contoh penamaan berdasarkan tempat asal sebagai berikut:

a. Kata magnet berasal dari nama tempat Magnesia.

b. kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau Kenari di Afrika.

c. Kata sarden, atau ikan sarden, berasal dari nama Pulau Sardinia di Itali. d. kata klonyo berasal dari au de Cologne artinya air dari Kuelen, yaitu nama

kota di Jerman Barat

1.6.2.6 Bahan

Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu(dikutip dari Chaer, 1990:49) Contoh penamaan berdasarkan bahan:

a. Karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa Latin disebut Corchorus capsularis, disebut juga goni atau

(31)

guni. Jadi, kalau dikatakan membeli beras dua goni, maksudnya membeli beras dua karung.

b. Kaca adalah nama bahan. Kemudian barang-barang lain yang terbuat dari kaca disebut juga kaca seperti kacamata, kaca jendela, kaca spion, dan

kaca mobil .

c. Bambu runcing adalah nama senjata yang digunakan rakyat Indonesia dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka disini nama bahan itu, yaitu bambu, menjadi nama alat senjata itu

1.6.2.7 Keserupaan

Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu(dikutip dari Chaer, 1990:50). Contoh penamaan berdasarkan keserupaan sebagai berikut:

a. Kata kaki, pada frase kaki meja, kaki gunung, dan kaki kursi.

Di sini kata kaki mempunyai kesamaan makna dengan salah satu ciri makna dari kata kaki itu yaitu “alat penompa berdirinya tubuh” pada frase

kaki meja dan kaki kursi, dan ciri “terletak pada bagian bawah” pada frase kaki gunung.

b. Kata raja pada frase raja kumis, raja minyak, raja lapis, raja jalanan, raja

(32)

Raja adalah orang yang paling berkuasa atau paling tinggi kedudukannya

di negaranya. Maka raja kumis diartikan “orang yang memiliki kumis paling hebat” ; raja minyak berarti “pengusaha minyak yang paling besar” ; dan raja bandel berarti “orang yang paling bandel”

1.6.2.8 Pemendekan

Dalam perkembangan bahasa terakhir ini banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu(dikutip dari Chaer, 1990:51). Contoh penamaan berdasarkan pemendekan.

a. Kata ABRI yang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. b. Kata KONI yang berasal dari Komite Olahraga Nasional Indonesia c. Kata tilang yang berasal dari bukti pelanggaran(Chaer,1990:51)

1.6.6.9 Penamaan Baru

Dewasa ini banyak kata atau istilah baru yang dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Kata-kata atau istilah istilah lama yang sudah ada itu perlu diganti dengan kata-kata baru, atau sebutan baru, karena dianggap kurang tepat, tidak rasional, kurang halus, atau kurang ilmiah(dikutip dari Chaer, 1990:51). Contoh penamaan berdasarkan penamaan baru sebagai berikut:

(33)

a. Kata pariwisata untuk mengganti turisme; kata wisatawan untuk menganti kata turis atau pelancong; kata darmawisata untuk mengganti kata piknik; kata suku cadang untuk mengganti kata onderdil.

Kata-kata turisme, turis, dan onderdil dianggap tidak bersifat nasional. b. Kata-kata kuli dan buruh diganti dengan karyawan, kata jongos dan babu

diganti dengan pembantu rumah tangga atau pramuwisma, dan kata

pelayan diganti dengan pramuniaga, karena kata kata tersebut berbau

feodal

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah satuan lingual dan dasar penamaan lauk dan sayur. Data penelitian adalah nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com serta beberapa rumah makan di Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak yaitu metode yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 135). Peneliti menyimak nama-nama resep pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan menu- menu makanan pada 7 rumah makan di Yogyakarta yaitu Warung Makan

(34)

Tengkleng Gajah, Retoran Raminten, Warung Ceker Dheer, Rumah Makan Bu Ageng, Warung Ceker Setan, Tongseng scooby doo dan Warung Sate Petir. Teknik lanjutan yang digunakan pada metode ini adalah teknik catat. Data yang sudah terkumpul kemudian dicatat pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 1993: 135).

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah semua data berupa nama-nama lauk dan sayur dalam bahasa Indonesia terklasifikasikan, peneliti kemudian menganalisis data tersebut menggunakan metode agih dan metode padan.

Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Teknik yang dipakai dalam metode agih adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik BUL adalah teknik yang digunakan pada awal kerja analisis dengan cara membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur; dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:31). Contoh penerapan teknik BUL sebagai berikut:

(35)

Peneliti membagi satuan lingual frasa pada (22) menjadi dua unsur yaitu (a) ayam

goreng (b) daun pandan. Sehingga dapat diketahui bahwa UP pada frasa tersebut

adalah ayam goreng, sedangkan Atr adalah daun pandan.

Teknik lanjutan yang dipakai dalam metode agih yaitu teknik baca markah dan teknik ganti. Teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara membaca pemarkahan. Pemarkahan itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu; dan kemampuan membaca peranan pemarkah itu (marker) berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto,1993:95). Teknik baca markah digunakan untuk menganalisis nama lauk dan sayur berupa kata asal. Contoh penerapan teknik baca markah sebagai berikut:

(23) gulai

Menurut bentuknya, kata gulai pada (23) merupakan kata asal karena dapat menjadi asal pembentukan kata jadian menggulai dan penggulaian. Menurut jumlah morfemnya, kata gulai terdiri atas satu morfem.

Teknik lanjutan kedua yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik ganti. Teknik ganti merupakan teknik yang digunakan dengan menggantikan unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan dengan”unsur” tertentu yang lain di luar satuan lingual. Teknik ini digunakan untuk menunjukan adanya persamaan dalam penamaan

(36)

(Sudaryanto, 1993:48). Teknik ganti digunakan untuk menganalisis nama lauk dan sayur berupa kata ulang. Contoh penerapan teknik ganti sebagai berikut:

(24a) oseng-oseng mercon (24b) oseng mercon

Bentuk oseng mercon pada contoh kalimat (24b) dapat diterima sebagai hasil penggantian unsur oseng-oseng dari kalimat (24a) di atas, karna keduanya memiliki unsur yang sama.

Metode agih dengan teknik BUL serta teknik lanjutan berupa teknik baca markah dan teknik ganti digunakan untuk menganalisis satuan lingual nama lauk dan sayur

Untuk menganalisis dasar penamaan lauk dan sayur, digunakan metode padan yaitu metode yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13; 1993:15). Sub metode yang dipakai dalam metode padan adalah metode padan referensial. Metode padan referensial merupakan metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa. Referen adalah apa yang dibicarakan(Sudaryanto, 1993:13). Contoh penerapan metode padan referensial sebagai berikut:

(37)

Contoh (25) merupakan lauk yang menyerupai gulai namun tidak menggunakan santan. Kata gajah mengacu pada hewan berbadan besar. Kata tersebut dipinjam atau diambil untuk menamai lauk tengkleng gajah karena tulang kambing pada lauk tersebut berukuran besar.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis

Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal.Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan tabel, bagan, gambar serta tulisan.

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab, yakni:

Bab I adalah pendahuluan. Bab ini menguraikan perihal latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II berisi uraian mengenai satuan lingual dalam lauk dan sayur dalam bahasa Indonesia. Peneliti menemukan tiga satuan lingal pada nama lauk dan sayur yaitu kata, frasa dan klausa.

Bab III berisi uraian mengenai dasar penamaan lauk dan sayur. Peneliti menemukan delapan dasar penamaan jenis nama lauk dan sayur. Kedelapan dasar penaman itu adalah penamaan berdasarkan cara pengolahan, penamaan berdasarkan

(38)

alat pengolahan, penamaan berdasarkan bumbu pengolahan, penamaan berdasarkan bahan tambahan, penamaan berdasarkan tempat asal, penamaan berdasarkan warna, penamaan berdasarkan rasa. dan penamaan berdasarkan bahan utama.

Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesimpulan tentang satuan lingual dalam nama lauk dan sayur dan dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id, cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Saran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saran kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang sama dengan kajian yang berbeda.

(39)

BAB II

SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR PADA www.femina.co.id, www.cookpad.com DAN TUJUH RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA

2.1 Pengantar

Dalam bab ini peneliti membahas satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta.

Peneliti menemukan tiga satuan lingual berbentuk kata, frasa dan klausa pada nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual kata dikelompokan berdasarkan kata asal, kata jadian, kata ulang, dan kependekan. Pada nama lauk dan sayur berbentuk frasa dikelompokan berdasarkan frasa beratribut koordinatif, frasa gabungan atributif dan koordinatif, frasa beratribut metaforis dan frasa beratribut non metaforis.

2.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Kata

Dalam sub bab ini nama lauk dan sayur berupa kata dikelompokan menurut bentuknya menjadi kata asal, kata jadian, kata ulang, kata majemuk dan kependekan. 2.2.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Asal

Menurut bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian, Kata asal adalah kata yang menjadi asal pembentukan kata jadian. Menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata asal adalah kata yang terdiri dari satu morfem

(40)

atau kata monomorfemik(Baryadi, 2011:18). Bentuk kata asal terdapat pada nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com serta beberapa rumah makan di Yogyakarta

2.2.1.1 Nama Lauk Berbentuk Kata Asal

Berikut ini dikemukakan nama lauk berbentuk kata asal dalam bentuk tabel: Tabel 1: Nama Lauk Berbentuk Kata Asal No Nama Lauk Berbentuk Kata Asal

28 botok

29 arsik

30 rendang

31 saksang

32 dendeng

Pada contoh (28), nama botok berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata botok terdiri atas satu morfem. Sebagai kata asal nama lauk botok memiliki makna leksikal „ikan dan sebagainya yang dicampur dengan parutan kelapa muda yang dibumbui kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus‟(Sugono,dkk., eds., 2008:208)

Pada contoh (29), nama lauk arsik berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata arsik terdiri satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis. Sebagai kata asal nama lauk arsik memiliki makna leksikal „masakan yang terbuat dari daging atau ikan yang dibumbui sambal dan asam potong, direbus hingga kuahnya kering‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 87)

(41)

Pada contoh (30), nama lauk rendang berbentuk kata asal. Menurut bentuknya, kata rendang merupakan kata asal karena dapat menjadi asal pembentukan kata jadian merendang dan perendangan. Menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata rendang terdiri satu morfem. karena belum mengalami proses perubahan morfologis. Sebagai kata asal nama lauk rendang memiliki makna leksikal ‟daging yang digulai dengan santan sampai kuahnya kering sama sekali, yang tinggal hanyalah potongan daging dengan bumbunya‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 1163) Pada contoh (31), nama lauk saksang berbentuk kata asal. karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata saksang terdiri satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, saksang memiliki makna leksikal „masakan yang dibuat dari daging diberi bumbu dan dicampur darah‟ (Sugono,dkk., eds., 2008: 1205)

Pada contoh (32), nama lauk dendeng berbentuk kata asal. Menurut bentuknya, kata dendeng merupakan kata asal karena dapat menjadi asal pembentukan kata jadian mendendeng. Menurut jumlah morfemnya, kata dendeng terdiri satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, dendeng memiliki makna leksikal „daging sayatan yang dibumbui dan dikeringkan‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 311)

(42)

Berikut ini dikemukakan nama sayur berbentuk kata asal dalam bentuk tabel: Tabel 2: Nama Sayur Berbentuk Kata Asal

No Nama Sayur Berbentuk Kata Asal

33 gudeg 34 brongkos 35 pecel 36 urap 37 lodeh

Pada contoh (33), nama sayur gudeg berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata gudeg terdiri atas satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, gudeg memiliki makna leksikal „masakan khas Yogyakarta yang dibuat dari buah nangka muda diberi bumbu, santan , dan lauk pelengkap (ayam,tahu,telur)‟ (Sugono,dkk., eds., 2008: 463)

Pada contoh (34), nama sayur brongkos berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata brongkos terdiri atas satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, nama sayur brongkos memiliki makna leksikal „sayur berkuah dengan bumbu keluwak‟ (Sugono,dkk., eds., 2008: 180)

Pada contoh (35), nama sayur pecel berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya kata pecel terdiri atas satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata

(43)

asal, nama sayur pecel memiliki makna leksikal „makanan yang terdiri atas sayuran rebus, seperti kacang panjang, bayam, taoge yang disiram dengan kuah sambal kacang dan sebagainya‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 1034)

Pada contoh (36), nama sayur urap berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata urap terdiri atas satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, nama sayur urap memiliki makna leksikal „kelapa parut yang dibumbui untuk campuran sayur-mayur rebus,ubi, ketan, dan sebagainya‟ (Sugono,dkk., eds., 2008: 153)

Pada contoh (37), nama sayur lodeh berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata lodeh terdiri atas satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, nama sayur lodeh memiliki makna leksikal „sayur bersantan yang dibuat dari berbagai sayuran seperti terung, kacang panjang, kol, cabai hijau‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 837)

2.2.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Kata Jadian

Kata jadian kata yang merupakan hasil penggabungan dua morfem atau lebih. Karena merupakan penggabungan dua morfem atau lebih, kata jadian disebut kata

(44)

polimorfemik (Baryadi, 2011:18). Bentuk kata jadian terdapat pada nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com serta beberapa rumah makan di Yogyakarta :

(38) Lalapan

Pada contoh (38), nama sayur lalapan berbentuk kata jadian karena kata lalapan merupakan penggabungan morfem lalap dan morfem –an. Sebagai kata jadian, kata lalapan memiliki makna leksikal “daun-daun muda, mentimun, petai mentah, dan sebagainya yang dimakan bersama sambal”(Sugono, dkk., eds., 2008: 776).

2.2.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Kata Ulang

Bentuk satuan lingual kata ulang terdapat pada nama lauk dan sayur. Kata ulang merupakan kata yang mengalami proses pengulangan atau reduplikasi. Kata tersebut mengalami pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagian(Ramlan 1980:38). Contoh kata ulang sebagai berikut:

2.2.3.1 Nama Lauk Berbentuk Kata Ulang Melalui Pengulangan Seluruh

Berikut dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk kata ulang melalui pengulangan seluruh dalam bentuk tabel:

(45)

Tabel 3: Nama Lauk Berbentuk Pengulangan Seluruh No Nama Lauk Berbentuk Pengulangan

Seluruh 39 oseng-oseng

40 otak-otak

41 rica-rica

42 cumi-cumi

Pada contoh (39), nama lauk oseng-oseng berbentuk kata ulang yang mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41). Pembentukan nama berasal dari pengulangan bentuk dasar oseng, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun dewasa ini, banyak penutur menyebut nama oseng-oseng dengan kata oseng saja sebagai variasi tuturan. Kata ulang oseng-oseng kerap diikuti dengan penambahan kata yang menjadi bahan utama dari kata ulang tersebut, contoh oseng-oseng kikil, oseng-oseng tempe,

oseng-oseng teri dan lain lain.

(39a) oseng-oseng kikil (39b) oseng kikil

Pada contoh (40), nama lauk otak-otak berbentuk kata ulang yang mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks) (lih Ramlan, 1980:41). Meskipun pembentukan nama lauk otak-otak berasal dari pengulangan bentuk dasar otak, tetapi

(46)

bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena mengacu pada referen yang berbeda. Berikut contohnya:

(40a) otak-otak (40b) * otak

Pada contoh (41) nama lauk rica-rica berbentuk kata ulang yang mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41). Pembentukan nama rica-rica berasal dari pengulangan bentuk dasar rica, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun dewasa ini, banyak penutur menyebut nama rica-rica dengan kata rica saja sebagai variasi tuturan. Kata ulang rica-rica kerap diikuti dengan penambahan kata yang menjadi bahan utama dari kata ulang tersebut, contoh, rica-rica ayam, rica-rica b2 dan lain lain.

(41a) rica-rica ayam (41b) rica ayam

Pada contoh (42), nama lauk cumi-cumi berbentuk kata ulang yang mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41). Pembentukan nama cumi-cumi berasal dari pengulangan bentuk dasar cumi, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun

(47)

dewasa ini, banyak penutur menyebut nama cumi-cumi dengan kata cumi saja sebagai variasi tuturan. Kata ulang cumi-cumi kerap diikuti dengan penambahan kata yang menunjukan bumbu atau pengolahan dari kata ulang tersebut, contoh, cumi-cumi

bakar, cumi-cumi saos padang, cumi-cumi goreng tepung dan lain lain.

(42a) cumi-cumi bakar (42b) cumi bakar

2.2.3.2 Nama Sayur Berbentuk Kata Ulang Melalui Pengulangan Seluruh

Berikut dikemukakan nama sayur berbentuk kata ulang melalui pengulangan seluruh dalam bentuk tabel:

Tabel 4: Nama Sayur Berbentuk Pengulangan Seluruh No Nama Sayur Berbentuk Pengulangan

Seluruh 43 oseng-oseng

44 asem-asem

Pada contoh (43), nama sayur oseng-oseng berbentuk kata ulang yang mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41). Pembentukan nama oseng-oseng berasal dari pengulangan bentuk dasar oseng, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun dewasa ini, banyak penutur menyebut nama oseng-oseng dengan kata oseng saja sebagai variasi tuturan. Kata ulang rica-ricaoseng-oseng kerap diikuti dengan

(48)

penambahan kata yang menjadi bahan utama dari kata ulang tersebut, contoh,

oseng-oseng kangkung, oseng-oseng-oseng-oseng pepaya , oseng-oseng-oseng-oseng daun melinjo, oseng-oseng-oseng-oseng daun pepaya, dan lain lain.

(43a) oseng-oseng kangkung (43b) oseng kangkung

Pada contoh (44), nama sayur asem-asem berbentuk kata ulang yang mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks) (lih Ramlan, 1980:41). Meskipun pembentukan nama sayur asem-asem berasal dari pengulangan bentuk dasar asem, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referenya berubah menjadi bukan nama masakan melainkan nama bumbu.

(44a) asem-asem (44b) * asem

2.2.3.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Pengulangan Leksikal

Berikut dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk pengulangan leksikal dalam bentuk tabel:

Tabel 5: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Pengulangan Leksikal No Nama Lauk dan Sayur Berbentuk

Pengulangan Leksikal 45 orak- arik

(49)

47 sayur sibulung-bulung

Pada contoh (45), nama orak-arik berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti kacau balau. Kata ulang orak-arik tidak memiliki bentuk dasar karena kata orak maupun kata arik sama-sama tidak memiliki makna atau referen. Dengan demikin nama sayur orak-arik merupakan pengulangan leksikal.

(45a) orak-arik (45b) * orak. (45c) * orik

Pada contoh (46), nama lauk ote-ote merupakan lauk berupa adonan tepung dan kerang berbumbu yang digoreng. Lauk ini berasal dari daerah Porong, Jawa Timur. Nama lauk ote-ote tidak memiliki bentuk dasar karena kata ote maupun kata

ote sama-sama tidak memiliki makna atau referen. Dengan demikin nama lauk ote-ote merupakan pengulangan leksikal.

(46a) ote-ote (46b) * ote (46c) * ote

Pada contoh (47), nama sayur sibulung-bulung merupakan bentuk pengulangan leksikal karena kata tersebut tidak memiliki bentuk dasar sibulung ataupun bentuk dasar bulung. Sayur sibulung-bulung merupakan sayur berupa

(50)

campuran sayur yaitu daun dan bunga pepaya, jantung pisang serta kacang hijau yang dimasak bersama kaldu ayam.

(47) sayur sibulung-bulung (47a) sayur *sibulung (47b) sayur *bulung

2.2.4. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Majemuk

Dalam bahasa Indonesia kerap ditemukan gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru atau yang biasa dikenal dengan kata majemuk. Pemajemukan dalam kata juga terjadi dalam nama lauk dan sayur.

Berikut ini dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk kata majemuk dalam bentuk tabel.

Tabel 6: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Majemuk No Nama Lauk dan Sayur

Berbentuk Kata Majemuk 48 garang asem

49 pecel lele 50 pecel ayam 51 sayur asem

Pada contoh (48), nama lauk garang asem berbentuk kata majemuk karena merupakan gabungan dari morfem asal garang dan asem. Kata majemuk garang

(51)

majemuk garang asem tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi asem

garang.

(48a) garang asem (48b) *asem garang

Pada contoh (49), nama lauk pecel lele berbentuk kata majemuk karena merupakan gabungan dari morfem asal pecel dan lele. Kata majemuk pecel lele tidak dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata majemuk

pecel lele tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi *lele pecel.

(49a) pecel lele (49b) *lele pecel

Pada contoh (50), nama lauk pecel ayam berbentuk kata majemuk karena merupakan gabungan dari morfem asal pecel dan ayam. Kata majemuk pecel ayam tidak dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata majemuk pecel ayam tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi *ayam

pecel.

(50a) pecel ayam (50b) *ayam pecel

Pada contoh (51), nama sayur asem berbentuk kata majemuk karena merupakan gabungan dari morfem asal sayur dan asem. Kata majemuk sayur asem tidak dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata

(52)

majemuk sayur asem tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi *asem

sayur

(51a) sayur asem (51b) *asem sayur

2.2.5 Nama Lauk Berbentuk Kependekan

Bentuk kependekan dalam Bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu, kepanduan, angkatan bersenjata, dan kemudian menjalar ke bahasa sehari-hari (Kridalaksana, 2010:161)

Kependekan juga turut mewarnai kebahasaan nama pada lauk namun tidak halnya dengn nama sayur. Adanya pemendekan dalam nama lauk antara lain membuat nama - nama tersebut unik dan menarik, tujuan lainya untuk memperhalus makna dari nama makanan pendamping yang terkesan kasar bagi etnis tertentu. Terdapat dua bentuk pemendekan dalam nama lauk yaitu singkatan dan akronim. Singkatan merupakan sebuah bentuk singkat yang terdiri satu huruf atau lebih (EYD, 2010:39). Akronim merupakan pemendekan dua kata atau lebih yang diperlakukan menjadi sebuah kata (EYD, 2010: 42).

2.2.5.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Singkatan

Pemendekan menggunakan singkatan banyak ditemui dalam nama lauk. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan

(53)

huruf (Kridalaksana, 2010: 162). Berikut ini dikemukakan nama lauk berbentuk singkatan dalam bentuk tabel:

Tabel 7: Nama Lauk Berbentuk Singkatan No Nama Lauk Berbentuk Singkatan

52 B2

53 B1

54 RW

55 ASP

Pada contoh (52), kata B2 adalah hasil pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga dari kata babi dengan menambahkan bilangan 2. Kependekkan B2 digunakan untuk menyebut nama lauk yang terbuat dari bahan dasar daging babi misalnya rica-rica B2, saksang B2, sop B2, dan sebagainya. Kata B2 dapat saling menggantikan dengan kata babi karena keduanya memiliki makna sama dan merujuk pada referen lauk yang terbuat dari daging babi.

(52a) rica-rica B2

(52b) rica-rica daging babi

Pada contoh (53), kata B1 adalah hasil pengekalan huruf pertama (B) pada kata biang dengan bilangan 1 . Kata biang mempunyai arti anjing yang diambil dari bahasa Batak. Kependekkan B1 digunakan untuk menyebut nama lauk yang terbuat dari bahan dasar daging anjing misalnya saksang B1, rica-rica B1, dan lain-lain. Kata

(54)

B1 dan daging anjing memiliki makna sama dan mengacu pada referen lauk yang

terbuat dari daging anjing.

(53a) saksang B1

(53b) saksang daging anjing.

Pada contoh (54), kependekkan RW adalah hasil pengekalan huruf awal dari kata rintek dan kata wuuk. Kedua kata tersebut diambil dari bahasa Manado yang memiliki arti bulu halus dan referennya mengacu pada hewan anjing. Kata RW yang semula hanya menyebut hewan anjing kemudian berkembang menjadi nama lauk yang berupa potongan kecil daging anjing yang ditumis bersama bumbu serai, lengkuas dan cabai. Kata RW dan daging anjing dapat saling menggantikan karena keduanya mengacu pada referen yang sama yaitu lauk yang terbuat dari daging anjing.

(54a) RW

(54b) daging anjing

Pada contoh (55), kata ASP adalah hasil pengekalan huruf awal dari frasa

Ayam Saos Pedas. Kependekkan ASP digunakan untuk menyebut lauk berupa ayam

yang digoreng dengan lapisan tepung dan diberi saus cabai Kata ASP dan Ayam Saos

Pedas memiliki referen yang mengacu pada lauk berupa ayam digoreng bersama

lapisan tepung dan beri saus pedas sehingga keduanya dapat saling menggantikan.

(55)

(56a) ASP

(56b) Ayam Saos Pedas

2.2.5.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Akronim

Akronim terdapat pada nama lauk dan sayur dalam bahasa Indonesia. Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain dari bentuk dasar dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik dalam bahasa Indonesia(Baryadi, 2011:52). Contoh nama lauk dan sayur dalam satuan lingual akronim sebagai berikut.

Tabel 8: Nama Lauk Berbentuk Akronim No Nama Lauk Berbentuk Akronim

57 Sogul

58 Sengsu

Pada contoh (57), kata sogul adalah hasil pengekalan dua suku kata pertama dari kata sop dan kata gulai. Nama lauk sogul digunakan untuk menamai potongan daging ayam yang dimasak dengan santan berbumbu gulai pedas.

Kata sogul dan sop gule memiliki referen yang sama yaitu mengacu pada lauk berupa ayam yang dimasak dengan santan.

(57a) sogul ayam (57b) sop dan gule ayam

Pada contoh (58), akronim sengsu adalah hasil pengekalan dari suku kata terakhir kata tongseng dan kata asu. Tongseng merupakan „masakan yang terbuat dari

(56)

daging dicampur kuah gulai, kecap dan kubis‟ (Sugono, dkk., eds., 2008: 1480), sedangkan kata asu mempunyai arti anjing dalam bahasa Jawa, sehingga akronim

sengsu memiliki arti tongseng yang berbahan dasar daging anjing. Kata sengsu dan tongseng asu memiliki referen yang sama sehingga keduanya dapat saling

menggantikan. (58a) sengsu

(58b) tongseng asu

2.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Frasa Atributif

Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (lihat Ramlan, 1983:137). Dalam penelitian ini, terdapat jenis frasa atributif pada nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com serta beberapa rumah makan di Yogyakarta. Frasa atributif tersebut kemudian dibagi berdasarkan strukturnya yaitu frasa beratributif dengan atribut koordinatif, frasa gabungan atributif dengan koordinatif dan berdasarkan maknanya yaitu frasa beratribut metaforis serta frasa beratribut non-metaforis.

2.3.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif Beratribut Frasa Koordinatif

Penggunaan frasa ini pada nama makanan timbul karena sang pemberi atau pencipta nama berkeinginan untuk memberi nama sejelas-jelasnya.

Berikut ini dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk frasa beratribut frasa koordinatif dalam bentuk tabel:

(57)

Tabel 9: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Frasa Koordinatif

No Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Frasa

Koordinatif

59 Anyang ayam dan jantung pisang 60 Anyang pakis dan tauge

Pada contoh (59), nama sayur anyang ayam dan jantung pisang berbentuk frasa atributif dengan atribut frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur frasa yang menggunakan frasa koordinatif pada atributnya. Frasa anyang

ayam dan jantung pisang terdiri dari UP berupa anyang dan atributnya berupa ayam dan jantung pisang. Atribut pada frasa ini berbentuk frasa koordinatif karena

memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan

anyang + ayam dan jantung pisang UP Atr ( frasa koordinatif)

Pada contoh (60), nama sayur anyang pakis dan tauge berbentuk frasa atributif dengan atribut frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur frasa yang menggunakan frasa koordinatif pada atributnya. Frasa anyang pakis dan

Gambar

Tabel 1: Nama Lauk Berbentuk Kata Asal  No  Nama Lauk Berbentuk Kata Asal
Tabel 2: Nama Sayur Berbentuk Kata Asal   No  Nama Sayur Berbentuk Kata Asal
Tabel 3: Nama Lauk Berbentuk Pengulangan Seluruh  No  Nama Lauk Berbentuk Pengulangan
Tabel 4: Nama Sayur Berbentuk Pengulangan Seluruh  No  Nama Sayur Berbentuk Pengulangan
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pokja ULP/Panitia Pengadaan Barang / Jasa Bidang Bangunan Air Dinas Pekerjaan Umum.. Kota Makassar yang diangkat berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pekerjaan

Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Perencanaan Arsitektur Enterprise untuk Pengembangan e-Government pada Pemerintah Kabupaten Barito Utara : Studi

Fungsi Lapisan hitam yang tersusun logam dan mineral lempung tersebut masih butuh penelitian lebih lanjut, khususnya Jobong tersebut untuk SUMUR atau untuk SEPTIK TANK. Sampel

Muatan yang mudah terbakar , radioaktif, atau kemungkinan bahaya peledakan atau berbahaya yang akan dimuat diatas kapal harus diberitahu pengangkut secara tertulis mengenai

Oleh karena itu, dikembangkan Risk Based Inspection method kedalam bentuk perangkat lunak yang user friendly dan mudah dipergunakan serta sesuai dengan data

Penelitian tentang pengaruh pemberian pakan dengan imbangan protein kasar dan Total Digestible Nutrients yang berbeda terhadap pemanfaatan energi domba lokal sebanyak

Sebagai pemikir aparatur pemerintah akan mampu memberikan pemikiran-pemikiran yang inovatif artinya setiap aparatur pemerintah yang melaksanakan bidang pelayanan

Ia juga menyokong fungsi Paparan Imej VIERA supaya selepas rakaman, pengguna boleh menggunakan Kad Memori SDXC, SDHC, atau SD dari model SD60 dan masukkan ke dalam