• Tidak ada hasil yang ditemukan

63736543 Dangerous Cargo Handling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "63736543 Dangerous Cargo Handling"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

OUTCOMES

Setelah menyelesaikan Modul ini, di harapkan Peserta akan

mempunyai pemahaman tentang:

1. Pengenalan & Pemahaman Barang Berbahaya (Dangerous Goods) 2. Peraturan Nasional & International mengatur Barang Berbahaya

3. IMDG Code dan MSDS

4. Tanggungjawab Shipper dalam Pengapalan Barang Berbahaya

5. Penanganan Barang Berbahaya di Dalam Gudang

(3)
(4)

Apakah itu Dangerous Goods

atau Barang Berbahaya

Dangerous Goods dapat di definisikan

sebagai:

“ Suatu barang atau substansi yang dapat

menimbulkan

suatu

resiko

kepada

kesehatan, keselamatan jiwa, kerusakan

lingkungan dan properti ”.

(5)

Apakah itu Dangerous Goods

atau Barang Berbahaya

Jenis dari Dangerous Goods Cargo dapat

terdiri atas;

- Berbentuk Cair (Liquid)

- Berbentuk Padat (Solid)

- Berbentuk Gas (Gasses)

(6)

Filosofi Barang Berbahaya (Dangerous Goods)

Prinsip dalam penanganan DG adalah:

Mematuhi ketentuan yang di atur oleh IMDG (International

Maritime Dangerous Goods)

DG adalah muatan yang dapat terbakar atau meledak dan

perlu mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak.

(7)

Definitions and terminology relating to

Hazardous Cargoes

Dangerous goods – means substances, materials and articles covered by the

IMDG Code

International Maritime Dangerous Goods Code – a mandatory code for the carriage of dangerous goods at sea as adopted by the Maritime Safety

Committee (MSC) of the International Maritime Organization (IMO). Effective from 1 January 2004 this code is applicable to all ships to which the Safety of Life at Sea (SOLAS) convention applies (Resolution MSC. 122(75))

Flammable liquid – is a liquid having a flash point lower than 37.8°C. A combustible liquid is a liquid having a flash point of 37.8°C or above, e.g. gasoline is a flammable liquid, whereas kerosene is a combustible liquid

Flash point – is that lowest temperature at which a liquid gives off sufficient

vapour to form a flammable mixture with air near the surface of the liquid, or within the apparatus used. Flash point represents the change point from safe to risk.

Harmful substances – are those substances that are identified as marine pollutants in the IMDG Code

(8)

Mengenali “Bahan Berbahaya”

Mengurangi Resiko

Istilah bahan berbahaya adalah nama umum dan menurut hukum bahan kimia didefinisikan sebagai

• Bahan berbahaya atau formulasi menurut Chemicals Law.

• Bahan, formulasi dan produk dapat membentuk atau melepaskan bahan atau formulasi berbahaya selama proses pengangkutan,

• Bahan, formulasi dan produk bersifat mudah meledak Berikut adalah beberapa definisi yang dapat digunakan:

• Bahan/zat adalah unsur atau senyawa kimia – bagaimana terjadinya di alam atau diproduksi dengan cara sintesis (misalnya asbes, bromin, etanol, timbal, dll)

• Formulasi adalah paduan, campuran atau larutan dari dua bahan atau lebih (misalnya cat, larutan formaldehid dll)

• Produk adalah bahan/zat atau formulasi yang diperoleh atau terbentuk selama proses produksi. Sifat-sifat ini lebih menentukan fungsi produk daripada komposisi kimianya.

(9)

Bahan berbahaya yang didefinisikan di atas memiliki satu sifat atau lebih yang ditandai dengan simbol-simbol bahaya.

Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang oranye, kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan

simbol bahaya, yang terbagi dalam

• Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia) • Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau

• Kombinasi dari keduanya.

(10)

Mengenali Sifat dari “Barang Berbahaya”

Inflammable substances (bahan mudah terbakar)

Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar (extremely flammable substances), dan bahan sangat mudah terbakar (highly flammable substances). Bahan dapat terbakar (flammable substances) juga termasuk kategori bahan mudah terbakar (inflammable substances) tetapi penggunaan simbol bahaya tidak diperlukan untuk bahan-bahan tersebut

Explosives (bersifat mudah meledak)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“ dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol.

(11)

Oxidizing (pengoksidasi)

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal

mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat pekat.

Very Toxic (Sangat Beracun)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene

dan atripin.

(12)

Bahan Berbahaya yang Merusak Jaringan

(tissue destroying substances)

Meliputi sub-grup bahan korosif (corrosive substances) dan bahan iritan (irritant substances)

Corrosive (korosif)

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4 maupun basa seperti larutan NaOH (>2%).

Irritant (Menyebabkan Iritasi)

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan asam

(13)
(14)

PERATURAN INTERNASIONAL - IMO

“International Maritime Organization”

CLASSIFICATION

PACKING, MARKING, LABELLING

STOWAGE, STORAGE, COMPATIBILITIES

TRAINING, DOCUMENTATION, DEALING ACCIDENT

IMDG

International Maritime

Dangerous Goods

ANNEX III-Regulation Prevention Pollution by Harmful Substances Carried by Sea in Packaged form

MARPOL

IMO Convention of

Maritime Pollution

EmsGroup and Title Number

Special Emergency Equipment To Be Carried

Emergency Procedures

(15)

PERATURAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

“Undang Undang , Peraturan Pemerintah &

Keputusan Menteri ”

• PELAYARAN

UU

No.17/2008

• ANGKUTAN DI

PERAIRAN

PP

No.20/2010

• PERLINDUNGAN

MARITIM

PP

No.21/2010

(16)

PEDOMAN PENANGANAN BAHAN /

BARANG BERBAHAYA DALAM KEGIATAN

PELAYARAN DI INDONESIA

KM

No.17/2000

PERUBAHAN ATAS KM NO 17/2010

TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BAHAN

/ BARANG BERBAHAYA DALAM KEGIATAN

PELAYARAN DI INDONESIA

KM

No.02/2010

ANGKUTAN di PERAIRAN (Lembaran Negara

PP

PERATURAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

“Undang Undang , Peraturan Pemerintah &

(17)

MARPOL - Maritime Pollution

Annex III – Regulation Prevention Pollution by

Harmful Substances Carried by Sea in

Packaged Form

Reg.2 : Packing

Reg.3: Marking & Labeling

Reg.4: Documentation

Reg 5: Stowage

(18)

MARPOL - Maritime Pollution

Reg No

Penjelasan

NO. 2 Packing

Harus mencegah bahaya terhadap lingkungan maritim Harus sesuai dengan jenis barangnya

NO. 3 Marking &

Labelling

Packing harus di tandai dengan Nama Teknis yang mengindikasi “ Marine Pollutant” dan di cantumkan UN Number.

Harus menjamin Marking nya tahan dan tidak hilang bila barang tsb tenggelam di laut

No. 4 Document

Mencantumkan Nama Teknis untuk setiap barang Shipper harus mengisi IMO DG Form

Setiap kapal yang membawa DG harus mempunyai Special List, Stowage Plan & Manifest

(19)

PERATURAN

PEMERINTAH

MENGATUR TENTANG

UU NO.17

TAHUN 2008

PELAYARAN

PASAL NO. 45 S/D PASAL 48

PP NO. 20

TAHUN 2010

ANGKUTAN DI PERAIRAN

PASAL NO. 178 ayat (1)

PP NO.21

TAHUN 2010

PERLINDUNGAN MARITIM

PASAL NO.4 ayat (g)

PERATURAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

“Undang Undang , Peraturan Pemerintah &

(20)
(21)

Struktur IMDG Code

The IMDG Code is adalah suatu peng-kode-an yang digunakan

untuk membawa muatan berbahaya dan terdiri

atas 4 Volume

dan 1 lampiran tambahan

IMDG Code Volume 1

Berisi pendahuluan umum dan mencakup standar terhadap:

1. Klasifikasi Barang

2. Pengemasan Barang

3. Dokumentasi yang diperlukan dalam pengiriman/pengapalan.

4.Label dan tanda tanda yang diperlukan.

5. Standarisasi mengenai bahan peledak diatas kapal

penumpang.

Diatur lebih rinci mengenai standarisasi untuk BB Class 1–9.

The IMDG Code is adalah suatu peng-kode-an yang digunakan

untuk membawa muatan berbahaya dan terdiri

atas 4 Volume

dan 1 lampiran tambahan

IMDG Code Volume 1

Berisi pendahuluan umum dan mencakup standar terhadap:

1. Klasifikasi Barang

2. Pengemasan Barang

3. Dokumentasi yang diperlukan dalam pengiriman/pengapalan.

4.Label dan tanda tanda yang diperlukan.

5.Standarisasi

mengenai

bahan

peledak

diatas

kapal

penumpang. Diatur lebih rinci mengenai standarisasi untuk BB

Class 1–9.

(22)

IMDG Code Volume 2

Berisi instruksi secara detil mengenai pengemasan, pelabelan

dan pemuatan (stowed) bahan peledak (termasuk spesfikasi

yang khusus) bersamaan dengan zat yang terdapat

dalam

„Class 1‟ bahan peledak, „Class 2‟ gases and „Class 3‟ cairan

mudah terbakar.

IMDG Code Volume 3

Volume in mencakup „Class 4‟ flammable solids dan „Class 5‟

oxidizing agents dan organic peroxides. Setiap zat dan bahan

berbahaya ini mempunyai instruksi khusus pada pengemasan

dan pemuatan (stowing), dan juga informasi yang relevan untuk

setiap Class.

(23)

IMDG Code Volume 4

Volume ini mengcakup Classes 6 (poisons), 7 (radioactive

substances),

8 (corrosives) dan 9 (miscellaneous). Juga

informasi lengkap untuk setiap Class termasuk juga pemisahan

(segregation), tingkat keracunan (toxicity level) dan skala

radioactive , dan persyaratan pengemasan untuk zat

karat

(corrosives) dan bahan berbahaya lainnya (miscellaneous

substances)

IMDG Code Supplement

Lampiran ini berisi

“emergency procedures (EmS) “ dan

schedules untuk setiap komiditi , ditambah persyaratan detil

untuk

perlengapan

khusus

menangani

tumpahan

dan

kebakaran. MFAG memberikan informasi terhadap tanda tanda

(symptoms) dan raksi tubuh yang terpapar insiden , juga cara

penanganan muatan BB curah padat.

(24)

Pengaturan Klasifikasi

Barang Berbahaya

• Diatur secara internasional oleh IMO di dalam IMDG code.

• Tujuan Klasifikasi adalah menghindari bahaya yang timbul akibat sifat dari muatan DG tersebut.

• DG di kelompokkan dalam beberapa kelas dan setiap kelas mempunyai label (marking) tersendiri.

• Dikelompokan dalam 9 class yang menggambar resiko yang ada.

• Class 1,2,4,5,6 dibagi lagi dalam “division” dikarenakan variasi bahayanya dalam class ini.

• Class di tunjukkan dalam “satu digit “ Misal class. 7

• Class yang dalam “2 digit” berarti digit 1 adalah class dan digit ke 2 adalah variation nya. Misalnya class 5.1

• Beberapa DG bisa memiliki kriteria yang yang lebih dari satu “class” atau “division”

• Dalam kondisi ini, DG ini mempunyai kedua dua resiko bahaya, baik resiko primary (class) dan resiko subsidiary (division)

(25)

CLASS DESCRIPTION

Class 1 Explosive Bahan Peledak Class 1.1 Substances and articles which

have a mass explosion hazards

Zat dan barang yang mempunyai sifat ledakan hebat

Class 1.2 Substances and articles which have a projection hazard but no mass explosion hazard

Zat dan bahan yang mempunyai sifat bahaya peledakan namun bukan ledakan hebat

Class 1.3 Substances and articles which have a fire hazard and either a minor blast hazard or a minor projection hazard, but no a mass explosion hazard

Zat dan bahan yang dapat

menimbulkan bahaya kebakaran atau ledakan kecil atau

keduanya, namun bukan menimbulkan ledakan hebat Class 1.4 Substances and articles which

present no significant hazard

Zat dan bahan yang tidak begitu membahayakan.

Class 1.5 Very sensitive substances Zat yang sangat peka

Klasifikasi Barang Berbahaya

Sesuai Dengan IMDG Code

(26)

CLASS DESCRIPTION

Class 2 Gasses; compressed, liquefied or dissolved under pressure

Gas;di padatkan, dicairkan atau dilarutkan dibawah tekanan Class 3 Flammable liquid Cairan mudah terbakar

Class 3.1 Low flashpoint of liquids Cairan dengan titik bakar rendah Class 3.2 Intermediate flashpoint of

liquids

Cairan dengan titik bakar sedang Class 3.3 High flashpoint of liquids Cairan dengan titik bakar tinggi Class 4.1 Flammable solids Bahan padat mudah terbakar Class 4.2 Flammable solids, or

substance, liable to

spontaneous combustion

Bahan padat, mudah terbakar, atau zat yang mudah

mengeluarkan uap panas

Class 4.3 Flammable solids, or Bahan padat mudah terbakar,

Klasifikasi Barang Berbahaya

Sesuai Dengan IMDG Code

(27)

CLASS DESCRIPTION

Class 5.1 Oxidizing substances Zat oksidasi

Class 5.2 Organic Peroxides Zat yang dapat beroksidasi Class 6.1 Poisonous (toxic) substance Zat beracun

Class 6.2 Infectious substances Zat yang menimbulkan gangguan atau iritasi Class 7 Radio active substance Zat radioaktif

Class 8 Corrosives Bahan yang menimbulkan karat Class 9 Miscellaneous dangerous

substances

Bahan lainnya yang berbahaya

Klasifikasi Barang Berbahaya

Sesuai Dengan IMDG Code

(28)

Package Requirements for Dangerous Goods

Semua DG yang akan diangkut harus memenuhi spesifikasi yang direkomendasikan oleh IMDG Code. Pengemasan harus:

1. Terbuat dengan baik dan dalam kondisi yang bagus. 2. Diberi segel (sealed) untuk mencegah kebocoran.

3. Jenis kemasan harus terbuat dari material yang tidak terpengaruh oleh bahan/zat di dalam kemasan. Bila diperlukan diberikan pelapis dalam (inner

coating) yang mencegah resiko pada penanganan maupun saat dalam kapal. Bila menggunakan absorbent material

Gas cylinders for gases under pressure must be adequately constructed and tested, maintained and correctly filled. When pressure may develop in a package by the emission of gas from the contents due to a rise in temperature, such a package may be fitted with a vent, provided that the gas emitted will not cause danger in any form to the surround.

(29)

Marking of Dangerous Goods

(Ref. IMDG Code

)

Packages of „dangerous goods‟ must be transported in accordance with the provisions of the IMDG Code. Packages containing a harmful substance should be durably marked with the correct technical name (trade names alone should not be used). They should be marked to indicate that they are a marine pollutant and identified by additional means like by use of the relevant UN number.

Markings on packages containing harmful substances must be of such a

durable nature as to withstand three (3) months immersion in sea water. They must be adequate to minimize the hazard to the marine environment having due regard to their specific contents.

Empty packages which have previously been used for the transport of harmful substances shall themselves be treated as harmful substances, unless adequate precautions have been taken to ensure that they contain no residues that are of a harmful nature to the marine environment.

(30)

Purpose of Marking and Labeling

Tujuan

markah

pada

kemasan

dengan

menulis

“shipping name “ dan UN Number yang benar, adalah

supaya bahan/zat tersebut segera dapat di identifikasi

saat pengangkutannya .

Identifikasi ini khususnya sangat penting dalam

menentukan jenis tindakan darurat yang harus diambil

apabila terjadi tumpahan (spillage) atau kecelakaan.

(31)
(32)
(33)

Stowage of Class 1: EXPLOSIVES

Kategori Bahan PELEDAK untuk pemuatan mengikuti salah satu

metode berikut:

1.

Stowage Category I

– goods not requiring a magazine

stowage.

2. Stowage Category II, Type

„A‟ – a fixed magazine structure. This

magazine should be close boarded on the inner sides and floor.

Although cargo battens are sufficient on the

ship‟s sides and

bulkheads if they are not more than 150 mm apart.

3. Stowage Category II, Type

„B‟ – fixed magazine structure.

Similar to

„Type A‟ but close boarding of sides and floor is not a

requirement.

4. Stowage Category II, Type

„C‟ – a fixed magazine structure

similar to

„Type B‟, but restrictions are placed on the permitted

distance from the

ship‟s side.

(34)

Stowage of Class 1: EXPLOSIVES

5. Stowage Category II

– approved portable units.

6. Stowage Category II

– freight containers.

7. Stowage Category III (pyrotechnics)

– similar stowage to

Category I, except that goods should not be overstowed with

other cargo.

8. Stowage Category IV

– the goods requiring this stowage

should

be

placed

as

far

as

possible

away

from

living

accommodation and should not be overstowed. Deck stowage is

preferred.

(35)

M S D S

MSDS adalah singkatan dari Material Safety Data Sheet , ada juga yang menyebut dengan Chemical Data Sheet atau Hazardous Data Sheet.

Ini memuat semua informasi mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengunaan zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang berbahaya.

Data dari MSDS sangat penting dalam penyimpanan, penanganan, pemakaian, pembuangan zat kimia. Data MSDS merupakan protokol standar keamanan dan keselamatan kerja.

(36)

STRUKTUR MSDS

SECTION 1 :CHEMICAL PRODUCT & COMPANY IDENTIFICATION SECTION 2 : HAZARD IDENTIFICATION

SECTION 3 : COMPOSITION / INFORMATION ON INGREDIENTS SECTION 4 : FIRST AIDS MEASURES

SECTION 5: FIRE FIGHTING MEASURES

SECTION 6 : ACIDENTAL RELEASE MEASURES SECTION 7 : HANDLING & STORAGE

(37)

SECTION 9 :PHYSICAL & CHEMICAL PROPERTIES

SECTION 10 : CHEMICAL STABILITY & REACTIVITY INFORMATION SECTION 11 : TOXICOLOGICAL INFORMATION

SECTION 12 : ECOLOGICAL INFORMATION SECTION 13: DISPOSAL CONSIDERATION

SECTION 14 : TRANSPORTATION INFORMATION SECTION 15 : REGULATORY INFOMATION

SECTION 16 : OTHER INFORMATION

(38)

Jadi MSDS adalah suatu dokumen yang

mengidentifikasi suatu zat dan semua unsur

unsur utamanya.

Dokumen ini menyediakan Penerima dengan

semua informasi yang diperlukan untuk dapat

menangani barang tersebut dengan cara yang

aman.

Contoh MSDS

(39)
(40)

Persyaratan Pengangkutan

(Condition of Carriage)

Sebagaimana

tercantum

pada

halaman

belakang dari B/L

Mengacu kepada Hague atau

Hague-Visby-Rules dengan beberapa variasinya

(41)

Persyaratan Pengangkutan

(Condition of Carriage)

Dangerous Goods and Contraband

Muatan yang mudah terbakar , radioaktif, atau

kemungkinan bahaya peledakan atau berbahaya

yang akan dimuat diatas kapal harus diberitahu

pengangkut secara tertulis mengenai kelas,

sifat, nama, label dan klasifikasinya. Selain itu

juga diberitahu cara menyimpan barang

tersebut.

(42)

Persyaratan Pengangkutan

(Condition of Carriage)

Dangerous Goods and Contraband

Harus dinyatakan dengan jelas alamat penerima, label

serta peringatan harus ditempel diluar badan peti

kemas dan memenuhi ketentuan yang diatur.

Bila

terjadi

diluar

ketentuan

maka

bukan

tanggungjawab pengangkut meskipun uang tambang

sudah dibayarkan dan dapat ditinggal dipelabuhan atau

dibuang

(43)

1. Pengirim barang berkewajiban memberitahukan

secara rinci (Disclose) kepada Pemilik Kapal/

Pengangkut (Lihat The Merchant Shipping Act 1894 )

2. Bahkan untuk jenis barang tertentu ada kewajiban

untuk mencantumkan tanda-tanda (Marking) khusus

pada pembungkusnya

3. Dan pelanggaran terhadap kewajiban itu bisa

dikenakan hukuman. Sebagai contoh, baik Merchant

Shipping Act 1894 maupun The Hague Rules 1924

memberikan

kewenangan

kepada

Nakhoda,

Pengangkut atau Agennya untuk menurunkan dan

memusnahkan barang itu, tanpa Pengirim barang

bisa menuntutnya .

Ketentuan Pengiriman

Barang Berbahaya

(44)

Shipping Procedure for the Loading and Transport of

Hazardous Goods

Semua DG yang diangkut lewat laut , harus melalui prosedur sebagai berikut: 1. Shipper harus mempunyai „Export Licences‟ untuk barang yang dimaksud.

2. Shipper bertanggungjawab untuk Penandaan (marking) dan Pelabelan (labeling) semua barang yang dikapalkan sesuai dengan IMDG Code.

3. Agent harus mempersiapkan :

– Jumlah kemasan dan beratnya – Nilai (value) dari barang

– Peryaratan khusus dalam penanganan barang 4. B/L harus diperlihatkan dan tidak ada catatan/endorsmen .

6. Muatan harus terdaftar di manifes dan ditandai di stowage plan.

7. Perwira kapal memeriksa UN number, perinician komoditas, pelabelan pada kemasan dan kondisi kemasan.

8. Nakhoda berhak menerima atau menolak muatan kapal sebelum dimuat. Saat muatan DG termuat dikapal adalah wajib mengikuti persyaratan yang ditentukan

(45)

Documentation for Shipping Dangerous Goods

1. Semua dokumen terkait dengan BB (Barang Berbahaya) HARUS menggunakan “Technical Name” , tidak bisa menggunakan “merek dagang”.

2. Setiap dokumen yang di siapkan oleh Shipper harus termasuk atau dilampirkan sertifikat bertandatangan atau pernyataan yang menunjukkan bahwa muatan BB tersebut dalam kondisi siap dikapalkan dan sudah dikemas, ditandai dan diberikan label dll yang benar dan sesuai.

3. Apabila hal diatas tidak terpenuhi maka DG cargo tersebut di tolak untuk di muat keatas kapal.

5. Setiap kapal yang mengangkut DG harus mempunyai spesial list atau manifets yang menjelaskan secara detil DG diatas kapal termasuk stowage plan nya.

Dokumen ini harus diterima terminal sebelum kapal tiba.

6. Dalam hal pencemar maritim (marine pollutants), didalam dokumen harus mencantumkan bahwa shipment yang diangkut adalah “marine pollutant” dan dalam kondisi yang memenuhi standar untuk dimuat ke kapal

(46)

Prime Functions

Documentation of G

Adalah menyediakan Informasi Dasar terkait bahan berbahaya (hazardous substance) dan setiap produk, material atau bahan yang akan dikapalkan HARUS memberikan informasi sebagai berikut:

1. Nama pengapalan (The proper shipping name) 2. Klasifikasi dan divisi dari BB tersebut.

3. Nomer UN

4. Untuk „Class 7‟, radioactive materials saja,Nomer schedulenya Class 7 6. Setiap bekas pengemasan yang kosong atau kemasan yang

mengandung residu DG HARUS di tandai / marking dengan tulisan “empty uncleaned atau residue-last contained” sebelum atau sesudah tulisan shipping name dari zat / bahan berbahaya tersebut.

(47)

7. Sampah DG diangkut untuk dibuang (kecuali sampah radioactive), shipping name yang sesuai harus ditambah kata “sampah/residu” (waste).

8. Jumlah dan jenis pengemasan bersamaan jumlah total DG dengan penjelasnya. 9. Minimum flash point bila 61°C atau lebih kecil (°C closed cup test), atau bahaya lainnnya yang tidak dicantumkan dalam penjelasan DG.

10. Untuk Class 4.1 self-reacting substance atau Class 5.2 organic peroxide, jika ada di cantumkan control dan emergency temperatures.

Informasi tambahan lainnya yang diperlukan unutk DG dengan “special classes” antara lain:

- Class 1; gases, infectious substances, radioactive materials, certain substances

- Class 4.1 which may be exempt from display of an explosive subsidiary label, and certain organic substances that are also exempt from displaying the explosive subsidiary label.

(48)
(49)

Pergudangan

Yaitu tempat menyimpan barang yang akan dimuat

atau setelah dibongkar dari kapal.

Gudang menurut wilayah Bea Cukai:

1) Gudang Lini I (transit shed atau deep-sea godown)

2) Gudang Lini II

3) Gudang Lini Verlengstuk; berada di lini II utk barang yang

belum selesai kewajiban bea masuk.

4) Gudang Enterport; gudang impor milik perusahaan

/pelabuhan yang dalam pengawasan bea cukai.

(50)

Pergudangan

Gudang menurut Jenis Muatan:

1) Gudang Umum; untuk menyimpan muatan general

cargo.

2) Gudang Khusus; yaitu untuk muatan khusus yang

ditentukan oleh Bea Cukai, muatan yang tidak bertuan

dimasukkan kedalam gudang khusus.

3) Gudang Muatan Berbahaya; tempat menampung

sementara muatan berbahaya, dapat tertutup maupun

terbuka tergantung jenis & sifat muatan tersebut.

(51)

Aktivitas di dalam Gudang :

1) Administrasi

2) Penerimaan Barang

3) Penyimpanan Barang

4) Pengepakan Barang

5) Pengeluaran Barang

(52)

Penanganan Muatan Berbahaya

Hal yang HARUS diperhatikan adalah:

1) Personel yang menangani BB di gudang

harus

sudah

mendapat pelatihan mengenai barang yang akan

ditangani.

2) Setiap Barang Berbahaya yang akan masuk gudang

harus

mempunyai MSDS dan Dokumentasi lengkap.

3) Semua persyaratan dari IMDG untuk BB yang akan

masuk ke gudang harus terpenuhi.

4) Menggunakan APD dan tersedia peralatan untuk

keadaan darurat sesuai dengan jenis BB yang

(53)

Penanganan Muatan Berbahaya

Tindakan dalam penanganan BB antara lain:

1) Tidak boleh dibanting atau menggunakan ganco.

2) Bila menggunakan forklift jangan terkena sodok.

3) Kemasan yang rusak atau bocor harus di tolak.

4) Kemasan drum tidak boleh di gelindingkan.

5) Untuk BB yang sensitif perlu diberi dunnage di antara

drum ( spt; chlorite, bromate, nitrocellulose)

6) Kemasan yang ada sistem ventilasi harus di susun

tegak.

(54)

Penanganan Muatan Berbahaya

Tindakan Pemisahan BB :

1) BB yang saling bereaksi tidak boleh di simpan

berdekatan, (spt ; klass 8 bisa terjadi reaksi antara acid

dan alkali)

2) Bahan makanan tidak boleh di campur dengan BB

3) BB yang bereaksi dengan air tidak boleh di timbun

dengan barang yang mengandung air.

(55)
(56)

Segregation and stowage requirements for

dangerous cargo - IMDG code guideline

Handling dangerous cargo requires special care due to the inherent hazardous nature of the cargo and applicable carriage regulations.

(Segregation Chart)

1. The general provisions for segregation between the various classes of dangerous goods are shown in "Segregation table" (IMDG Code Chapter 7.2.1.16).

In addition to the general provisions, there may be a need to segregate a particular substance, material or article from other goods which could contribute to its

hazard. Particular provisions for segregation are indicated in the Dangerous Goods List and, in the case of conflicting provisions, always take precedence over the general provisions.

Example of Segregation :

a) In the Dangerous Goods List entry for ACETYLENE, DISSOLVED, class 2.1, UN 1001, the following particular segregation requirement is specified:

“separated from” chlorine

b) In the Dangerous Goods List entry for BARIUM CYANIDE, CLASS 6.1, UN 1565, THE FOLLOWING PARTICULAR SEGREGATION IS SPECIFIED:

(57)

2. Where the Code indicates a single secondary hazard (one subsidiary risk label), the segregation provisions applicable to that hazard should take precedence where they are more stringent than those of the primary hazard.

( IMDG Code Chapter 7.2.1.6.1 )

3. Except for class 1, the segregation provisions for substances, materials or articles having more than two hazards (2 or more subsidiary risk labels) are given in the Dangerous Goods List.

For example:

In the Dangerous Goods List entry for BROMINE CHLORIDE, class 2.3 UN 2901, subsidiary risk 5.1 and 8, the following particular segregation is specified:

“segregation as for class 5.1 but “separated from “class 7” * (IMDG Code Chapter 7.2.1.6.2 )

Segregation and stowage requirements for

dangerous cargo - IMDG code guideline

(58)

4. Whenever dangerous goods are stowed together, whether or not in a cargo transport unit, the segregation of such dangerous goods from others should always be in accordance with the most stringent provisions for any of the dangerous goods concerned.

(IMDG Code Chapter 7.2.1.9 )

5. No segregation need be applied between dangerous goods of different classes which comprise the same substance but vary only in their water content, such as sodium sulphide in classes 4.2 and 8, or for class 7 if the difference is due to

quantity only.

(IMDG Code Chapter 7.2.1.13)

Segregation and stowage requirements for

dangerous cargo - IMDG code guideline

(59)

6. Notwithstanding IMDG Code Chapter 7.2.1.6.1, 7.2.1.6.2 and 7.2.1.13, substances of the same class may be stowed together without regard to segregation required by

secondary hazards (subsidiary risk label(s)), provided the substances do not react dangerously with each other and cause:

.1 combustion and/or evolution of considerable heat; .2 evolution of flammable, toxic or asphyxiant gases; .3 the formation of corrosive substances; or

.4 the formation of unstable substances. (IMDG Code Chapter 7.2.1.11)

Remark: As a general rule to carry these substances in same cargo transport unit, this regulation should not be applied priority over Chapter 7.2.1.6.1, 7.2.1.6.2 and 7.2.1.13 without surveyor’s clarified assess that there is not the above danger due to mixing these substances.

7. Dangerous goods which have to be segregated from each other should not be carried in the same cargo transport unit. However, dangerous goods which should be segregated “away from” each other may be carried in the same cargo transport unit with the

approval of the competent authority. In such cases an equivalent standard of safety must be maintained.

Segregation and stowage requirements for

dangerous cargo - IMDG code guideline

(60)

8. For the purpose of segregation, dangerous goods having certain similar chemical properties have been grouped together in segregation groups as listed in 7.2.1.7.2. The entries allocated to these segregation groups are listed in IMDG Code chapter 3.1.4.4. Where in the Dangerous Goods List entry in column 16 (stowage and

segregation) a particular segregation requirement refers to a group of substances, such as "acids", the particular segregation requirement applies to the goods

allocated to the respective segregation group. (IMDG Code Chapter 7.2.1.7.1.)

*Segregation groups referred to in the Dangerous Goods List* (IMDG Code Chapter 7.2.1.7.2.) .1 acids .2 ammonium compounds .3 bromates .4 chlorates .5 chlorites .6 cyanides

.7 heavy metals and their salts

.10 liquid halogenated hydrocarbons .11 mercury and mercury compounds .12 nitrites

.13 perchlorates .14 permanganates .15 powdered metals .16 peroxides

Segregation and stowage requirements for

dangerous cargo - IMDG code guideline

(61)

9. It is recognized that not all substances falling within a segregation group are listed in this Code by name. These substances are shipped under N.O.S. entries. Although these N.O.S. entries are not listed themselves in the above groups, the shipper shall decide whether allocation under the segregation group is

appropriate. Mixtures, solutions or preparations containing substances falling within a segregation group and shipped under an N.O.S. entry are also

considered to fall within that segregation group. (IMDG Code Chapter 7.2.1.7.3.)

10. The segregation groups in this Code do not cover substances which fall outside the classification criteria of this Code. It is recognised that some non-hazardous substances have similar chemical properties as substances listed in the segregation groups. A shipper or the person responsible for packing the goods into a cargo transport unit who does have knowledge of the chemical properties of such non-dangerous goods may decide to implement the

segregation requirements of a related segregation group on a voluntary basis. (IMDG Code Chapter 7.2.1.7.4.)

Segregation and stowage requirements for

dangerous cargo - IMDG code guideline

(62)

Procedures and guidelines for stowage and

segregation of dangerous cargo

1) Every dangerous cargo shipment shall be made in line with IMO policy and be accompanied by required documentation. DG cargo with restricted/prohibited UN numbers shall not be accepted for shipment unless under special

circumstance express permission is obtained from the company.

2) All DG containers must be checked for proper label/placard as required by the IMDG code. A stock of spare labels/placards must be kept on board.

3) DG containers must be checked for condition prior loading and leaking or damaged containers posing a hazard, shall be rejected.

4) It must be ensured that all DG containers are loaded in the planned stow

position. Any discrepancies shall be brought to the notice of the Terminal planner / Central planner and / or local agent as required.

(63)

Procedures and guidelines for stowage and

segregation of dangerous cargo

5) The requisite day/night signals for vessels carrying / loading / discharging dangerous cargo shall be displayed.

6) When handling/carrying dangerous cargo on board smoking shall strictly not be allowed other than in designated smoking areas. Signs/placards shall be

appropriately displayed at gangway and on deck.

7) Location and properties of dangerous cargo shall be considered when carrying out any special work on board such as hot work etc.

8) Other precautions shall be taken when handling dangerous cargo shipments as warranted by good seamanship, SOLAS, MARPOL, IMDG code, local and national regulations.

9) Further guidance for handling D.G cargo is contained in IMDG Code vol 1, 2 & supplement.

(64)

Pelayanan Petikemas Barang Berbahaya

(Dangerous Goods)

Pemberitahuan Data Petikemas BB (Dangerous

Container Manifest) oleh Pelayaran kepada Terminal.

Di Dalam DG List termasuk UN Number dan MSDS.

Diberi Tanda / Label sesuai dengan IMDG Code di

setiap sisi petikemas.

Petikemas BB dengan lebih dari 1 (satu) label harus

berpedoman dengan kelas yang tertinggi tingkat

bahayanya.

(65)

Pelayanan Petikemas Barang Berbahaya

(Dangerous Goods)

Pemberlakuan batas waktu penimbunan

petikemas BB ekspor/impor .

Petikemas BB Ekspor sbb:

1. Kelas 1, 7, 2.1, 6.1 : TL langsung dimuat.

2. Kelas 2.3, 5.1, 5.2 : Maksimal 24 jam

3. Kelas 2.2, 3, 4, 5, 6.2: Maksimal 72 jam

4. Kelas 8, 9 : Maksimal 96 jam

(66)

Pelayanan Petikemas Barang Berbahaya

(Dangerous Goods)

Pemberlakuan batas waktu penimbunan

petikemas BB ekspor/impor .

Petikemas BB Impor sbb:

1. Kelas 1, 7, 2.1, 6.1 : TL langsung bongkar dan

keluar terminal.

2. Kelas 2.3, 5.1, 5.2 : Maksimal 24 jam

3. Kelas 2.2, 3, 4, 5, 6.2: Maksimal 72 jam

4. Kelas 8, 9 : Maksimal 72 jam

(67)
(68)

Daftar Pustaka & Literatur

Cargo Work for Maritime Operation, David J House

Shipping, Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut,

Capt RP Suyono

The Nautical Institute on Command, A practical guide, Capt. EE Scott

Multimodal Transport, Capt Istopo

Seamanship Techniques, David J House

IBC Code 2007 Edition, IMO

MARPOL 73/78 Consolidated Edition

IMDG Code & Supplement

UU No 17/2008

PP No.20/2010

(69)

TERIMAKASIH

(70)

Konvensi Hague dan Hague-Visby-Rules

Dibuat di Den Haag pada tahun 1921

Dikenal dgn Konvensi Hague Rules 1924 setelah pertemuan

beberapa negara di Brussel pada tahun 1924.

Pada tahun 1968 di adakan perubahan yang kemudian

dikenal Hague-Visby-Rules

Isi konvensi : Mengatur tentang Hak dan Kewajiban” antara

Pemilik Barang dan Pemilik Kapal

Di dalam B/L disebut dengan “Contracting States” yaitu

negara yang menerima konvensi ini.

Indonesia mengacu kepada Hague-Visby-Rules dan hukum RI

dalam penerapannya.

(71)

Contoh; Stowage Category & Source

Information Stowage

(72)
(73)

UU No. 17/2008

Pasal 45

Ayat (2) Barang berbahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 berbentuk:

a. bahan cair;

b. bahan padat; dan c. bahan gas.

Ayat (3) Barang berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diklasifikasikan sebagai berikut:

a. bahan atau barang peledak (explosives);

b. gas yang dimampatkan, dicairkan, atau dilarutkan dengan tekanan (compressed gases, liquified or dissolved under pressure);

c. cairan mudah menyala atau terbakar (flammable liquids);

d. bahan atau barang padat mudah menyala atau terbakar (flammable solids);

e. bahan atau barang pengoksidasi (oxidizing substances);

f. bahan atau barang beracun dan mudah menular (toxic and infectious substances);

g. bahan atau barang radioaktif (radioactive material);

h. bahan atau barang perusak (corrosive substances); dan

i. berbagai bahan atau zat berbahaya lainnya (miscellaneous dangerous substances).

(74)

UU No. 17/2008

Pasal 46

Pengangkutan barang berbahaya dan barang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 wajib memenuhi persyaratan:

a. pengemasan, penumpukan, dan penyimpanan di pelabuhan, penanganan bongkar muat, serta penumpukan dan penyimpanan selama berada di kapal;

b. keselamatan sesuai dengan peraturan dan standar, baik nasional maupun internasional bagi kapal khusus pengangkut barang berbahaya; dan

Pasal 47

Pemilik, operator, dan/atau agen perusahaan angkutan laut yang mengangkut barang berbahaya dan barang khusus wajib menyampaikan pemberitahuan kepada Syahbandar sebelum kapal pengangkut barang khusus dan/atau barang berbahaya tiba di pelabuhan

(75)

UU No. 17/2008

Pasal 48

Badan Usaha Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan wajib menyediakan tempat

penyimpanan atau penumpukan barang berbahaya dan barang khusus untuk menjamin

keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas barang di pelabuhan serta bertanggung jawab

terhadap penyusunan sistem dan prosedur penanganan barang berbahaya dan barang khusus di pelabuhan

Pasal 49

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkutan

barang khusus dan barang berbahaya diatur dengan Peraturan Pemerintah

(76)

PP No. 20/2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010

TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN

Pasal 178

(1) Pada saat menyerahkan barang untuk diangkut, pemilik atau pengirim barang harus:

a. memberitahu pengangkut mengenai ciri-ciri umum barang yang akan diangkut dan cara penanganannya apabila pengangkut menghendaki demikian; dan

b. memberi tanda atau label secara memadai terhadap barang khusus serta barang berbahaya dan beracun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(77)

PP No. 21/2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010

TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

Pasal.4

g. tersedianya sistem pengemasan, penandaan (pelabelan), pendokumentasian yang baik, dan penempatan muatan sesuai dengan tata cara dan prosedur untuk kapal pengangkut bahan berbahaya dalam bentuk kemasan;

(78)

Numbers and symbols relate to the following terms as defined in this section:

1 1 - "Away from"

2 2 - "Separated from"

3 3 - "Separated by a complete compartment or hold from"

4 4 - "Separated longitudinally by an intervening complete compartment or hold from"

X X - The segregation, if any, is shown in individual schedules

* - See subsection 6.2 of the introduction to class 1 for segregation within class 1.

**- Including self-reactive and related substances and desensitized explosives.

The table on the next page shows the general requirements for segregation between the various classes of dangerous goods.

Since the properties of substances or articles within each class may vary greatly, the individual schedules should always be consulted for particular requirements for segregation as these take precedence over the general requirements! Segregation should also take account of a single subsidiary risk table

(79)

Class 1.1 1.2 1.5 1.3 1.6 1.4 2.1 2.2 2.3 3 4.1 4.2 4.3 5.1 5.2 6.1 6.2 7 8 9 Explosives 1.1,1.2,1.5 * * * 4 2 2 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 X Explosives 1.3, 1.6 * * * 4 2 2 4 3 3 4 4 4 2 4 2 2 X Explosives 1.4 * * * 2 1 1 2 2 2 2 2 2 X 4 2 2 X Flammable gases 2.1 4 4 2 X X X 2 1 2 X 2 2 X 4 2 1 X Non-toxic, non-flammable gases 2.2 2 2 1 X X X 1 X 1 X X 1 X 2 1 X X Toxic gases 2.3 2 2 1 X X X 2 X 2 X X 2 X 2 1 X X Flammable liquids 3 4 4 2 2 1 2 X X 2 1 2 2 X 3 2 X X Flammable solids**) 4.1 4 3 2 1 X X X X 1 X 1 2 X 3 2 1 X Substances liable to spontaneous combustion 4.2 4 3 2 2 1 2 2 1 X 1 2 2 1 3 2 1 X Substances which, in contact with water, emit flammable gases 4.3 4 4 2 X X X 1 X 1 X 2 2 X 2 2 1 X Oxidizing substances (agents) 5.1 4 4 2 2 X X 2 1 2 2 X 2 1 3 1 2 X Organic peroxides 5.2 4 4 2 2 1 2 2 2 2 2 2 X 1 3 2 2 X Toxic substances 6.1 2 2 X X X X X X 1 X 1 1 X 1 X X X Infectious substances 6.2 4 4 4 4 2 2 3 3 3 2 3 3 1 X 3 3 X Radioactive materials 7 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 X 3 X 2 X Corrosives 8 4 2 2 1 X X X 1 1 1 2 2 X 3 2 X X Miscellaneous dangerous

substances and articles 9 X X X X X X X X X X X X X X X X X

(80)
(81)

Referensi

Dokumen terkait

Nama Dokter yang tidak kerjasama dengan Allianz dalam pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap : 1. Aziz Rani SPESIALIS

Tingkat kesuliatan : materi bacaan mukastafah lebih tinggi dari kemampuan siswa, siswa mengumpulkan kata dan tarkib baru yang tidak tersusun, karena tujuan membaca mukastafah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap persepsi istri dalam penggunaan KB non hormonal di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten

Setelah waktu yang diberikan habis dan semua peserta didik selesai mengerjakan soal test, peneliti meminta untuk mengumpulkan ke depan kelas di meja

Menurut Michalakis (2009) sangat dipengaruhi oleh waktu dibandingkan dengan suasana lingkungan saat dilakukan pengukuran setting ekspansi. Hal ini dikarenakan adanya

Untuk membedakannya dengan kompetitor, maka strategi differensiasi yang sebaiknya dilakukan adalah menawarkan kualitas layanan yang lebih tinggi, ketersediaan produk

Adapun program individu utama adalah Pembuatan Video Profil untuk Departemen Elektronika dengan tujuan Untuk membuat video promosi Prodi Elektronika Pertahanan di

Cairan yang mudah terbakar didefinisikan oleh peraturan barang berbahaya sebagai cairan, campuran cairan atau cairan yang mengandung padatan dalam larutan atau