ii
PURA JAGATNATHA
iii
I.
PENDAHULUAN
Kota Denpasar adalah ibu kota Provinsi Bali, The Island of Art dan The Island of Heritage (Covarrubias, 1937). Kota Denpasar merupakan satu di antara sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali, sebuah kota kategori kota menengah dengan jumlah penduduk lebih dari 880.000 jiwa dan tengah menyongsong sebagai kota metropolitan dalam tahun 2020 yang akan datang. Kota Denpasar telah berusia lebih dari dua abad dan kajian sejarah mengungkapkan bahwa kota Denpasar berdiri tanggal 27 Pebruari 1788 (Wirawan, 2013). Tanggal 27 Pebruari yang lalu, pemerintah bersama masyarakat Denpasar memperingati HUT Kota Denpasar ke-228 berbasis spirit Kota Pusaka dalam sinergi Kota Berwawasan Budaya, Kota Kreatif dan Kota Cerdas.
Tesis universal yang dikemukakan penganut Ilmu Humaniora progresif, bahwa abad XXI merupakan abad revitalisasi kebudayaan. Revitalisasi kebudayaan yang diapresiasi oleh para ilmuwan, seniman dan budayawan identik dengan kebangkitan dan kemajuan. Revitalisasi kebudayaan merupakan indikasi bahwa manusia, homosocious dengan jiwa kebudayaan kreatif dan spirit heritage, memiliki kekuatan untuk bangkit secara evolusi, akulturasi dan inovasi. Kekuatan kebudayaan dalam wujud sebagai
soft-power (Nye, 2005) dalam format sistem filosofis, tata nilai, sistem mental mampu
mengembangkan jaringan pusaka, diplomasi kebudayan menuju harmoni global. Filsuf Fritjoff Capra mewacanakan Titik Balik Peradaban (Capra, 2004), Shinji Yamashita memperkenalkan konsep Glokalisasi (Yamashita, 2005) dan antropolog Wayan Geriya mengintroduksi Pembangunan Berwawasan Budaya (Geriya, 2002).
Bagi masyarakat Bali dan Kota Denpasar, daerah/kota yang minus sumberdaya alam, kebudayaan lebih-lebih dalam sinergi religi, ekologi dan pariwisata merupakan potensi dan modal yang andal. Kota Denpasar telah berkembang dalam lima gelombang kebudayaan: kebudayaan rakyat, kebudayaan kraton, kebudayaan kolonial, kebudayaan nasional dan kebudayaan modern yang secara holistik merepresentasikan peradaban. Sejak kajian arkeologi, histori, antropologi, seni dan heritologi secara intensif mengangkat temuan dan informasi tentang makna pusaka, perhatian para akademisi, negarawan dan lembaga kebudayaan termasuk UNESCO sangat besar. Mereka mengapresiasi pusaka alam, budaya, saujana berskala lokal, nasional, universal. Berbagai
budaya unggulan seperti keris pusaka (UNESCO, 2005), subak (UNESCO 2012), seni tari Bali (2015) memperoleh apresiasi tinggi dan ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia.
Dinamika Denpasar sebagai Kota Pusaka merupakan respon kreatif dan cerdas Walikota dan Wawali Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan I Gusti Ngurah Jayanegara dalam sinergi Four Helix: birokrasi, akademisi, pengusaha dan masyarakat untuk mengakselerasi pembangunan Kota Denpasar kreatif berbasis budaya unggulan. Masyarakat kreatif mengedepankan inovasi, sinergi sampai orange economy menuju peningkatan nilai tambah secara ekonomi, teknologi, sosial, kultural. Jaringan Kota Pusaka dikembangkan dalam skala lokal, nasional, internasional. Basis komunitas dikokohkan untuk menggalang partisipasi publik. Jaringan Kota Pusaka nasional dikuatkan melalui JKPI (2010) dan BPPI (2011). Jaringan internasional dikembangkan melalui UNESCO (2012) dan OWHC (2013) sampai Strategic Meeting saat ini (2016) dalam spirit heritage menuju jaringan pemuda dan harmoni global (searah dengan tema pertemuan ini).
Denpasar sebagai Kota Pusaka telah membangun pondasi eksistensi berbasis filosofi kearifan lokal, legislasi dan kelembagaan. Filosofi Tri Hita Karana (keserasian Manusia – Tuhan, Manusia – Alam, Manusia – Manusia) merupakan basis dasar. UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya merupakan landasan legislasi. Organisasi tradisional dan Dewan Pusaka merupakan basis kelembagaan. Monumen Fisik dan
Monumen Maya yang bersandar nilai-nilai utama: kreativitas, kemandirian dan spirit jengah tampil sebagai ikon Denpasar Kota Pusaka. Ke depan, peluang Denpasar sebagai
Kota Pusaka meraih kemajuan dan keunggulan sangat besar. Tantangan dan isu strategis terkait kerusakan ekologi, kerapuhan infrastruktur, tekanan populasi, distorsi sosial budaya juga tidak ringan dan memerlukan solusi dengan roadmap yang holistik, dinamis, terstruktur dan terukur.
Piagam UNESCO tentang Keris Pusaka WBD
(Unesco, 2005)
Piagam UNESCO tentang Seni Tari Bali sebagai WBD
(UNESCO, 2015)
Wali Kota
I. B. Rai Dharmawijaya Mantra Gambar VI, Buku Keris Bali Seri 3
Piagam OWHC untuk Kota Denpasar (OWHC, 2013)
II. KONSEP, DINAMIKA
HISTORIS DAN KERAGAMAN
PUSAKA KOTA DENPASAR
Konsep pusaka mencakup kategori pusaka alam, budaya dan saujana. Konvensi UNESCO tahun 1972 merumuskan isi konsep pusaka budaya mencakup monumen arsitektur, lukisan monumental, struktur arkeologi alami, prasasti, goa tempat tinggal yang mempunyai sifat universal dan terkemuka dari sudut pandang nilai sejarah, seni dan ilmu. Pusaka budaya wajib memenuhi lima kriteria: (1) berumur lebih dari 50 tahun; (2) terdiri atas unsur budaya benda (tangible) dan tak benda (intangible); (3) merupakan
living dan dead monument; (4) merepresentasikan style tempat, periode atau gaya hidup
komunitas tertentu; (5) mengandung nilai universal dan terkemuka dari sudut sejarah, seni, arkeologi, antropologi dan pengetahuan.
Kota Denpasar merupakan ibukota Provinsi Bali, salah satu dari 34 provinsi di Indonesia. Bali sebagai The Island of Art dan The Island of Heritage dengan kekayaan, keragaman dan kejeniusan pusaka alam, budaya dan saujana telah memeperoleh tiga penghargaan Warisan Budaya Dunia dari UNESCO yaitu: Keris Pusaka (UNESCO 2015); Subak (UNESCO, 2005); dan Seni Tari Bali (UNESCO, 2015). Di Provinsi Bali telah tercakup lima kabupaten/kota ke dalam jaringan JKPI: (1) Denpasar; (2) Gianyar; (3) Buleleng; (4) Bangli; (5) Karangasem (JKPI, 2010) dan Kota Denpasar juga telah termasuk ke dalam Jaringan Kota Pusaka Dunia The Organization of World Heritage
City (OWHC, 2013). Melihat potensi dulu, kini dan ke depan, seluruh dari sembilan
kabupaten/kota di Bali berdasar kekayaan, keragaman dan kejeniusan pusaka alam, budaya dan saujana bepeluang untuk bergabung ke dalam JKPI dan OWHC demi pemberdayaan, kelestaian dan keberlanjutan eksistensi pusaka bagi kehidupan, penghidupan dan harmoni lokal, nasional, global.
Masyarakat Denpasar memberikan respon yang sangat kreatif dan positip terkait pengakuan terhadap Kota Denpasar sebagai anggota JKPI dan OWHC. Tumbuh tekad dan semangat publik dalam partisipasi aktif dan respon kreatif melalui: (1) Revitalisasi Pusaka Budaya sebagai modal pembangunan kota ke depan; (2) Berkembangnya aneka festival berbasis pusaka, seperti: Denpasar Festival, Sanur Village Festival, Festival
Pesona Pulau Serangan; (3) Menguatnya tradisi pusaka seperti Ritual Pangerebongan di Kesiman dan Tradisi Med-Medan di Desa Sesetan; (4) Tumbuhnya kader-kader pelestari, komunitas kreatif sampai Dewan Pusaka Kota Denpasar; (5) Berkembangnya aneka kajian, penerbitan sampai dokumentasi tentang pusaka; (6) Berkembangnya ekonomi kreatif berbasis pusaka budaya unggulan untuk peningkatan nilai tambah secara ekonomi, teknologi, edukasi dan kultural.
Di tengah respon publik yang kreatif dan partisipatif tersebut, Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra juga tampil dengan rumusan konseptual tentang Monumen Maya (Intangible Monument) menyandingi dan mendampingi rumusan tentang Monumen Fisik (Tangible Monument). Monumen Maya yang dimaksud adalah bukan monumen dari tumpukan batu, pasir dan beton, melainkan adalah bangunan kesadaran berbasis filosofi humanitas, orientasi nilai keutamaan tentang kehidupan dan penghidupan, serta dukungan pilar-pilar: (1) idealisme tentang kekayaan kreativitas; (2) keluhuran budi dan ahlak; (3) kekuatan daya pikir dan taksu; (4) keikhlasan tindak; (5) semangat selalu haus dalam inovasi (wawancara khusus dengan I. B. Rai Dharmawijaya Mantra, Bawantara, 2013). Monumen maya hadir sebagai penyeimbang, penguat dan harmoni terhadap monumen fisik secara berkelanjutan. Dari Denpasar juga mulai digagas kehadiran Ilmu Pusaka, Heritologi dengan aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi (Geriya, 2016).
Sejarah Kota Denpasar telah berkembang dinamik selama 228 tahun (1788 – 2016). Perjalanan lebih dari dua abad merefleksikan satu transformasi mengikuti model
Continuity in Changes. Dalam garis besar, jelajah sejarah Kota Denpasar mencakup tiga
representasi pokok dalam lima tahap pengembangan sebagai berikut:
Representasi 1: landasan multikultural, dari budaya rakyat sampai budaya modern
Representasi 2: landasan legal, penetapan kelahiran Kota Denpasar tanggal 27 Pebruari 1788 (Perda)
Bertumpu pada tiga representasi tersebut, Kota Denpasar sebagai kota Pusaka berkembang secara terencana dan terstruktur dalam lima tahap selama 10 tahun terakhir (2007 – 2016)
I. Tahap pengembangan data dasar, melalui berbagai pengkajian mencakup
pemetaan kekayaan dan keragaman pusaka alam, budaya dan saujana; II. Tahap pengembangan jaringan kota pusaka, melalui jaringan JKPI, BPPI
sampai OWHC;
III. Tahap penguatan sinergi, melalui sinergi kota berwawasan budaya, kota kreatif sampai Denpasar kota cerdas;
IV. Tahap penguatan eksistensi, dalam bentuk penghargaan berkelas dunia melalui lembaga kebudayaan UNESCO terhadap unsur unggulan keris pusaka, subak dan seni tari Bali yang juga ada di Denpasar;
V. Tahap pengawalan berkelanjutan, sesuai amanat SDG’s (tujuan Sustainable
Development Goal’s, 2015 – 2025);
Diagram: DINAMIKA HISTORIS DENPASAR KOTA PUSAKA
SINERGI KOTA PUSAKA, KOTA KREATIF, KOTA CERDAS
(1788 – 2016) I PENGKAJIAN: MAPPING DATA BASED PUBLIKASI 2007 II JARINGAN: JKPI (2010) BPPI (2010) OWHC (2013) 2010 III SINERGIS: KOTA BB KOTA KREATIF KOTA CERDAS 2013 IV PENGHARGAAN UNESCO: KERIS (2005) SUBAK (2012) SENI TARI (2015) 2015 V KEBERLANJUTAN STRATEGIC MEETING OWHC ASIA PASIFIC 2016
IDENTITAS KOTA DENPASAR BERWAWASAN BUDAYA
TH. 2000
KELAHIRAN KOTA DENPASAR 27 PEBRUARI 1788 BUDAYA RAKYAT KEARIFAN LOKAL BUDAYA KERATON BUDAYA KOLONIAL BUDAYA NASIONAL BUDAYA MODERN POSTMO
Kota Pusaka Denpasar memiliki kekayaan, keragaman dan kejeniusan pusaka alam, budaya dan saujana. Pusaka alam dijumpai di pantai sanur (the morning of Bali) dengan Hotel Inna Grand Bali Beach dan latar belakang masyarakat Desa Sanur yang kaya dengan kesenian dan sastra. Pusaka budaya yang meliputi: kesenian, sastra, tradisi, religi sampai pusaka budaya multi kultur (desa Bali, kota tua Gajah Mada, kampung Jawa, kampung Cina, kampung Arab, kampung Bugis) berkembang penuh toleransi dan harmoni di Kota Denpasar. Pusaka Saujana berkembang melalui lembaga subak yang dijumpai di beberapa lokasi, antara lain subak Sembung di Peguyangan, Denpasar Utara.
Secara holistik, pusaka Kota Denpasar meliputi ruang lingkup yang amat luas, terdiri atas: (1) pusaka alam; (2) saujana; (3) arkeologi; (4) sejarah; (5) permukiman arsitektur; (6) subak; (7) religi/agama; (8) seni, tradisi, sastra; (9) multikultur; (10) pusaka khas Denpasar.
Diagram Kekayaan, Keragaman, Kejeniusan Pusaka Alam, Budaya, Saujana Kota Denpasar
PUSAKA
DENPASAR
SUBAK ALAM SAUJANA ARKEOLOGI KHAS DENPASAR MULTI KULTUR SENI, TRADISI, SASTRA SEJARAH RELIGI / AGAMA PEMUKIMAN ARSITEKTURBeberapa Contoh Kekayaan, Keragaman, Kegeniusan Pusaka Alam, Budaya, Saujana Kota Denpasar
Subak Sembung, Denpasar Utara Pantai Sanur dengan Hotel Grand Inna Bali Beach Hutan Mangrove Serangan
Seni Tari Baris Kori Agung Pura Desa Denpasar
III. ANALISIS SITUASIONAL:
MODAL, TANTANGAN,
SOLUSI STRATEGIS
Revitalisasi dan promosi Denpasar sebagai Kota Pusaka memperoleh momentum dan apresiasi berskala lokal, nasional, internasional. Secara lokal, Kota Denpasar tampil sebagai Kota Pusaka yang memperoleh apresiasi publik dari komunitas adat, komunitas kreatif dan juga dari komunitas etnik Nusantara yang berdomisili di Kota Denpasar. Secara nasional Kota Denpasar telah tercakup ke dalam Jaringan Kota Pusaka JKPI sejak tahun 2010 dengan jumlah anggota waktu itu sebanyak 51 kota. Secara internasional, Kota Denpasar telah tergabung ke dalam OWHC, organisasi kota pusaka dunia tahun 2013 yang mencakup sejumlah 252 kota-kota di dunia.
Dalam perspektif sains, khususnya ilmu-ilmu sosial, untuk tujuan pendalaman potensi dan tantangan telah berkembang aneka ragam model analisis: Pertama, sangat pokok analisis SWOT (strength, weakness, opportunity dan threat) dalam upaya sistematis dan dinamika mendalami aneka kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Kini juga mulai dikembangkan model analisis SBS (stimulants, barriers, dan solutions) untuk mengidentifikasi ragam potensi (stimulants), aneka tantangan (barriers) dan solusi pengembangan ke depan. Di halaman bawah disajikan ragam potensi dan modal serta aneka hambatan dan tantangan yang dihadapi Kota Denpasar sebagai Kota Pusaka dalam dinamika sepuluh tahun terakhir (lihat diagram di bawah). Berikut pula disajikan jenis-jenis strategi antisipasi untuk pengembangan dan pemberdayaan Denpasar Kota Pusaka yang bermanfaat bagi masyarakat dan kelestarian pusaka alam, budaya, saujana berkelanjutan.
No. Jenis Strategi Narasi 1. 2. 3. 4. 5. Strategi Legislasi Strategi Edukasi Strategi Network Strategi Penguatan Kelembagaan
Strategi Penghargaan dan Pendanaan
Merumuskan dasar hukum seperti Perda Pelestarian Warisan Budaya
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan secara formal (sekolah) dan informasl melalui capacity building, pelatihan TOT dan DOT
Mengembangkan network lokal, nasional, internasional mencakup: JKPI, BPPI, OWHC, UNESCO
Membangun mitra kerja dengan lembaga-lembaga tradisional seperti: desa pakraman, subak, banjar, sabha upadesa dan mengkaji kehadiran Dewan Pusaka Kota Denpasar
Penghargaan bagi lembaga dan kader-kader pelestari. Pendanaan abadi bagi aktivasi, inovasi dan pengawalan Denpasar Kota Pusaka berkelanjutan dalam jaringan lokal, nasional, dunia.
P
O
T
E
N
S
I
T
A
N
T
A
N
G
A
N
IDENTITAS DENPASAR KOTABERWAWASAN BUDAYA
TUMBUHNYA RAGAM POTENSI BUDAYA UNGGULAN
KOTA DENPASAR MEMILIKI SDM KREATIF DAN MAESTRO
PUNCAK-PUNCAK BUDAYA: TRI HITA KARANA, SEWAKA DHARMA
DENPASAR KOTA PUSAKA ALAM, BUDAYA, SAUJANA
DENPASAR TELAH TERCAKUP DALAM JARINGAN NASIONAL, DUNIA
TEKANAN USIA YANG BERPOTENSI RAPUH, RUSAK DAN BAHKAN PUNAH
ANCAMAN PERILAKU VANDALISME, ANEKSASI PUSAKA
GANGGUAN BENCANA ALAM: BANJIR, ANGIN, GEMPA
INFRASTRUKTUR ALAM, BUDAYA, SAUJANA SEBAGIAN RUSAK
GAYA HIDUP PRAGMATIS, MATERIALISTIK KEBABLASAN
PENGEMBANGAN DANA ABADI TERBATAS
Aneka dampak yang diharapkan dari kegiatan pelestarian dan pemberdayaan Denpasar Kota Pusaka dapat berwujud dalam tiga varian: (1) dampak perlahan; (2) dampak ekstrim; dan (3) dampak berkelanjutan. Berikut disajikan tiga varian model analisis dampak tersebut sebagai berikut:
Model Analisis Tiga Varian Dampak Pemberdayaan Pusaka: Dampak Perlahan, Ekstrim, Berkelanjutan
PEMBERDAYAAN KOTA DENPASAR
INOVASI UNGGUL
NILAI TAMBAH TINGGI DAN HOLISTIK
SPIRIT PELESTARIAN BANGKIT
INOVASI BERKELANJUTAN NILAI TAMBAH SIGNIFIKAN KESEJAHTERAAN,
KEBAHAGIAAN DAN KELESTARIAN
ANEKA INOVASI
RAGAM NILAI TAMBAH
KESEJAHTERAAN PUBLIK
DAMPAK PERLAHAN DAMPAK EKSTRIM
IV. LINKAGE KEKUATAN BARU
PUSAKA: EKONOMI KREATIF,
KOTA CERDAS, PARIWISATA
PUSAKA
Indonesia dalam melangkah menuju tahun 2025, mengembangkan 18 fokus ekonomi kreatif (Mari Elka Pangestu, 2014). Di Kota Denpasar berkembang 14 kelompok ekonomi kreatif berbasis budaya unggulan dan tumbuh dalam linkage kreatif dan inovatif. Ke 14 kelompok tersebut: (1) periklanan; (2) komputer; (3) arsitektur; (4) permainan interaktif; (5) musik; (6) riset dan pengembangan; (7) televisi dan radio; (8) seni pertunjukkan; (9) pasar seni; (10) penerbitan; (11) film, video, fotographi; (12) fashion; (13) design; dan (14) kerajinan (Disperindag, 2008), lihat digram di bawah.
Kota Denpasar menghadirkan berbagai ruang kreatif, inovatif melalui: Denpasar Festival, D.TIK Fest, Mahabandana Budaya, Petinget Rahina Tumpek Landep, Sanur Village Festival, Revitalisasi Desa Tradisional, dll. Ciri khas dan dinamis Denpasar Kota Kreatif adalah: (1) berbasis budaya unggulan; (2) kaya inovasi; (3) sinergi IT dan teknologi digital; (4) mengembangkan sumberdaya terbarukan; (5) membangun multi nilai tambah secara ekonomi, sosial, edukasi, ekologi, kultural.
PUSAKA ALAM BUDAYA SAUJANA 1 8 2 14 3 4 5 6 7 13 12 11 10 9
Munculnya konsep kota cerdas atau smart city di dunia, salah satunya melalui pertemuan Puncak Kota Besar Cerdas Dunia di Istambul, Turki 27 November 2013. Dari
point of origin Kota Istambul, konsep kota cerdas menyebar ke berbagai penjuru dunia
termasuk Indonesia, meliputi: Bandung, Yogya, Magelang, Kediri, Surabaya, Denpasar. Dalam aplikasi, banyak kota memulai dengan potensi lokal dan berkembang secara bertahap.
Kota Denpasar mulai merespon kota cerdas tahun 2013 dengan merujuk enam pilar pokok kota cerdas: (1) smart people; (2) smart governance; (3) smart environment; (4) smart economy; (5) smart mobility; dan (6) smart living (Giffinger, 2007). Dalam aplikasi kota cerdas, komponen teknologi digital atau teknologi informasi berperan penting. Untuk Denpasar sebagai Kota Berwawasan Budaya: Pusaka Alam, Budaya dan Saujana dapat mengembangkan linkage secara simbiosis. Pengembangan Indeks Kota Cerdas untuk Kota Denpasar dihadapkan pada ragam peluang positip, seperti: kecepatan, keluasan dan keseluruhan, di samping tantangan yang mencakup: kedangkalan, anomali sampai cyber crime yang menjangkiti generasi Y (generasi manusia digital).
PUSAKA
ALAM, BUDAYA, SAUJANA
SMART PEOPLE SMART GOVERNANC E SMART LIVING SMART ECONOMY SMART ENVIRONMEN T SMART MOBILITY
Pariwisata Bali, termasuk di Kota Denpasar beridentitas Pariwisata Budaya. Kebudayaan daerah dengan kearifan lokal merupakan modal utama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Luasnya cakupan dan isi kebudayaan yang terpadu dengan keindahan alam telah memacu munculnya beragam obyek dan daya tarik wisata budaya yang tersebar di seluruh dari sembilan kabupaten/kota di Bali. Tanah Lot di Tabanan, Pura Besakih Karangasem, Kerta Gosa Klungkung, Tampaksiring Gianyar, Pura Taman Ayun Badung adalah beberapa contoh daya tarik wisata utama di Bali.
Kota Denpasar mengembangkan dan mempromosikan City Tour. Pusaka Alam, Budaya, Saujana Kota Denpasar merupakan modal andalan dan opsi baru yang dapat dikembangkan sebagai langkah inovasi dalam optimalisasi program city tour. Hotel Pusaka untuk Hotel Grand Inna Bali Beach; atraksi seni tari Legong, tari Baris, seni tari Gambuh untuk atraksi wisata; Kuliner Be Sanur; pasar tradisional; Subak Sembung, Peguyangan sebagai warisan budaya; kerajinan patung kayu, kerajinan kerang, tekstil songket sebagai cendramata pusaka; Museum Bali, Museum Sidik Jari sebagai museum pusaka, dll. Keseluruhan elemen tersebut dalam sinergi dengan keindahan alam dan keramahan manusia Denpasar merupakan daya tarik Pariwisata Pusaka yang berpotensi menghasilkan variasi, inovasi dengan nilai tambah yang tinggi secara ekonomi, sosial dan kultural (lihat diagram).
PUSAKA ALAM BUDAYA SAUJANA PELAYANAN SEWAKA DHARMA OBYEK DAYA TARIK AKOMO DASI MANAJEMEN BERWAWASAN BUDAYA KULINER ATRAKSI TRADISI CENDRA
V. ROADMAP MENUJU
HARMONI DAN
KEBAHAGIAAN
Terwujudnya keseimbangan dan harmoni merupakan visi Walikota dalam membangun Denpasar sebagai kota modern berbasis tradisi dengan sinergi Kota Pusaka, Kota Kreatif dan Kota Cerdas dalam era 2016 – 2021. Keseimbangan dan harmoni berbasis filosofi Tri Hita Karana (harmoni hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungan) yang dimantapkan melalui kekuatan daya cipta, rasa dan karsa kemanusiaan sebagai smart people dan smart
community. Cakupan harmoni yang melekat dalam konsep Tri Hita Karana meliputi bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (individu manusia) berskala lokal,
nasional, universal.
Tujuan pokok dan tujuan bersama yang dicita-citakan adalah menuju masyarakat Denpasar bahagia, jagadhita ca iti dharma. Jaringan Kota Pusaka yang berhasil dikembangkan, baik berskala nasional seperti JKPI dan BPPI, berskala internasional seperti OWHC dan Warisan Budaya Dunia melalui UNESCO, diharapkan mempunyai kewajiban dan misi mulia untuk terus menerus mengawal, mensosialisasikan dan melestarikan pusaka budaya tangible dan intangible menuju kedamaian dan kebahagiaan.
Dengan merujuk sepuluh indikator kebahagiaan seperti dirumuskan oleh BPS, fungsi kebudayaan termasuk pusaka budaya sangat signifikan dalam membangun linkage dengan kesepuluh indikator tersebut, baik dalam hubungan fungsional secara langsung maupun tidak langsung. Sepuluh indikator kebahagiaan tersebut adalah: (1) kondisi keamanan; (2) keharmonisan keluarga; (3) keadaan lingkungan; (4) hubungan sosial; (5) kesehatan; (6) pekerjaan; (7) kesediaan waktu luang; (8) kondisi rumah dan aset; (9) pendapatan; (10) pendidikan.
DIAGRAM KEBAHAGIAAN BERBASIS SEPULUH INDIKATOR
Secara holistik, bertahap dan terarah, roadmap Denpasar Kota Pusaka dalam sinergi Kota Kreatif dan Kota Cerdas mencakup lima tahap menuju harmoni dan kebahagiaan:
I. Pengembangan Eksistensi
II. Pemantapan Basis Komunitas dan Birokrasi III. Penguatan Jaringan IV. Pemberdayaan dan
Pelestarian
V. Pencapaian Tujuan
: perumusan legislasi, penguatan kebudayaan Denpasar Pusaka dan pelatihan SDM cerdas sebagai sumber daya
: basis komunitas, kader pelestari untuk partisipasi; basis birokrasi untuk pemberdayaan
: Nasional (JKPI, BPPI), Internasional (OWHC, UNESCO) : pemberdayaan untuk mewujudkan nilai tambah dan pelestarian
untuk tujuan keberlanjutan sejalan tujuan SDG’s
: kebahagiaan publik berbasis Indeks Kebahagiaan dan Indeks Kepuasan Publik INDIKATOR KEBAHAGIA AN 1 6 2 7 10 9 8 3 4 5 Pengembangan eksistensi: Legislasi Kelembagaan SDM Cerdas I Pemantapan Basis Komunitas Birokrasi (ke dalam) II Penguatan Jaringan Nasional Internasional (ke luar) III Pencapaian Tujuan Kebahagiaan berbasis Indeks dan Kepuasan V Pemberdayaan dan Pelestarian Berkelanjutan IV
VI. PENUTUP: SIMPULAN DAN
REKOMENDASI
SIMPULAN NARASI Simpulan 1 Simpulan 2 Simpulan 3Denpasar Kota Pusaka memiliki akar sejarah yang panjang, mencakup peradaban yang terkonstruksi melalui: budaya rakyat, keraton, kolonial, nasional sampai modern
Berkembangnya jaringan lokal, nasional dan internasional membuka beragam peluang positif dan tantangan yang tidak ringan. Ragam peluang mencakup terbukanya nilai tambah secara ekonomi, teknologi, edukasi dan aneka tantangan meliputi tekanan usia, vandalisme dan distorsi
Sinergi Kota Pusaka dengan kota Kreatif dan Kota Cerdas merupakan kekuatan baru, soft power menuju harmoni dan kebahagiaan
REKOMENDASI NARASI
Rekomendasi 1
Rekomendasi 2
Rekomendasi 3
Dinamika Denpasar Kota Pusaka dalam sinergi Kota Kreatif dan Kota Cerdas perlu dikawal bersama melalui penguatan landasan hukum (Perda), kelembagaan (Dewan Pusaka), aplikasi dengan manajemen Kota Pusaka secara profesional: perencanaan, koordinasi, evaluasi dan inovasi berkelanjutan
Ragam peluang yang muncul dalam kerangka dinamika Kota Pusaka perlu direspon kreatif menuju optimalisasi manfaat dan direspon cerdas melalui minimalisasi resiko negatif
Sinergi Kota Pusaka, Kota Kreatif, dan Kota Cerdas sebagai kekuatan baru makin diberdayakan melalui pengembangan ekonomi kreatif, pariwisata pusaka, birokrasi inovatif, komunitas produktif menuju harmoni dan kebahagiaan yang makin terstruktur dan terukur
DAFTAR PUSTAKA
Anindya, I Gusti Putu, 2015.
Menyongsong Kota Masa Depan: Tantangan Denpasar Menuju Kota Metropolitan (Sebuah Bunga Rampai).
Denpasar: Bappeda Kota Denpasar dengan Kelompok Ahi Pembangunan Ardhana, Ketut, dkk.
Denpasar, Smart Heritage City : Sinergi Budaya Lokal, Nasional, Universal Denpasar: Kerjasama Pemerintah Kota Denpasar dengan Pusat Kajian Bali Universitas Udayana
Bandem, I Made, 2016
Menuju Kebangkitan Global Kebudayaan Indonesia (Peran Kebudayaan dalam Penguatan Kebudayaan Nasional). Jakarta, Orasi Ilmiah HUT ke-41 Lemhanas
Barker, Chris, 2005
Cultural Studies : Teori dan Praktek Jakarta : PT. Bentang Jaya
Bawantara, Agung, dkk., 2013
Membangun Monumen Maya. Derap Pembangunan Kota Denpasar Denpasar: Percetakan Prasarti O
Capra, Fritjoff, 2004
Titik Balik Peradaban, Sain, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan Yogyakarta, Bentang Pustaka
Covarrubias, M, 1937 Island of Bali
Kualalumpur : Oxford University Press Daoed Yoesoef, 1991
Satu Kebudayaan di Abad Iptek Majalah Analisis, Jakarta,CSIS Dibia, I Wayan, 2012
Taksu dalam Seni dan Kehidupan Bali Denpasar : Bali Mangsi Foundation Geriya, I Wayan, dkk., 2010
Kebudayan Unggul. Inventori Unsur Unggulan sebagai Basis Denpasar Kreatif
Giffinger, Rudolf, dkk., 2007
Smart City: Ranking of European Medium Sized Cities
Wien: Center of Regional Science de Vienna University of Technology Mantra, Ida Bagus, 1988
Landasan Kebudayaan Bali Denpasar: Upada Sastra
Mardika, I Nyoman, Made Mardika, A.A Rai Sita Laksmi, 2010
Pusaka Budaya, Representasi Ragam Pusaka dan Tantangan Konservasi di Kota Denpasar, Bali
Denpasar, Bappeda Kota Denpasar Piliang, Yasraf Amir, 2011
Dunia Yang Dilipat : Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan Jogjakarta : Jala Sutra
Ramantha, I Wayan (ed) 2014
Kebahagiaan di Kota Denpasar Denpasar, Bappeda Kota Denpasar Rumawan Salain, Putu (ed), 2011
Denpasar Kota Pusaka
Denpasar, Bappeda Kota Denpasar Storey, John, 1993
Culture Theory and Popular Culture New York, Harveston, Wheatscheaf
PROFIL PENULIS
I WAYAN GERIYA, lahir di Batubulan, Bali tanggal 1 Desember 1940 adalah seorang antropolog, purna bhakti dari jurusan Antropologi, Faksas, UNUD. Menamatkan pendidikan sarjana dalam ilmu Antropologi–UI, Jakarta tahun 1976 dengan Yudicium Cum Laude.
Menjabat Dekan Fakultas Sastra (1989-1996); Staf Ahli Pemerintah Provinsi Bali (1990-1999); Ketua Pusat Studi Jepang, UNUD (1997-2000); Konsultan BUIP (Bali Urban Infrastructure Project), bidang Partisipasi (1996); Co-Team Leader Bali-CHC (Bali Cultural Heritage Conservation, 1999-2000); Tim Ahli Lembaga Pelestarian Kebudayaan Bali, Bali Heritage Trust (2005-sekarang); kelompok Ahli Pemerintah Kota Denpasar (2000-sekarang), Penggagas Kongres Kebudayaan Bali I (2008), Ketua Tim Pengawas Independen PKB XXXI-2009 – PKB XXXIII-2011, Tim Ahli Kota Pusaka Gianyar (2015).
Kerjasama penelitian tentang Culture and Globalization in Southeast Asia dengan jurusan Antropologi, universitas Tokyo dibawah koordinasi Prof. DR. Yamashita (1995-1996). Melaksanakan penelitian melalui bantuan Sumitomo Foundation tentang Internation Marriage (1998). Menyajikan makalah dalam berbagai seminar lokal, nasional, internasional, antara lain: Kongres Kebudayaan (Jakarta, 1991); Interaction Between Culture and Industry (Tokyo, 1996); International Symposium on Concerving Culture for Sustainable Social, Economic, and Environment Development (Sanur, 2000), Kongres Kebudayaan Bali I (2008). Menulis lebih dari duaratus artikel dan kertas kerja yang tersebar dalam berbagai jurnal. Aneka fokus kajian yang dikerjakan: kebudayaan, pariwisata, pendidikan, kesenian, lingkungan, SDM, konfliks, mitigasi bencana, urban life, budaya politik, kearifan lokal, diplomasi kebudayaan sampai Kota Pusaka.
Menerbitkan delapan belas buku dalam kurun waktu 32 tahun sejak 1983-2014, yaitu: (1) Pokok-Pokok Studi Pedesaan (1983); (2) Antropologi Diakronis (1983); (3) Masyarakat dan Sistem Sosial (1985); (4) Partisipasi dan Pemberdayaan Desa Adat dalam Pariwisata (1993); (5) Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan, Lokal, Nasional, Global (1995); (6) Transformasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI (2000); (7) Konsep Dasar Pembangunan Denpasar yang Berwawasan Budaya (2000,ed); (8) Kota Denpasar Menuju Tahun 2010, Perspektif Holistik Futurologi (2005, ed); (9) Desa Seni Batubulan dalam Dinamika Pulau Dewata (2007, ed); (10) Transformasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI, Cetakan ke-2 dengan perbaikan (2008). (11) Kebudayaan Unggul, Inventori Unsur Unggulan sebagai Basis Kota Denpasar Kreatif (2010); (12) Pusaka Budaya, Representasi Ragam Pusaka Dan Tantangan Konservasi di Kota Denpasar, Bali (ed), 2010; (13) Konservasi Pusaka Budaya Kabupaten Badung, Mangapura (2012); (14) Cetak Biru, Revitalisasi Gianyar Menuju Kabupaten Unggulan Dalam Bidang Seni Budaya (2013); (15) Jelajah Keris Bali (2013); (16) Denpasar Smart Heritage City (2014); (17) Representasi Koperasi Berwawasan Budaya Unggulan (2014); (18) Kain Tradisional Khas Kabupaten Gianyar (2015)
Menerima penghargaan Dharma Kusuma di bidang Kebudayaan oleh Pemda Bali (2003). Menerima penghargaan Hita Karya Wisata oleh Pemda Bali (2003).
Menerima penghargaan Widya Kusuma dari Pemda Kabupaten Gianyar (2006). Menerima penghargaan Budayawan berprestasi oleh Bali Villa Asotiation (2011) Menerima penghargaa Parama Budaya dari Pemerintah Kota Denpasar(2012)