• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Kondisi umum Kabupaten Pasir

4.1.1 Administrasi wilayah dan letak geografis

Kabupaten Pasir salah satu kabupaten yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang terletak di bagian paling Selatan. Secara geografis Kabupaten Pasir terletak pada posisi antara 00o58’10,54” - 02o24’29,19” Lintang Selatan dan 115º36’14,59” – 166º57’35,03” Bujur Timur. Batas-batas wilayahnya meliputi :

(1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan

(2) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar

(3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kota Baru Provinsi Kalimantan Selatan

(4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan.

Luas wilayah administrasi Kabupaten Pasir 11.603,94 km2 dengan luas perairan mencapai 752,76 km2. Terdapat 10 kecamatan yaitu Long Kali, Long Ikis, Kuaro, Tanah Grogot, Muara Komam, Batu Sopang, Pasir Belengkong, Batu Engau, Tanjung Harapan dan Muara Samu. 5 kecamatan diantaranya berada diwilayah pesisir yaitu Kuaro, Tanah Grogot, Long Ikis, Long Kali dan Tanjung Harapan. Posisi koordinat masing-masing kecamatan di wilayah pesisir Kabupaten Pasir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Posisi Beberapa Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Pasir No Kecamatan Koordinat Geografi

Bujur Timur Lintang Utara 1 Long Kali 116o17’48,65” 01o31’40,54” 2 Long Ikis 116o11’58,38” 01o34’56,76” 3 Kuaro 116o04’56,76” 01o49’09,73” 4 Tanah Grogot 116o11’53,51” 01o54’45,41” 5 Tanjung Harapan 116o04’24,32” 02o13’38,92” Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Pasir

Sebagian besar wilayah pesisir Kabupaten Pasir merupakan kawasan konservasi yaitu Cagar Alam Teluk Adang dan Cagar Alam Teluk Apar. Cagar

(2)

Alam Teluk Adang dikelilingi oleh empat kecamatan yaitu Long Kali, Long Ikis, Kuaro dan Tanah Grogot. Cagar Alam Teluk Apar terletak diantara dua kecamatan yaitu Kecamatan Pasir Belengkong dan Kecamatan Tanjung Harapan.

4.1.2 Keadaan topografi

Secara umum Kabupaten Pasir memiliki tiga tipe topografi yaitu dataran rendah, landai dan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 0-1000 meter diatas permukaan laut. Topografi wilayah Kabupaten Pasir terbagi dalam dua bagian yaitu :

1. Bagian Barat, merupakan daerah yang bergelombang, berbukit dan bergunung sampai di perbatasan daerah Propinsi Kalimantan Selatan hingga mencapai ketinggian 1.300 m dari permukan laut. Pada daerah ini terdapat beberapa gunung antara lain : Gunung Serumpaka (1.300 m), Gunung Lumut (1.233 m), Gunung Rambutan dan Gunung Halat.

2. Bagian Timur, merupakan dataran rendah, landai hingga bergelombang. Banyak terdapat rawa dan daerah aliran sungai (DAS) yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jalur transportasi, lahan pertanian dan budidaya perikanan air tawar. Sepanjang pantai dari utara hingga keselatan merupakan hutan mangrove.

4.1.3 Perikanan tangkap

Era otonomi daerah secara tidak langsung telah membawa perubahan di sektor perikanan, salah satunya adalah pemekaran wilayah kabupaten. Dampak kongkritnya terhadap perubahan struktur pada sektor perikanan khususnya sub sektor perikanan tangkap. Secara spesifik perubahan pada sub sektor perikanan tangkap yaitu pada unit penangkapan meliputi nelayan, kapal dan alat tangkap. Hal ini karena sebagaian wilayah kecamatan yang masuk dalam kabupaten pemekaran memiliki potensi perikanan laut yang cukup potensial.

(1) Nelayan

Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Pasir pada tahun 1996-2005 relatif stabil. Pada perkembangan selanjutnya terjadi penurunan jumlah nelayan yaitu mulai tahun 2001-2005 (Tabel 5). Perubahan terjadi seiring dengan pemekaran Kabupaten Pasir menjadi dua, Kabupaten Pasir dan Kabupaten Penajam Paser Utara. Pemekaran juga terjadi pada tingkat kecamatan bahkan

(3)

sampai ketingkat desa. Beberapa kecamatan yang memberikan kontribusi terhadap perikanan tangkap Kabupaten Pasir sebelum terjadinya pemekaran yaitu Kecamatan Babulu, Kecamatan Waru dan Kecamatan Penajam.

Tabel 5 Jumlah Nelayan Perikanan Laut berdasarkan Kategori Usaha di Kabupaten Pasir Tahun 1996-2005

Kategori Usaha Tahun

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Penuh 3.981 4.190 4.100 4.095 4.180 2.476 3.662 3.930 4.069 4.130 Sambilan Utama 1.196 1.305 1.450 1.370 1.390 886 192 230 257 261 Tambahan 1.198 777 815 909 1.000 550 89 106 127 129 Jumlah 6375 6.272 6.365 6.374 6.570 3.912 3.943 4.266 4.453 4.520 Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan, 2006

(2) Kapal Penangkapan

Aktivitas penangkapan ikan di perairan laut Kabupaten Pasir umumnya terfokus pada daerah pantai. Hal ini terlihat dari jenis/ukuran armada yang digunakan dominan kapal motor yang berukuran 0 – 5 GT. Ukuran perahu/kapal sangat berpengaruh terhadap jangkauan daerah pengoperasian alat tangkap. Secara lengkap ukuran kapal/perahu yang digunakan masyarakat nelayan di Kabupaten Pasir dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah Perahu/Kapal Perikanan Laut menurut Jenis/Ukuran Perahu/Kapal Kabupaten Pasir.

Kategori perahu/kapal TAHUN 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tidak Bermotor Kecil 170 301 285 289 208 179 175 145 153 Sedang 252 236 233 236 147 127 125 132 137 Kapal Motor Tempel 302 428 441 445 202 63 - - - 0–5 GT 2.585 2.383 2.389 2.416 1.542 2.060 2.349 2.465 3.162 5–10 GT - - - 74 24 81 86 Jumlah 3.309 3.348 3.348 3.386 2.099 2.679 2.673 2.823 3.538 Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan, 2006

Perkembangan jumlah armada terlihat terjadi penurunan pada tahun 2001. Hal ini tidak terlepas dari dampak pemekaran wilayah kabupaten. Akan tetapi pada periode 2001-2005 perkembangan jumlah armada meningkat meskipun masih berada dibawah jumlah armada pada periode tahun 1996-2000. Peningkatan jumlah armada karena adanya dukungan kebijakan Pemerintah Kabupaten Pasir dalam rangka mengembangkan perikanan tangkap pasca pemekaran kabupaten. Apresiasi kebijakan di sub sektor perikanan tangkap berupa bantuan armada penangkapan yang bersumber dari dana APBN, APBD I dan APBD II.

(4)

(3) Alat Tangkap

Sebagaimana dikatakan sebelumnya pemekaran wilayah Kabupaten Pasir menyebabkan perubahan di sub sektor perikanan tangkap, terutama pada jumlah unit penangkapan. Hal yang sama juga terjadi pada jumlah alat tangkap yang menurun pada periode tahun 2001. Namun pada perkembangan selanjutnya menunjukkan jumlah alat tangkap semakin meningkat, selain karena peningkatan jumlah penduduk (nelayan), juga karena adanya paket bantuan berupa alat tangkap, mesin, kapal dan rumpon yang diluncurkan oleh pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat Secara lengkap perkembangan alat tangkap di Kabupaten Pasir periode tahun 1996-2005 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Perikanan Laut (unit) Menurut Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Pasir

Kategori Alat Tangkap TAHUN

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Pukat Kantong (Seine net) 219 206 194 193 121 45 68 70 222 Pukat Cincin (Purse seine ) 75 92 105 102 99 41 44 44 93 Jaring Insang(Gill net) 1.825 1.830 1.826 1.824 1.809 1.244 1.300 3.982 4.136 Jaring Angkat (Lift nets) 4.740 4.468 4.660 4.695 3.307 2.932 3.140 358 369 Pancing (Hook and) - - - 1.323 1.532 Perangkap (Traps) 470 499 480 484 379 244 260 250 402 Alat pengumpul - - - 275 288 Lain-lain (Other) 489 438 460 458 225 414 629 355 369 Jumlah 7.818 7.533 7.725 7.756 5.940 4.920 5.441 6.657 7.411 Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Tahun, 2006

(4) Produksi Perikanan Tangkap

Data pada Tabel 8 memberikan gambaran kontribusi produksi perikanan laut menurut alat tangkap dan kecamatan di Kabupaten Pasir. Jaring insang merupakan alat tangkap yang memberikan kontribusi produksi terbesar yaitu 2.779,0 ton. Produksi tertinggi menurut kecamatan di Kabupaten Pasir yaitu Tanjung Harapan sebesar 4.882,7 ton.

Tingginya produksi alat tangkap jaring insang karena memiliki jumlah terbesar. Tahun 2005 jumlah jaring insang sebanyak 4.136 unit lebih besar dibanding jumlah alat tangkap lain (Tabel 7). Produktifitas perikanan tangkap Kecamatan Tanjung Harapan tertinggi, hal ini didukung oleh faktor geografis dan faktor demografi. Wilayah administrasi Kecamatan Tanjung Harapan memiliki lima desa, semuanya berada di daerah pesisir, menjadikan sub sektor perikanan tangkap sebagai prime mover bagi masyarakat setempat. Demikian pula dari aspek demografi, seluruh desanya berada di daerah pesisir sehingga pekerjan utama penduduk sebagai nelayan. Berbeda dengan kecamatan lain struktur mata

(5)

pencaharian penduduknya terdiri dari berbagai bidang pekerjaan. Secara lengkap produktifitas perikanan tangkap menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Klasifikasi Alat Tangkap di

Kabupaten Pasir Tahun 2005

No Jenis Alat Tangkap Produksi Perikanan Kecamatan (ton)

Batu Engau Tj. Harapan Tnh. Grogot Kuaro Long Ikis Long Kali 1 Pukat Kantong - 206,8 20,9 130,4 56,2 131,3 2 Pukat cincin - 518,5 246,0 236,8 - - 3 Jaring Insang 46,4 2.779,0 1.047,4 874,7 924,8 831,0 4 Jaring Angkat - 315,0 75,4 110,5 151,5 85,6 5 Pancing 11,5 230,5 63,3 50,4 12,0 96,8 6 Perangkap 2,7 295,7 134,8 121,6 25,1 14,5 7 Pengumpul Kerang 3,2 65,3 25,7 11,1 34,1 23,8 8 Perangkap kepiting 8,2 341,1 114,1 112,8 126,6 55,1 9 Lain-lain 4,8 130,8 52,2 32,9 55,1 46,4 Total 76,8 4882,7 1779,8 1681,2 1385,4 1284,5 Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Tahun, 2006

4.2 Kondisi umum Teluk Apar 4.2.1 Gambaran desa-desa pesisir

Ciri pokok desa pesisir yaitu sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor perikanan, dan desanya berada di tepi pantai (AMN-Kaltim, AMN-Pasir, 2005). Sektor perikanan merupakan prime mover bagi desa pesisir. Desa-desa pesisir di sekitar perairan Teluk Apar antara lain Desa Muara Pasir, Desa Pasir Baru, Desa Lori, Desa Labuangkallo, Desa Selengot dan Desa Tanjung Aru. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.86/Kpts.II/1983 kawasan sekitar Teluk Apar ditetapkan sebagai kawasan cagar alam dengan luas 46.900 hektar. Lima desa pesisir yang berada di sekitar Teluk Apar yang termasuk dalam kawasan cagar alam yaitu Desa Pasir Baru, Lori, Selengot, Labuangkallo dan Tanjung Aru (Gambar 2)

(6)

Kawasan Teluk Apar terdapat beberapa sungai antara lain Sungai Kandilo, Sungai Seratai, Sungai Apar Besar, Sungai Kerang, Sungai Segendang, dan Sungai Jengeru semuanya bermuara ke Teluk Apar. Sungai-Sungai tersebut memegang peranan penting dalam menunjang perekonomian masyarakat desa sekitar Teluk Apar. Selain digunakan sebagai sumber pengairan untuk kegiatan pertanian, budidaya perikanan, sungai juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai alur transportasi untuk mengangkut hasil panen dari desa-desa lain.

Hal lain yang juga memegang peran penting kaitannya sungai dengan keberadaan perikanan tangkap adanya arus pasang dan surut yang mengalir secara kontinue dari hulu sungai kemuara hingga ke perairan teluk dan demikian pula sebaliknya. Arus merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ikan melakukan migrasi. Selain migrasi untuk mencari makan juga bertujuan untuk melakukan pemijahan dengan mengikuti arah arus pasang. Arus tidak hanya membawa makanan tetapi juga membawa binatang laut itu sendiri.

4.2.2 Karakteristik oseanografi

a) Suhu

Kisaran suhu diperairan laut antara 27,5oC hingga 29,5oC. Suhu rata-rata bulanan maksimum terjadi pada bulan Mei dan Desember dengan kisaran antara 29,14oC- dan 29,21oC. Suhu rata-rata bulanan yang rendah terjadi pada bulan Pebruari dan Agustus (AMN-Kaltim, AMN-Pasir, 2005). Variasi rata-rata bulanan pertahunnya tidak lebih dari 2oC. Rendahnya suhu permukaan laut pada bulan Februari diperkirakan karena pengaruh musim hujan, adapun pada bulan Agustus diduga karena tingginya penguapan akibat penyinaran matahari dan hembusan angin. Suhu maksimum terjadi pada bulan Mei diperkirakan karena kuatnya penyinaran dan angin yang berhembus lemah. Sedangkan yang terjadi pada bulan Desember diduga karena perbedaan suhu air dan suhu udara yang cukup tinggi sedangkan angin yang berhembus cukup kuat.

b) Pasang Surut

Tipe pasang surut perairan Kabupaten Pasir secara umum menurut data DISHIDROS-TNI AL (2003), termasuk dalam tipe pasang surut campuran dengan dominasi pasang surut ganda yaitu dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu

(7)

hari. Pasang surut yang terjadi diperairan Teluk Apar sangat dipengaruhi oleh rambatan pasang surut yang berasal dari Laut Sulawesi bagian Utara yang berasal dari Samudera Pasifik. Perubahan tinggi muka laut (pasut) perairan Teluk Apar berkisar antara 140 cm hingga 277 cm. Kisaran pasut yang besar terjadi saat bulan purnama yang dikenal dengan pasang surut purnama, sedangkan kisaran pasang surut yang paling kecil terjadi pada saat bulan sabit yang dikenal dengan pasang surut perbani.

c) Arus

Pergerakan arus suatu perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor angin, pasang surut, perbedaan tekanan, perbedaan suhu, salinitas dan adanya gaya coriolis. Arus yang terjadi di perairan Kabupaten pasir secara umum dipengaruhi oleh adanya angin muson, pasang surut dan perbedaan tekanan yang terjadi antara laut Sulawesi dan Samudera Hindia. Perbedaan yang terjadi menyebabkan arus di Selat Makassar mengalir dari Utara ke Selatan.

Arah arus yang mengalir di perairan Kabupaten Pasir pada bulan Maret hingga Desember tidak jelas terlihat, kondisi ini disebabkan karena gerakan arus di Laut Jawa didominasi oleh arus yang mengalir dari Barat dan sebagian massa air memasuki bagian Selatan dari Selat Makassar. Arus pada bulan Mei hingga Juli umumnya mengalir kearah utara, pada bulan Agustus terdapat dua pusaran arus yang berputar yaitu disebelah Utara dan sebelah Selatan. Adapun pada bulan September arus mengalir kearah Selatan dan pada bulan Oktober hingga Desember arus di dekat pantai yang mengalir dari arah Selatan kearah Utara (AMN-Kaltim, AMN-Pasir, 2005).

d) Salinitas

Perairan Teluk Apar berhubungan langsung dengan Selat Makassar sehingga kisaran salinitasnya cenderung sama, yaitu antara 31,50o/oo -34,50o/oo. Salinitas tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sekitar 34,50o/oo biasanya terjadi setelah berlangsungnya Musim Timur yang bertiup antara bulan Juni hingga Agustus. Salinitas terendah terjadi pada bulan Februari dan Maret disebabkan karena tingginya curah hujan selain itu juga karena limpasan air tawar yang berasal dari daratan yang dibawa melalui sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Apar (Bappeda Kabupaten Pasir dan PKSPL IPB, 2003).

(8)

4.2.3 Daerah dan Musim Penangkapan

Daerah penangkapan dari berbagai jenis alat tangkap meliputi seluruh perairan teluk. Nelayan Teluk Apar melakukan operasi penangkapan sepanjang tahun meskipun terdapat musim tertentu yang dikenal dengan musim puncak. Menurut nelayan pada musim puncak hasil tangkapan lebih banyak dibanding pada musim lainnya, sehingga waktu operasi penangkapan per trip lebih pendek. Hasil wawancara dengan nelayan responden diperoleh data dan informasi mengenai musim puncak ikan berdasarkan jenis alat tangkap di Teluk Apar seperti pada Tabel 9.

Tabel 9 Musim Penangkapan Ikan berdasarkan Jenis Alat Tangkap Jenis alat tangkap Bulan

Puncak (Barat) Biasa (Utara) Paceklik (Selatan)

Purse seine Jan – Jul Okt – Des Agt – Sep

Jaring insang dasar Jan – Apr Sep – Des Mei – Agt Jaring insang hanyut Jan – Apr Sep – Des Mei – Agt Jaring tiga lapis Jan – Apr Sep – Des Mei – Agt Rawai hanyut Jan – Apr Sep – Des Mei – Agt Jermal Jan – Apr Sep – Des Mei – Agt Bagan tancap Jan – Jul Okt – Des Agt – Sep Sumber : Data primer, 2007

Berdasarkan hasil wawancara terhadap nelayan responden dan para punggawa (juragan) diperoleh informasi musim ikan. Rincian waktu musim ikan berdasarkan jenis yang dominan tertangkap di Teluk Apar disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Bulan Musim Ikan berdasarkan Jenis Ikan di Perairan Teluk Apar

Jenis Ikan Musim Ikan (bulan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tongkol Layang Tenggiri Kembung Selar Teri Tembang Kakap Sumbal Bawal Udang Windu

(9)

4.2.4 Unit Penangkapan ikan

Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan, terdiri dari nelayan, perahu/kapal penangkap ikan dan alat penangkap ikan. Ketiga elemen tersebut sangat penting dalam melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan.

4.2.4.1 Nelayan

Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan usaha penangkapan ikan. Nurani (1987) mendefinisikan nelayan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, dalam hal ini termasuk juru masak dan ahli mesin yang bekerja di atas kapal.

Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir tahun 2005, nelayan di sekitar perairan Teluk Apar berjumlah 2088 orang. Jumlah nelayan setiap tahun cenderung mengalami peningkatan (Tabel 11). Kondisi diatas secara tidak langsung memberikan gambaran terhadap pemanfaatan sumberdaya di perairan Teluk Apar. Semakin bertambah jumlah nelayan tekanan pemanfaatan sumberdaya ikan di Teluk Apar juga akan semakin meningkat.

Tabel 11 Perkembangan Jumlah Nelayan di Teluk Apar tahun 1996 – 2005 Tahun Penuh Sambilan Jumlah

Utama Tambahan 1996 1.410 272 247 1929 1997 1.261 382 202 1845 1998 1.160 572 195 1927 1999 1.160 553 215 1928 2000 1.217 556 267 2040 2001 1.293 548 258 2099 2002 1.927 122 52 2101 2003 2.117 149 61 2327 2004 1.862 137 56 2055 2005 1.890 140 58 2088 Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir, 2006

4.2.4.2 Perahu/ kapal

Kapal perikanan menurut UU No 31 Tahun 2004 (pasal 1 ayat 9) adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan

(10)

penelitian/eksplorasi perikanan (UU No 31 Tahun 2004). Secara Umum jumlah perahu dan kapal meningkat setiap tahun. Peningkatan secara signifikan pada motor ukuran 0-5 GT. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu peningkatan jumlah nelayan, kultur masyarakat di pesisir pantai kawasan Teluk Apar, kemampuan modal dan daerah operasi penangkapan. Selengkapnya perkembangan jumlah perahu/kapal di Teluk Apar periode 1996-2005 disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Perkembangan Jumlah Perahu/Kapal Penangkap Ikan di Teluk Apar Tahun 1996-2005

Tahun Tidak bermotor Kapal motor Jumlah Kecil Sedang Tempel 0-5 GT 5-15 GT

1996 154 79 75 843 0 1151 1997 55 75 43 1.032 0 1205 1998 140 98 86 832 0 1156 1999 136 97 103 869 0 1205 2000 135 96 105 878 0 1214 2001 120 85 104 925 0 1234 2002 105 75 30 1.065 50 1325 2003 105 75 0 1.250 65 1495 2004 85 76 0 1.300 65 1526 2005 81 73 0 1.886 69 2109 Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir, 2006 4.2.4.3 Alat tangkap

Beragam jenis alat tangkap dioperasikan di perairan Teluk Apar, diantara berbagai alat tangkap tersebut yang dominan digunakan antara lain : purse seine, jaring insang hanyut, jaring insang dasar, jarring insang tiga lapis, bagan tancap, rawai hanyut dan jermal.

Produksi perikanana laut Kabupaten Pasir secara umum ditopang oleh dua perairan laut yaitu Teluk Adang dan Teluk Apar. Terdapat perbedaan keragaman alat tangkap yang dioperasikan pada masing-masing perairan teluk. Di perairan Teluk Adang masih ditemukan atau masih beroperasi alat tangkap baby trawl (dogol) dan tidak terdapat alat tangkap purse seine. Sebaliknya di perairan Teluk Apar masyarakat nelayan Desa Tanjung Aru dan Desa Muara Pasir mengoperasikan alat tangkap purse seine dan tidak terdapat trawl.

Tidak beroperasinya trawl di Teluk Apar lebih disebabkan oleh adanya kepatuhan terhadap kesepakatan antar nelayan, tokoh masyarakat, aparat desa

(11)

yang berada di sekitar kawasan Teluk Apar untuk melarang beroperasinya trawl di perairan Teluk Apart, mengingat alat yang dioperasikan sebagian besar merupakan alat tangkap pasif khususnya jaring tiga lapis (penambe), selain itu armada yang digunakan dominan berkapasitas kecil sehingga operasi semua unit penangkapan terfokus pada satu kawasan yang sama. Berdasarkan hal tersebut maka disepakati untuk alat tangkap trawl dilarang dioperasikan di Teluk Apar. Perkembangan jenis alat tangkap pada periode 1996-2005 disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Perkembangan Jumlah Alat Tangkap yang Dioperasikan di Teluk

Apar Periode Tahun 1996-2005

Tahun

Jenis Alat Tangkap

Jumlah Pukat

Cincin

Jaring insang Bagan

Tancap

Rawai

Hanyut Jermal

Hanyut Dasar Tiga

1996 9 240 242 1.028 87 58 18 1.682 1997 46 204 205 874 78 35 21 1.463 1998 72 221 224 952 89 39 21 1.618 1999 73 215 216 921 95 36 20 1.576 2000 76 216 214 930 90 35 22 1.583 2001 83 236 233 1.015 115 39 22 1.743 2002 35 195 197 854 66 96 22 1.465 2003 35 211 214 928 79 251 23 1.741 2004 35 249 248 1.080 56 237 23 1.928 2005 56 232 234 1.017 58 225 25 1.847

Sumber : Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan, Pasir 2006

Pasca pelarangan pengoperasian trawl telah berdampak terhadap menurunnya jumlah alat tangkap trawl (dogol) di Kabupaten Pasir, kondisi ini secara tidak langsung mempengaruhi jumlah produksi udang. Dampak lain dari pelarangan pengoperasian trawl adalah semakin meningkatnya luasan bukaan hutan mangrove di Kabupaten Pasir untuk usaha budidaya udang. Ditinjau dari aspek pencapaian produksi khususnya udang, hal ini memberikan nilai tambah bagi Kabupaten Pasir karena produksi udang yang sebelumnya dihasilkan melalui penangkapan (trawl) kini tersubstitusi melalui usaha budidaya, dan produksi yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dari hasil penangkapan. Oleh karena itu kontribusi udang terhadap produksi perikanan di Kabupaten Pasir (Teluk Apar) dominan dihasilkan oleh aktifitas budidaya.

Pembukaan lahan tambak secara besar-besaran di Kabupaten Pasir khususnya di Teluk Apar telah menciptakan permasalahan baru. Pada beberapa desa pesisir disekitar kawasan Teluk Apar telah mengalami abrasi sehingga

(12)

mengakibatkan rusaknya bangunan-bangunan rumah, selain itu juga karena kerasnya terpaan angin laut yang langsung mengarah kerumah-rumah diperkampungan nelayan akibat tidak adanya penghalang/ terbukanya hutan mangrove untuk usaha tambak. Hal ini semakin diperparah oleh minimnya pengetahuan masyarakat bagaimana usaha budidaya tambak yang berwawasan lingkungan, sehingga dalam melakukan usahanya mereka tidak memperhatikan kaidah-kaidak keseimbangan.

Dari aspek usaha penangkapan karakteristik unit penangkapan yang dioperasikan di Teluk Apar antara lain yaitu.

a) Pukat Cincin / gae

Pukat Cincin menurut Baskoro (2002) adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang, dilengkapi dengan tali kerut yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah). Dengan menarik tali kerut pada bagian bawah jaring menguncup dan akan membentuk seperti mangkok. Dikatakan “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin (Gambar 3).

Awal diperkenalkannya alat tangkap pukat cincin yaitu pada tahun 1970 di pantai Utara Jawa oleh BPPL. Baru pada tahun 1973/1974 alat tersebut mulai diaplikasikan di daerah Muncar dan hingga sekarang alat tangkap tersebut berkembang pesat (Subani dan Barus 1989). Di beberapa daerah pukat cincin memiliki nama serta konstruksi yang agak berbeda.

Gambar 3 Alat Tangkap Purse seine (Balai Penelitian Perikanan Laut, 2002) Pukat Cincin (purse seine) menurut Von Brant (1984) dibentuk dari dinding jaring yang sangat panjang, biasanya tali ris bawah (leadline) sama atau

(13)

lebih panjang daripada tali ris atas (floatline). Float line memuat rangkaian pelampung (float) yang menjaga posisi jaring agar tetap berada di permukaan air. Leadline adalah tali ris bawah yang merangkai kumpulan pemberat (sinker) yang terbuat dari timah sehingga memungkinkan jaring untuk melebar secara vertikal dengan maksimal. Mata jaring pada pukat cincin hanya berfungsi untuk penghadang gerak ikan, bukan penjerat sebagaimana pada gillnet.

Metode pengoperasian pukat cincin menurut Baskoro (2002) yaitu dengan cara melingkari gerombolan ikan baik dengan satu kapal maupun dengan menggunakan dua kapal. Setelah gerombolan ikan terkurung, pada bagian bawah jaring kemudian dikerutkan dengan menarik tali kerut yang dipasang sepanjang bagian bawah melalui cincin hingga tertutup.

Purse Seine dibedakan dalam empat kelompok besar. Menurut Sadhori (1985) kelompok tersebut adalah :

(1) Berdasarkan bentuk jaring utama : persegi panjang atau segi empat, trapesium atau potongan dan lekuk

(2) Berdasarkn jumlah kapal yang digunakan pada waktu operasi: tipe satu kapal (one boat system) dan tipe dua kapal (two boat system).

(3) Berdasarkan waktu operasi yang dilakukan : purse seine siang dan purse seine malam;

(4) Berdasarkan species ikan yang tertangkap : purse seine lemuru, layang, kembung dan cakalang.

Pukat cincin (purse seine) di perairan Teluk Apar disebut dengan Gae, dalam istilah lain juga dikenal dengan nama jaring kolor. Disebut demikian menurut Sadhori (1985) karena pada bagian bawah jaring dilengkapi dengan tali kolor yang berguna untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu dioperasikan, dengan cara menarik tali kolor. Pengoperasian Gae di perairan Teluk Apar umumnya dilakukan dengan menggunakan satu buah kapal motor bermesin.

Sebelum operasi penangkapan dilakukan terlebih dahulu melihat densitas kelompok ikan yang terdapat di rumpon, bila terlihat jumlah ikan cukup banyak di lakukan penangkapan ikan. Bila jumlah ikan pada rumpon tersebut diperkirakan sedikit maka penangkapan ditunda dan armada berpindah pada rumpon yang lain. Biasanya nelayan melakukan penangkapan ikan pada rumpon secara bergiliran hal

(14)

ini dimaksudkan agar ikan tetap berada disekitar rumpon sehingga ikan dapat ditangkap secara kontinyu.

Jenis ikan yang umum tertangkap oleh alat tangkap purse seine di Teluk Apar terdiri dari Selar (Selaroides spp), Tembang (Clupeoides sp), Kembung (Rastrelliger spp), layang (Decapterus) dan tongkol (Auxis thazard). Pengoperasian purse seine umumnya dilakukan one day fishing yaitu sejak pukul 16.00 sampai 06.00. Jumlah setting rata-rata 3-4 kali permalam, waktu antara setting sampai dengan hauling 3-4 jam.

b) Jaring Insang (gill net )

Gill Net merupakan jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama pada seluruh mata jaring, yang dilengkapi dengan pelampung dan pemberat sehingga menyebabkan jaring terbuka dengan sempurna di dalam air. Gill Net diartikan juga sebagai jaring insang karena ikan-ikan yang tertangkap pada umumnya tersangkut pada tutup insangnya. Prinsip pengoperasiannya yaitu menghadang gerak gerombolan ikan, diharapkan ikan menabrak jaring dan terjerat disekitar insang baik pada mata jaring maupun terpuntal pada tubuh jaring. Untuk mendukung keberhasilan operasi penangkapan dengan gillnet menurut Sadhori (1984) warna jaring disesuaikan dengan warna perairan tempat gillnet dioperasikan.

Gill Net di sekitar Teluk Apar dikenal dengan rengge. Jenis rengge pada umumnya disesuaikan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Berdasarkan klasifikasi alat tangkap, gillnet (rengge) yang umum digunakan di Teluk Apar terdiri dari jaring insang hanyut (drift gill net) dan jaring insang dasar (bottom gill net).

(1) Jaring Insang Hanyut (drift gill net)

Martasuganda (2002) memberikan definisi jaring insang hanyut sebagai jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring utama sama, jumlah mata jaring arah horizontal (mesh lengh) lebih banyak dari jumlah arah vertikal (fesh depth). Pada bagian atas dilengkapi dengan beberapa pelampung (float) dan dibagian bawah dilengkapi dengan beberapa pemberat (sinkers), dengan adanya dua gaya berlawanan menyebabkan jaring insang dapat dioperasikan dalam keadaan tegak (Gambar 4).

(15)

Gambar 4 Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (drift gill net) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 2002)

Posisi jaring pada jaring insang hanyut ketika dioperasikan tidak ditentukan oleh adanya jangkar, tetapi bergerak hanyut bebas mengikuti arah gerakan arus. Pada salah satu ujung jaring di letakkan tali dan tali tersebut dihubungkan dengan kapal, gerakan hanyut dari kapal mempengaruhi posisi jaring. Selain arus, gelombang dan kekuatan angin juga mempengaruhi keadaan hanyut dari jaring tersebut.

Nelayan Teluk Apar umumnya mengoperasikan jaring insang hanyut pada siang hari antara pukul 07.00-17.00 sedang pada malam hari pada pukul 18.00 – 04.00. Operasi penangkapan dalam sebulan rata-rata sebanyak 15 trip. Setting rata-rata dilakukan 3-4 kali dengan waktu 2-3 jam per setting. Jenis-jenis ikan yang umum tertangkap terdiri dari Tenggiri (Scomberomus commersoni), Menangin (Eleutheronema tetradactylum ), dan Bawal (Stromateus sp).

(2) Jaring Insang Dasar (bottom gill net)

Jaring insang dasar di sekitar Teluk Apar disebut dengan rengge dasar hal ini karena jaring tersebut direntangkan dekat dengan dasar laut (Gambar 5). Jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan terdiri dari ikan-ikan demersal. Prinsip pengoperasian sama dengan surface gill net bedanya hanya pada posisi jaring dalam air. Fishing ground alat tangkap ini di daerah muara dan teluk sehingga ikan yang tertangkap dapat berbagai jenis.

(16)

Gambar 5 Alat Tangkap Jaring Insang Dasar (bottom gill net) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 2002)

Pengoperasikan alat tangkap rata-rata sebanyak 20 trip perbulan, dan dilakukan antara pukul 07.00 – 16.00. Malam hari dilakukan antara pukul 18.00 - 05.00. Jenis ikan yang biasa tertangkap antara lain ikan Kakap (Lates calcarifer), Beronang (Siganus sp), Pari (Dasyatis sp), Bawal (Stromateus sp), Trakulu (Caranx sp), dan Sumbal/Kuro (Eleutheronema sp).

c) Jaring Tiga Lapis (trammel net)

Jaring tiga lapis terdiri dari tiga lapis jaring, lapisan jaring bagian dalam (inner net) ukuran mata jaringnya lebih kecil dibanding dengan kedua lapisan yang di luar (outer net). Alat ini dioperasikan pada bagian dasar perairan (Gambar 6). Pada umumnya hasil tangkapan berupa Udang Windu (Penaeus monodon), Udang Putih (Penaeus merguensis), dan Udang Bintik (Metapenaeus sp.). Pengoperasian jaring tiga lapis rata-rata sebanyak 20 trip perbulan. Waktu pengoperasian biasanya mulai pukul 07.00 - 17.00.

Gambar 6 Alat Tangkap Jaring Tiga Lapis (trammel net) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 2002

(17)

d) Jermal/ Togo (tidal traps)

Jermal dalam klasifikasi alat tangkap masuk dalam kategori alat tangkap perangkap, yang biasa dikenal dengan jermal (Gambar 7). Prinsip penangkapan ikan dengan alat ini yaitu menghadang arah ruaya ikan pantai dengan memanfaatkan arus pasang surut, sehingga ikan masuk ke bagian jebakan yang dipasang jaring. Untuk mengarahkan ruaya ikan ke arah kamar jebakan nelayan memasang pagar kayu.

Gambar 7 Alat Tangkap Jermal/Julu (tidal traps) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 2002)

Pengoperasian jermal rata perbulan sebanyak 12 trip dan perhari rata-rata dioperasikan antara 5 – 6 jam mengikuti pergerakan arus surut. Walaupun pergantian pasang dan surut terjadi 2 kali setiap hari akan tetapi nelayan mengoperasikan hanya satu kali pada saat air surut. Komoditi ikan yang umum tertangkap terdiri dari Udang Windu (Penaeus monodon), Udang Putih (Penaeus merguensis), Udang Jari (Penaeus indicus longirostris), Udang Belang (Parapenaeopsis sculptisis), Bawal (Stromateus sp), Bulu Ayam (Thryssa setirostris), dan Kakap (Lates calcarifer).

e) Bagan Tancap (Stationary lift net)

Bagan merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dinaikkan atau ditarik keatas dari posisi horizontal yang ditenggelamkan untuk menangkap ikan yang ada diatasnya dengan menyaring air. Menurut Subani dan Barus (1988) bagan berdasarkan bentuk dan metode pengoperasian terbagi menjadi 3 macam yaitu bagan tancap, rakit dan perahu.

(18)

Metode penangkapan ikan dengan bagan dengan memanfaatkan naluri ikan, yaitu ketertarikan terhadap cahaya. Menurut Subani dan Barus (1988) penangkapan dengan bagan dilakukan pada malam hari, terutama pada saat bulan gelap dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu (Gambar 8).

Gambar 8 Alat Tangkap Bagan Tancap(stationary lift net)

Pengoperasian bagan tancap rata-rata perbulan sebanyak 16 trip, dioperasikan mulai pukul 19.00 - 05.00. Hasil tangkapan berupa ikan Teri (Stolephorus comersonii), Tembang (Sardinella sp), Kembung (Rastrelliger spp ) dan Cumi-cumi (Loligo sp).

Komponen material bagan tancap terdiri dari jaring, rumah bagan yang terbuat dari batang kayu nibung, serok dan lampu petromax, pada bagian pelataran terdapat alat penggulung yang digunakan untuk menurunkan dan menaikkan jaring bagan pada saat dioperasikan. Berdasarkan posisi penempatan bagan tancap di perairan Teluk Apar, terlihat bahwa jarak antar bagan saling berdekatan. Keadaan ini tentu mempengaruhi kuantitas hasil tangkapan karena distribusi ikan lebih menyebar.

g) Rawai Hanyut (lift net)

Rawai merupakan alat penangkap ikan yang terdiri atas rangkaian tali temali yang bercabang-cabang dan pada setiap ujung cabangnya diikatkan dengan sebuah pancing dan diberi umpan. Pancing rawai terdiri atas tali utama, tali cabang, bendera, pelampung, pemberat, mata pancing dan umpan.

Pancing rawai diklasifikasikan kedalam tiga bagian, yaitu berdasarkan letak pemasangan diperairan, susunan mata pancing pada tali utama, dan jenis

(19)

ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan. Berdasarkan letak pemasangan di perairan, terdiri atas rawai permukaan (surface longline) dan rawai pertengahan (midwater longling). Berdasarkan susunan mata pancing yaitu rawai mendatar (horizontal longline) dan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan yaitu rawai tuna (tuna long line).

Rawai yang dominan digunakan di Teluk Apar adalah rawai hanyut (Gambar 9). Operasi penangkapan per bulan rata-rata sebanyak 14 trip. Umumnya nelayan mengopertasikan rawai mulai pukul 08.00-14.00. Hasil tangkapan yaitu ikan Kakap (Lates calcarifer), Trakulu (Caranx sp), Pari (Dasyatis sp), dan Menangin (Eleutheronema tetradactylum ).

Gambar 9 Alat Tangkap Rawai Hanyut

4.2.5 Sumberdaya Ikan

Sumberdaya ikan yang dihasilkan oleh nelayan diperairan Teluk Apar sangat beragam, baik pada ikan pelagis maupun ikan demersal. Dari berbagai jenis ikan yang dihasilkan, terdapat beberapa jenis ikan yang dominan antara lain : Tongkol, Kakap, Tembang, Layang, Kembung, Selar dan Teri.

1) Tongkol (Auxis sp)

Ikan tongkol (Auxis thazard) tergolong ikan efipelagik dan termasuk dalam jenis tuna kecil (Gambar 10). Tongkol tergolong ikan buas dan sebagai predator. Kondisi yang disenangi adalah perairan laut dengan kisaran temperatur antara 18-29oC (Saanin, 1984). Menurut Nontji (1993) Ciri-ciri morfologinya yaitu badan memanjang, kaku, bulat seperti cerutu, badan tanpa sisik kecuali pada bagian korselet yang tumbuh sempurna dan mengecil kebagian belakang, warnanya kebiru-biruan serta putih dan perak dibagian perut. Ciri-ciri lain, dibagian perut

(20)

terdapat ban-ban serong berwarna hitam diatas garis rusuk serta noktah-noktah hitam terdapat diantara sirip dada dan perut. Ukuran panjang ikan rata-rata yang tertangkap berkisar antara 25-40 cm.

Terdapat dua sirip di bagian punggung, sirip punggung yang pertama berjari-jari keras 10 sedangkan yang kedua berjari-jari keras 11 dan terdapat 6-9 jari-jari tambahan yang letaknya dibelakang sirip punggung yang kedua. Sirip dubur berjari-jari lemah 44, diikuti jari-jari sirip tambahan. Badannya tampak diselumuti sisik, kecuali pada bagian belakangnya. Ikan ini mempunyai daging yang kenyal dan gurih serta merupakan perikanan ekonomis penting (Kiswantoro dan Sunyoto, 1986).

Gambar 10 Ikan Tongkol (Auxis thazard) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 1992) Distribusi tongkol sangat luas meliputi perairan tropis dan sub tropis, termasuk Samudera Pasifik, Samudera Hindia dan Samudera Atlantik. Penyebarannya cenderung membentuk kumpulan multispecies menurut ukurannya (FAO, 1986). Klasifikasi ikan tongkol menurut Saanin (1984) sebagai berikut. Kelas : Pisces

Sub kelas : Telestoi

Ordo : Percomorphi Subordo : Scombroidae Famili : Scombidae Divisi : Scombridae Genus : Auxis

Species : Auxis thazard

2) Kakap (Lates calcarifer),

Nama kakap diberikan kepada kelompok ikan yang termasuk tiga suku yaitu Lutjanus, Latidae dan Labotidae. Jenis-jenis yang termasuk Lutjanidae biasanya

(21)

disebut kakap merah. Dua jenis lainnya yaitu Lates calcarifer yang termasuk suku Latidae umumnya disebut kakap putih dan Labotus surinamensis yang termasuk suku Labotidae disebut kakap batu (Djamali, Burhanuddin dan Martosewojo, 1986).

Saanin (1984) mengklasifikasikan ikan kakap sebagai berikut. Phylum : Chordata

Sub Phylum: Vertebrata Kelas : Pisces Sub kelas :Teleostei

Ordo : Percomorphi Subordo : Percoidae Famili : Lutjanidae Genus : Latidae

Species : Lates calcarifer

Kakap yang tertangkap nelayan umumnya berukuran panjang berkisar 30-40 cm. Secara morfologi ikan kakap mempunyai ciri bentuk kepala tirus kedepan, punggung tinggi dan tebal dan banyak berisi daging. Ujung sirip ekornya bentuknya bundar (Saanin, 1984). Seluruh badan kepalanya tertututp oleh sisik-sisik yang kasar, berwarna perak keabuabuan yang lebih gelap pada pada bagian punggung dan memutih pada bagian perutnya (Gambar 11).

Rahang bawah maupun atas bergigi kecil-kecil dan tajam. Ikan ini termasuk ikan yang buas yang memangsa ikan-ikan lain yang lebih kecil. Kakap pada umumnya hidup di perairan sekitar muara sungai.

(22)

3) Tembang (Sardinella sp)

Ikan tembang termasuk kelompok jenis ikan pelagis kecil yang ditangkap dengan berbagai macam alat tangkap seperti: pukat cincin, payang dan jaring insang hanyut. Daerah penyebaran meliputi seluruh perairan pantai Indonesia, ke Utara sampai ke Taiwan, ke Selatan sampai ke ujung Utara Australia dan ke Barat sampai Laut Merah (Direktorat Jenderal Perikanan, 1979 yang diacu Wiyono, 2001).

Saanin (1984) memberikan ciri-ciri ikan Tembang sebagai berikut. Bentuk tubuh fusiform, pipih dengan sisik berduri di bagian bawah badan, awal sirip punggung sebelum pertengahan badan, berjari-jari lemah 17-20, dasar sirip dubur pendek dan jauh dibelakang dasar sirip dorsal serta berjari-jari lemah 16 – 19. Lapisan insang halus berjumlah 60-80 pada busur insang pertama bagian bawah. Ikan tembang pemakan plankton dan membentuk gerombolan besar. Panjang berkisar antara 15-25 cm, warna bagian atas kehijauan, dan bagian bawah putih perak, sirip-siripnya pucat kehijauan dan tembus cahaya (Gambar 12).

Gambar 12 Tembang (Sardinella fimbriata)

Gambar 12 Ikan Tembang (Sardinella sp) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 1992) Fischer dan Whitehead (1974) mengklasifikasi tembang sebagai berikut.

Phylum: Chordata

Sub Phylum: Vertebrata Kelas: Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo :Malacopterygii Famili : Clupeinae

Sub famili : Clupeinae Genus : Sardinella Species : Sardinilla sp.

(23)

Fischer dan Whitehead (1974) mengemukakan bahwa Sardinilla fimbriatai merupakan ikan permukaan dan hidup perairan pantai serta suka bergerombol pada areal yang luas sehingga sering tertangkap bersama-sama ikan lemuru. Ikan Tembang juga terkonsentrasi pada kedalaman kurang dari 100 meter. Pergerakan vertikal terjadi karena perubahan siang dan malam, pada malam hari ikan tembang cenderung berenang ke permukaan dan berada di permukaan sampai matahari terbit. Waktu malam terang, gerombolan ikan tembang akan berpencar atau tetap berada di bawah permukaan.

4) Layang ( Decapterus)

Ikan layang yang umum ditemukan di perairan Indonesia ada 5 jenis yakni Decapterus russelli, Decapterus kurroides, Decapterus lajang, Decapterus macrosoma dan Decapterus maruadsi. Namun dari kelima species ikan layang hanya Decapteus russelli yang mempunyai daerah penyebaran yang luas di Indonesia mulai dari Kepulauan Seribu hingga Pulau Bawean dan Pulau Masalembo. Decapterus lajang hidup diperairan yang dangkal seperti dilaut Jawa (termasuk Selat Sunda, Selat Madura dan Selat Bali), Selat Makassar, Ambon dan Ternate. Decapteus macrosoma banyak dijumpai di Selat Bali dan Pelabuhanratu. Decapterus maruadsi termasuk ikan yang berukuran besar, hidup di laut dalam dan tertangkap pada kedalaman 1000 meter atau lebih (Nontji 1993).

Ikan ini hidup di perairan yang berjarak 37-56 km dari pantai dengan kadar garam relatif tinggi (32-34o/oo) dan menyenangi perairan jernih serta membentuk gerombolan besar. Ikan ini termasuk perenang cepat. Panjang tubuhnya mencapai panjang 30 cm, bentuk badan agak memanjang dan agak gepeng. Dalam statistik perikanan, kedua jenis ikan layang ini dimasukkan dalam satu kategori (Decapterus spp) (Widodo, 1988).

Ikan layang biasanya memijah pada suhu minimum perairan 17oC. Umumnya pemijahan terjadi dua kali pertahun, puncak pemijahan pada bulan Maret/April (musim barat) dan Agustus/September (musim timur). Asikin (1971) mengemukakan bahwa ikan layang muncul kepermukaan karena dipengaruhi oleh ruaya harian dari plankton hewani (zooplankton) yang terdapat disuatu perairan. Secara spesifik, makanan ikan layang terdiri dari cepepoda 39%, crustacea 31% dan organisme lainnya 30%.

(24)

Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984) sebagai berikut. Phyllum : Chordata

Sub phyllum : Vertebrata Class : Pisces

Sub Clas : Teleostei

Ordo : Percomorphi Sub Ordo : Percoidea Divisi : Perciformes

Sub Ordo : Carangi Genus : Decapterus

Species : Decapterus russelli, (Rupped) Decapterus macrosoma, (Sleeker)

Decapterus maruadsi (Tamminck dan Schlgel)

Makanan utama zooplankton, terkadang juga ikan kecil seperti ikan teri (Stolephorus spp) dan japuh (Dussumteria acuta) (Nontji 1993). Ikan ini ditangkap dengan menggunakan jaring insang, mini purse seine, dan bagan tancap.

Gambar 13 Ikan Layang ( Decapterus) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 1992) 5) Kembung (Rastrelliger spp)

Ciri ikan kembung (Rastrelliger spp) secara umum yaitu badan berbentuk cerutu, tubuh dan pipinya ditutupi oleh sisik-sisik kecil, bagian dada agak lebih besar dari bagian lain (Gambar 14). Mata mempunyai kelopak yang berlemak. Gigi yang kecil terletak ditulang rahang. Tulang insang dan banyak sekali terlihat seperti bulu jika mulut terbuka. Mempunyai dua buah sirip punggung (dorsal), sirip punggung pertama terdiri dari jari-jari lemah dan sama dengan sirip dubur (anal) tidak mempunyai jari-jari keras. Lima sampai enam sirip tambahan (finlet) terdapat di belakang sirip dubur (anal) dan sirip punggung (dorsal) kedua.

(25)

Bentuk sirip ekor (caudal) bercagak dalam. Sirip dada (pectoral) dengan dasar agak melebar dan sirip perut terdiri atas satu jari-jari keras dan jari-jari lemah (Saanin 1984). Klasifikasikan ikan kembung sebagai berikut.

Phyllum : Chordata Sub phyllum : Vertebrata Class : Pisces

Sub Clas : Teleostei

Ordo : Percomorphi Sub Ordo : Scombridae Famili : Schombridae Genus : Rastrelligerecapterus

Species : Rastrelliger brachysoma, (Bleeker) Rastrelliger kanakurta, (Cuvier)

Decapterus maruadsi (Tamminck dan Schlgel)

Gambar 14 Ikan Kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 1992)

Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) memiliki satu noda hitam di belakang sirip dada sedangkan ikan kembung perempuan (Rastrelliger neglectus) tidak ada noda hitam. Perbedaan lain yaitu pada kembung lelaki terdapat 2 baris bulatan hitam di bawah sirip punggung dan garis hitam membujur sepanjang badan sedangkan pada kembung perempuan hanya terdapat baris bulatan-bulatan hitam dan tidak ada garis hitam. Panjang tubuh mencapai 35 cm (Saanin, 1984). Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) biasanya ditemukan di perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai dengan kadar garam lebih dari 32o/oo sedangkan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) dijumpai didekat perairan pantai dengan kadar garam lebih rendah (Nontji, 1993). Penyebaran utama ikan kembung (Rastrelliger spp) perairan Barat, Timur dan Selatan Kalimantan serta Malaka (Direktorat Jenderal Perikanan, 1997).

(26)

6) Selar (Selaroides spp)

Jenis-jenis ikan selar (Selaroides spp) yang tertangkap di perairan Indonesia dan tercatat di dalam data statistik perikanan Indonesia, yaitu selar bentong (Selar crumenopthalmus) dan selar kuning (Selaroides leptolepsis) (Nontji 1993). Klasifikasi selar menurut Saanin (1984) sebagai berikut.

Phyllum : Chordata Sub phyllum : Vertebrata Class : Pisces

Sub Clas : Teleostei

Ordo : Percomorphi Famili : Carangidae Sub Famili : Caranginae Divisi : Perciformes Genus : Caranx Sub Genus : Selar

Species : Selar crumenophthlmus Selarouides leptolepsis

Gambar 15 Ikan Selar (Selaroides spp) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 1992) Selar kuning (Selaroides leptolepsis) memiliki bentuk badan lonjong, pipih dengan sirip punggung (dorsal) pertama berjari-jari keras delapan buah, sedangkan yang keduanya berjari-jari keras satu buah dengan jari-jari lemah 15 buah (Gambar 15). Sirip duburnya (anal) terdiri atas dua jari-jari lemah. Tapis insang pada busur insang pertama bagian bawah berjumlah 26 buah. Garis rusuk membusur, memiliki 25-34 sisik (scute). Selar bentong (Selar erumenophthalmus) memiliki bentuk yang hampir sama tetapi dapat dibedakan dari matanya yang berukuran lebih besar (Ditjen Perikanan 1997 diacu dalam Wiyono 2001)

(27)

Perbedaan mendasar lainnya terletak pada jumlah jari-jari pada sirip dubur (anal) dan sirip punggung (dorsal), jumlah tapis insang, jumlah sisik duri. Jari-jari keras sirip punggung (dorsal) pertama ada sembilan buah (satu yang terdepan mengarah kebagian muka), sedangkan yang kedua berjari keras satu dan jari-jari lemah 24-26 buah. Sirip dubur (anal) terdiri atas dua jari-jari-jari-jari keras yang terpisah dan satu jari-jari keras yang tersambungdengan 21-23 buah jari-jari lemah.

Garis rusuk bagian depan sedikit membusur kemudian lurus pada bagian belakangnya dengan sisik dun (scule) berjumlah 32-38 buah.

Kedua jenis ikan ini memakan ikan-ikan kecil dan udang kecil. Hidup secara bergerombol disekitar pantai dangkal, sedangkan Selar crumnophthalmus hidup sampai kedalaman 80 meter. Penangkapan ikan selar menggunakan alat tangkap pancing, pukat selar, purse seine, sero, jaring insang dan bagan tancap. 7) Teri (Stelephorus spp)

Stelophorus spp termasuk ikan pelagis kecil yang menghuni pesisir. Pada umumnya hidup bergerombol sampai ratusan atau ribuan individu, terutama untuk jenis-jenis ukuran kecil. Sebaliknya yang berukuran besar cenderung untuk hidup soliter, hanya pada bulan-bulan tertentu dapat tertangkap dalam gerombolan kecil sekitar 100-200 ekor. Teri banyak memakan berbagai jenis plankton, meskipun komposisinya tidak selalu sama untuk setiap species (Nontji, 1993). Pada ukuran 40 mm, ikan ini umumnya memanfaatkan fitoplankton dan zooplankton berukuran kecil. Teri yang berukuran lebih dari 40 mm, banyak memanfaatkan zooplankton ukuran besar (Gambar 16)

Secara morfologi Teri memiliki ciri-ciri badan memanjang, mulut tumpul, rahang bawah lebih pendek dari rahang atas, antara sirip dada dan sirip perut terdapat scute yang disebut ventral scute, warna punggung agak gelap sedang badan tidak berwarna. Panjang badan umumnya antara 9-12 cm. Daerah penyebaran di perairan dekat pantai, dimana terjadi proses penaikan air (upwelling). Ikan teri dapat membentuk biomassa yang sangat besar dan merupakan sumberdaya yang poorly behaved, karena makanan utamanya adalah plankton, sehingga kelimpahan sangat tergantung kepada faktor-faktor lingkungan (Saanin. 1984).

(28)

Teri (Stolephorus spp) terdapat diseluruh perairan pantai Indonesia dengan nama yang berbeda-beda seperti : teri (Jawa), bilis (Sumatera dan Kalimantan), dan puri (Ambon). Sedikitnya ada sembilan jenis teri (Stolephorus spp) yang terdapat diperairan Indonesia yaitu: Stelephorus heterolobus, Stelephorus devisi, Stelephorus baganensis, Stelephorus dubiousus, Stelephorus indicus, Stelephorus commersonii, Stelephorus insularis dan Stelephorus buccaneezi. Ada pula yang berukuran besar seperti Stolephorus commersonii dan Stolephorus indicus yang dikenal sebagai teri kasar dengan ukuran tubuh dapat mencapai 17,5 cm (Nontji 1993). Klasifikasi teri menurut Saanin (1984) sebagai berikut.

Phyllum : Chordata Sub phyllum : Vertebrata Class : Pisces

Sub Clas : Teleostei

Ordo : Malacopterygii Famili : Clupeidae Sub Famili : Engraulinae Genus : Stelophorus Species : Stelophorus spp

Gambar 16 Ikan Teri (Stolephorus commersonii) (Balai Penelitian Perikanan Laut, 1992)

Gambar

Tabel  5  Jumlah Nelayan Perikanan Laut berdasarkan Kategori Usaha di  Kabupaten Pasir Tahun 1996-2005
Tabel   8  Produksi Perikanan Tangkap Menurut Klasifikasi Alat Tangkap di  Kabupaten Pasir Tahun 2005
Tabel  9  Musim Penangkapan Ikan berdasarkan Jenis Alat Tangkap
Tabel   12  Perkembangan Jumlah Perahu/Kapal Penangkap Ikan di Teluk Apar  Tahun 1996-2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dapat diperoleh bahwa kinerja keuangan dilihat dari nilai Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) tahun 2014 kinerja

Masalah yang ada dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh emotional quotient (EQ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem akuntansi kelas

Komposisi Hasil Tangkapan Purse Seine Produksi perikanan laut menurut jenis ikan dengan menggunakan alat tangkap purse seine selama periode 2007-2012 mengalami

Untuk persentase hasil tangkapan yang banyak tertangkap oleh alat tangkap purse seine pada waktu pagi dan siang hari secara umum didominasi oleh jenis tenggiri

Kegiatan MOPD merupakan agenda rutin awal tahun tiap sekolah, dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2014 sampai 17 Juli 2014, yang bertujuan untuk memperkenalkan lingkungan

Tidak dapat dipungkiri bahwasannya banyak dari nasabah perbankan adalah rationale market yaitu nasabah yang berfikir secara rasional akan sebuah tindakan perbankan

Akan  sedikit  naik  selama  persalinan;  tertingi  selama  dan  segera  setelah  kelahiran.  Untuk  bisa  dianggap  normal,  kenaikan  ini  tidak  boleh  melampaui 

Gambar 4 menunjukkan kadar bahan organik tertinggi diperoleh pada umur sampah minggu ke 4, sebesar 3,11% dan terendah pada minggu ke 10, sebesar 1,41 %. Uji statistik