• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Sains Anak Usia Dini. sains berdasarkan sudut pandang anak. Karena kita memandang dimensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Sains Anak Usia Dini. sains berdasarkan sudut pandang anak. Karena kita memandang dimensi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Sains Anak Usia Dini

1. Pengertian Kemampuan Sains Anak Usia Dini

Pengertian sains untuk anak usia dini adalah bagaimana memahami sains berdasarkan sudut pandang anak. Karena kita memandang dimensi sains dari kacamata anak, maka akan berimplikasi pada kekeliruan- kekeliruan dalam menentukkan hakikat sains bagi anak usia dini yang berdampak cukup signifikan terhadap pengembangan pembelajaran sains itu sendiri kepada mereka. Hal tersebut tentunya secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pula pada proses dan produknya yaiti anak-anak sendiri.

Sains atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains adalah sistem tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. Sains adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nila-nilai tertentu.

Drs. Slamet Suyanto, (2005: 83) Pengenalan sains untuk peserta didik TK/PAUD lebih ditekankan daripada produk (fakta,. konsep, teori, prinsip, dan hukum). Proses sains dikenal dengan metode ilmiah, yang

(2)

secara garis besar meliputi: 1) Observasi, 2) menemukan masalah, 3) melakukan percobaan, 4) menganalisis data dan 5) mengambil kesimpulan. Untuk anak TK/PAUD ketrampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada di sekitarnya. Anak dapat menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.

Slamet Suyanto, (2005: 84) Pengetahuan yang diperoleh akan berguna sebagai modal berpikir. Melalui sains, peserta didik dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih peserta didik menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih peserta didik berpikir logis. Dalam sains peserta didik juga berlatih menggunakan alat ukur non standar, seperti jengkal, depa, atau kaki. Selanjutnya peserta didik berlatih menggunakan alat ukur standar. Peserta didik secar bertahap berlatih menggunakan satuan yang memudahkan peserta didik untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik.

Sebagai proses, sains mencakup kegiatan menelusuri, mengamati dan melakukan percobaan. Kegiatan bermain sains sangat penting diberikan untuk anak usia dini karena multi manfaat, yakni dapat mengembangkan kemampuan: eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam, mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan

(3)

pengamatan, mengukur, mengkomunikasi hasil pengamatan, dan sebagainya, mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan, memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.

Menurut Sumaji menyatakan bahwa sains secara sempit adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), terdiri dari physical sciences dan life science. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasanya adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab–akibat, hubungan kausal dari kejadian– kejadian yang terjadi di alam. Menurut Powler (dalam Nugraha Ali 2005: 36), sains adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan dengan mengamati gejala– gejala kebendaan, dan didasarkan terutama atas pengamatan diskusi.

Perkembangan kognitif seseorang, sebagian besar bergantung pada seberapa aktif orang tersebut memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Beberapa implikasi penting dari teori Jean Piaget dalam pembelajaran IPA atau sains menurut Wahab Jufri (2013: 18) adalah sebagai berikut:

a). Memusatkan perhatian pada kemampuan berpikir atau proses mental peserta didik dan tidak sekedar pada hasilnya. Dalam hal ini, selain kebenaran jawaban peserta didik, gutu harus memahami pula proses yang digunakan peserta didik dalam menemukan jawabannya terhadap suatu masalah. Oleh karena itu, pengalaman belajar harus dikembangkan dengan memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik.

(4)

Apabila guru memperhatikan strategi yang digunakan peserta didik untuk sampai pada kesimpulan tertenu, maka barulah dapat dikatakan bahwa guru tersebut berada dalam posisi memberikan pengalaman yang sesuai. b). Memperhatikan peran dan inisiatif peserta didik, serta keterlibatanya dalam kegiatan pembelajaran. Piaget menyatakan bahwa penyajian pengetahuan jadi (ready-mode) tidak mendapat penekanan, tetapi peserta didik didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan itu melalui intraksi langsung dengan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara langsung. Menerapkan teori Piaget dalam pembelajaran IPA/sains berarti memaksimalkan penggunaan metode demonstrasi dan eksperimen secara fisik.

c). Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan intelektual. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh peserta didik tumbuh melalui urutan perkembangan intelektual yang sama, akan tetapi pertumbuhan itu berlangsung dengan kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan di kelas dalam bentuk aktivitas individual dan kelompok kecil peserta didik daripada dalam bentuk kelas utuh (klasikal).

Carin dan Sund, 1993 (dalam Nuhraha Ali 2005: 34) mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi

(5)

dan eksperimen. Aktivitas dalam sains selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. 2. Tujuan dan Fungsi Sains Pada Anak Usia Dini

Pentingnya tujuan dalam pembelajaran sains memiliki setiap bidang pengembangan pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini, suatu tujuan yang dianggap terstandar dan memilih karakteristik yang ideal, apabila tujuan yang dirumuskan memilih tingkat ketepatan (validitas), kebermaknaan (meaning fulness), fungsional dan relevansi yang tinggi dengan kebutuhan serta karakteristik sasaran.

Juariah Adang, 1995 (dalam Nugraha Ali 2005: 23) fungsi dari pengajaran sains yang dapat menumbuhkan berfikir logis, berfikir rasional, berfikir analitis dan berpikir kritis dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembentukan potensi–potensi anak.

Fungsi dan tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini: a).Membantu anak usia dini menguasai produk sains, b). Membantu anak dalam pengenalan dan penguasaan, yaitu: 1) Fakta, yaitu hal yang merupakan kenyataan sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. 2) Teori, yaitu pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi. 3) Konsep, yaitu rancangan, ide atau

(6)

pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret, 4) Prinsip, yaitu asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir atau bertindak, 5) Hukum, yaitu rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk, 6) Istilah, yaitu gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna, konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dibidang tertentu, 7) Proses, yaitu rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk, 8) Problem solving, yaitu sebagai pemecah masalah yang dilakukan oleh hasil pemikiran sendiri. c). Membantu anak mengenali, menguasai kumpulan pengetahuan, d). menjelaskan yang diketahuinya itu secara memadai kepada e). orang lain dan menyampaikan cara-cara yang digunakannya, f). Membantu anak usia dini menguasai proses sains, g). Membantu anak dalam penguasan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam menggali sains sehingga anak menguasai cara kerja yang ditempuh dalam menyikapi alam dan menyelesaikan masalah yang terkait di dalamnya, h). Anak secara bertahap dan sederhana diperkenalkan dengan cara atau proses mengungkap sains yang benar, seperti proses: 1) Mengamati, yaitu melihat dan memperhatikan dengan teliti, 2) Menggolongkan, yaitu membagi-bagi atas beberapa golongan, 3) Mengukur, yaitu menghitung ukurannya (panjang, besar, luas, tinggi, dsb) dengan alat tertentu, 4). Menguraikan, yaitu melepaskan hubungan bagian-bagian dari induk atau pusatnya, 5) Menjelaskan, yaitu menerangkan, menguraikan secara terang, 6) Mengajukan pertamyaan-pertanyaan penting tentang alam, 7)

(7)

Merumuskan problem, yaitu menyebutkan (menyimpulkan) suatu masalah dengan ringkas dan tepat, 8) Merumuskan hipotesis, yaitu menyebutkan (menyimpulkan) sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaran pendapat, meskipun kebenaranya masih harus dibuktikan, anggapan dasar, 9) Merancang penyelidikan termasuk eksperimen, yaitu membuat percobaan yang bersistem dan berencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori, 10) Mengumpulkan dan menganalisis data, yaitu mengumpulkan dan melakukan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, 11) Menarik kesimpulan, yaitu mengambil keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif, dan sebagainya.

Tujuan dalam sasaran kognitif menurut Angelo dan Cross, 1993 (dalam Wahab Jufri 2013: 95) yaitu:

1). Memahami bidang khusus dari materi pelajaran. 2). Mengembangkan ketrampilan proses sains.

3).Mengembangkan kemampuan bertanya dan menyelesaikan masalah. 4). Menerapkan pengetahuan dalam situsasi baru yang berbeda.

5). Mengevaluasi dan mensintetis informasi, ide dan masalah baru. 6). Memperkuat ketrampilan berpikir kritis.

3. Tahap Kemampuan Sains Pada Anak Usia Dini

Menurut Leeper, 1994 (dalam Nugraha Ali 2005: 64), pentingnya pengembangan pembelajaran sains adalah :

(8)

1. Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang

dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak- anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.

2. Agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah sangat

membantu anak dalam membuat keputusan dari berbagai sudut pandang, terbuka namun berhati-hati dengan informasi yang baru diterimanaya (semua informasi dikonfirmasi kembali) sehingga anak tidak mudah terjebak dengan informasi yang salah.

3. Agar anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah yang

dapat dipercaya berdasarkan standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang diperoleh merupakan hasil temuan dan

rumusan yang bersifat objectif sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuannya.

4. Menjadikan anak-anak lebih berminat untuk menghayati sains

yang ada dilingkungan sekitar mereka.

Yuliana Nurani Sujiono, (2008: 12.21) Tahapan usia dalam pengembangan sains, pendekatan yang digunakan dalamn kegiatan belajar sains pada peserta didik sangat tergantung pada pengalaman, usia dan tingkat perkembangnnya. Untuk itu perhatikan beberapa indikator berdasarkan kelompok atau usia seperti dibawah ini:

1). Usia 3-4 tahun: Mulai menjelajah dan melakukan penelitian terhadap apa yang ia lihat sekitarnya, Mulai menyukai ilmu pengetahuan dan mau

(9)

bekerja sama dengan orang dewasa, Mulai berkembangnya kemampuan berbahasa. Mereka mulai berhubungan dan melakukan diskusi, tetapi masih sulit dalam pengucapan kata-kata. Mereka memerlukan orang dewasa untuk selalu mendengarkan dan “mengerti” apa yang mereka ucapkan, Belajar jadi lebih mudah karena mereka sudah mulai mengerti aktivitas yang akan dia kerjakan dan mulai percaya pada guru, orang tua atau pengasuhnya.

2). Usia 4-5 tahun: Mulai menggunakan gambaran untuk mewakili dan mengungkapkan ide-ide, Suka memikirkan penjelasan dari apa yang mereka teliti, baik itu fakta ataupun imajinasi/fantasi, Mulai mampu menyeleksi aktivitas yang dilakukan. Pada awalnya anak bereksperimen dengan bekerja di laboratorium baru kemudian dipraktekan ditempat yang sesungguhnya. Sebagai contoh menanam biji dalam gelas plastik bekas yang sudah diberi kapas dan air, kemudian peserta didik akan menanam biji tersebut di tanah.

3). Usia 5-6 tahun: Tertarik pada buku-buku yang berhubungan dengan aktivitas dari praktek sains dengan beberapa ilustrasi-ilustrasi berupa gambar, Mulai memahami konsep sains yang bersifat abstrak, tetapi tetap dengan contoh-contoh nyata yang konkret dan praktek langsung, Memiliki perhatian yang intens untuk berbagai aktivitas sains, mereka mulai dapat menikmati kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu beberapa hari. Misalnya, saat anak mengamati dan mengukur panjang batang tumbuhan tanaman dari hari pertama, kedua, ketiga dan setelah

(10)

lewat dari seminggu, Dapat mengikuti tiga tahap tujuan danmenikmati bebrapa penelitian langsung dari guru.

Anak usia dini telah memiliki kemampuan dasar tentang matematika dan pengetahuan tentang alam sekitar, yang dikenal dengan pengetahuan alam. Kemampuan dasar matematika ini dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut dalam konsep bilangan, menghitung pada batas tertentu dan bahkan ada yang telah dapat melakukan operasi hitung secara sederhana. Perkembangan pengetahuan alam sekitar (sains) pada anak peserta didik dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyebutkan nama objek yang terjadi, serta hal-hal lainnya.

Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan sains anak usia dini adalah kegiatan pada anak usia dini, diantaranya: kemampuan mengamati, mengklasifikasikan, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan dan mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman sains yang diperolehnya.

B. Metode Eksperimen dengan Kegiatan Pengamatan Pertumbuhan Tanaman

1. Pengertian Metode Eksperimen

Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapar dimasukkan kedalam metode pembelajaran.

Sagala (2005: 220, dikutip oleh Abdillah, S.Pd) mengatakan, “Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

(11)

Selanjutnya Syah 2006 (dikutip oleh Abdillah) mengatakan bahwa: Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, peserta didik akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik.

Metode eksperimen atau percobaan, adalah suatu cara peserta didik melakukan berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya, guru sebagai fasilitator, alat untuk berbagai percobaan sudah dipersiapkan guru. Melalui metode ini peserta didik dapat menemukan sesuatu berdasarkan pengalamannya. Penggunaan metode eksperimen dapat mengembangkan berbagai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor melalui kegiatan–kegiatan yaitu: Mempelajari cara–cara penggunaan alat dan bahan, Berusaha mencari dasar teori yang relevan, Mengamati percobaan, Menganalisis dan menyajikan data, Menyimpulkan hasil percobaan, Mengkomunikasikan hasil percobaan (membuat laporan).

Menurut Suhardjono, 2009 (dalam Johni Dimyati, 2013: 44), menyebutkan bahwa dalam penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang akibat dari adanya suatu treatment atau perlakuan. Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari perlakuan yang telah diberikan.

(12)

Menurut Arikunto 2009: 26 (dalam Johni Dimyati, 2013: 45), memberi penjelasan bahwa dalam penelitian eksperimen dimaksudakan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu tindakan, treatment atau perlakuan.

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Peserta didik juga terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen peserta didik menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Metode eksperimen mengandung beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a. Kelebihan Metode Eksperimen

Metode eksperimen mengandung beberapa kelebihan antara lain: 1) Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya, 2) Dalam memebina peserta didik membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaanya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, 3) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

(13)

b. Kekurangan Metode Eksperimen

Metode eksperimen mengandung beberapa kekurangan, antara lain: 1)Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi, 2) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal, 3) Metode ini memnuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan, 4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian Djamarah, 2000 (dikutip oleh Abdillah).

Sedangkan menurut Roestiyah, (dikutip oleh Abdillah) kelebihan metode eksperimen sebagai berikut: 1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaanya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku, 2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, 3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode eksperimen adalah: 1)Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen, 2) Jika eksperimen memerlukan

(14)

jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran, 3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

3. Media yang Digunakan Untuk Metode Eksperimen

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan metode eksperimen adalah persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan, usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen, sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk- petunjuk seperlunya, lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya, setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.

Kegiatan belajar yang dilakukan didalam kelas secara terus menerus akan membuat anak sangat merasa bosan dan peserta didik tidak dapat bereksplorasi dan bereksperimen. Potensi seorang peserta didik akan berkembang melalui pengalaman atau rangsangan yang diterimanya. Melalui kegiatan bertautan dengan alam sekitar. Peserta didik diberikan kebebasan untuk mengembangkan imajinasinya sendiri secara kreatif. Adapun media yang digunakan yaitu: Gelas bekas air mineral atau polybag, tanah atau Kapas, Air, Biji–bijian (kacang hijau, kacang tanah, kedelai).

(15)

4. Langkah-langkah Metode Eksperimen

Menurut Fathurrahman, (dikutip oleh Abdillah) Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode eksperimen adalah Perencanaan: yaitu meliputi kegiatan menerangkan metode eksperimen, membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang dapat diangkat, menetapkan alat-alat yang diperlukan, menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dicatat dan variabel-variabel yang harus dikontrol, Pelaksanaan: melaksanakan pembelajaran dengan metode eksperimen, mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman peserta didik.

Adapun prosedur atau cara untuk melakukan percobaan pengamatan pertumbuhan tanaman tersebut: Siapkan dua buah gelas plastik tiap kelompok, beri label A dan B, Isi dengan kapas sama banyak, 2/3 tinggi gelas, Taburkan biji 5-10 butir tiap gelas, Gelas A disiram air sampai basah dan gelas B dibiarkan kering, Tempatkan ditempat yang tidak terkena cahaya langsung, dan Amati tiap hari sampai biji tumbuh.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen menurut Fathurrahman (dikutip oleh Abdullah) adalah sebagai berikut: Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan, Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen, Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan, Lakukan pengelompokan atau

(16)

masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya, Setiap individu atau kelas dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis.

Penelitian ekperimen meneliti tentang dampak atau akibat dari adanya treatment atau perlakuan. Penelitian ekperimen dilandasi oleh asumsi yang kuat yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

Sebaiknya metode eksperimen ini diterapkan pada pelajaran atau materi-materi yang belum diterangkan oleh metode lain, sehingga metode eksperimen ini terasa benar fungsinya bagi peserta didik.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Dengan demikian, peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya.

C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian

Menurut Departemen Agama RI (2004: 50) penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik

(17)

melalui kegiatan pembelajaran. Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :

o : Untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan.

 : Untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang diharapkan.

• : Anak yang perilakunya melebihi dengan yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru.

Muhammad Fadillah, (2012: 242) Prosedur penilaian untuk pendidikan anak usia dini yang telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak tahun 2010 catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom pada penilaian di RKH, sebagai berikut :

Anak yang Belum Berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak diberi tanda bintang satu ().

Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indikator seperti dalam RKH mendapat tanda bintang dua ().

Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapat bintang tiga ().

Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti diharapkan dalam RKH mendapat tanda empat bintang ().

(18)

Lebih lanjut menurut Depdiknas (2004: 6) cara penilaian hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut:

o : Dapat digunakan juga untuk menunjukkan bahwa anak melakukan/menyelesaikan tugas selalu dengan bantuan guru.

• : Dapat digunakan juga untuk menunjukkan bahwa anak mampu melakukan/menyelesaikan tanpa bantuan guru.

 : Artinya kemampuan anak cukup.

Dari beberapa pendapat prosedur penilaian diatas peneliti menggunakan penilaian Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak (Kemendiknas 2010: 4) yaitu menggunakan pedoman penilaian sebagai berikut:

Anak yang Belum Berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak diberi tanda bintang satu ().

Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indikator seperti dalam RKH mendapat tanda bintang dua ().

Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapat bintang tiga ().

Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti diharapkan dalam RKH mendapat tanda empat bintang ().

(19)

2. Indikator Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu menggandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Untuk memahami pengertian hasil belajar maka harus bertitik tolak dari pengertian belajar itu sendiri.

Djamarah (2002: 13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 4) Hasil belajar pada satu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadai dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan peserta didik. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapot, sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar.

Pengembangan metode eksperimen kegiatan mengamati pertumbuhan tanaman di Taman Kanak–kanak bertujuan mengembangkan kemampuan sains pada peserta didik yakni dapat mengembangkan kemampuan: eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan

(20)

untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam, mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasi hasil pengamatan, dan sebagainya, mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan, tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.

Djamarah ( 2000: 25) Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai peserta didik selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran diartikan berhasil jika tingkat pengetahuan peserta didik bertambah dari hasil sebelumnya.

Menurut Depdiknas (2007: 39-41) yang termasuk pengembangan kognitif dalam kemampuan sains bagi peserta didik yang berusia antara 4-5 tahun peneliti melakukan adaptasi sehingga indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk tercapainya hasil belajar sesuai kriteria yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

(21)

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan No. Tingkat Perkembangan Indikator

1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi.

Menunjuk sebanyak-banyaknya macam biji-bijian lebih dari 4 yang mempunyai, ukuran, jenis, dll.

2. Menunjuk aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik.

Kemampuan membedakan tinggi rendah tanaman yang diamati.

3. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak,air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah).

Menceritakan hasil percobaan sederhana tentang proses pertumbuhan tanaman (biji- bijian,umbi-umbian,batang-batangan, dll).

4. Menyusun perencanan kegiatan yang akan dilakukan.

Membedakan waktu (pagi, siang, malam).

D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran sains di Taman Kanak-kanak pada umumnya masih berupa konsep dan hafalan yang sebatas pada sains produk seperti mengajarkan tentang tata surya: bulan, bintang, dll, bukan mengajarkan pada sains proses. Hal itu akan membuat peserta didik menjadi takut pada sains. Selain itu hasil observasi dengan guru di Taman Kanak-kanak pembelajaran sains yang ada masih berpusat pada guru sehingga perhatian peserta didik menjadi tidak fokus, karena peserta didik tidak diajak terlibat langsung dalam proses sains tersebut.

Identifikasi penyebab terjadinya masalah diperoleh melalui hasil masalah dari kegiatan observasi terhadap pengembangan sains dengan menggunakan metode eksperimen dan bagaimana anak bisa mengikuti proses pembelajaran perkembangan kognitif. Berdasarkan hasil observasi tersebut

(22)

ditemukan bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru, peserta didik kurang diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya tentang sesuatu hal dan guru lebih banyak ceramah, sehingga pembelajaran kurang bermakna, pengetahuan yang di dapat peserta didik tidak dapat bertahan lama dari ingatannya di kelompok B di RA Diponegoro 178 Purwojati.

Setelah peneliti melalukakn observasi, peneliti melakukan penelitian yang dimulai dengan siklus 1 dalam penelitian media yaitu menggunakan metode eksperimen dengan pengamatan pertumbuhan tanaman. Pada siklus pertama ini peningkatkan dalam mengamati tanaman belum maksimal, peserta didik terlihat memperhatikan rasa ingin tahunya tumbuh ketika peneliti memberikan pembelajaran yaitu menggunakan metode eksperimen dengan mengamati pertumbuhan tanaman untuk mengembangkan kemampuan sains pada peserta didik.

Setelah siklus pertama dilakukan dengan 3x pertemuan, karena belum maksimal peneliti mengulang kembali penelitian tersebut dengan menggunakan siklus 2 yang dilakukan dengan 3x pertemuan. Guru menggunakan media yang sama. Pada pemakaian media tersebut peserta didik meningkat maksimal dan optimal sehingga penelitian dinyatakan berhasil. Oleh karena itu, peneliti mencoba memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut melalui metode eksperimen dengan “kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman” dengan kerangka berpikir sebagai berikut:

(23)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Metode Eksperimen Pengetahuan sains rendah sehingga pesera didik dalam menerima kegiatan tidak dapat bertahan lama dari ingatannya. Kondisi Awal

Guru lebih banyak ceramah,sehingga pembelajaran kurang

berbermakna, dan pembelajaran masih berpusat pada guru, anak kurang diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya tentang sesuatu hal.

Siklus I Proses pembelajaran kemampuan sains dalam kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman. Kemampuan

belajar meningkat

tapi belum optimal Tindakan

Partisipasi anak meningkat,

Anak lebih mudah bereksplorasi. Hasil belajar optimal. Kondisi Akhir Siklus II Proses pembelajaran kemampuan sains dalam kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan permasalahan diatas bahwa dengan upaya meningkatkan kemampuan sains anak melalui metode eksperimen dengan kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman.

(24)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :

Jika diterapkan metode eksperimen melalui kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman, maka dapat meningkatkan kemampuan sains dalam perkembangan kognitif anak kelompok B di RA Diponegoro 178 Purwojati Tahun Ajaran 2012/2013.

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan  No.      Tingkat Perkembangan         Indikator
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Metode Eksperimen  Pengetahuan sains rendah sehingga  pesera didik dalam  menerima kegiatan  tidak dapat bertahan   lama dari ingatannya

Referensi

Dokumen terkait

nasabah beranggapan ini biasa saja sama seperti pada koperasi umunya yaitu ada bunganya tanpa ada bagi hasil, maka BMT El Kedawung akan meningkatkan kualitas pelayanan yang

Salinit as air yang t ergolong relat if rendah unt uk budidaya t am bak yait u berkisar ant ara 0,72 dan 23,52 dengan rata- rata 9,94 ppt dapat m enjadi f akt or pem bat as

Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di

Penambahan pecahan bata ringan sebagai pengganti sebagian agregat halus dari variasi 0% sampai 20% memberi pengaruh terhadap kuat tekan beton. Hasil kuat tekan

Skripsi ini merupakan rangkaian mata Kuliah Program Studi Teknik Sipil yang harus diselesaikan oleh setiap Mahasiswa guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar

Dalam berita utama surat kabar Kedaulatan Rakyat tidak ditemukan kesalahan, pemakaian huruf abjad, pemakaian huruf diftong, pemakaian gabungan huruf konsonan, pemakaian kata

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara tipe kepribadian ectomorphy dengan intensi turnover adalah 0,501 hal ini berarti bahwa

Pertanyaan inti dari penelitian ini adalah: (1) bagaimana emosi sedih dialami dan diekspresikan oleh laki-laki, yang dalam penelitian ini ditampilkan Didi Kempot lewat