• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Sains Anak Usia Dini - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN KEGIATAN PENGAMATAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADA ANAK KELOMPOK B RA DIPONEGORO 178

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Sains Anak Usia Dini - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN KEGIATAN PENGAMATAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADA ANAK KELOMPOK B RA DIPONEGORO 178 "

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kemampuan Sains Anak Usia Dini

1. Pengertian Kemampuan Sains Anak Usia Dini

Pengertian sains untuk anak usia dini adalah bagaimana memahami sains berdasarkan sudut pandang anak. Karena kita memandang dimensi sains dari kacamata anak, maka akan berimplikasi pada kekeliruan- kekeliruan dalam menentukkan hakikat sains bagi anak usia dini yang berdampak cukup signifikan terhadap pengembangan pembelajaran sains itu sendiri kepada mereka. Hal tersebut tentunya secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pula pada proses dan produknya yaiti anak-anak sendiri.

Sains atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains adalah sistem tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. Sains adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nila-nilai tertentu.

(2)

secara garis besar meliputi: 1) Observasi, 2) menemukan masalah, 3) melakukan percobaan, 4) menganalisis data dan 5) mengambil kesimpulan. Untuk anak TK/PAUD ketrampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada di sekitarnya. Anak dapat menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.

Slamet Suyanto, (2005: 84) Pengetahuan yang diperoleh akan berguna sebagai modal berpikir. Melalui sains, peserta didik dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih peserta didik menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih peserta didik berpikir logis. Dalam sains peserta didik juga berlatih menggunakan alat ukur non standar, seperti jengkal, depa, atau kaki. Selanjutnya peserta didik berlatih menggunakan alat ukur standar. Peserta didik secar bertahap berlatih menggunakan satuan yang memudahkan peserta didik untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik.

(3)

pengamatan, mengukur, mengkomunikasi hasil pengamatan, dan sebagainya, mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan, memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.

Menurut Sumaji menyatakan bahwa sains secara sempit adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), terdiri dari physical sciences dan life science. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasanya adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab–akibat, hubungan kausal dari kejadian– kejadian yang terjadi di alam. Menurut Powler (dalam Nugraha Ali 2005: 36), sains adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan dengan mengamati gejala– gejala kebendaan, dan didasarkan terutama atas pengamatan diskusi.

Perkembangan kognitif seseorang, sebagian besar bergantung pada seberapa aktif orang tersebut memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Beberapa implikasi penting dari teori Jean Piaget dalam pembelajaran IPA atau sains menurut Wahab Jufri (2013: 18) adalah sebagai berikut:

(4)

Apabila guru memperhatikan strategi yang digunakan peserta didik untuk sampai pada kesimpulan tertenu, maka barulah dapat dikatakan bahwa guru tersebut berada dalam posisi memberikan pengalaman yang sesuai. b). Memperhatikan peran dan inisiatif peserta didik, serta keterlibatanya dalam kegiatan pembelajaran. Piaget menyatakan bahwa penyajian pengetahuan jadi (ready-mode) tidak mendapat penekanan, tetapi peserta didik didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan itu melalui intraksi langsung dengan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara langsung. Menerapkan teori Piaget dalam pembelajaran IPA/sains berarti memaksimalkan penggunaan metode demonstrasi dan eksperimen secara fisik.

c). Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan intelektual. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh peserta didik tumbuh melalui urutan perkembangan intelektual yang sama, akan tetapi pertumbuhan itu berlangsung dengan kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan di kelas dalam bentuk aktivitas individual dan kelompok kecil peserta didik daripada dalam bentuk kelas utuh (klasikal).

(5)

dan eksperimen. Aktivitas dalam sains selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.

2. Tujuan dan Fungsi Sains Pada Anak Usia Dini

Pentingnya tujuan dalam pembelajaran sains memiliki setiap bidang pengembangan pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini, suatu tujuan yang dianggap terstandar dan memilih karakteristik yang ideal, apabila tujuan yang dirumuskan memilih tingkat ketepatan (validitas), kebermaknaan (meaning fulness), fungsional dan relevansi yang tinggi dengan kebutuhan serta karakteristik sasaran.

Juariah Adang, 1995 (dalam Nugraha Ali 2005: 23) fungsi dari pengajaran sains yang dapat menumbuhkan berfikir logis, berfikir rasional, berfikir analitis dan berpikir kritis dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembentukan potensi–potensi anak.

(6)
(7)

Merumuskan problem, yaitu menyebutkan (menyimpulkan) suatu masalah dengan ringkas dan tepat, 8) Merumuskan hipotesis, yaitu menyebutkan (menyimpulkan) sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaran pendapat, meskipun kebenaranya masih harus dibuktikan, anggapan dasar, 9) Merancang penyelidikan termasuk eksperimen, yaitu membuat percobaan yang bersistem dan berencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori, 10) Mengumpulkan dan menganalisis data, yaitu mengumpulkan dan melakukan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, 11) Menarik kesimpulan, yaitu mengambil keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif, dan sebagainya.

Tujuan dalam sasaran kognitif menurut Angelo dan Cross, 1993 (dalam Wahab Jufri 2013: 95) yaitu:

1). Memahami bidang khusus dari materi pelajaran. 2). Mengembangkan ketrampilan proses sains.

3).Mengembangkan kemampuan bertanya dan menyelesaikan masalah. 4). Menerapkan pengetahuan dalam situsasi baru yang berbeda.

5). Mengevaluasi dan mensintetis informasi, ide dan masalah baru. 6). Memperkuat ketrampilan berpikir kritis.

3. Tahap Kemampuan Sains Pada Anak Usia Dini

(8)

1. Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak- anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.

2. Agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah sangat membantu anak dalam membuat keputusan dari berbagai sudut pandang, terbuka namun berhati-hati dengan informasi yang baru diterimanaya (semua informasi dikonfirmasi kembali) sehingga anak tidak mudah terjebak dengan informasi yang salah.

3. Agar anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah yang dapat dipercaya berdasarkan standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang diperoleh merupakan hasil temuan dan

rumusan yang bersifat objectif sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuannya.

4. Menjadikan anak-anak lebih berminat untuk menghayati sains yang ada dilingkungan sekitar mereka.

Yuliana Nurani Sujiono, (2008: 12.21) Tahapan usia dalam pengembangan sains, pendekatan yang digunakan dalamn kegiatan belajar sains pada peserta didik sangat tergantung pada pengalaman, usia dan tingkat perkembangnnya. Untuk itu perhatikan beberapa indikator berdasarkan kelompok atau usia seperti dibawah ini:

(9)

bekerja sama dengan orang dewasa, Mulai berkembangnya kemampuan berbahasa. Mereka mulai berhubungan dan melakukan diskusi, tetapi masih sulit dalam pengucapan kata-kata. Mereka memerlukan orang dewasa untuk selalu mendengarkan dan “mengerti” apa yang mereka ucapkan, Belajar jadi lebih mudah karena mereka sudah mulai mengerti aktivitas yang akan dia kerjakan dan mulai percaya pada guru, orang tua atau pengasuhnya.

2). Usia 4-5 tahun: Mulai menggunakan gambaran untuk mewakili dan mengungkapkan ide-ide, Suka memikirkan penjelasan dari apa yang mereka teliti, baik itu fakta ataupun imajinasi/fantasi, Mulai mampu menyeleksi aktivitas yang dilakukan. Pada awalnya anak bereksperimen dengan bekerja di laboratorium baru kemudian dipraktekan ditempat yang sesungguhnya. Sebagai contoh menanam biji dalam gelas plastik bekas yang sudah diberi kapas dan air, kemudian peserta didik akan menanam biji tersebut di tanah.

(10)

lewat dari seminggu, Dapat mengikuti tiga tahap tujuan danmenikmati bebrapa penelitian langsung dari guru.

Anak usia dini telah memiliki kemampuan dasar tentang matematika dan pengetahuan tentang alam sekitar, yang dikenal dengan pengetahuan alam. Kemampuan dasar matematika ini dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut dalam konsep bilangan, menghitung pada batas tertentu dan bahkan ada yang telah dapat melakukan operasi hitung secara sederhana. Perkembangan pengetahuan alam sekitar (sains) pada anak peserta didik dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyebutkan nama objek yang terjadi, serta hal-hal lainnya.

Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan sains anak usia dini adalah kegiatan pada anak usia dini, diantaranya: kemampuan mengamati, mengklasifikasikan, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan dan mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman sains yang diperolehnya.

B. Metode Eksperimen dengan Kegiatan Pengamatan Pertumbuhan Tanaman

1. Pengertian Metode Eksperimen

Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapar dimasukkan kedalam metode pembelajaran.

(11)

Selanjutnya Syah 2006 (dikutip oleh Abdillah) mengatakan bahwa: Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, peserta didik akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik.

Metode eksperimen atau percobaan, adalah suatu cara peserta didik melakukan berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya, guru sebagai fasilitator, alat untuk berbagai percobaan sudah dipersiapkan guru. Melalui metode ini peserta didik dapat menemukan sesuatu berdasarkan pengalamannya. Penggunaan metode eksperimen dapat mengembangkan berbagai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor melalui kegiatan–kegiatan yaitu: Mempelajari cara–cara penggunaan alat dan bahan, Berusaha mencari dasar teori yang relevan, Mengamati percobaan, Menganalisis dan menyajikan data, Menyimpulkan hasil percobaan, Mengkomunikasikan hasil percobaan (membuat laporan).

Menurut Suhardjono, 2009 (dalam Johni Dimyati, 2013: 44), menyebutkan bahwa dalam penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang akibat dari adanya suatu

treatment atau perlakuan. Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk

(12)

Menurut Arikunto 2009: 26 (dalam Johni Dimyati, 2013: 45), memberi penjelasan bahwa dalam penelitian eksperimen dimaksudakan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu tindakan, treatment atau perlakuan.

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Peserta didik juga terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen peserta didik menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Metode eksperimen mengandung beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a. Kelebihan Metode Eksperimen

(13)

b. Kekurangan Metode Eksperimen

Metode eksperimen mengandung beberapa kekurangan, antara lain: 1)Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi, 2) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal, 3) Metode ini memnuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan, 4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian Djamarah, 2000 (dikutip oleh Abdillah).

Sedangkan menurut Roestiyah, (dikutip oleh Abdillah) kelebihan metode eksperimen sebagai berikut: 1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaanya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku, 2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, 3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

(14)

jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran, 3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

3. Media yang Digunakan Untuk Metode Eksperimen

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan metode eksperimen adalah persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan, usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen, sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk- petunjuk seperlunya, lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya, setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.

(15)

4. Langkah-langkah Metode Eksperimen

Menurut Fathurrahman, (dikutip oleh Abdillah) Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode eksperimen adalah Perencanaan: yaitu meliputi kegiatan menerangkan metode eksperimen, membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang dapat diangkat, menetapkan alat-alat yang diperlukan, menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dicatat dan variabel-variabel yang harus dikontrol, Pelaksanaan: melaksanakan pembelajaran dengan metode eksperimen, mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman peserta didik.

Adapun prosedur atau cara untuk melakukan percobaan pengamatan pertumbuhan tanaman tersebut: Siapkan dua buah gelas plastik tiap kelompok, beri label A dan B, Isi dengan kapas sama banyak, 2/3 tinggi gelas, Taburkan biji 5-10 butir tiap gelas, Gelas A disiram air sampai basah dan gelas B dibiarkan kering, Tempatkan ditempat yang tidak terkena cahaya langsung, dan Amati tiap hari sampai biji tumbuh.

(16)

masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya, Setiap individu atau kelas dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis.

Penelitian ekperimen meneliti tentang dampak atau akibat dari adanya treatment atau perlakuan. Penelitian ekperimen dilandasi oleh asumsi yang kuat yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

Sebaiknya metode eksperimen ini diterapkan pada pelajaran atau materi-materi yang belum diterangkan oleh metode lain, sehingga metode eksperimen ini terasa benar fungsinya bagi peserta didik.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Dengan demikian, peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya.

C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian

(17)

melalui kegiatan pembelajaran. Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :

o : Untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan.

 : Untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang

diharapkan.

• : Anak yang perilakunya melebihi dengan yang diharapkan dan sudah

dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru.

Muhammad Fadillah, (2012: 242) Prosedur penilaian untuk pendidikan anak usia dini yang telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak tahun 2010 catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom pada penilaian di RKH, sebagai berikut :

Anak yang Belum Berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak diberi tanda bintang satu ().

Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indikator seperti dalam RKH mendapat tanda bintang dua ().

Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapat bintang tiga ().

(18)

Lebih lanjut menurut Depdiknas (2004: 6) cara penilaian hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut:

o : Dapat digunakan juga untuk menunjukkan bahwa anak melakukan/menyelesaikan tugas selalu dengan bantuan guru.

• : Dapat digunakan juga untuk menunjukkan bahwa anak mampu

melakukan/menyelesaikan tanpa bantuan guru.  : Artinya kemampuan anak cukup.

Dari beberapa pendapat prosedur penilaian diatas peneliti menggunakan penilaian Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak (Kemendiknas 2010: 4) yaitu menggunakan pedoman penilaian sebagai berikut:

Anak yang Belum Berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak diberi tanda bintang satu ().

Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indikator seperti dalam RKH mendapat tanda bintang dua ().

Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapat bintang tiga ().

(19)

2. Indikator Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu menggandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Untuk memahami pengertian hasil belajar maka harus bertitik tolak dari pengertian belajar itu sendiri.

Djamarah (2002: 13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 4) Hasil belajar pada satu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadai dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan peserta didik. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapot, sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar.

(20)

untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam, mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasi hasil pengamatan, dan sebagainya, mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan, tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.

Djamarah ( 2000: 25) Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai peserta didik selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran diartikan berhasil jika tingkat pengetahuan peserta didik bertambah dari hasil sebelumnya.

(21)

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan No. Tingkat Perkembangan Indikator

1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi.

Menunjuk sebanyak-banyaknya macam biji-bijian lebih dari 4 yang mempunyai, ukuran, jenis, dll.

2. Menunjuk aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik.

Kemampuan membedakan tinggi rendah tanaman yang diamati.

3. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup

4. Menyusun perencanan kegiatan yang akan dilakukan.

Membedakan waktu (pagi, siang, malam).

D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran sains di Taman Kanak-kanak pada umumnya masih berupa konsep dan hafalan yang sebatas pada sains produk seperti mengajarkan tentang tata surya: bulan, bintang, dll, bukan mengajarkan pada sains proses. Hal itu akan membuat peserta didik menjadi takut pada sains. Selain itu hasil observasi dengan guru di Taman Kanak-kanak pembelajaran sains yang ada masih berpusat pada guru sehingga perhatian peserta didik menjadi tidak fokus, karena peserta didik tidak diajak terlibat langsung dalam proses sains tersebut.

(22)

ditemukan bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru, peserta didik kurang diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya tentang sesuatu hal dan guru lebih banyak ceramah, sehingga pembelajaran kurang bermakna, pengetahuan yang di dapat peserta didik tidak dapat bertahan lama dari ingatannya di kelompok B di RA Diponegoro 178 Purwojati.

Setelah peneliti melalukakn observasi, peneliti melakukan penelitian yang dimulai dengan siklus 1 dalam penelitian media yaitu menggunakan metode eksperimen dengan pengamatan pertumbuhan tanaman. Pada siklus pertama ini peningkatkan dalam mengamati tanaman belum maksimal, peserta didik terlihat memperhatikan rasa ingin tahunya tumbuh ketika peneliti memberikan pembelajaran yaitu menggunakan metode eksperimen dengan mengamati pertumbuhan tanaman untuk mengembangkan kemampuan sains pada peserta didik.

(23)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Metode Eksperimen Pengetahuan sains rendah sehingga pesera didik dalam menerima kegiatan tidak dapat bertahan lama dari ingatannya.

tapi belum optimal Tindakan

Partisipasi anak

(24)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Metode Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inkuiri merupakan suatu proses atau teknik yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk memperoleh

1) Pemberian tes awal terhadap kedua kelompok untuk mendapatkan data awal keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa sebelum mengikuti pembelajaran

Model pembelajaran multiliterasi inkuiri cocok diterapkan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis anak karena melalui kegiatan inkuiri atau penelitian maka anak-anak

Masih menurut Sumantri (2005: 146) tujuan pengembangan motorik halus di usia 4-6 tahun adalah anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan

Berdasarkan hasil uraian yang sudah terjabarkan dapat disimpulkan bahwa melalui metode eksperimen membuat lampu larva dari air mineral dan minyak goreng dapat meningkatkan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI METODE EKSPERIMEN DAYA KAPILARITAS PENCAMPURAN WARNA MENGGUNAKAN MEDIA TISUE DAN PEWARNA MAKANAN PADA PESERTA DIDIK

Melalui bermain eksplorasi alam sekitar anak dapat berinteraksi langsung dengan benda – benda yang dapat menarik rasa ingintahunya dan mencari tahu sendiri

Analisis data kuantitatif dilaksanakan melalui hasil dari observasi yang telah dibuat yang bertujuan agar dapat mengetahui apakah ada pengaruh atau tidak dengan penggunaan media diorama