BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini
Menurut Santrock (1995: 225) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun koordinasi motorik halus akan semakin meningkat. Saputra dan Rudyanto (2005: 118) mengatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menggenggam, menyusun balok dan memasukkan kelereng.
Sujiono (2009: 1.14) berpendapat, motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Sehingga gerakan ini tidak memerlukan tenaga melainkan membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Dalam melakukan gerakan motorik halus, anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental.
koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan obyek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain. 2. Metode-metode Untuk Meningkatkaan ketampilan Motorik Halus Anak
Usia Dini
Menurut Hurlock (dalam Noorlaila 2010: 50) melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan berbaris-baris.
Menurut Noorlaila (2010: 62) perkembangan motorik halus merupakan kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, dan menulis.
3. Metode Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Menurut Magil (dalam Sumantri 2005: 143) ketrampilan ini melibatkan koordinasi neuromuscular (syaraf otot) yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya ketrampilan ini. Ketrampilan jenis ini sering disebut sebagai ketrampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan.
Menurut Sumantri (2005: 145) tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini adalah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Pengembangan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Masih menurut Sumantri (2005: 146) tujuan pengembangan motorik halus di usia 4-6 tahun adalah anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda, maapu mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan serta mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
4. Fungsi Kemampauan Motorik Halus Anak Usia Dini
Menurut Sumantri (2005: 146) juga menjelaskan bahwa fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek lainnya seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain.
Selain itu menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 116) fungsi pengembangan motorik halus adalah sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, dan sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.
B. Kegiatan Mencocok Gambar 1. Pengertian Mencocok Gambar
Menurut Poerwadarminta (2007: 242) mencocok adalah menusuk dengan jarum, duri, dan sebagainya. Sedangkan menurut Depdiknas (2007: 216) mencocok adalah mengenai sesuatu dengan barang runcing atau tajam.
Menurut pondok edukatif dalam http://pondokedukatif.com/k-039 mencocok.shtml mencocok adalah kegiatan melubangi bagian tepi sebuah obyek gambar, dan biasanya yang menjadi sasaran atau batasan yang dicocok atau ditusuk telah dibuat alat bantu berupa titik-titik, sehingga anak akan mudah menempatkan jarum dititik itu.
bahan runcing dan tajam maka anak-anak harus berhati-hati dalam menggunakan alat pencocok tersebut.
2. Tujuan Mencocok Gambar
Tujuan mencocok gambar dipaparkan oleh Depdiknas, 2007: 33 dalam (http://nasuprawoto.files.wordpress.com/2010/10/pembelajaran-seni.pdf) yaitu untuk melatih kesabaran, melatih ketelitian, dan melatih kemampuan motorik halus anak.
3. Alat dan Bahan Mencocok Gambar
Alat-alat yang digunakan untuk mencocok gambar adalah sebagai berikut:
a. Alat pencocok
Alat pencocok merupakan alat yang terbuat dari jarum atau paku yang telah diberi pegangan dari pakusupaya anak dapat memegangnya dengan nyaman.
b. Bantalan
Bantalan yang dipakai adalah bantalan yang terbuat dari papan kayu yang diatasnya telah diberi busa dan kain untuk menutupinya, dengan menggunakan bantalan ini jarum akan mudah menembus kertas bergambar.
c. Kertas bergambar
d. Lem
Lem digunak untuk menempel gambar yang telah dicocok dan dirobek sesuai lubang yang teag dicocok.
e. Buku Gambar/Kertas Kosong
Buku gambar/kertas kosong berfungsi untuk menempelkan hasil karya anak.
4. Langkah-langkah Mencocok Gambar
Menurut pondok edukatif dalam http://pondokedukatif.com/k-039_mencocok.shtml cara melakukannya yaitu:
a. kertas gambar yang akan dicocok ditaruh di atas bantalan.
b. anak-anak diarahkan untuk mencocok kertas sesuai dengan pola titik/garis yang ada.
c. setelah gambar/pola selesai dicocok, gambar dilepas.
d. kemudian ditempelkan di kertas kosong menggunakan lem yang telah disediakan oleh guru.
C. Pedoman Penilaian 1. Prosedur Penilaian
Masih menurut Samsudin (2008: 68) prosedur penilaian di TK yaitu:
a. Apabila ada anak yang belum bisa mencapai indikator keberhasilan seperti yang diharapkan di SKH, maka penilaian tersebut menggunakan bulatan kosong (○) dan dituliskan nama anaknya pada kolom penilaian.
b. Anak yang sudah mampu melaksanakan tugas tanpa dibantu oleh guru secara baik dan benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan penuh (●).
c. Jika anak masih ada yang dibantu oleh guru dalam melaksanakan kegiatan ang diberikan, maka penilaian tersebut menggunakan tanda check list (√) pada kolom penilaian dan diberi nama anak.
Penilaian menurut Depdiknas (2003: 13) dalam melakukan penilaian dapat dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan anekdot. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan sikap anak yang dilakukan dengan mengamati tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Catatan anekdot merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu. Berbagai alat yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perkembangan dan perilaku anak adalah sebagai berikut:
a. Portofolio adalah penilaian yang berdasarkan kumpulan hasil kerja anak yang dapat mengungkap sejauh mana perkembangan anak.
c. Penugasan merupakan tugas yang diberikan kepada anak dan memerlukan waktu yang relatif lama dalam mengerjakannya.
d. Hasil karya merupakan hasil kerja anak setelah melakukan kegiatan.
Cara pencatatan hasil penilain berdasarkan pedoman penilaian tahun 2010 (Kemendiknas dirjen mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK SD) yaitu:
a. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu di bantu guru, maka pada kolom penilaian di tulis nama anak dan diberi tanda satu bintang.
b. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang.
c. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapatkan tanda tiga bintang.
d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda bintang empat.
Penilaian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pedoman dari Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK SD tahun 2010 yaitu menggunakan bintang. 2. Indikator Keberhasilan
Kompetensi dasar Hasil belajar Indikator jari tangan untuk kelenturan, kekuatan otot dan koordinasi
1. Mengurus dirinya sendiri tanpa dan melap tangan, mengikat tali sepatu
2. Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan
plastisin,
playdough/tanah liat, pasir
3. Meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung dan lingkaran
4. Meniru melipat kertas sederhana (7 lipatan)
5. Menjahit bervariasi (jelujur dan silang) 15 lubang dengan tali rafia, benang wol
7. Mencocok bentuk 8. Menyusun menara
kubus minimal 12 kubus
dengan benar (antara ibu jari dan 2 jari)
Dari tabel di atas, peneliti menyimpulkan indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Koordinasi antara mata dan tangan yang baik.
2. Ketepatan anak dalam mencocok gambar sesuai dengan garis/ gambar.
3. Memegang alat pencocok dengan benar (antara ibu jari dan dua jari).
4. Kekuatan tangan pada saat mencocok gambar.
D. Kerangka berpikir
Gambar 2.1 kerangka berpikir
E. Hipotesis tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “melalui kegiatan mencocok gambar dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di RA Diponegoro 135 Karangsalam Kedungbanteng Kabupaten Banyumas pada Semester Genap Tahun Ajaran 2011-2012.
Kondisi awal
1. Koordinasi antara mata dan tangan belum optimal.
2. Memegang alat pencocok belum sempurna (antara ibu jari dan dua jari)
3. Motorik halus anak belum optimal.
4. Pembelajaran monoton
Dilakukan upaya
1. Koordinasi antara mata dan tangan mulai optimal. 2. Memegang alat pencocok
mulai sempurna (antara ibu jari dan dua jari)
3. Motorik halus anak mulai optimal.
4. Pembelajaran mulai tidak monoton dan menyenangkan
Siklus I metode mencocok
1. Koordinasi antara mata dan tangan optimal.
2. Memegang alat pencocok sempurna (antara ibu jari dan dua jari)
3. Motorik halus anak optimal. 4. Pembelajaran tidak monoton
dan lebih menyenangkan