• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN ILLNESS REPRESENTATION PADA REMAJA PENDERITA KANKER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN ILLNESS REPRESENTATION PADA REMAJA PENDERITA KANKER"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN ILLNESS REPRESENTATION PADA REMAJA

PENDERITA KANKER

Florence Widya Jovita Maria Ferliana

Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta

florence.widya@yahoo.co.id;

jmferliana@hotmail.com

Abstrak

Cancer was stated as one of the most dangerous ill in the world. Patients who suffered cancer have an unique expereince that affecting their psychological,social and emotional aspect as well as the physical aspect. The aim of this research was to explore and to describe how teenage patient who suffered cancer dealing with it using illness representation framework. This was a qualitative approach using case study with two subjects who suffered blood and joints cancer. The result showed that subject with good understanding of their illness able to represent his/ her illness well through his/ her hope, spirit and positive thinking.

Kata kunci : Illness representation, teenager, cancer.

Pendahuluan

Kesehatan merupakan harta tak ternilai bagi setiap orang. Walaupun demikian, tiap orang tak luput dari penyakit, mulai dari virus, seperti influenza hingga kanker. Jumlah penderita kanker di Indonesia sangat tinggi. Hal ini terlihat dari berbagai data kanker yang dipublikasikan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga kanker. Bahkan menurut WHO (2012) pada tahun 2030 akan terjadi lonjakan penderita kanker di Indonesia sampai tujuh kali lipat. Jumlah penderita kanker yang meninggal juga kian memprihatinkan. Angka kejadian kanker pada anak di dunia dibawah umur 18, umumnya adalah 140 penderita baru per satu juta per tahun. Jakarta dan sekitarnya diperkirakan mencapai 650 pasien kanker anak per tahun, sedangkan di seluruh Indonesia, dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa diperkirakan terdapat kurang lebih 11.000 kasus baru per tahun.

(2)

Penyakit kanker sering disimbolkan sebagai kepiting atau dalam bahasa Yunani disebut carcinos. Seperti kepiting, bila supit atau kakinya di potong, hewan tersebut tidak mati tetapi akan tumbuh organ tubuh baru, demikian pula kanker. Oleh karena itu untuk mematikannya harus merusak seluruh badan. Penyakit kanker dapat menggerogoti semua organ tubuh manusia yang dikehendaki tanpa gejala yang jelas dan sulit untuk diketahui bila baru berada dalam stadium dini (Rahmawati, 2003).

Perkembangan penyakit kanker di Indonesia berkaitan dengan peralihan Indonesia dari negara pertanian menjadi negara industri yang mengubah perilaku atau gaya hidup dan kebiasaan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol, serta sering mengkonsumsi makanan cepat saji yang berlemak tinggi dan berserat rendah, seperti makan fried

chicken dan burger dapat memicu terjadinya kanker. Ada beberapa zat dan bahan

kimia yang bersifat racun dan dapat merangsang terjadinya perubahan sel sehingga terbentuk kanker (karsinogen). Bahan karsinogen tersebut, antara lain racun tar pada rokok, zat pengawet dan pewarna makan, benzena yang banyak digunakan dalam pembuatan ban, sisa pembakaran zat arang atau CO yang banyak terdapat pada makanan yang dibakar. Juga beberapa bahan tambang, seperti abseston yang terhirup masuk ke paru-paru dan lambung (Rahmawati, 2003).

Berkaitan dengan hal ini, Papalia dan Olds (2001) menjelaskan bahwa pada usia remaja merupakan tahap dimana remaja sangat memperhatikan penampilan fisiknya, sedangkan pada penderita kanker terutama pada penderita kanker stadium akhir akan menjalani kemoterapi yang mengakibatkan beberapa perubahan pada fisik, seperti kerontokan pada rambut, tubuh akan terasa lemas, hilangnya selera makan, dan rasa mual yang berlebihan (Junaidi, 2007).

Ditinjau dari segi kognitif, remaja cenderung mengembangkan kondisi ideal dan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Pada remaja penderita kanker mereka akan membandingkan dirinya dengan teman-teman seusianya yang tidak menderita penyakit kanker dan berpikir bahwa dirinya tidak seberuntung mereka (Papalia & Olds, 2001).

Dari segi perkembangan psikososial, remaja berada dalam tahap identity

versus identity confusion. Jika remaja mengeksplorasi peran mereka sebagai remaja

dengan cara yang sehat dan berada di jalur positif dalam hidup, maka mereka mencapai identitas yang positif, namun jika tidak, mereka akan mengalami

(3)

kebingungan dalam pencapaian identitas. Dilihat dari remaja penderita kanker, mereka cenderung kurang memiliki kepercayaan diri bahwa mereka memiliki identitas yang positif (Santrock, 2010).

Rosenblum dan Lewis (dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa dari segi perkembangan emosi remaja sering mengalami fluktuasi emosi. Hal ini dijelaskan oleh Steinberg dan Levin (dalam Santrock, 2007) bahwa intensitas dari emosi para remaja berada di luar proporsi dari peristiwa yang membangkitkannya. Kondisi kanker yang diderita seorang remaja akan mempengaruhi emosi susana hati remaja tersebut. Ketika remaja diagnosa terkena penyakit terminal seperti kanker, mereka akan merasa terkejut, terhina dan merasa tidak adil. Setelah didiagnosa bahwa dirinya menderita kanker, remaja sering berada dalam tahap krisis yang ditandai dengan ketidakseimbangan fisik, sosial dan psikis. Penyakit seperti leukemia dapat mengakibatkan perubahan drastis dalam konsep diri dan harga diri penderita (Rizkiana & Retnaningsih, 2009).

Kanker dan pengobatan yang dilakukan dapat mempengaruhi berbagai aspek penting kehidupan, diantaranya fungsi fisik, psikologis, hubungan keluarga, dan vokasional (Ganz dalam Kaplan, 1993). Penyakit kanker merupakan hal yang paling menimbulkan distres bagi penderitanya. Ada 4 dimensi stres yang berhubungan dengan penyakit kanker, yaitu kehilangan makna, mencemaskan penyakitnya, mencemaskan pengobatan medis, dan menarik diri dari lingkungan sosial (Noyes dalam Kaplan, 1993).

Penderita kanker pada umumnya memiliki pandangan mengenai penyakit yang mereka derita. Pandangan itu disebut dengan illness representation. Illness

representation adalah kepercayaan yang diyakini oleh pasien mengenai

penyakitnya, termasuk bagaimana pasien mengerti mengenai penyakitnya dan tahu mengenai bagaimana mereka harus bersikap ketika mereka sakit (Leventhal dalam Ogden, 2004).

Seperti dijelaskan oleh Sutrisno, Dharmayuda, dan Rena (dalam Peny, 2010) bahwa berbagai pengobatan yang dilakukan oleh penderita kanker memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup mereka dan perekomian keluarga. Menerima kenyataan bahwa diri seorang remaja menderita penyakit kanker bukanlah hal yang mudah, namun menurut hasil penelitian yang di lakukan, penderita kanker sebaiknya mengetahui mengenai penyakit yang di deritanya dengan jelas karena hal ini akan membawa pengaruh positif bagi proses kesembuhan.

(4)

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti ingin meneliti sejauh mana pemahaman remaja yang menderita kanker mengenai penyakit kanker yang di deritanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai

illness representation pada remaja penderita kanker, sehingga rumusan

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran illness

representation pemahaman remaja mengenai penyakit kanker yang dideritanya?

Illness Representation

Leventhal (dalam Ogden, 2004) mendefinisikan illness representation sebagai pemahaman yang diketahui oleh pasien mengenai penyakitnya. Hal ini termasuk bagaimana pasien mengerti mengenai penyakitnya dan tahu mengenai bagaimana mereka harus bersikap ketika mereka sakit. Sebelum memiliki kepercayaan tersebut,

illness representation didapatkan melalui media, pengalaman pribadi, dari teman,

dan keluarga yang memiliki pengalaman mengenai kelainan atau penyakit terkait yang diderita pasien (Taylor, 2006).

Terdapat 5 dimensi dalam menggambarkan menggambarkan illness

representation yaitu identitas, penyebab penyakit yang diketahui pasien, rentang

waktu, konsekuensi, kesembuhan dan pengendalian (Leventhal dalam Ogden, 2004). Dimensi identitas mengarah kepada pemberian label terhadap penyakitnya (diagnosa medis) dan gejala-gejala yang dialami oleh pasien. Dimensi penyebab penyakit yang diketahui oleh pasien, yaitu penyebab yang bisa saja bersifat biologis seperti virus atau luka, atau bersifat psikososial seperti stres atau tingkah laku yang terkait kesehatan seperti kebiasaan merokok atau minum minuman yang mengandung alkohol. Sebagai tambahan, pasien memiliki keyakinan lain mengenai penyebab penyakitnya, seperti merasa terkutuk atau tertular.

Dimensi rentang waktu merupakan kepercayaan pasien mengenai berapa lama penyakit ini akan di deritanya, apakah akut (jangka pendek) atau kronis (jangka panjang). Dimensi konsekuensi merupakan persepsi pasien mengenai efek-efek yang mungkin timbul karena penyakit yang di deritanya. Konsekuensi bisa mengarah pada keadaan fisik pasien, seperti kesakitan, ketidak lancaran dalam bergerak, atau bisa juga mengarah ke emosi pasien, seperti kehilangan kontak sosial, kesepian. Atau kombinasi keduanya, seperti sakit nya ini akan membuat dia tidak bisa bermain sepak bola. Dimensi kesembuhan dan pengendalian, yaitu pasien dapat merepresentasikan kepercayaan mereka mengenai apakah penyakit tersebut dapat

(5)

disembuhkan dan bagaimana hasil dari kesembuhan tersebut dapat dikendalikan, baik oleh mereka sendiri maupun orang lain.

Kanker

Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel yang tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas kewajaran dan sangat liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel normal berubah dengan pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga tidak dapat dikendalikan oleh tubuh dan tidak terbentuk. Kanker dapat terjadi di setiap bagian tubuh. Bila kanker terjadi di bagian permukaan tubuh, akan mudah diketahui dan diobati, namun bila terjadi di dalam tubuh, kanker itu akan sulit di ketahui dan kadang-kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati.

Kanker merupakan suatu penyakit yang sangat fatal dan dapat menjalar ke semua bagian tubuh, mulai dari kepala sampai kaki, dari kulit sampai ke organ dalam. Kanker itu sendiri sebenarnya adalah sebutan untuk tumor ganas, sedangkan yang tumor lainnya adalah tumor jinak yang kurang berbahaya. Tumor atau neoplasia atau neoplasma adalah suatu masa jaringan abnormal, yang pertumbuhannya bersifat otonom dan melebihi jaringan normal. Dilihat cara terjadinya, kanker dibagi menjadi 2. Pertama, kanker metastik yaitu kanker yang sudah menyebar yang berasal dari bagian tubuh yang lain dan kedua, kanker yang timbul dari jaringannya sendiri (Junaidi, 2007).

Remaja

Menurut Santrock (2010) remaja adalah periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Remaja dibagi menjadi dua, yakni remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal berkisar seputar sekolah menengah pertama dan meliputi perubahan ke masa-masa pubertas, sementara remaja akhir mengacu pada masa dekade kehidupan kedua, seperti minat terhadap karir, kencan, dan eksplorasi identitas.

Papalia dan Olds (2001) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa mengatakan bahwa remaja adalah suatu periode yang berada di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa ketika individual dihadapkan dengan serangkaian hambatan dan tantangan masa perkembangan. Masa remaja ini biasanya dimulai

(6)

pada usia 12 atau 13 tahun dan umumnya berakhir pada akhir belasan atau awal dua puluhan.

Dinamika penelitian

Kanker merupakan suatu penyakit yang dapat memberikan pengaruh

besar bagi penderitanya, baik secara fisik maupun psikologis terutama pada remaja. Pada umumnya, seorang memasuki masa remaja berada pada fase pencarian identitas diri (Santrock, 2010), termasuk pada remaja yang mengidap kanker. Seorang remaja yang menderita kanker akan berada dalam sebuah fase berpikir mengenai penyebab, rentang waktu, konsekuensi, kesembuhan dan pengendalian sebelum akhirnya terbentuk identitas diri dan pemberian label terhadap penyakit dan gejala-gejala yang dialami oleh pasien.

Pertama, seorang remaja akan berpikir mengenai penyebab dirinya terkena kanker. Penyebab seorang remaja terkena kanker dapat dilihat dari segi fisik, kognitif, emosi, dan psikososial. Secara fisik, kanker dapat disebabkan oleh faktor biologis seperti virus atau luka. Secara psikososial, remaja dapat terkena kanker oleh karena adanya kondisi stres atau tingkah laku yang terkait kesehatan seperti kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.

Kedua, seorang remaja akan berpikir mengenai rentang waktu yang merupakan kepercayaan mengenai berapa lama ia menderita penyakit ini, apakah akut (jangka pendek) atau kronis (jangka panjang). Ketiga, seorang remaja akan berpikir mengenai konsekuensi ketika menderita kanker yaitu persepsi mengenai efek-efek yang mungkin terjadi, kesakitan yang dialami, ketidak lancaran dalam bergerak, kehilangan kontak sosial, ataupun rasa kesepian. Keempat, seorang remaja juga akan berpikir mengenai kesembuhan dan pengendalian yaitu sejauh mana penyakitnya dapat disembuhkan dan bagaimana hasil dari kesembuhan tersebut.

Pada penelitian ini, penulis ingin menjelaskan dinamika perkembangan fisik seperti kerontokan rambut, tubuh terasa lemas, hilangnya selera makan, dan rasa mual yang berlebihan; dinamika kognitif seperti mengembangkan kondisi ideal dan membandingkan diri dengan remaja lain; serta dinamika emosi dan psikososial yang mempengaruhi illness representation pada remaja yang menderita kanker.

(7)

Partisipan

Subyek dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yaitu remaja usia 15 sampai dengan 18 tahun, pasien kanker remaja, telah menjalani perawatan minimal selama 6 bulan. Sampel yang di ambil merupakan pasien kanker remaja yang sedang menjalani perawatan di RS. Dharmais sebagai rumah sakit yang menjadi pusat studi dan merupakan rumah sakit yang menangani kanker secara khusus.

Pasien yang di teliti adalah pasien yang sudah menjalani perawatan kanker selama minimal 6 bulan karena dalam kurun waktu 6 bulan dianggap cukup untuk memahami kondisi kanker yang di deritanya dan telah mendapatkan informasi yang cukup dapat dimengerti oleh pasien mengenai penyakitnya.

Prosedur dan Pengukuran

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan metode wawancara mendalam (In-depth interview) dan observasi yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang di perlukan dalam mendukung penelitian yang sedang peneliti lakukan.

Hasil penelitian

Gambaran umum mengenai subyek penelitian yaitu pertama adalah Si, remaja laki-laki berusia 17 tahun, duduk di kelas XI SMA, dan beragama Kristen Protestan. Si adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, mengidap Synovial Sarcoma (stadium II) dan sudah menjalani pengobatan selama 13 bulan 6 hari. Subyek kedua adalah Sa, remaja perempuan berusia 12 tahun, duduk di bangku SD kelas VI, dan beragama Muslim. Sa adalah anak kedua dari tiga bersaudara, mengidap Leukimia (ALL II) dan sudah menjalani pengobatan selama 14 bulan 2 hari.

Tabel 1. Analisis Inter Kasus Dalam Pemahaman Remaja Tentang Sakit Pemahaman

tentang sakit

Subyek

Si Sa

Definisi sakit Keadaan yang menyebabkan penundaan aktivitas

Mengganggu aktivitas dan keadaan yang tidak mengenakkan

(8)

Penyebab penyakit

Faktor lingkungan, pola makan, dan keturunan

Tidak dapat ditentukan dari pola makan, namun bisa saja dari faktor keturunan

Perbedaan kanker yang diderita dengan jenis lain

Berbeda dengan kanker tulang karena

pertumbuhannya belum sampai ke dalam tulang, namun masih berada dalam lapisan kulit

Tidak tumbuh benjolan seperti kanker jenis limfoma.

Tabel 2.Analisis Interkasus Illness Representation Subyek Si dan Sa

Dimensi

Subyek

Si Sa

Identitas (a.) terlihat memahami penyakit yang di deritanya secara lebih jelas (b.) terlihat memahami dalam

memberikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan peneliti

(a.) terlihat memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai penyakit yang dideritanya (b.) terlihat beberapa kali tidak

mengerti pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dan meminta bantuan ibunya untuk menjawab pertanyaan tersebut Penyebab (a.) Merasa tidak nyaman pada

perubahan yang terjadi dan menghambat aktivitas kesehariannya

(b.) Ketidaknyamanan yang

dirasakan karena mual-mual dan sariawan di sekitar mulutnya

(a.) Merasa tidak nyaman pada perubahan yang terjadi dan menghambat aktivitas kesehariannya

(b.) Ketidaknyamanan yang dirasakan karena teman-temannya yang menjauh karena Sa sudah jarang masuk sekolah dan tidak dapat

bermain basket seperti dulu. Waktu dan

lama penyakit

Timbulnya benjolan ditangan Si sejak tahun 2008 yang lalu dan mengetahui bahwa dirinya

mengidap kanker pada 5 mei 2011

Perubahan pada suhu tubuh yang meningkat, sakit pada daerah kepala sejak bulan Juli 2011 tidak lama langsung memeriksakan dan mengetahui dirinya mengidap kanker di bulan yang sama Konsekuensi Mendapat perlakuan khusus dari

orang-orang sekitarnya seperti keluarga, saudara, dan teman.

Mendapat perlakuan khusus dari orang-orang sekitarnya seperti keluarga, saudara, dan teman.

Tabel 3 Analisis Interkasus Illness Representation Subyek Si dan Sa

Dimensi

Subyek

Si Sa

Kesembuhan dan

(a.) Si mengatakan bahwa penyakitnya ini dapat

(a.) Sa mengatakan bahwa penyakitnya ini dapat

(9)

Pengendalian (Kontrol Terhadap Penyakit)

disembuhkan.

(b.) menjalankan semua anjuran yang diberikan oleh dokter yang menangani agar memperoleh kesembuhan. Si menjaga kondisi badan dan pola makan secara teratur

(c.) tidak pernah menjalani

pengobatan di luar rumah sakit, seperti pengobatan herbal terapi ataupun yang lainnya.

(d.) Penyebaran sampai ke organ paru-paru

disembuhkan.

(b.) menjalankan semua anjuran yang diberikan oleh dokter yang menangani agar

memperoleh kesembuhan. Si menjaga kondisi badan dan pola makan secara teratur (c.) tidak pernah menjalani

pengobatan di luar rumah sakit, seperti pengobatan herbal terapi ataupun yang lainnya. (d.) Tidak ada penyebaran ke

organ lain

Tabel 4. Perbandingan Illness Representation Subyek Si dan Sa

No Dimensi Si Sa

1. Identitas Mampu menyebutkan nama penyakitnya secara medis √ √ Mampu menyebutkan ciri-ciri penyakitnya secara lengkap √ 2. Penyebab Mampu menjelaskan penyebab penyakitnya secara

lengkap

√ Mampu menyebutkan tingkah laku yang terkait dengan

penyakitnya

√ √ 3. Rentang

Waktu

Mampu menyebutkan onset awal penyakitnya √ √ Mampu menyebutkan stadium penyakitnya dengan jelas √ √ 4. Konsekuensi Mampu menjelaskan efek-efek yang timbul dari

penyakitnya

√ √ Mampu menjelaskan perasaan yang dirasakan akibat

penyakitnya

√ Mampu menyebutkan keterbatasan aktivitas akibat

penyakitnya √ √ 5. Kesembuhan dan Pengendalian

Dapat menjelaskan mengenai kepercayaan yang mereka miliki terkait dengan kemungkinan kesembuhan dari penyakitnya

√ √

Dapat menyebutkan pengendalian yang mereka lakukan dalam menghadapi penyakitnya secara lengkap

Pembahasan

Penelitian ini memberikan gambaran tentang sejauh mana remaja yang menderita penyakit kanker mengetahui mengenai penyakit mereka dalam dimensi

(10)

identitas, dimensi penyebab, dimensi waktu dan lama penyakit, dimensi konsekuensi dan dimensi tingkat kesembuhan dan pengendalian terhadap penyakit. Peneliti ingin melihat apakah penyakit kanker yang diderita oleh remaja berpengaruh dalam kesehariannya dalam menjalani hidup dari remaja tersebut dan apakah perubahan yang dialaminya mempengaruhi pola pikir, pandangan, dan perasaan remaja dalam menjalani keseharian mereka. Karena seperti yang dijelaskan oleh (Sutrisno, H., Dharmayuda, T.G., Rena, R.A. dalam Peny, 2010) bahwa berbagai pengobatan yang dilakukan oleh penderita kanker memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup mereka dan perekomian keluarga. Menerima kenyataan bahwa diri seorang remaja menderita penyakit kanker bukanlah hal yang mudah.

Peneliti menemukan bahwa salah satu dari subyek yang diteliti merasakan kesedihan ketika mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit kanker. Kanker darah yang diderita Sa menyebabkan kesedihan karena Sa juga sudah jarang masuk sekolah karena harus menjalani kemoterapi dan tidak bisa bermain basket seperti dulu lagi karena kondisi badannya yang lemah. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizkiana dan Retnaningsih (2009) yang mengatakan bahwa kondisi kanker yang diderita seorang remaja akan mempengaruhi emosi susana hati remaja tersebut. Ketika remaja diagnosa terkena penyakit terminal seperti kanker, mereka akan merasa terkejut, terhina dan merasa tidak adil Setelah didiagnosa bahwa dirinya menderita kanker.

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa subyek yang bernama Si lebih dapat memahami mengenai penyakit kanker persendian yang dideritanya dibandingkan dengan subyek yang bernama Sa. Sa mengetahui penyakit kanker darah atau leukimia yang dideritanya hanya sebatas sakit yang sedang ia derita. Sementara Si mengatakan bahwa penyakit kanker sebagai suatu hal yang menunda aktivitas serta penyebaran penyakit kanker ada yang prosesnya cepat dan ada pula yang lambat. Namun kedua subyek juga sama-sama merasakan ketidaknyamanan dalam keseharian mereka karena aktivitas mereka terhambat, seperti sekolah, melakukan aktivitas olah raga seperti futsal dan basket, dan kegiatan mereka untuk bermain bersama teman-temannya.

(11)

Dalam dimensi penyebab, kedua subyek sama-sama memiliki jawaban yang cukup baik berdasarkan informasi yang mereka dapat dari dokter yang menangani mereka di rumah sakit. Pada usia remaja, menurut Piaget (dalam Santrock, 2010) remaja menjadi lebih sistematis, mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu terjadi kemudian menguji hipotesis tersebut. Kedua subyek mengatakan bahwa penyebab dari penyakit kanker ialah faktor keturunan, hanya saja Si menambahkan bahwa ada hal lain selain faktor keturunan, yaitu faktor lingkungan dan pola makan seseorang. Sementara Sa mengatakan bahwa hal yang menyebabkan seseorang terkena penyakit kanker tidak dapat ditentukan dari pola makan.

Pada dimensi konsekuensi, kedua subyek merasakan ketidaknyamanan karena selain aktivitas keseharian mereka yang berubah, mereka juga harus merasakan perubahan kondisi tubuh pada saat mereka harus menjalani pengobatan kemoterapi. Kedua subyek merasakan mual dan tidak memiliki nafsu makan karena pengobatan kemoterapi tersebut, serta efek samping dari kemoterapi tersebut seperti kerontokan pada rambut mereka yang menyebabkan kebotakan. Kondisi fisik kedua subyek yang melemah juga mengakibatkan kedua subyek kehilangan masa remaja mereka untuk bermain bersama teman-teman sebayanya dan melakukan aktivitas bersama dengan teman-teman sebayanya.

Daftar pustaka

Dharmais Cancer Hospital [Web log post]. (2003, Agustus 15). Sekilas tentang kanker. Diunduh dari: http://www.dharmais.co.id

Dwi Rahmawati. Waspadai kehadiran kanker. (2003, Januari 19) [Web log post]. Diunduh dari: http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/1/19/kes1.html.

Junaidi, I. (2007). Kanker pengenalan, pencegahan, dan pengobatannya. Jakarta: PT Bhuana Il.

Kanker pada anak dapat diobati dan diupayakan sembuh apabila diobati sejak dini. (2009, Juni 27). YOAI Foundation. Diunduh dari: http://www.yoai-foundation.org/profil.php. Kaplan, Robert, M. James F. S. Jr. & Thomas, L. P (1993). Health and human behavior.

Singapore: McGraw-Hill, Inc.

Ogden, J. (2004). Health psychology: A textbook (3rd ed.). New York: Open University Press. Papalia, D.E., Olds, S.W. & Feldman, R.D. (2001). Human development. (8th ed). New York:

McGraw-Hill Companies, Inc.

Rizkiana, U. & Retnaningsih. (2009). Penerimaan diri pada remaja penderita leukimia. Jurnal Psikologi volume 2 no. 2. Depok: Univeristas Gunadarma.

Santrock, J. W. (2010). Adolescence (13th ed.). New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Santrock, J.W. (2007). Life-span development (11th ed). New York: McGraw-Hill Companies,

Inc.

Statistik penderita kanker di Indonesia. (2012, Febuari 14). Diunduh dari:

(12)

Sutrisno, H., Dharmayuda, T.G., Rena, R.A. (2010). Gambaran kualitas hidup pasien kanker

limfoma non Hodgkin yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Peny volume 11

no. 2. Denpasar: RSUP Sanglah.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itulah, penulis mencoba merancang suatu sistem aplikasi selektor menggunakan webcam dengan judul “Perancangan dan Pembuatan Sistem Visual Inspection Sebagai Seleksi

Hal ini tidak diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2008), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang Napza berkategori baik

Kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk memberikan sinyal kepada masyarakat untuk semakin meningkatkan

Dengan kata lain semakin tiggi disiplin yang dimiliki oleh seorang guru maka kinerja guru akan semakin baik..

Della Prisgiari. Survey Faktor-Faktor Penyebab Ketidakdisiplinan Terhadap Tata Tertib sekolah di SMP Negeri Se Kabupaten Pekalongan. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan

Penjadualan menggunakan Algoritma Heuristic HC yang mempunyai tujuan yang sama dengan Algoritma Genetika maka didapatkan penjadualan job : 6-5-2-1-3-8-4-7 dengan makespan

Penambahan susu tersebut tergantung dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya (gastric residual), untuk mencegah regurgitas/ muntah atau

Peserta Pengadaan yang berbadan usaha harus memiliki Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) yang diterbitkan oleh Pemerintah Kab / Kota tempat domisili peserta