• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang,"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembagian daerah di Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara. Dan hak-hak asal usul dalam daerah yang bersifat istimewa, sesuai ketentuan yang terkandung dalam pasal 18 undang-undang dasar 1945.

Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. setiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, daerah berhak mengenakan pungutan terhadap masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada masyarakat, seperti pajak, retribusi dan pungutan lainnya yang bersifat memaksa diatur dengan undang-undang.

(2)

2 Ketentuan tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Selama ini pungutan Daerah baik berupa Pajak dan Retribusi diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Kedua Undang-Undang tersebut kemudian disempurnakan menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah sebagai mana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti dengan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, sehingga perlu dikelola dalam pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai mana dimaksudkan merupakan sub sistem dari Sistem Pengelolaan Keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintah.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari atas beban pendapatan dan belanja daerah. Oleh karena itu yang harus diperhatikan adalah seberapa besar total pendapatan daerah yang

(3)

3 didapatkan dalam satu tahun anggaran. Pendapatan Asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap total APBD.

Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang membiayai penyelenggaran pemerintah kota dan DPRD dan memenuhi atau mencukupi Anggaran Belanja Rutin, sebagai syarat sekaligus kewajiban bagi setiap daerah seperti yang tercantum dalam Undang-Undang . Oleh karena itu pendapatan asli daerah dalam konsep ideal seharusnya merupakan tulang punggung bagi pendapatan daerah, sekaligus dijadikan tolak ukur kemampuan daerah dalam melaksanakan dan mewujudkan otonominya.

Sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) terdiri dari :

1. Pajak daerah 2. Retribusi daerah

3. Hasil pengelolahan kekayaan yang dipisahkan 4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan pembangunan secara efektif dan efesien, maka setiap daerah harus secara kreatif mampu menciptakan dan mendorong semakin meningkatnya sumber-sumber

(4)

4 pendapatan asli daerah. Salah satu sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang potensial adalah dari sektor jasa perparkiran.

Makassar merupakan salah satu provinsi terbesar di Indonesia dimana masih banyak terjadi beberapa masalah dalam penerimaan Retribusi Parkir yang belum dikelola secara optimal. Retribusi Daerah selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah juga merupakan faktor yang dominan peranannya dan kontribusinya untuk menunjang pemarintah daerah salah satunya adalah retribusi parkir. Retribusi parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari masyarakat, dimana pengelolaannya dilakukan oleh Perusahaan Daerah Parkir Kota Makassar.

Permasalahan retribusi parkir khususnya di kota Makassar seakan menjadi permasalahan yang tidak ada bayang ujungnya. Mulai dari masalah penerimaan retribusi parkir yang masih banyak menemukan kendala dalam pengelolaannya dimana masih banyak kawasan parkir yang strategis tetapi tidak terdaftar di PD. Parkir sebagai kawasan perparkiran serta permasalahan retribusi parkir di tepi jalan umum yang aturannya sangat tidak jelas dan sering disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab yang menggunakan momen tersebut untuk meraup keuntungan.

Permasalahan Pemungutan Retribusi Parkir

Kondisi keuangan PD Parkir Kota Makassar sejak Tahun 2007 sampai 2010 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Namun pada Tahun 2011 target yang meningkat tetapi justru tidak tercapai. Hal ini tergambar dari tabel target dan realisasi pendapatan sebagaimana digambarkan pada tabel di bawah ini :

(5)

5 Tabel 1

Target dan Realisasi Retribusi Parkir Kota Makassar Tahun 2007-2011

No. Tahun Target Realisasi %

1. 2007 Rp. 2.763.500.500,00 Rp. 2.974.771.875,00 107,65% 2. 2008 Rp. 3.678.292.500,00 Rp. 3.694.486.150,00 100,44% 3. 2009 Rp. 4.369.300.500,00 Rp. 4.585.913.751,00 104,96% 4. 2010 Rp. 5.550.531.000,00 Rp. 5.617.631.630,00 101,21% 5. 2011 Rp. 7.644.300.600,00 Rp. 6.780.341.550,00 88,69% Sumber : PD. Parkir Makassar Raya, 29 Maret 2012

Namun meskipun target yang telah ditentukan pada tahun 2007 sampai 2010 meningkat tetapi pada tahun 2011 ketika target dinaikkan justru tidak tercapai sesuai dengan tabel di atas. Hal ini dikarenakan masih banyak kawasan perparkiran yang tersebar di beberapa titik di Kota makassar yang tidak masuk sebagai lahan parkir di PD Parkir Makassar Raya. Hal ini banyak dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraub keuntungan. Merekalah para juru parkir liar yang tidak memiliki surat izin parkir dari PD Parkir Makassar Raya. Hal ini membuat pemungutan jasa retribusi parkir tidak berjalan efektif.

Masalah lain yang menjadi kendala dalam pemungutan jasa retribusi parkir masih belum terlaksana dengan optimal. Sesuai dengan keterangan yang dikemukakan oleh beberapa juru parkir bahwa penghasilan parkir tidak diberikan seluruhnya kepada petugas pemkot dan petugas hanya memberikan karcis yang belum tentu dihabiskan oleh juru parkir.

(6)

6 Permasalahan Parkir Juru Parkir Liar

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di berbagai tepi jalan umum yang ada di kota Makassar seringkali kita menemui juru parkir liar yang beroperasi di Makassar yang belum tentu berguna dalam hal membantu memarkir kendaraan padahal SK Walikota nomor 935 tahun 2006 tentang sistem perparkiran tepi jalan umum tidak menharuskan juru parker liar, namun para juru parkir liar tetap saja marak dan belum diberi tindakan oleh pihak PD Parkir Makassar. Yang menggelikan adalah para pengguna lahan parkir tetap -secara tidak langsung- menyuburkan praktek-praktek parkir liar dengan memberikan uang kepada mereka. Mungkin saja ini pengaruh rasa takut terhadap juru parkir tersebut. Jika demikian halnya, maka apa bedanya dengan pemalakan terhadap pemilik kendaraan. Lagi-lagi tugas dan tanggung jawab PD Pakir Makassar dan pihak yang berwajib dipertanyakan.

Suburnya praktek pemarkiran liar inipun sepertinya dihalalkan oleh para pemilik kendaraan jika melihat banyaknya kendaraan yang terparkir dikawasan tersebut. Mungkin ini disebabkan sistem pembayaran yang dihitung per jam saat ini masih sangat membebani dan terkesan tidak manusiawi. Pembayaran yang tinggi ini juga belum diimbangi dengan pelayanan yang memuaskan, tanggung jawab mengenai kerusakan dan kehilangan masih saja menjadi beban bagi para pemilik kendaraan.

Tentunya fungsi dan tanggung jawab dari pemerintah yang mengurusi masalah parkir dipertanyakan untuk menertibkan oknum-oknum juru parkir liar yang menggunakan tepi jalan di beberapa tempat-tempat keramaian tanpa pernah memperhatikan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah untuk

(7)

daerah-7 daerah yang memang menjadi tempat umum/public. Jika kita menilai secara subyektif, tidak mungkin hal tersebut dapat tumbuh dan bertahan subur, jika tidak ada orang dari pihak yang berwenang yang memberikan kebebasan bagi juru-juru parkir tersebut. Tentunya dengan system bagi hasil atau ada uang setoran uang kepada pihak-pihak tertentu. Yang seharusnya hal tersebut masuk ke kas daerah.

Dalam mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya diharapakan mampu memberikan kontribusi dari sektor retribusi parkir. Tugas pokok Peusahaan Daerh Parkir Makassar raya adalah merencanakan, merumuskan, membina, mengendalikan, mengoptimalkan pemungutan retribusi parkir serta mengkoordinir kebijakan bidang Perparkirkan.

Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mencoba menganalisis lebih jauh dengan judul:

“Pengelolaan Retribusi Parkir di Kota Makassar (Studi Kasus di Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya)”

I.2. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang dikemukakan adalah bagaimana pengelolaan retribusi parkir di Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya.

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pegelolaan retribusi parkir di Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya.

(8)

8 I.4. Manfaat Penelitian

Dari tujuan diatas diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk : 1. Manfaat Akademik

Dengan mengetahui pengelolaan retribusi parkir di kota makassar dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah diharapkan dapat memperkaya tentang teori-teori peningkatan dan pengelolahan keuangan daerah khususnya yang berhubungan dengan pengetahuan dalam bidang Administrasi dan Manajemen. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengambil kebijakan di daerah maupun kota mengenai aspek-aspek yang berhubungan dengan pengelolaan retribusi parkir dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

(9)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Konsep Pengelolaan

Secara umum pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi baik berat memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula. Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta cocok dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat.

Nugroho (2003:119) mengemukakan bahwa :

―Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen. Secara etomologi istilah pengelolaan berasal dari kata ―kelolah‖ (to manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu‖.

Jadi pengelolaan merupakan ilmu manajemen yang berhubungan dengan proses mengurus dan menangani sesuatu untuk mewujudkan tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Sedangkan menurut Syamsu menitikberatkan pengelolaan sebagai fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan pengontrolan untuk mencapai efisiensi pekerjaan.

Sukanto (1986:20) mendefinisikan bahwa

―pengelolaan dalam administrasi adalah merupakan suatu proses yang dimulai dari proses perencanaan, pengawasan, penggerakan sampai dengan proses pencapaian tujuan.

Jadi Sukanto menitiberatkan pengelolaan sebagai fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengawasan, penggerakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

(10)

10 Selanjutnya mengenai pengertian pengelolaan Pamudji (1985:7) mengemukakan sebagai berikut :

―Perkataan pengelolaan berasal dari kata ―kelola‖ yang berarti sama dengan mengurus. Jadi pengelolaan diartikan sebagai pengurusan yaitu merubah nilai-nilai yang lebih tinggi, dengan demikian pengelolaan juga mengandung makna sebagai pembaharuan, yaitu melakukan usaha-usaha untuk membuat sesuatu lebih sesuai atau cocok dengan kebutuhan menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat‖

Pendapat Pamudji diatas mengenai pengelolaan terlihat menitik beratkan pada dua faktor penting yaitu :

a. Pengelolaan sebagai pembangunan yang merubah sesuatu sehingga menjadi baru dan memiliki nilai yang lebih tinggi

b. Pengelolaan sebagai pembaharuan yaitu usaha untuk memelihara sesuatu agar lebih cocok dengan kebutuhan-kebutuhan

Selanjutnya Admosudirjo (2005:160) mendefinisikan bahwa :

―Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk menyelesaikan suatu tujuan tertentu‖.

Dari pengertian diatas Admosudirjo menitikberatkan pengelolaan pada proses mengendalikan dan memanfaatkan semua faktor sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Lebih lanjut Moekijat (2000:1) mengemukakan pengertian pengelolaan adalah :

―suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan tertentu dengan cara menggunakan manusia dan sumber-sumber lain‖.

Dengan demikian, Moekijat menitikberatkan pengelolaan pada proses merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, mengawasi untuk mencapai

(11)

11 tujuan yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.

Sedangkan Terry (2009:9) mengemukakan bahwa :

―Pengelolaan sama dengan manajemen sehingga pengelolahan dipahami sebagai suatu proses membeda-bedakan atas perencanaan, pegorganisasian, penggerakan dan pengawasan denganmemanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya‖.

Pengelolaan atau yang sering disebut manajemen pada umumnya sering dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas dalam organisasi berupa perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengarahan, dan pengawasan. Istilah manajemen berasal dari kata kerja ―to manage” yang berarti menangani, memimpin, membimbing, atau mengatur. Sejumlah ahli memberikan batasan bahwa manajemen merupakan suatu proses, yang diartikan sebagai usaha yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Proses ini merupakan serangkaian tindakan yang berjenjang, berlanjut dan berkaitan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari beberapa pendapat diatas bahwa pengelolaan sama dengan prinsip-prinsip manajemen yang berkaitan dengan aspek perencanaan, penggerakan, pengorganisasian, dan pengawasan serta pemanfaatan sumber daya termasuk sumber daya manusia untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

Berdasarkan dari pengertian pengelolaan tersebut, terlihat jelas bahwa untuk mencapai peningkatan efektivitas kegiatan pengelolaan dalam penelitian ini adalah pengelolaan retribusi parkir di Kota Makassar memegang peranan penting karena dengan pengelolaan yang baik akan diperoleh hasil yang baik dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar di sektor Retribusi Parkir.

(12)

12 II.2. Fungsi Manajemen

Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi manajemen yang dikemukakan George R. Terry dalam bukunya Principles of Management yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan akan dibahas lebih terperinci lagi.

II.2.1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan fungsi dasar (fundamental) manajemen, karena organizing, staffing, dan controlling harus terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari alternatif-alternatif yang ada.

G.R Terry mengemukakan bahwa :

―Perencanaan (planning) adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa depan dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperukan unruk mencapai hasil yang diinginkan‖.

Dengan perencanaan perlu dilakukan dengan cermat dan matang serta berorientasi kedepan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

F.X.Soedjadi dalam syatiie dkk (1999:76) memberikan definisi perencanaan sebagai suatu proses kegiatan pemikiran, dugaan, dan penentuan prioritas yang harus dilakukan secara rasional sebelum melaksanakan tindakan yang sebenarnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Louis A. Allen menjelaskan bahwa perencanaan adalah menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang ditentukan.

(13)

13 Hasibuan menerangkan dalam bukunya Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah bahwa :

―Perencanaan adalah sejumlah keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu. Jadi, setiap perencanaan mengandung dua unsur, yaitu : tujuan dan pedoman‖.

Sementara Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi menjelaskan bahwa :

―Perencanaan (planning) adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan‖.

Lebih lanjut Irawan (1997:102) menyebutkan perencanaan sebagai berikut :

 Perencanaan membimbing para pengambil kebijakan untuk menentukan berbagai program dan kegiatan yang secara ketat berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

 Perencanaan membimbing para pengambil keputusan untuk berpikir secara sistematis dan secara terkoordinasi dengan baik dengan seluruh unit di dalam organisasi.

 Perencanaan akan menghindarkan para pengambil keputusan melakukan perubahan (improvisasi) dalam berbagai program kegiatan secara coba-coba , tidak rasional dan subjektif.

 Perencanaan pembimbing para pengambil keputusan untuk mendistribusikan beban kerja secara adil, merata dan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab pegawai.

 Perencanaan menuntut komitmen dari semua pihak untuk melaksanakannya, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai.

Dengan demikian, suatu perencanaan senantiasa berpijak pada kenyataan yang ada sehingga sasaran yang ingin dicapai benar-benar dapat terwujud. Dari uraian teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan dari organisasi atau perusahaan.

(14)

14 Proses perencanaan dapat disusun dari tiga segi, dengan perkataan lain bahwa fungsi perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik melalui 3 cara. Cara-cara tersebut yang pertama, mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang baik. Setelah ciri-ciri itu diketahui lalu diusahakan agar rencana yang dibuat memenuhi syarat-syarat tersebut. Kedua, memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan. Ketiga, memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Dalam menerapkan prinsip-prinsip pemecahan masalah dengan teknik ilmiah, pimpinan dapat pula menciptakan suatu rencana yang baik, dengan perkataan lain pembuatan suatu rencana dapat dipandang sebagai suatu masalah yang harus terpecahkan dengan sistematis.

II.2.2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari Manajemen, dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber daya yang dimiliki termasuk unsur manusia sehingga tujuan dapat tercapai.

Pengorganisasian merupakan kata kerja dari organisasi yang berasal dari kata ―Organism”. Organism berarti suatu susunan yang terdiri dari bagian-bagaian yang diarahkan ke satu tujuan. Atau suatu susunan yang terdiri dari bagian-bagian yang dipadukan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu dengan yang lainnya saling mengikat dan secara keseluruhan merupakan kebulatan yang saling berhubungan, bergantung, saling mempengaruhi dan bekerja untuk satu tujuan tertentu.

Menurut Terry (1999:82), pengorganisasian adalah ―pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok pekerja, penentuan hubunga-hubungan pekerjaan diantara mereka dan emberian lingkungan pekerjaan yang sepatutnya‖.

(15)

15 Pengorganisasian merupakan fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manajer pada semu tingkatan dan jenis kegiatan dan bentuk organisasi, besar atau kecil, bisnis atau negara. Fungsi pengorganisasian dalam manajemen penting sebab :

 Mewujudkan struktur organisasi

 Uraian tugas dari setiap bidang atau bagian dalam organisasi menjadi jelas.

 Wewenang dan tanggung jawab menjadi jelas.

 Memperlihatkan antar tugas atau pekerjaan dari setiap unit organisasi.  Sumber daya manusia dan materiil yang dibutuhkan dapat diketahui.

Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. Dua aspek utama proses susunan struktur organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja organisasi agar kegiatan-kegiatan sejenis saling berhubungan dan dapat dikerjakan secara bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh bagan suatu organisasi.

Pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada organisasi bertanggung jawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan. Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suattu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal

(16)

16 mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi dapat dicapai dengan efisien. Ada beberapa aspek penting dalam proses pengorganisasian, yaitu :

1. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai,

2. Pemahaman tujuan oleh para anggota organisasi, 3. Penerimaan tujuan oleh para anggota organisasi, 4. Kesatuan arah,

5. Kesatuan perintah, 6. Fungsionalisasi,

7. Deliniasi berbagai tugas,

8. Keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, 9. Pembagian tugas,

Proses pengorganisasian terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan setiap individu dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Pembagian beban pekerjaan yang menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logika dapat dilaksanakan oleh setiap individu. Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu.

3. Pengadaan dan pengembangan mekanisme kerja sehingga ada koordinasi pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengorganisasian ini kan membuat

(17)

17 para anggota organisasi memahami tujuan organisasi dan mengurangi ketidak efisiensian dan konflik.

II.2.3. Pelaksanaan/Penggerakan (Actuating)

Pelaksanaan penggerakan di dalam manajemen merupakan fungsi yang paling penting karena berkaitan langsung dengan memanfaatkan sumber daya manusia. Penggerakan adalah mennggerakkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.

Masalah penggerakan/pelaksanaan sangat berkaitan dengan manusia dan merupakan suatu masalah yang paling kompleks. Dengan demikian dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, pelaksanaan merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan.

G.R Terry (2005:41) menerangkan bahwa penggerakkan adalah :

―Membuat semua anggota kelompok agar mau bekrja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha organisasi‖.

The Liang Gie (1989:210) mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah :

―Usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulai‖.

Lebih lanjut Tjokroamidjojo (1995:98) mendefinisikan pelaksanaan sebagai :

―Suatu proses dapat kita pahami dalam bentuk rangkaian kegiatan yakni yang berawal dari kebijaksanaan guna mencapai suatu tujuan maka kebijaksanaan diturunkan dalam program‖.

(18)

18 Dengan demikian dari pengertian tersebut diatas diketahui bahwa pelaksanaan/penggerakan selalu berhubungan dengan sumber daya manusia.

II.2.4. Pengawasan (Controlling)

Tiitik tolak yang digunakan utnuk membahas pengawasan sebagai salah satu fungsi organik manajemn ialah definisi yang mengatakan bahwa pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi organik, pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak diselenggarakan oleh semua orang yang menduduki jabatan manajerial, mulai dari manajer puncak hingga manajer rendah yang secara langsng mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang diselenggarakan oleh semua petugas operasional.

Proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung ialah apabila pemimpin organisasi mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan. Sedangkan pengawasan tidak langsung adalah pengawasan dari jarak jauh, pengawasan ini dilakukan terhadap laporan yang disampaikan oleh bawahan, laporan ini dapat berbentuk lisan maupun tulisan.

Riwu Kaho (1996:79) mengemukakan bahwa pengawasan itu adalah

―Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui kegiatan atau pekerjaan apa saja yang telah dilaksanakan agar pekerjaan itu sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya‖.

(19)

19 ―Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara‖.

Sedangkan menurut G.R Terry (2005:242) mengemukakan bahwa pengawasan adalah :

―Sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar‖.

Dalam buku Siagian yang berjudul Fungsi-Fungsi Manajerial (200:145) pengawasan yang terjadi dalam lingkungan pemerintahaan dibagi menjadi 4 tetapi untuk dalam penelitian hanya digunakan (dua) jenis pengawasan saja yaitu

 Pengawasan Melekat

Dalam pengawasan melekat, pelaku pengawasan adalah atasan yang dianggap memiliki kekuasaan (power) dan dapat bertindak bebas dari konflik kepentingan (confict of interest).

Dengan demikian pengawasan langsung dilakukan oleh seorang pemimpin organisasi terhadap kegiatan yang sedang dijalankan dimana efektivitas manajerial seseorang yang menduduki jabatan pemimpin sangat tergantung pada kemampuannya melakukan pengawasan melekat disamping kemampuannya menyelenggarakan berbagai fungsi manajerial lainnya.

 Pengawasan Fungsional

Pengawasan fungsional bisa dilakukan oleh aparat pengawasan yang terdapat dalam satu instansi tertentu . Pengawasan fungsional adalah merupakan setiap upaya pengawasan yang dilaksanakan oleh aparat yang ditunjuk khusus untuk melakukan audit secara independen terhadap

(20)

20 objek yang diawasinya. Aparat pengawasan fungsional tidak hanya bertugas sebagai pemeriksa, akan tetapi juga dapat melakukan tugas yang lain seperti verifikasi, konfirmasi, survey dan penilaian (assessment). Pengawasan fungsional dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu pengawasan internal dan pengawasan eksternal.

Pengawasan mutlak diperlukan agar dalam pelaksanaannya seminimal mungkin dapat dihindari segala ketimpangan dari apa yang telah disusun sebelumnya. Hasibuan menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah ada 4 fungsi pengawasan sebagai berikut :

1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengawasan; 2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang dicapai;

3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada;

4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.

Proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh manajemen dengan memprgunakan dua macam teknik, yaitu: pengawasan langsung (direct control) dan pengawasan tidak langsung (indirect control). Yang dimaksud dengan pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang pemimpin. Penanganan langsung ini dapat berbentuk inpeksi langsung, on the spot observation dan on the spot report. Akan tetapi karena banyaknya dan kompleksnya tugas seorang pemimpin terutama dalam organisasi yang besar maka seorang pemimpin untuk tidak mungkin dapat selalu menjalankan pengawasan langsung sehingga pemimpin sering pula melakukan pengawasan yang bersifat tidak langsung. Yang dimaksud dengan

(21)

21 pengawasan tidak langsung pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang sampaikan oleh bawahan. Laporan tersebut dapat berbentuk tertulis dan lisan.

Dari pengertian tersebut diketahui bahwa untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan/instansi diperlukan aparat yang berkompetensi dibidangnya sehingga dalam pelaksanaan nantinya dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Yang dimaksud pengawasan dalam hal ini adalah pengawasan yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung oleh Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya yang terfokus pada penataan tempat parkir baik yang legal maupun yang ilegal di Kota Makassar.

II.3. Konsep Keuangan Daerah

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban daerah tersebut (Pasal 1 butir 5 PP No. 58 Tahun 2005)

Pengertian keuangan daerah tersebut lebih luas dari pada pengertian keuangan daerah menurut PP No. 105 Tahun 2000 yang hanya beruang lingkup APBD. Sedangkan pengertian Keuangan Daerah menurut PP No. 58 tahun 2005 mempunyai ruang lingkup yang lebih laus yaitu yang meliputi :

 Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman.

 Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga.

(22)

22  Penerimaan daerah

 Pengeluaran daerah

 Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.  Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dan/atau

kepentingan umum.

Dalam pengelolahan keuangan daerah terdapat empat asas pengelolahan keuangan daerah yakni :

 Asas umum Pengelolahan Keuangan Daerah  Asas umum APBD

 Asas umum Pelaksanaan APBD

 Asas Umum pentausahaan Keuangan Daerah.

Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Makassar salah satunya berasal dari retribusi yang berasal dari retribusi parkir. Besarnya retribusi tergantung pada pengelolaan Retribusi Parkir yang efektif, efisien dan maksimal.

Tujuan pemerintah mengelolah retribusi parkir adalah selain merupakan Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), juga merupakan salah satu upaya agar penarikan atau pemungutan retribusi parkir dapat terorganisir dengan baik. Atau dengan kata lain, pengelolaan dan pelaksanaan retribusi parkir diharapkan berjalan melalui manajemen yang baik. Manajemen yang baik harus disertai dengan perencanaan yang matang, pengorganisasian yang matang dan pelaksanaan di lapangan yang terkoordinasi serta pengawasan dan pengendalian yang akuntebel dan transparansi.

(23)

23 Untuk mengetahui apakah reribusi parkir sudah mencapai sasaran dan tujuan pemerintah, maka perlu dilakukan pengawasan atau pengendalian terhadap pelaksanaan penarikan retribusi parkir tersebut. Pengawasan ini penting untuk diketahui, agar pelaksanaan atau pengelolaannya senantiasa berjalan sesuai denagn harapan pemerintah dan masyarakat.

Dalam mengelola retribusi parkir selalu dikaitkan dengan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Maka dari itu, tidak terlepas dari faktor penunjang dan faktor penghambat yaitu siapa yang mengelolanya (SDM), sistemnya (cara pelaksanaannya), dan teknologi (alat atau media yang digunakan). Jika faktor penunjang lebih besar atau dominan maka sasaran yang dicapai akan mudah terwujud. Sebaliknya jika faktor penghambat lebih dominan, maka sasaran yang dicapai akan jauh dari harapan.

II.4. Konsep Pendapatan Asli Daerah

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, tentang pemerintahan daerah, daerah diberikan kewenangan untuk mencari dan mengembangkan penerimaan-penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri, yang sering kita sebut dengan pendapatan asli daerah. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kemudian menurut Undang-undang nomor 33 Tahun 2004, tentang perimbangan keuangan antara Pemerintahan Pusat dan daerah pada pasal 6 dijelaskan pula, bahwa

(24)

24 ―Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang dikelolah daerah melalui hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan daerah, dan hasil Pengelolahan kekayaan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah‖.

Sedangkan Pendapatan Asli Daerah Menurut JB. Kristiadi ( 1985;37 ) mengatakan bahwa :

―Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang dihasilkan daerah melalui pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya yang dianggap sah‖.

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan yang sangat penting karena perolahannya dilakukan atas dasar kemampuan potensi yang tersedia dan dibenarkan oleh undang-undang maupun potensi yang dimungkinkan sumber daya manusia di setiap daerah.

Sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuanagan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) terdiri dari :

1. Pajak daerah 2. Retribusi daerah

3. Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan 4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

(25)

25 II.5. Konsep Retribusi Daerah

Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi daerah. Pengertian retribusi secara umum adalah ―pembayaran-pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara. Atau merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dan dapat ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak dikenakkan iuran itu.

Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 870 – 893 tahun 1992, tentang Manual Administrasi Pendapatan Daerah disebutkan :

―Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan , usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah‖.

Retribusi daerah sesuai dengan peraturan pemerintah R.I nomor 66 tahun 2001, pasal 1 point 1 bahwa yang dimaksud dengan :

―Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian jasa atau pemberian izin tertenru yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan‖.

Dalam pasal 37 UU Nomor 22 Tahun 1948 ditegaskan bahwa :

―Retribusi Daerah adalah ―pungutan pendapatan oleh pemerintah sebagai pengganti (kerugian) diensten yang diberikan oleh Daerah kepada siapa saja yang membutuhkan diensten itu‖.

―Retribusi daerah yang selanjutnya di sebut retribusi (2006;71) adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan‖.

(26)

26 Panitia nastrun retribusi daerah sebagai berikut :

―Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung‖.

Dari pendapat para ahli di atas kita dapat menarik kesimpulan retribusi daerah merupakan pungutan atas pemakaian atau manfaat yang diperoleh secara langsung oleh seseorang atau badan karena jasa yang nyata pemerintah daerah. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah.

Seperti halnya pajak daerah, retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, selanjutnya untuk pelaksanaannya di masing-masing daerah, pungutan retribusi daerah dijabarkan dalam bentuk peraturan daerah yang mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan Retribusi Daerah menurut UU No. 28 Tahun 2009 antara lain :

1. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintaha daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;

(27)

27 2. Jasa, adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

3. Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

4. Jasa Usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip kemersial karena pada dasarnay dapat pula disediakn oleh sektor swasta.

5. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengemndalian dan pengawasan atas kegiatan dan pemanfaatan ruang, pengguanaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasiliatas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Demikian pula, dari pendapat-pendapat di atas dapat diikhtisarkan ciri-ciri pokok Retribusi Daerah sebagai berikut :

a. Retribusi di pungut oleh Daerah;

b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan Daerah yang langsung dapat ditunjuk;

c. Retribusi dikenakkan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau mengenyam jasa yang disediakan Daerah.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, retribusi jasa umum ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini :

(28)

28 1. Retribusi Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu;

b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan disentralisasi;

c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus baiorang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;

d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retrubusi;

e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya;

f. Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efesien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan

g. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

Jenis-jenis Retrubusi Jasa Umum

Jenis-jenis retribusi jasa umum diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 110 ayat 1, sebagaimana di bawah ini:

(29)

29 Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas, Balai Pengobatan, dan rumah sakit Umum Daerah. Dalam retribusi Pelayanan Kesehatan ini tidak termasuk pelayanan pendaftaran. b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

Pelayanan persampahan/kebersihan meliputi pengambilan, pengangkutan, dan pembuangan serta penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan sampah rumah tangga, da perdagangan, tidak termasuk pelayanan keberihan jalan umum dan taman.

c) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

Akta catatan sipil meliputi akta kelahiran, akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan, dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing dan akta kematian.

d) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat meliputi pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurungan, pembakaran/pengabuan mayat, dan sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelolah pemerintah daerah.

e) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah. f) Retribusi Pelayanan Pasar;

Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan

(30)

30 untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah, dan pihak swasta.

g) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

Pelayanan pengujian kendaraan bermotor adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

h) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

Pelayanan pemeriksaan alatt pemadam kebakaran adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengizinan oleh pemerinyah daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran yang dimiliki dan/atau yang dipergunakan oleh masyarakat.

i) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

Peta adalah peta yang dibuat oleh pemerintah daerah, seperti peta dasar (garis), peta foto, peta digital, peta tematik, dan peta teknis (struktur).

j) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

Penyediaan dan/atau penyedotan kakus adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Sedangkan pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.

k) Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

Pengelolaan limbah cair pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau

(31)

31 dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair.

l) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;

Pelayanan Tera adalah pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya; dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

m) Retribusi Pelayanan Pendidikan;

Pelayanan pendidikan adalah pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah.

n) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Pengendalian menara telekomunikaasi adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum.

2. Retribusi Jasa Usaha

Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha diatur dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 126 dengan kriteria sebagai berikut :

a. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan tertentu; dan

b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komerisial yang seyogyanya disediakan oleh sektoor swasta tetapi belum memadai atau terdadapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

(32)

32 Jenis Retribusi Jasa Usaha

Jenis-jenis retribusi jasa usaha diatur dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 127, sebagaimana di bawah ini.

a) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

Pelayanan pemakaian kekayaan daerah antara lain pemakaian tanah dan bangunan, pemakaian ruangan untuk pesta, pemakaian kendaraan/alat-alat berat/alat-alat besar milik daerah.

b) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;

Pasar grosir dan/atau pertokoan adalah pasar grosir dari berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang disediakan oleh Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta. c) Retribusi Tempat Pelelangan;

Tempat pelelangan adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternal, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan adalah tempat yang dikontrak oleh pemerintah daerah dari pihak lain untuk dijasikan sebagai tempat pelelangan.

d) Retribusi Terminal;

Pelayanan terminal adalah tempat pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.

(33)

33 e) Retribusi Tempat Khusus Parkir;

Pelayanan tempat khusus parkir adalah pelayanan penyediaan tempat parkir khusus disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang disedikan dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.

f) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;

Pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa milik daerah adalh penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang dimiliki atau yang dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.

g) Retribusi Rumah Potong Hewan;

Pelayanan rumah potng hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong yang dimiliki dan/atau yang dikelolah oleh pemerintah daerah.

h) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

Pelayanan pelabuhan kapal adalah pelayanan pada pelabuhan kapal perikanan dan/atau bukan kapal perikanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan kapal yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan oleh pihak swasta. i) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

Pelayanan tempat rekreasi dan olahraga adalah tempat rekreasi, dan olahraga yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah. j) Retribusi Penyeberangan di Air;

(34)

34 Pelayanan penyeberangan di atas air adalah pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan diatas air yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan oleh pihak swasta.

k) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Penjualan produksi usaha daerah adalah penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah,antara lain, bibit/benih tanaman, bibit ternak, dan bibit/benih ikan, tidak termasuk penjualan produksi usaha badan milik negara dan badan usaha milik daerah dan pihak swasta. 3. Retribusi Perizinan Tertentu

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, retribusi perizinan tertentu ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi;

b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum; dan

c. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu

Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 141, adalah sebagaimana di bawah ini:

(35)

35 a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

Izin mendirikan bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan, termasuk dalam pemberian izin ini adalah kegiatan peninjauan desain dan pemantapan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang yang berlaku.

b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

Izin tempat penjualan minuman beralkohol adalah pemberian izn untuk melakuakan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

c) Retribusi Izin Gangguan;

Izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, atau gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah.

d) Retribusi Izin Trayek;

Izin trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan usaha untuk mnyediakan pelayanan angkuatn penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu. Pemberian izin oleh pemerintah daerah dilaksanakan sesuai dengan kewenangan masing-masing daerah.

(36)

36 Izin usaha perikanan adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.

Dari buku Mardiasmo Objek Retribusi Daerah terdiri dari:

1. Jasa Umum, yaitu berupa pelayanan yang disediiakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2. Jasa usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakna oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial.

3. Perizinan Tertentu, yaitu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Dari buku Mardiasmo Subjek Retribusi Daerah sebagai berikut:

1. Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakann/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. 2. Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. 3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang

(37)

37 II.6. Konsep Retribusi Parkir

Lalu lintas yang bergerak baik yang bergerak lurus maupun belok pada suatu saat akan berhenti. Setiap perjalanan akan sampai ketempat tujuan, dan kendaraan yang dibawa akan di parkir atau bahkan akan ditinggal pemiliknya di ruang parkir. Beberapa definisi parkir dari beberapa sumber diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menurut Poerwadarmita (1976), parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan beberapa saat.

2. Pignataro (1973) dan Sukanto (1985) menjelaskan bahwa parkir adalah memberhentikan dan menyimpan kendaraan (mobil, sepeda motor, sepeda, dan sebagainya) untuk sementara waktu pada suatu ruang tertentu. Ruang tersebut dapat berupa tepi jalan, garasi atau pelataran yang disediakan untuk menampung kendaraan tersebut.

3. Dijelaskan dalam buku peraturan lalu lintas (1998) pengertian dari parkir yaitu tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau sebentar tergantung kendaraan dan kebutuhan.

4. Parkir adalah tempat menempatkan/memangkal dengan memberhentikan kendaraan angkutan/barang (bermotor maupun tidak bermotor) pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Warpani,1988).

5. Sedangkan menurut Kepmen Perhub No. 4 Th. 1994, parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan parkir merupakan tempat pemberentian sementara kendaraan seperti motor,mobil dan lain-lain dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan pemilik kendaraan.

(38)

38 II.6.1. Istilah-Istilah yang Digunakan dalam Parkir

Dalam membahas masalah perparkiran, perlu diketahui beberapa istilah penting, yaitu sebagai berikut :

1. Kapasitas Parkir : kapasitas parkir (nyata)/kapasitas yang terpakai dalam satu satuan waktu atau kapasitas parkir yang disediakan (parkir kolektif) oleh pihak pengelola.

2. Kapasitas Normal : kapasitas parkir (teoritis) yang dapat digunakan sebagai tempat parkir, yang dinyatakan dalam kendaraan. Kapasitas parkir dalam gedung perkantoran tergantung dalam luas lantai bangunan, maka makin besar luas lantai bangunan, makin besar pula kapasitas normalnya.

3. Durasi Parkir : lamanya suatu kendaraan parkir pada suatu lokasi.

4. Kawasan parkir : kawasan pada suatu areal yang memanfaatkan badan jalan sebagai fasilitas dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk.

5. Kebutuhan parkir : jumlah ruang parkir yang dibutuhkan yang besarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat pemilikan kendaraan pribadi, tingkat kesulitan menuju daerah yang bersangkutan, ketersediaan angkutan umum, dan tarif parkir.

6. Lama Parkir : jumlah rata-rata waktu parkir pada petak parkir yang tersedia yang dinyatakan dalam 1/2 jam, 1 jam, 1 hari.

7. Puncak Parkir : akumulasi parkir rata-rata tertinggi dengan satuan kendaraan.

8. Jalur sirkulasi : tempat yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang masuk dan keluar dari fasilitas parkir.

(39)

39 9. Jalur gang : merupakan jalur dari dua deretan ruang parkir yang

berdekatan.

10. Retribusi parkir : pungutan yang dikenakan pada pemakai kendaraan yang memarkir kendaraannya di ruang parkir.

Retribusi Parkir Tepi Jalan dan Retribusi Parkir Khusus a) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah. b) Retribusi Tempat Khusus Parkir;

Pelayanan tempat khusus parkir adalah pelayanan penyediaan tempat parkir khusus disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang disedikan dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.

II.7. Retribusi Daerah sebagai kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Seperti yang diketahui kegiatan pemerintah semakin meningkatkan baik dalam masyarakat kapitalis maupun sosial. Sebagai konsekwensinya, maka diperlukan pembiayaan-pembiayaan dari pengeluaran pemerintah yang tidak sedikt jumlahnya sesuai dengan semakin luasnya kegiatan itu dapat dipenuhi, maka pemerintah memerlukan penerimaan.

Pembangunan daerah dan penyelenggaraan pemerintah daerah membutuhkan dana, dana tersebut dapat digali dari potensi daerah tersebut atau dapat pula berasal dari luar daerah. Untuk peranan pemerintah dalam melaksanakan pengelolaan keuangan dengan pendapatan asli daerah harus ditingkatkan dan disempurnakan serta diupayakan agar pemerintah daerah mempunyai sumber dana untuk menyelenggarakan tugasnya. Sehingga

(40)

40 pelayanan pemerntah daerah sejalan dengan usaha-usaha pembangunan nasional dan dalam penyelenggaan perencanaan anggaran belanja dan belanja daerah prinsip anggaranberimbang dan dinamis dijalankan. Anggaran berimbang yang dimaksudkan untuk meningkatkan anggaran penerimaan daerah dan semakin berkurangnya ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat.

Untuk mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab kepada daerah, perlu diberikan wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan rumah tangganya endiri dengan sebaik-bsiknya maka perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan dan diwajibkan untuk menggali sumber-sumber tersebut.

Sumber-sumber pendapatan tersebut diatur dalm undang-undang No.33 Tahun 2004 Bab V pasal 6, antara lain :

 Hasil pajak daerah adalah pungutan daeraah menurut peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk membiayai rumah tangganya sebagai badan hukum publik.

 Hasil retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, atau usaha atau milik daerah yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah.  Hasil perusahaan daerah adalah bagian laba dari perusahaan daerah

untuk membiayai pembangunan.

 Lain-lain usaha daerah yang sah adalah pendapatan asli daerah yang berasal dari sumber lain dari pajak lainnya.

Sumber-sumber pendapatan tersebut yang diterima dari pengelolaan keuangan merupakan kontribusi dalam bentuk pajak daerah dan retribusi daerah untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber-sumber tersebut

(41)

41 dikelola dengan baik untuk peningkatan kesejahtraan masyarakat dan pembangunan daerah.

Kontribusi dalam bentuk retribusi daerah yang diterima oleh Pemerintah Daerah berbeda dengan daerah lainnya tergantung dari potensi yang dimiliki oleh daerah itu sendiri.

II.7. Perbedaan Pajak Dengan Retribusi

Dalam pemikiran umum masyarakat, pungutan pajak seringkali disamakan dengan retribusi. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa keduanya merupakan pembayaran kepada pemerintah dan dalam pemungutannya sama sama didasarkan pada aturan hukum yang jelas dan kuat. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena pada dasarnya terdapat perbedaan yang besar antara pajak dan retribusi.

Perbedaan tersebut antara lain :

a. Kontra prestasinya. Pada retribusi kontra prestasinya dapat ditunjuk secara langsung dan secara individu dan golongan tertentu sedangkan pada pajak kontra prestasinya tidak dapat ditunjuk secara langsung. b. Balas jasa pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan tujuan pembayaran yaitu

pajak balas jasa pemerintah berlaku untuk umum, seluruh rakyat menikmati balas jasa , baik yang membayar pajak maupun yang dibebaskan dari pajak. Sebaliknya pada retribusi, balas jasa pemerintah berlaku khusus, hanya dinikmati oleh pihak yang telah melakukan pembayaran retribusi.

c. Sifat pemungutannya. Pajak besifat umum, artinya berlaku untuk semua orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sementara retribusi

(42)

42 hanya berlaku untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa pemerintah yang dapat ditunjuk.

d. Sifat pelaksanaannya. Pemungutan retribusi didasarkan atas peraturan yang berlaku umum dan dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan , yaitu setiap orang yang ingin mendapatkan suatu jasa tertentu dari pemerintah harus membayar retribusi. Jadi, sifat paksaan pada retribusi bersifat ekonomis sehingga pada hakikatnya diserahkan pada pihak yang bersangkutan untuk membayar atau tidak. Hal ini berbeda dengan pajak, dimana sifat paksaan pada pajak adalah yuridis artinya bahwa setiap orang yang melanggarnya akan mendapat sanksi hukuman baik berupa sanksi pidana maupun berupa denda.

e. Lembaga atau badan pemungutnya. Pajak dapat dipungut oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah sedangkan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah.

Ada berapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pengelolaan penerimaan retribusi yaitu :

a. Pengelolaannya Harus Adil Artinya, adil dalam Perundang-undangan dan mampu bersikap adil dalam hal pelaksanaannya. Dimana pembangunan itu bukanlah beban sepihak tapi merupakan bersama yang harus dipikul tanggung jawabnya.

b. Pengelolaanya Harus Berdasaerkan Perundang-undangan Dalam hal pelaksanaan pengelolaan retribusi harus berpatokan pada peraturan yang berlaku untuk memberikan jaminan hukumm pada wajib retribusi. Untuk menjamin keadilan secara tegas, dengan berdasar pada Undang-undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat 2, yang berbunyi : ―pengenaan dan

(43)

43 pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk keperluaan Negara hanya boleh terjadi berdasar Undang-undang‖.

c. Pengelolaanya Tidak Menunggu Perekonomian Diusahakan adanya keseimbangan dalam hal pengelolaan retribusi untuk membantu jalanya perekonomian.

d. Pengelolaan Harus Efisien, Dalam artian bahwa pengelolaan sedapat mungkin cukup untuk menutupi sebagian pengeluaran-pengeluaran Daerah. Untuk pengelolaannya sedapat mungkin memperhatikan efisiensi ekonomi dari segi hasil dan usaha (biaya), serta perlunya penetapan pengelolaan yang sederhana.

II.8. Kerangka Konsep

Dalam pelaksanaan otonomi, dituntut kemampuan daerah dalam memanfaatkan semua potensi yang ada di daerah dalam rangka melaksanakan pemerintahannya. Salah satunya adalah penerimaan dari pendapatan asli daerah (PAD). Untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) maka pemerintah daerah harus berusaha menggali semua sumber-sumber pendapatan daerah yang lain, salah satunya Retribusi parkir. Akan tetapi penerimaan dari sektor Retribusi Parkir ini belum maksimal terutama dalam hal pemungutan retribusi parkir.

Untuk mengetahui pengelolaan retribusi parkir di Kota Makassar dapat dilihat dengan terlebih dahulu mengidentifikasi setiap permasalahan dalam pengelolaan retribusi parkir yang dalam pengelolaannya dibedakan atas 4 bagian sesuai konsep dari George R. Terry yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan, kemudian mengarah dalam rangka mengoptimalkan pemungutan retribusi parkir.

(44)

44 1) Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan landasan pokok dan menjadi salah satu fungsi manajemen yang memegang peranan penting dalam menjamin tercapainya tujuan yang diinginkan. Dalam penyusunan rencana yang baik, butuh data dan informasi yang akurat dalam penelitian dan pembuktian lapangan.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya. Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang kebih kecil.

3) Penggerakkan (Actuating)

Penggerakan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.

4) Pengawasan (controlling)

Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang dimaksudkan untukmengetahui apakan pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dalam artian pengawasan membandingkan antara kenyataan dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan mengadakan koreksi atau pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari rencana yang telah disusun.

(45)

45 Di dalam menjawab pokok permasalahan digambarkan kerangka pikir di bawah ini yang menjadi landasan berfikir, sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Pikir

Teori pengelolaan

George.R. Terry

1.PERENCANAAN

2.PENGORGANISASIAN 3.PENGGERAKAN 4.PENGAWASAN 1. PENGAWASAN PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR OPTIMALISASI PEMUNGUTAN RETRIBUSI PARKIR

(46)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari seorang atau lembaga. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, dan kalau dikaitkan dengan pengelolaan retribusi parkir di Kota Makassar, maka metode penelitian yang paling tepat digunakan adalah deskriptif.

Penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif dilakukan dalam wilayah yang luas mengingat hal yang dicari secara mendalam berada dalam wilayah kegiatan yang berkaitan dengan wilayah administrasi pengelolahan retribusi parkir di Kota makassar. Kecenderungan untuk menggunakan metode penelitian ini berdasarkan kepada metode ini dianggap sangat relevan dengan materi penulisan skripsi, karena penelitian yang dilakukan hanya bersifat deskriptif, yaitu mengambarkan apa adanya dari kejadian yang diteliti. Selain itu, guna memperoleh data yang objektif dan valid dalam rangka memecahkan permasalahan yang ada.

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya dan Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.

(47)

47 III. 3. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lainnya.

Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan bagaimana adanya fakta-fakta yang ditemukan pada masa sekarang, selanjutnya menganalisa dan menafsirkan fakta-fakta tersebut serta mengambil kesimpulannya. Jadi dalam penelitian ini penulis menggambarkan Pengelolahan Retribusi Parkir di Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya.

III.4. Unit Analisis

Desain penelitian yang dikategorikan sebagai studi kasus, ditentukan oleh unit analisisnya, yin (2006). Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan unit analisis Kelompok aktor atau organisasi dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar dan Perusahaan Daerah Parkir sebagai aktor yang terlibat dalam Pengelolahan Retribusi Parkir di Kota Makassar. Penentuan unit analisis ini didasarkan pada pertimbangan objektif bahwa berbagai variabel dan indikator dalam kajian ini lebih lanjut dideteksi dengan pendekatan kelompok aktor atau organisasi.

III.5. Jenis Sumber Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan cara Menurut Lofland (1984;47) sebagaimana yang dikutip Lexi J Moeleong bahwa

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Teori pengelolaan George.R. Terry 1.PERENCANAAN 2.PENGORGANISASIAN 3.PENGGERAKAN 4.PENGAWASAN 1
Grafik Target dan Realisasi pendapatan Retribusi Parkir  Kota Makassar tahun 2007-2011

Referensi

Dokumen terkait

SIMBOLISASI PERILAKU MANUSIA DALAM BENTUK BUNGLON diajukan oleh Samantha Wennie Farida, NIM 1011506022, Program Studi S-1 Kriya, Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa

Untuk menjadikan satu topologi maka dibuatlah teknik load balancing dengan memanfaatkan fitur yang terdapat pada router Mikrotik dengan cara menggabungkan 3 ISP

Keunggulan yang dimiliki oleh Flash ini adalah ia mampu diberikan sedikit code pemograman baik yang berjalan sendiri untuk mengatur animasi yang ada didalamnya atau

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menarik simpulan bahwa bagan alir (flowchart) adalah suatu gambaran umum tentang sistem yang berjalan dan berfungsi sebagai

Tetapi tidak semua pernikahan berbeda etnis dapat berjalan dengan baik, karena perbedaan etnis yang terjadi menimbulkan hambatan dalam proses pelaksanaan pernikahan

Dari hasil pemetaan blasthole diperoleh data litologi berupa diorit dengan warna abu-abu gelap, ukuran butir kristal rata-rata 4 mm tekstur faneritik yang tersusun

Besarnya yield dan kualitas asap cair dipengaruhi oleh suhu dan waktu pirolsis, sehingga pada penelitian ini dilakukan variasi suhu dan waktu pirolisis serta ukuran tempurung