• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KATARAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KATARAK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KATARAK

Dina C. N. Damanik1, Lylys Surjani2, Jan Pieter Sihombing3 ABSTRACT

1Program studi pendidikan dokter,

Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia. Medan, Indonesia

2Departemen Ilmu Penyakit Mata,

Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia. Medan, Indonesia

3Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa,

Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia. Medan, Indonesia

Background : Cataract is one of the common diseases that cause blindness in the world. As one of the risk factor for cataracts, smoking is associated with an increase in cataract prevalence. This study aimed to determine the relationship of smoking with cataract.

Methods : This study was an analytical survey research using cross sectional methods. The population of this study was taken from 265 cataract patients at the Eye Polyclinic, Pirngadi Hospital Medan, North Sumatra, from the period of 01 January to 31 December 2017. Among them, 73 respondents were recruited in this non-probability sampling. Chi-square test was used to determine the relationship. Results : The results of this study are there were 41 respondents out of 73 who smoked >20 cigarettes had cataract (OR : 6.788, p = 0,00).

Conclusion : Smoking more than 20 cigarettes had six times more likely to get cataract than those non-smokers.

Keywords : Smoking, cataract, blindness ABSTRAK

Latar Belakang : Katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling sering di dunia. Sebagai salah satu faktor risiko, merokok dapat meningkatkan prevalensi katarak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dengan katarak.

Metode : Rancang studi ini adalah survei analitik dengan metode cross-sectional. Populasi penelitian diambil dari 265 pasien katarak di Poliklinik Mata, Rumah Sakit Pirngadi, Medan, Sumatera Utara dari periode 01 Januari sampai 31 Desember 2017. Dari jumlah tersebut, diambil 73 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan teknik non probability sampling. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Chi-square.

Hasil : Hasil penelitian ini adalah terdapat 41dari 73 responden yang merokok lebih dari 20 batang mendapat katarak (OR:6.788,p=0.00).

Kesimpulan : Merokok lebih dari 20 batang mendapat katarak 6 kali lipat besar daripada yang tidak merokok.

Kata Kunci : Merokok, katarak, kebutaan ARTIKEL PENELITIAN

(2)

2

PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, katarak banyak terjadi pada usia di atas 40 tahun dan salah satu faktor risiko penyebab utama kejadian katarak adalah usia. Sedangkan beberapa faktor risiko yang dikaitkan dengan terjadinya katarak antara lain jenis kelamin, penyakit diabetes mellitus (DM), pajanan terhadap sinar ultraviolet, merokok, dan pekerjaan.1

Sebagai salah satu faktor risiko katarak, merokok berhubungan dengan terjadinya peningkatan katarak, yaitu antara 1,5 sampai 2,9 kali dibandingkan yang tidak merokok. Pada tahun 1997, Indonesia termasuk dalam lima negara pengomsumsi rokok terbesar di dunia, dengan urutan China, Amerika, Jepang, Rusia dan Indonesia. Menurut World Health

Organization South East Asia Regional Office

(WHO-SEARO) tahun 2010, Indonesia menduduki peringkat ke 4 jumlah perokok terbanyak di dunia.2

Menurut RISKESDAS 2013 proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4%, umur 35-39 tahun 32,2%, sedangkan proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%). Berdasarkan umur tahun menurut 5 provinsi dengan prevalensi perokok terbanyak adalah Bangka Belitung (18,3%), Kalimantan Selatan (16,7%), Riau (16,5%), Sumatera Barat (15,8%) dan Kalimantan Timur (15,6%). Untuk di Sumatera Utara sendiri proporsi perokok aktif pada umur ≥ 10 tahun mencapai(14,9%).3

Hasil penelitian Hadini (2016) menunjukkan bahwa dari 140 responden terdapat 32 orang (22,1%) pada responden kelompok kasus dengan merokok rendah memiliki risiko tinggi menderita penyakit katarak dan pada kelompok kontrol responden dengan merokok terdapat 49 orang (35%) memiliki risiko tinggi untuk menderia katarak senilis dan yang memiliki risiko rendah terdapat 21 orang (15%).1

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah jenis

penelitian survey analitik, dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability

sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah

penderita katarak yang didiagnosa dan dicatat di dalam rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan mulai tanggal 01 Januari 2017 sampai 31 Desember 2017, berjumlah 265 orang. Berdasarkan rumus Slovin dan kriteria inklusi pada penelitian ini kriteria inklusi didapat sebanyak 73 sampel.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini diharapkan kejadian katarak dapat dikurangi dengan mengetahui salah satu faktor risikonya yaitu merokok, karena tingginya prevalensi perokok dari tahun ketahun. Berdasarkan uraian diatas peneliti melakukan penelitian hubungan merokok dengan katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Medan.

METODE

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian survey analitik, dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita katarak yang didiagnosa dan dicatat di dalam rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan mulai tanggal 01 Januari 2017 sampai 31 Desember 2017, berjumlah 265 orang. Berdasarkan rumus Slovin dan kriteria inklusi pada penelitian ini kriteria inklusi didapt sebanyak 73 sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh dari data RSUD Dr. Pirngadi Medan yang memenuhi variabel yang dibutuhkan pada penelitian. Karakteristik Usia Responden, dari 73 responden, 18 orang (24.7%) berusia dibawah 35 tahun dan 55 orang (75.3%) berusia di atas 35 tahun. Karakteristik Jenis Kelamin Responden, dari 73 responden, 33 orang (45.2%) adalah perempuan dan 40 orang (54.8%) adalah laki-laki. Karakterisik Pekerjaan Responden dari 73

(3)

3

responden, 32 orang (43.8%) bekerja dalam ruangan dan 41 orang (56.2%) bekerja di luar ruangan.

Karakteristik Jumlah Rokok Responden, dari 73 responden, 32 orang (43.8%) merokok kurang dari 20 batang per hari dan 41 orang (56.2%) merokok lebih dari 20 batang per hari.

Karakteristik Responden Katarak dari 73 responden, 30 orang (41.1%) tidak mengalami katarak dan 43 orang (58.9%) mengalami katarak.

Tabel 1 Hasil Analisis Hubungan Antara Usia dengan Katarak Menggunakan Uji Chi- Square

Usia Katarak Total

t-hitung Sig. OR C.I

Ya Tidak <35 tahun 5 27.8 13 72.2 18 100.0 >35 tahun 38 69.1 17 30.9 55 100.0 7.93 0.005 5.82 1.78-18.90 Total 43 58.9 30 41.1 73 100.0

Tabel 2 Hasil Analisis Hubungan Antara Jenis kelamin dengan Katarak Menggunakan Uji Chi- Square

Jenis Kelamin Katarak Total t-hitung Sig. OR C.I Ya Tidak Pria 31 77.5 9 22.5 40 100.0 Wanita 13 36.4 21 63.6 33 100.0 10.998 0.000 6.028 2.16-16.83 Total 43 58.9 30 41.1 73 100.0

Tabel 3 Hasil Analisis Hubungan Antara Pekerjaan dengan Katarak Menggunakan Uji Chi- Square

Pekerjaan Katarak Total t-hitung Sig. OR C.I Ya Tidak Dalam ruangan 13 40.6 19 59.4 32 100.0 Luar ruangan 30 73.2 11 26.8 41 100.0 6.577 0.01 3.986 1.48-10.69 Total 43 58.9 30 41.1 73 100.0

Tabel 4 Hasil Analisis Hubungan Antara Merokok dengan Katarak Menggunakan Uji Chi- Square

Merokok Katarak Total t-hitung Sig. OR C.I Ya Tidak < 20 batang per hari 21 65.5 11 34.4 32 100.0 > 20 batang per hari 9 22.0 32 78.0 41 100.0 12.415 0.000 6.788 2.40-19.18 Total 30 41.1 43 58.9 73 100.0

Hasil Analisis Hubungan Antara Usia dengan Katarak

Berdasarkan Tabel 1 dengan uji statistik memperlihatkan bahwa pada table contingency 2x2, nilai p-value yang dipergunakan adalah nilai t-hitung contingency correction = 7.931 dan p-value = 0.005, lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa usia memiliki hubungan signifikan dengan katarak.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lusianawaty, 2015, Merokok dan

usia sebagai faktor risiko katarak pada pekerja berusia ≥ 30 tahun di bidang pertanian dimana hasil penelitian membuktikan bahwa usia dan merokok merupakan faktor risiko yang berhubungan positif dengan katarak pada pekerja di bidang pertanian. Tetapi, di sisi lain, faktor usia, jenis kelamin, gizi, gangguan metabolisme, lingkungan, geografis merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya dan kecepatan perkembangan katarak senilis.4

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kecepatan perkembangan kekeruhan lensa adalah sinar ultra violet cahaya matahari, efek racun, dari rokok, alcohol, gizi, kurang vitamin E, radang menahun dalam bola mata serta penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes militus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.1

Hasil Analisis Hubungan Antara Jenis kelamin dengan Katarak

Berdasarkan Tabel 2 dengan uji statistik memperlihatkan bahwa dari table contingency 2x2, tidak ada yang memiliki nilai harapan

(expected value E) kurang dari 5, sehingga nilai

p-value yang dipergunakan adalah nilai t-hitung

contingency correction = 10.998 dan p-value =

0.000, lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan signifikan dengan katarak.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Alfi, 2017, Analisis Faktor-Faktor Risiko Kejadian Katarak di Daerah Pesisir Kendari dimana hasil penelitian membuktikan bahwa karakteristik usia dan jenis kelamin pasien katarak di daerah pesisir Kendari, yakni ditemukan golongan usia 66-75 tahun merupakan golongan usia dengan pasien terbanyak dan jenis kelamin perempuan merupakan jenis kelamin dengan jumlah proporsi pasien tertinggi tetapi faktor usia dan jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko terjadinya katarak, melainkan pekerjaan, penghasilan dan tingkat pendidikan merupakan faktor risiko penyakit katarak yang bermakna secara statistik.2

Hasil Analisis Pekerjaan dengan Katarak

(4)

4

memperlihatkan bahwa dari table contingency 2x2, tidak ada yang memiliki nilai harapan

(expected value E) kurang dari 5, sehingga

nilai p-value yang dipergunakan adalah nilai t-hitung contingency correction = 6.577 dan p-value = 0.01, lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan pekerjaan memiliki hubungan signifikan dengan katarak. Hal ini berarti responden yang bekerja di luar ruangan kemungkinan mengalami katarak adalah sebesar 3.9 kali dibandingkan yang bekerja dalam ruangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Vidini Kusuma, 2017, Hubungan Pekerjaan Terhadap Kejadian Katarak - Studi Analitik Observasional Case Control di Sultan Agung Eye Center (SEC) dimana hasil nilai p pada uji Chi-Square didapatkan nilai significancy p=0,000 (p<0,05) dan IK 95% 2,351–16,513 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan terhadap kejadian katarak. Hasil Odds Ratio menunjukkan 6,2, bahwa pekerjaan di luar gedung meningkatkan risiko terjadinya katarak 6,2 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan di dalam gedung. Hasil analisis uji Coefficient Contingency didapatkan p=0,392, terdapat kekuatan korelasi yang bersifat positif dan lemah antara pekerjaan terhadap kejadian katarak. Jenis pekerjaan di luar gedung yang mempunyai keterkaitan terhadap kejadian katarak, yaitu petani, POLRI, TNI, sopir, buruh, pekerja bengkel, tukang sapu, pedagang di halaman pasar dan nelayan.5

Hasil Analisis Hubungan Antara Merokok dengan Katarak

Berdasarkan Tabel 4 dengan uji statistik memperlihatkan bahwa dari table contingency 2x2, tidak ada yang memiliki nilai harapan

(expected value E) kurang dari 5, sehingga

nilai p-value yang dipergunakan adalah nilai t-hitung contingency correction = 12.415 dan p-value = 0.000, lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa merokok memiliki hubungan signifikan dengan katarak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamidi M (2017) yang menemukan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian

katarak senilis di Poli Mata RSUD Bangkinang, p value = 0.03 (p<0.05), dan Odds Rasio =7,5, hal ini berarti responden yang merokok berpeluang 7.5 kali mengalami katarak senilis. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya katarak. Merokok dapat menginduksi stres oksidatif dan dihubungkan dengan penurunan kadar antioksidan, askarbonat dan keratinoid yang secara terus menerus akan mempercepat kerusakan protein lensa.6

Merokok meningkatkan stres oksidatif pada lensa dengan menciptakan radikal bebas dan menurunkan konsentrasi plasma dari beberapa antioksidan dan enzim proteolitik penting untuk menghilangkan protein yang telah rusak dari lensa. Kadmium ditemukan terakumulasi didalam lensa yang menderita katarak, dimana kadmium termasuk jenis logam berat yang dapat masuk kedalam tubuh dengan merokok dan dapat mempercepat kataraktogenesis dengan mempengaruhi enzim-enzim yang ada didalam lensa sehingga melemahkan pertahanan lensa, enzim-enzim tersebut adalah superoxide

dismutase dan glutathionine peroxide.7

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang hubungan merokok dengan katarak, dapat disimpulkan bahwa :

1. Jumlah sampel sebanyak 73 orang. Analisis data menggunakan uji Chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan signifikansi p=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan merokok dengan katarak (OR = 6.788; p-value = 0,00) (CI = 2.40-19.18) 2. Jumlah sampel sebanyak 73 orang. Analisis

data menggunakan uji Chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan signifikansi p=0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan usia dengan katarak (OR = 5.82; p-value = 0.005) (CI = 1.78-18.90)

3. Jumlah sampel sebanyak 73 orang. Analisis data menggunakan uji Chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan signifikansi p=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan jenis kelamin dengan katarak (OR = 6.028; p-value = 0.00) (CI = 2,16-16.83) 4. Jumlah sampel sebanyak 73 orang. Analisis

(5)

5

data menggunakan uji Chi- square pada tingkat kepercayaan 95% dan signifikansi p=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan pekerjaan dengan katarak (OR = 3.986; p-value = 0,01) (CI = 1.48-10.69)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadini MA, Eso A, Wicaksono S. Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Katarak Senilis Di RSU Bahteramas Tahun 2016. E-Issn: 2443-0218. 2016;3(faktor resiko kejadian katarak):256–67

2. Yunaningsih A, Ibrahim K. Analisis Faktor Risiko Kebiasaan Merokok, Paparan Sinar Ultraviolet Dan Konsumsi Antioksidan Terhadap Kejadian Katarak Di Poli Mata Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Mei. 2017;2(6):2502–731.

3. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar Kementerian RI. Proceedings, Annu Meet - Air Pollut Control Assoc [Internet]. 2013;6.

4. Tana L, Mihardja L, Rif'aty L, Merokok dan Usia sebagai Faktor Resiko Katarak pada Pekerja berusia >30 Tahun di Bidang Pertanian. Universa Medicina. 2007 July-September; 26(3).

5. Vidini K. Hubungan Pekerjaan Terhadap Kejadian Katarak (skripsi). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung; 2017.

6. Hamidi M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Katarak Senilis Pada Pasien Di Poli Mata RSUD Bangkinang. April. 2016(1) 7. Lindblad BE, Hakansson N, Svensson H,

Philipson B, Wolk A. Intensity of Smoking and Smoking Cessation in Relation to Risk of Cataract Extraction: A Prospective Study of Women. America Journal of Epidemiology. 2005;162(1)

Gambar

Tabel 3 Hasil  Analisis Hubungan Antara Pekerjaan  dengan Katarak Menggunakan  Uji Chi- Square

Referensi

Dokumen terkait

Angka kejadian katarak sekunder akibat sisa kapsul lensa anterior yang menyebabkan kekeruhan 

Hasil Penelitian: Analisis statistik didapatkan hasil merokok dapat menjadi faktor risiko sebesar 5,529 kali terjadinya penurunan kapasitas vital paru

Skripsi berjudul Hubungan Karakteristik Penderita dan Faktor Pendukung terhadap Kejadian Katarak pada Penderita Katarak Senilis (Studi Kasus pada Poli Mata RSD.. dr. Soebandi Jember)

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosmiatin (2012) tentang analisis faktor- faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner

Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017.. Faktor Risiko Kejadian Tuberculosis Paru Di Wilayah

Hasil perhitungan analisis terhadap variabel penelitian penulis, diketahui terdapat hubungan antara persepsi penderita katarak dengan motivasi mengikuti operasi

Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mencari hubungan faktor resiko pekerjaan dengan terjadinya katarak di RSUD Meuraxa Banda Aceh, maka dapat

Sehubungan dengan hal tersebut, kemungkinan terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian katarak pada responden penelitian ini seperti yang telah disebutkan di atas