• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Hcg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Hcg"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI

PENENTUAN HCG SECARA KUALITATIF

PENENTUAN HCG SECARA KUALITATIF

DISUSUN OLEH DISUSUN OLEH

Nama

Nama : : Welli Welli Festi Festi SelvanoSelvano

NIM

NIM : : 41 41 10 10 00490049

Kelompok

Kelompok : : CDCD

Hari/Tanggal

Hari/Tanggal : : Jumat/ Jumat/ 22 22 Mei Mei 20122012

Assisten

Assisten : : dr. dr. Yanti Yanti IvannaIvanna

FAKULTAS KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2012 2012

(2)

BAB II

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah dengan metode aglutinasi (direct atau indirect) dan metode strip. Keduanya berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibody (immunoassay). Metode aglutinasi dapat mendeteksi adanya beta-HCG di urin minimal 200 mIU/ml sedangkan metode strip lebih sensitif yaitu minimal 20-25 mIU/ml. Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain lebih sensitif juga lebih praktis.

2. Tujuan Praktikum

Menentukan keberadaan hormone Human Chorionic Gonadothropin (HCG) dalam urin dengan mempergunakan teknik imunologik untuk tes kehamilan

(3)

BAB II DASAR TEORI

Oosit berfertilitas di ampula pada tuba fallopi untuk membentuk menjadi zigot.Proses miosis akan terjadi apabila zigot telah memasuki uterus dengan cara didorong oleh aksi siliari dan peristalsis dari tuba fallopi.Kerusakan tuba fallopi akan menyebabkan melemahnya pergerakan zigot dan akan berlaku implantasi di tuba fallopi atau disebut sebagai kehamilan ektopik.Zigot biasanya memasuki uterus pada hari keempat, yaitu pada tahap telah terjadinya morula.Morula ini akan berubah menjadi blastosit dengan cara membangunkan  fluid-filled  cavity.Lapisan terluarnya akan menjadi trofoblas, dimana ia akan membentuk plasenta.Dari hari keenam sehingga hari ke-12 pula, ia akan menempel pada dinding endometrium untuk  proses implantasi.

Dengan cepat trofoblas ini akan menghasilkan hormon human chorionic gonadotrophin (hCG) yang bisa dideteksi dengan test kehamilan dan akan mencapai puncak pada minggu ke-12 kehamilan.Kegagalan untuk menghasilkan hCG ditujukan pada gestational trophoblastic disease.Nutrisi didapatkan melalui kelenjar sekretori endometrium, dimana ia akan mengubah desidua (kaya dengan glikogen dan lipid) supaya tidak terpengaruh dengan estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum.Proses proliferasi trofoblastik  pula akan memicu pembentukan khorionik vili.Sistem vili ini akan berproliferasi (khorion frondosum) pada permukaan endometrium yang terdapatnya embrio dan akhirnya akan membentuk area permukaan untuk transfer nutrisi kepada kotiledon yang terdapat pada plasenta.Morfologi pada plasenta ini akan sempurna pada minggu ke-12.Denyut jantung akan bermula seawal minggu ke-4 atau ke-5 dan akan dapat didengar pada pemeriksaan ultrasound seminggu kemudian (Impey dan Child, 2008).

(4)

HCG sebagai indicator uji kehamilan

Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah (home pregnancy test, HPT) yang biasa dikenal dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk mendeteksi kehamilan pada tahap awal. Cara penggunaannya relatif mudah, yaitu mencelupkan ujung alat ke dalam air seni yang ditampung atau menyentuhkan pada aliran air seni ketika buang air kecil. Biasanya dianjurkan penggunaan air seni pertama setelah bangun pagi, karena konsentrasi hormon hCG yang tinggi pada saat itu. Alat uji kehamilan semacam ini biasanya memiliki dua buah “jendela” atau garis. Garis yang pertama mengisyaratkan bahwa tes dilakukan dengan benar, yang biasa disebut dengan garis kontrol. Garis kontrol akan tampak bila test packmendapatkan cukup air seni untuk diuji. Sementara garis kedua menunjukkan hasil tes, yang merupakan bagian alat yang memiliki “antibodi” yang bereaksi dengan hCG dan dapat berubah warna bila hormon ini terdeteksi. Setipis apapun garis ini, kemunculannya tetap menunjukkan adanya kehamilan. Sebagian besar merk test pack yang beredar di pasaran sudah dapat mendeteksi hCG dengan kadar 25 IU/L-50 IU/L, sehingga cukup akurat untuk 

(5)

menentukan ada atau tidaknya kehamilan pada hari pertama keterlambatan menstruasi (sekitar 28 hari setelah menstruasi terakhir). Uji kehamilan yang lebih akurat tentunya adalah tes kuantitatif hormon hCG dalam darah. Biasanya yang diukur adalah jumlah subunit beta hormon hCG (ß-hCG). Ketika terjadi kehamilan pada diri seorang perempuan, maka tubuh bereaksi dengan membentuk perubahan-perubahan dan segera memproduksi hormon-hormon kehamilan guna mendukung kelangsungan kehamilan. Hormon-hormon kehamilan ini bertujuan guna mendukung kehamilan yang berlangsung khususnya agar j anin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat. Ada baiknya para ibu hamil mengetahui mengenai hormon yang diproduksi selama kehamilan berikut fungsi dan efek yang dihasilkan olehnya, agar tidak terjadi salah pengertian atau malah menjadikannya mitos kehamilan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan (Pickering, 2000).

(6)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan Bahan

1. Urin

2. Satu set alat tes kehamilan 3. Gelas Beker

4. Pipet tetes

5. Batang Pengaduk 

Cara Kerja

Urin diaduk dengan batang pengaduk 

0,2 mL(4 tetes) urin diteteskan pada alat tes kehamilan

Setelah menunggu 40 detik, diamati perubahan yang terjadi

(7)

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

A. DATA

Probandus : Nadia Theresia Pardede dan 2 sampel urin lain dari ibu hamil

Data 1

Hasil : Positive

HPMT : 1 April 2012

HPL : 8 Januari 2013

UK : 7 Minggu 2 Hari

Garis : Jelas, Tegas

Data 2 Hasil : Postive HPMT : 29 Oktober 2011 HPL : 5 Agustus 2012 UK : 29 Minggu 3 Hari Garis : Pudar Data 3* Hasil : Negative

HPMT : Akhir bulan April

HPL : Tidak dapat dihitung

UK : Tidak dapat dihitung

Garis : Tidak ada garis positive

B. PEMBAHASAN

Reaksi antigen antibodi

Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai antigen dan anti HCG sebagai antibody bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali antigen pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel B yang berbeda-beda. Sedangkan antibodi monoklonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena berasal dari satu sel B yang dibiakan.

Terdapat 3 antibodi anti HCG pada strip

Antibodi tersebut adalah antibodi anti HCG yang pertama (kita sebut saja anti HCG-1), antibodi anti HCG yang kedua (anti HCG-2) dan anti-anti HCG-1 (antibodi dengan anti

(8)

HCG-1 sebagai antigen). Ketiga antibodi itu terletak di lokasi yang berbeda dengan sifat yang berbeda pula. Anti HCG-1 bersifat mobile sehingga bisa ikut berpindah ke area Test (T) dan Control (C) melalui gerakan kapilaritas. Anti HCG-1 merupakan antibodi monoklonal

sedangkan anti HCG-2 bersifat poliklonal. Anti HCG-2 di area T dan anti-anti HCG-1 di area C bersifat fixed atau tertanam, artinya tidak dapat berpindah sehingga tidak ikut

mengalir/berpindah tempat.

Enzim terikat pada anti HCG-1

Enzim yang terikat anti HCG-1 akan menjadi enzim aktif bila ada ikatan antara anti HCG-1, HCG dan Anti HCG-2 di area T atau ikatan antara anti HCG-1 dan anti-anti HCG di area C. Enzim aktif di area T dan atau C akan mengubah substansi tak berwarna menjadi substansi berwarna merah.

Bila urin mengandung HCG

HCG sebagai antigen, akan berikatan dengan anti HCG. Gaya kapilaritas membawa senyawa ikatan HCG dan anti HCG-1 menuju daerah T. Di daerah T, anti HCG-2 akan berikatan dengan HCG yang telah berikatan dengan anti HCG-1 namun pada epitop yang berbeda. Terbentuklah kompleks anti HCG-1, HCG, dan anti HCG-2. Enzim menjadi aktif dan daerah T berwarna merah. Selanjutnya, sisa anti HCG-1 yang belum berikatan dengan HCG akan menuju daerah C dan berikatan dengan anti-anti HCG-1. Kompleks ini akan mengaktifkan enzim sehingga daerah T berwarna merah. Pada akhirnya, akan terlihat dua strip merah yaitu pada daerah T dan daerah C dan diintepretasikan sebagai hasil positif hamil.

Bila urin tidak mengandung HCG

Urin tidak mengandung HCG sehingga tidak terjadi kompleks anti HCG-1 dengan HCG. anti HCG-1 yang bebas kemudian menuju ke area T tempat anti HCG-2. Karena tidak ada HCG

(9)

maka tidak akan terjadi interaksi antara anti HCG1 dan anti HCG-2 melalui perlekatan

dengan HCG pada epitop berbeda.Enzim pada anti HCG-1 tetap inaktif dan reaksi enzimatis pembentukan warna tidak terjadi. Akibatnya anti HCG-1 akan terus ikut gaya kapilaritas menuju daerah C. Di daerah ini terjadi kompleks antigen antibodi yaitu anti HCG-1 (sebagai antigen) dengan anti anti HCG-1 (sebagai antibodi terhadap anti-HCG-1). Kompleks ini membuat enzim aktif sehingga terbentuk warna merah. Warna merah hanya pada area C sehingga hanya ada satu garis dan diintepretasikan sebagai hasil negatif hamil (tidak hamil).

Hasil Positive dan Negative palsu dalam pemeriksaan ini dapat dikarenakan oleh

Negatif palsu :

Pemeriksaan dikerjakan terlalu dini

Urine sangat encer

Obat-obatan seperti carbamazeine dan antikonvulsan

Positif palsu :

Proteinuria ( konfirmasi dengan pemeriksaan hCG plasma )

Infeksi saluran air seni

Penggunaan obat-obatan tertentu seperti methadone, chlordiazepoxide, atau promethazine.

Bisa juga pada ibu yang tengah mengonsumsi obat-obatan yang mengandung hCG, seperti Humegon,

Interpretasi Kadar HCG dalam darah

Kadar hCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada kehamilan kembar dan kasus hamil anggur (mola). Sementara pada perempuan yang tidak hamil dan juga laki-laki, kadar hCG di atas normal bisa mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi. Tak hanya itu, kadar hCG yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut diwaspadai, karena dapat berarti kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian janin yang biasa disebut aborsi spontan

Tingkat HCG selama masa kehamilan adalah sebagai berikut

hCG levels in weeks from LMP (gestational age)* :

(10)

 4 weeks LMP: 5 - 426 mIU/ml  5 weeks LMP: 18 - 7,340 mIU/ml  6 weeks LMP: 1,080 - 56,500 mIU/ml  7 - 8 weeks LMP: 7, 650 - 229,000 mIU/ml  9 - 12 weeks LMP: 25,700 - 288,000 mIU/ml  13 - 16 weeks LMP: 13,300 - 254,000 mIU/ml  17 - 24 weeks LMP: 4,060 - 165,400 mIU/ml  25 - 40 weeks LMP: 3,640 - 117,000 mIU/ml  Non-pregnant females: <5.0 mIU/ml

(11)

BAB V KESIMPULAN

Uji kehamilan yang lebih akurat tentunya adalah tes kuantitatif hormon hCG dalam darah. Biasanya yang diukur adalah jumlah subunit beta hormon hCG (ß-hCG). Ketika terjadi kehamilan pada diri seorang perempuan, maka tubuh bereaksi dengan membentuk  perubahan-perubahan dan segera memproduksi hormon-hormon kehamilan guna mendukung kelangsungan kehamilan. Hormon-hormon kehamilan ini bertujuan guna mendukung kehamilan yang berlangsung khususnya agar janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat. Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah dengan metode aglutinasi (direct atau indirect) dan metode stri p.

(12)

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

http://www.americanpregnancy.org/duringpregnancy/hcglevels.html

Impey, L., and Child, T., 2008. Hypertensive Disorders in Pregnancies. In: Impey, L., editor. Obsterics & Gynaecology. 3rd ed. Oxford: Blackwell Publishing,

165-169.

Referensi

Dokumen terkait