• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baja sebagai Material Struktur

Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri dari besi. Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan pemanasan yang menyebabkan tercampurnya besi dengan bahan karbon pada proses pembakaran, sehingga membentuk baja yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada besi.

2.1.1 Kelebihan dan Kekurangan

Beberapa keunggulan dan Kelemahan baja sebagai material konstruksi, antara Lain:

1) Kelebihan material baja sebagai material konstruksi, antara lain:  Kekuatan Tinggi

Baja memiliki kekuatanyang kinggi, sehingga dapat menguragi ukuran struktur serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur.

 Keseragaman dan Keawetan yang Tinggi

Baja memiliki keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun, material baja lebih seragam/homogen serta memiliki tingkat keawetan yang jauh lebih tinggi jika prosedur perawatan dilakukan sebagaimana mestinya.

(2)

 Elastisitas

Baja berperilaku mendekati asumsi perancang teknik dibandingkan dengan material lain karena baja mengikuti hukum Hooke hingga mencapai tegangan yang cukup tinggi. Momen inersia untuk penampang baja dapat ditentukan dengan pasti dibandingkan dengan penampang beton bertulang.

 Daktilitas

Daktilitas baja cukup tinggi, karena suatu batang baja yang menerima tegangan tarik yang tinggi akan mengalami regangan tarik cukup besar sebelum terjadi keruntuhan.

 Keuntungan Lain

Beberapa keuntungan lain pemakaian baja sebagai material konstruksi adalah kemudahan penyambungan antarelemen yang satu dengan yang lainnya menggunakan alat sambung las dan baut. Pembuatan baja melalui proses gilas panas mengakibatkan baja mudah dibentuk menjadi penampang-penampang yang diinginkan. Kecepatan pelaksanaan konstruksi baja juga menjadi suatu keunggulan material baja.

2) Kelemahan Baja sebagai Material Struktur Secara umum baja mempunyai kekurangan seperti dijelaskan dibawah ini.

 Biaya pemeliharaan umumnya material baja sangat rentan terhadap korosi jika dibiarkan terjadi kontak dengan udara dan air sehingga perlu dicat secara periodik.

(3)

 Biaya perlindungan terhadap kebakaran meskipun baja tidak mudah terbakar tetapi kekuatannya menurun drastis jika terjadi kebakaran. Selain itu baja juga merupakan konduktor panas yang baik sehingga dapat menjadi pemicu kebakaran pada komponen lain. Akibatnya, portal dengan kemungkinan kebakaran tinggi perlu diberi pelindung. Ketahanan material baja terhadap api dipersyaratkan dalam Pasal 14 SNI 03-1729-2002 (anonim2, 03-1729-2002).

 Rentan Terhadap Buckling Semakin langsung suatu elemen tekan, semakin besar pula bahaya terhadap buckling (tekuk). Sebagaimana telah disebutkan bahwa baja mempunyai kekuatan yang tinggi per satuan berat dan jika digunakan sebagai kolom seringkali tidak ekonomis karena banyak material yang perlu digunakan untuk memperkuat kolom terhadap buckling.

 Fatik Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis. Dalam perancangan perlu dilakukan pengurangan kekuatan jika pada elemen struktur akan terjadi beban siklis.

2.1.2 Sifat Mekanik Baja Standar SNI

Menurut SNI 03–1729–2002 (anonim2, 2002) sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi persyaratan minimum yang diberikan pada Tabel 2.1.

(4)

Tabel 2.1 Persyaratan Sifat Mekanis Baja Struktural Standar SNI 03–1729–2002 (Anonim2, 2002) c Tegangan putus Minimum fu (Mpa) Tegangan Leleh Minimum fy (Mpa) Peregangan Minimum (%) BJ 34 340 210 22 BJ 37 370 240 20 BJ 41 410 250 18 BJ 50 500 290 16 BJ 55 550 410 13  Tegangan Leleh

Tegangan leleh untuk perencanaan ( fy ) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan pada tabel sifat mekanisme baja struktural.

 Tegangan Putus

Tegangan putus untuk perencanaan ( fu ) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan pada tabel sifat mekanisme baja struktural.

 Sifat-sifat mekanis lainnya

Sifat-sifat mekanisme lainnya baja struktural untuk perencanaan adalah sebagai berikut :

Modulus elastis : E = 200.000 Mpa Modulus geser : G = 80.000 Mpa Nisbah poisson :  = 0,3

(5)

Koefisien pemuaian :  = 12 . 10-6 / oC

2.1.3 Sifat Mekanik Baja Standar JIS

Jepang merupakan salah satu produsen baja terbesar di dunia. Para perusahaan baja asal jepang menggunakan standar JIS seperti Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation (NSSMC). Berikut merupakan tabel material baja standar JIS.

Tabel 2.2 Persyaratan Sifat Mekanis Baja Struktura Standar JIS (Wiryanto Dewobroto, 2015) Kategor i Kuat Standar Mutu Kuat Leleh (MPa) Kuat Tarik (MPa) Rasio Leleh (%) Elongasi (%) Min. Maks. Min. Maks.

400 N/mm2 JIS G 3101 (SS Steel) SS400 235 400 510 - 21 JIS G 3106 (SM Steel) SM400A 235 400 510 - 24 SM 400B 235 400 510 - 21 SM 400C 235 400 510 - 22 JIS G 3136 (SN Steel) SM400A 235 - 400 510 - 24 SM 400B 235 355 400 510 80 21 SM 235 355 400 510 80 22

(6)

400C 400 N/mm2 JIS G 3101 (SS Steel) SS490 275 490 610 - 21 JIS G 3106 (SM Steel) SM490A 315 490 610 - 24 SM 490B 315 490 610 - 21 SM 490C 315 490 610 - 22 JIS G 3136 (SM Steel) SM 490B 325 445 490 610 80 21 SM 490C 325 445 490 610 80 22 2.2 Nippon Steel

Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation (NSSMC) didirikan pada Oktober 2012 yang merupakan kerja sama antara Nippon Steel Corporation dan Sumitomo Metal Industries, Ltd adalah salah satu perusahaan Jepang penghasil baja terdepan di dunia yang berpartisipasi dalam pembuatan material struktur inovatif yang bersifat tahan kerusakan dan memiliki masa layan yang panjang. Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation telah mengembangkan baja mutu tinggi kelas 1000 N (kuat tarik 950 N/mm2).

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dan Nippon Steel Corporation (NSC) bekerjasama untuk mengembangkan infrastruktur dan bangunan tahan gempa

(7)

berbahan dasar baja di Indonesia. Produsen baja asal Jepang ini menggandeng PT Krakatau Steel dalam mengembangkan Nittetsu Super Frame atau struktur tahan gempa. Produk buatan Nippon Steel Corporation ini punya keunggulan dibanding konstruksi konvensional karena tahan gempa bumi, biaya lebih murah, konstruksi singkat dan hemat energi.

Dalam bidang infrastruktur, Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation mempromosikan perkembangan dari produk baru baja Hollow tube untuk menjawab kebutuhan akan struktur yang lebih tahan terhadap gempa, dan biaya yang lebih murah dalam pembangunan dan perbaikan.

Nippon steel memiliki spesifikasi sendiri, dimana Sifat fisik dari Nippon Steel memiliki beberapa tipe (Lampiran 1) dan Nippon steel mengacu pada JIS (Japan Industrial Standard).

2.3 Profil Baja

Baja tersedia dalam berbagai bentuk penampang yang sering dikenal dengan profil. Berdasarkan cara pembentukan penampang profil baja, dikenal 2 macam baja, yaitu Hot Rolled Sections dan Cold Rolled Sections. Baja tipe hot rolled section dibentuk (rolled) pada kondisi panas sedangkan baja tipe cold rolled section dibentuk pada kondisi dingin.

Baja Hot Rolled Sections memiliki beberapa penampang, yaitu dapat dilihat pada gambar 2.1.

(8)

Gambar 2.1 Strandar tipe penampang profil baja canai panas (Macdonad, 2002)

Secara teoritis terdapat jumlah bentuk yang tidak terbatas dapat digunakan untuk memikul beban tekan dalam suatu struktur. Tetapi dari segi praktis, jumlah bentuk penampang elemen tekan menjadi terbatas karena beberapa pertimbangan yaitu: profil yang tersedia, masalah sambungan, tipe struktur.

(9)

Tabel 2.2 Inersia Penampang WF dan Hollow Tub (Wiryanto Dewobroto, 2015)

Tampang Tub untuk pekerjaan konstruksi bangunan

Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation terus melakukan perkembangan akan produk-produknya, dalam menciptakan baja yang memiliki kekuatan tinggi dan biaya yang lebih ekonomis.

Karena itu Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation menciptakan dan menyuplai baja tabung yang unik dan metode penyambungannya untuk memenuhi kebutuhan ini.

(10)

Beberapa kelebihan tampang tube antara lain : a) Radius girasi yang konstan

b) Tidak memerlukan bracing c) Lebih mudah dalam pengecatan

d) Permukaan yang lebih sedikit untuk dicat dengan lapisan tahan api e) Mempunyai tegangan torsi yang baik

f) Permukaan yang lebih baik dari segi estetika

g) Profil bulat baja hollow memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap angin. h) Tidak mudah kotor seperti pada bagian sayap dari profil terbuka WF.

i) Untuk beban dinamis, baja tabung memiliki frekuensi getar yang lebih tinggi dari penampang baja lain.

For tubular sections, higher strength to weight ratio could result in upto 30% savings in steel (“Comparison Between Conventional Steel Structures And Tubular Steel Structures”, M.G.Kalyanshetti, G.S. Mirajkar; 2012).

Beberapa kelemahan dari penampang pipa dan persegi atau segi empat adalah:

1. Memerlukan penutup pada ujung penampang untuk mencegah korosi.

2. Mempunyai berat yang lebih besar dibandingkan dengan profil IWF untuk modulus penampang yang sama.

3. Dalam hal sambungan dengan rivet atau baut, tetapi dapat diatasi dengan alat penyambung las.

(11)

Ada beberapa jenis sambungan yang digunakan untuk kolom tampang hollow dengan balok baja WF.

Berikut merupakan beberapa jenis sambungan yang digunakan, yaitu:

(a) Internal diaphragm (b) Eksternal diaphragm

(c) Through diaphragm Gambar 2.2. Detail Sambungan

(12)

2.4 Alat sambung Baut 2.4.1 Pendahuluan

Setiap struktur baja merupakan gabungan dari beberapa komponen batang yang disatukan dengan alat pengencang (Agus Setiawan, 2008).

.Beberapa alat sambung yang sering digunakan adaah:

 Baut, mur dan ring

 Alat sambung mutu tinggi

 Las

 Penghubung geser jenis paku yang dilas

 Baut angker

Salah satu alat pengencang di samping las yang cukup populer adalah baut terutama baut mutu tinggi. Ada dua tipe baut mutu tinggi yang distandarkan oleh ASTM adalah tipe A325 dan A490. Baut ini memiliki kepala berbentuk segi enam. Baut A325 terbuat dari baja karbon yang memiliki kuat leleh 560-630 Mpa, baut A490 terbuat daari baja alloy dengan kuat leleh 790-900Mpa, tergantung pada diameternya (Agus Setiawan, 2008).

2.4.2 Tahanan Nominal Baut

Suatu baut yang memikul beban terfaktor, Ru, sesuai persyaratan LRFD harus memenuhi (Agus Setiawan, 2008) :

Ru ≤

ϕ

. Rn ...(2.1)

Dimana:

(13)

ϕ

= Faktor reduksi

 Tahanan Geser Baut

Tahanan nominal satu baut yang memikul gaya geser memenuhi persamaan: Rn ≤ m . r1 . fub . Ab ...(2.2)

Dimana:

r1 = 0,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser r1 = 0,4 untuk baut dengan ulir pada bidang geser fub = Kuat tarik baut (MPa)

Ab = Luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir

m = jumlah bidang geser

 Tahanan Tarik Baut

Baut yang memikul gaya tarik tahanan nominalnya dihitung menurut: Rn ≤ 0,75 . fub . Ab ...(2.3)

Dimana:

fub = Kuat tarik baut (MPa)

Ab = Luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir

 Tahanan Tumpu Baut

Tahanan tumpu nominal tergantung kondisi yang terlemah dari baut atau komponen pelat yang disambung. Besarnya ditentukan sebagai berikut:

(14)

Dimana:

db = Diameter baut pada daerah tak berulir

tp = Tebat pelat

fu = Kuat tarik putus terendah dari baut atau pelat

 Jarak dan spasi baut

Bambar 2.3 Jarak dan spasi baut (Wiryanto Dewobroto, 2015)

Dimana:

S = Spasi minimum antar lubang (S ≥ 2,667d – 3d)

(15)

2.5 Beban Pada Struktur 2.5.1 Beban Mati

Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (Anonim3,1983), beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung itu. Oleh karena itu, beban mati terdiri atas:

a. Beban sendiri dari bahan-bahan bangunan penting dan dari beberapa komponen gedung yang harus ditinjau di dalam suatu gedung.

b. Berat sendiri dari bahan bangunan dan dari komponen gedung yang tidak tercantum dalam persyaratan.

Beban mati atau berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung yang dipakai berdasarkan tabel:

Tabel 2.4 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung (Anonim3, 1983)

Bahan Bangunan Berat

Baja Batu alam

Batu belah, batu bulat, batu gunung Batu pecah Beton Beton bertulang Katu (kelas I) Kerikil, koral 7850 kg/m³ 2600 kg/m³ 1500 kg/m³ 1450 kg/m³ 2200 kg/m³ 2400 kg/m³ 1000 kg/m³ 1650 kg/m³

(16)

Pasangan batu merah

Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung

Pasangan batu cetak

1700 kg/m³ 2200 kg/m³

2200 kg/m³

Komponen Gedung Berat

Adukan, per cm tebal: - dari semen

- dari kapur, semen merah atau tras Aspal, termasuk bahan mineral penambah per cm tebal

Dinding pasangan batu merah: - satu bata

- setengah bata

Dinding pasangan batako berlubang: - tebal dinding 20 cm (HB 20) - tebal dinding 10 cm (HB 10)

Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), yaitu: - semen asbes (eternit dan bahan lain

sejenisnya) dengan tebal maksimum 4 mm

- kaca dengan tebal 3-5 mm

Penggantung langit-langit (dari kayu)

21 kg/m2 17 kg/m2 14 kg/m2 450 kg/m2 250 kg/m2 200 kg/m2 120 kg/m2 11 kg/m2 10 kg/m2

(17)

dengan bentang maksimum 5 m

Penutup atap genteng dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidang atap

7 kg/m2

50 kg/m2

2.5.2 Beban Hidup

Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan di dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut (Anonim3, 1983) pada Bab 3.

Beban hidup terdiri dari beban yang diakibatkan oleh pemakaian gedung dan tidak termasuk beban mati, beban konstruksi dan beban akibat lingkungan (alam) seperti beban angin, beban salju, beban hujan, beban gempa, atau beban banjir.

(18)

Tabel 2.5 Beban Hidup pada Lantai Gedung (Anonim3, 1983)

Kegunaan Bangunan Berat

- Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana

- Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit. - Lantai ruang olah raga

- Lantai pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku, ruang mesin dan lain-lain. - Lantai gedung parkir bertingkat

untuk lantai bawah. - Tangga, bordes tangga

125 kg/m2 250 kg/m2 400 kg/m2 400 kg/m2 800 kg/m2 300 kg/m2

2.5.3 Beban Gempa (Quake Load)

Analisis struktur terhadap beban gempa mengacu pada Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung (Anonim1, 2002). Analisis struktur terhadap beban gempa pada gedung dilakukan dengan Metode Analisis Dinamik Spektrum Respon. Besarnya beban gempa nominal pada struktur bangunan dihitung dengan rumus:

(19)

Perhitungan gaya geser dasar total, V, pada suatu arah, ditetapkan sebagai berikut: t W R I C V  . ... (2.5)

Dan harus memenuhi persamaan berikut ini:

... (2.6)

Dimana:

V = gaya geser dasar rencana total Vmax = gaya geser dasar rencana maksimum

C = faktor respons gempa yang didapat dari spektrum respons gempa rencana untuk waktu getar alami fundamental T dilihat dari gambar II.13

I = I1 I2

I1 = faktor keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa

berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama umur gedung

I2 = faktor keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang gempa

berkaitan dengan penyesuaian umur gedung tersebut.

Faktor keutamaan untuk berbagai-bagai jenis gedung harus diambil menurut tabel 2.1.

R = faktor reduksi gempa 1,6 < R < 8,5

(20)

R = 1,6 – faktor reduksi gempa untuk struktur gedung yang berperilaku elastik penuh.

R = 8,5 – faktor reduksi gempa untuk struktur gedung yang berperilaku daktail penuh (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus/SRPMK).

(21)

Gambar 2.4 Respons Spektrum Gempa Rencana (Anonim1, 2002)

(22)

(Anonim1, 2002)

Kategori Gedung

Faktor Keutamaan I1 I2 I

Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran

1,0 1,0 1,0

Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6 Gedung penting pasca gempa seperti

rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi

1,4 1,0 1,4

Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun.

1,6 1,0 1,6

Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5 Catatan :

Untuk semua struktur bangunan gedung yang ijin penggunaannya diterbitkan sebelum berlakunya Standar ini maka Faktor Keutamaam, I, dapat dikalikan 80%

(23)

Untuk keperluan analisis pendahuluan struktur dan pendimensian pendahuluan dari unsur-unsurnya, waktu getar alami struktur gedung, T, dalam arah masing-masing smbu utama dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Rayleigh seperti berikut ini:

... (2.7)

Atau menggunakan rumus:

√ ... (2.8)

Dimana:

T = waktu getar alami struktur gedung Wi = berat bangunan pada tingkat i di = defleksi (simpangan) pada tingkat i g = percepatan gravitasi

Fi = gaya gempa horizontal H = tinggi struktur

L = panjang bangunan dalam arah yang ditinjau (memanjang/melintang)

(24)

Beban geser dasar akibat gempa (V) yang dibagikan ke sepanjang tinggi struktur menjadi beban-beban horizontal terpusat yang bekerja pada masing-masing tingkat lantai dengan menggunakan rumus:

... (2.9)

Dimana:

Wi = berat bangunan pada tingkat i hi = ketinggian bangunan pada tingkat i V = gaya geser dasar akibat beban gempa

(25)

Tabel 2.7 Faktor daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum, faktor tahanan lebih struktur dan faktor tahanan lebih total beberapa jenis sistem

dan subsistem struktur gedung (Anonim1, 2002)

Sistem dan subsistem struktur gedung

Uraian sistem pemikul beban gempa μm Rm

Pers. (6)

f Pers. (39) 1. Sistem dinding

penumpu

(Sistem struktur yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding penumpu atau sistem bresing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban lateral dipikul dinding geser atau

rangka bresing).

1. Dinding geser beton bertulang 2,7 4,5 2,8

2. Dinding penumpu dengan rangka baja ringan dan

bresing tarik

1,8 2,8 2,2

3. Rangka bresing di mana bresingnya memikul beban

gravitasi

a.Baja 2,8 4,4 2,2

b.Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 1,8 2,8 2,2

2. Sistem rangka gedung (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang

pemikul beban gravitasi secara lengkap.

Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka

bresing).

1. Rangka bresing eksentris baja (RBE) 4,3 7,0 2,8

2. Dinding geser beton bertulang 3,3 5,5 2,8

3. Rangka bresing biasa

a.Baja 3,6 5,6 2,2

b.Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 3,6 5,6 2,2 4. Rangka bresing konsentrik khusus

a.Baja 4,1 6,4 2,2

5. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail 4,0 6,5 2,8 6. Dinding geser beton bertulang kantilever

daktail penuh

3,6 6,0 2,8

7. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail

parsial

3,3 5,5 2,8

3. Sistem rangka pemikul momen (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang

pemikul beban gravitasi secara lengkap.

Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme

lentur)

1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK)

a.Baja 5,2 8,5 2,8

b.Beton bertulang 5,2 8,5 2,8

2. Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) 3,3 5,5 2,8 3. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB)

a.Baja 2,7 4,5 2,8

b.Beton bertulang 2,1 3,5 2,8

4. Rangka batang baja pemikul momen khusus

(SRBPMK)

4,0 6,5 2,8

4. Sistem ganda (Terdiri dari: 1) rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi; 2) pemikul beban lateral

berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen

harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang- kurangnya 25% dari seluruh beban lateral; 3) kedua sistem

harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama

seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi

1. Dinding geser

a.Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang 5,2 8,5 2,8

b.Beton bertulang dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8

c. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang 4,0 6,5 2,8 2. RBE baja

a.Dengan SRPMK baja 5,2 8,5 2,8

b.Dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8

3. Rangka bresing biasa

a.Baja dengan SRPMK baja 4,0 6,5 2,8

b.Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8

c.Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6)

4,0 6,5 2,8

d.Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6)

2,6 4,2 2,8

4. Rangka bresing konsentrik khusus

a.Baja dengan SRPMK baja 4,6 7,5 2,8

b.Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8

5. Sistem struktur gedung kolom

kantilever: (Sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul

beban lateral)

Sistem struktur kolom kantilever 1,4 2,2 2

6. Sistem interaksi dinding geser

dengan rangka

Beton bertulang biasa (tidak untuk Wilayah 3, 4, 5 & 6) 3,4 5,5 2,8 7. Subsistem tunggal

(Subsistem struktur bidang yang membentuk struktur gedung

secara keseluruhan)

1. Rangka terbuka baja 5,2 8,5 2,8

2. Rangka terbuka beton bertulang 5,2 8,5 2,8

3. Rangka terbuka beton bertulang dengan balok beton

pratekan (bergantung pada indeks baja

3,3 5,5 2,8

4. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail

(26)

2.5.4 Kombinasi Pembebanan

Peraturan pembebanan menggunakan SNI 03-1729-2002. Oleh karena itu, struktur baja harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan berikut ini

1,4D ...(2.10)

1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) ...(2.11) 1,2D + 1,6 (La atau H) + (γ L L atau 0,8W) ...(2.12) 1,2D + 1,3 W + γ L L + 0,5 (La atau H) ...(2.13) 1,2D ± 1,0E + γ L L ...(2.14) 0,9D ± (1,3W atau 1,0E) ...(2.15)

Dimana:

D = beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafond, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.

L = beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung.

La = beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.

W = beban angin E = beban gempa

2.6 Kinerja Batas Layan

Kinerja batas layan (∆s) struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya

(27)

pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan (∆s) struktur gedung tidak boleh melampaui: (SNI 03-1726-2002)

...(2.16) Nilai yang digunakan adalah nilai yang terkecil.

Kinerja batas ultimit (∆m) struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa. Simpangan dan simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ sebagai berikut: (SNI 03-1726-2002)

ξ= 0,7 R (untuk struktur gedung beraturan) ...(2.17)

∆m = ξx∆s ...(2.18)

2.7 SAP 2000

Program SAP 2000 merupakan pengembangan program SAP yang dibuat oleh Prof. Edward L. Wilson dari University of California at Berkeley, US sekitar tahun 1970. Untuk melayani keperlua komersial dari program SAP, pada tahun 1975 dibentuk perusahaan Computer & Structure, lnc. Dipimpin oleh Ashraf

(28)

Habibullah, di mana perusahaan tersebut sampai saat ini masih tetap eksis dan berkembang (http://www.csiberkeley.com).

Sebagai program komputer analisa struktur yang dikembangkan cukup lama dari lingkungan universitas sehingga source code pada awal mulanya dapat dengan mudah dipelajari, maka program SAP menjadi cikal bakal program-program analisa struktur lain di dunia. Dengan reputasi lebih dari 30 tahun, program SAP dikenal secara luas dalam komunitas rekayasa, khususnya di bidang teknik sipil dan secara spesifik lagi adalah para structural engineer.

SAP 2000 merupakan salah satu program aplikasi komputer yang paling popular dalam dunia desain struktur konstruksi. Adapun keunggulan program SAP 2000 antara lain memiliki fasilitas desain elemen, baik untuk material baja maupun beton. Disamping itu, SAP 2000 benar-benar mampu membantu penyelesaian pekerjaan analisis struktur karena kita hanya memasukkan data dengan benar, maka proses analisis akan langsung diambil alih oleh SAP 2000 dan prosesnya pun tergolong sangat cepat.

Selain itu, kelebihan dari program ini adalah kita tidak hanya dapat menganalisis struktur (untuk mengetahui gaya-gaya dalam yang timbul), tetapi juga bisa melanjutkannya sampai kebagian check/design struktur untuk mengetahui dimensi dan jumlah tulangan.

Gambar

Tabel 2.1  Persyaratan Sifat Mekanis Baja Struktural Standar SNI 03–1729–2002  (Anonim2, 2002)  c  Tegangan putus Minimum f u (Mpa)  Tegangan Leleh Minimum fy  (Mpa)  Peregangan Minimum (%)  BJ 34  340  210  22  BJ 37  370  240  20  BJ 41  410  250  18  BJ
Tabel 2.2  Persyaratan Sifat Mekanis Baja Struktura Standar JIS  (Wiryanto Dewobroto, 2015)  Kategor i Kuat  Standar  Mutu  Kuat Leleh (MPa)  Kuat Tarik (MPa)  Rasio Leleh  (%)  Elongasi (%) Min
Gambar 2.1  Strandar tipe penampang profil baja canai panas  (Macdonad, 2002)
Tabel 2.2 Inersia Penampang WF dan Hollow Tub   (Wiryanto Dewobroto, 2015)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Slag adalah limbah padat dari proses peleburan baja. Slag dihasilkan selama proses pemisahan cairan baja dari bahan pengotornya pada tungku-tungku baja. Pada peleburan baja,

Seperti laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan, laba operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban operasi, dan laba bersih yaitu laba

2.4.2 Baja Perkakas Pengerjaan Panas Tungsten (tungsten hot work tool steel) Jika dibandingkan dengan baja pengerjaan panas kromium, baja pengerjaan panas tungsten memiliki

Untuk itulah organisasi harus membentuk program manajemen arsip dinamis yang meliputi: menentukan arsip dinamis apa yang seharusnya diciptakan dalam tiap proses bisnis,

Slag adalah limbah padat dari proses peleburan baja. Slag dihasilkan selama proses pemisahan cairan baja dari bahan pengotornya pada tungku-tungku baja. Pada peleburan baja,

Baja karbon ini memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan baja karbon rendah, baja karbon sedang memiliki sifat mekanis yang lebih kuat dengan tingkat kekerasan yang lebih

Jika dikaitkan dengan sumber daya angin, turbin angin dengan jumlah sudu banyak lebih cocok digunakan pada daerah dengan potensi energi angin yang rendah karena kecepatan

2.15 Keterangan : PB adalah tekanan angin dasar seperti yang ditentukan dalam Tabel 2.8 Tabel 2.8 Tekanan angin dasar Sumber: SNI 1725-2016 Komponen bangunan atas Angin tekan MPa