• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: jerami urea kapur molasis, nutrisi, kecernaan in-vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: jerami urea kapur molasis, nutrisi, kecernaan in-vitro"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Senastek III Tahun 2016.

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MOLASIS DALAM CAMPURAN JERAMI UREA KAPUR MOLASIS TERHADAP NILAI NUTRISI, KADAR

METABOLIT RUMEN DAN KECERNAAN IN-VITRO I G. L. O. Cakra dan A. A. A. S. Trisnadewi

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Badung Telp/Fax: 0361 702771, lanangcakrafapet@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian untuk mengetahui pengaruh tingkat penggunaan molasis dalam campuran jerami urea kapur molasis telah dilakukan dengan rancangan acak lengkap 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah perlakuan A (jerami padi 89%, urea 4%, kapur 2%, molasis 5%), perlakuan B (jerami padi 84%, urea 4%, kapur 2%, molasis 10%), perlakuan C (jerami padi 79%, urea 4%, kapur 2%, molasis 15%), perlakuan D (jerami padi 74%, urea 4%, kapur2%, molasis 20%), perlakuan E (jerami padi 69%, urea 4%, kapur 2%, molasis 25%). Peubah yang diamati adalah nilai nutrisi, kadar metabolit fermentasi, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik in-vitro. Hasil penelitian mendapatkan bahwa nilai nutrisi dari jerami setelah ditambahkan campuran urea kapur molasis ternyata meningkat sesuai dengan peningkatan penggunaan molasis terutama kandungan proteinnya, dimana kadar protein kasar pada perlakuan A, B, C, D, dan E adalah: 12,01; 12,45; 12,60; 12,69 dan 12,81. Hal ini menunjukan bahwa penambahan campuran urea kapur molasis pada jerami dapat meningkatkan kandungan protein kasar. Demikian juga dapat dilihat pada hasil metabolit rumen seperti kadar NH3, dimana kadar NH3 pada perlakuan A, B, C, D dan E adalah: 11,22; 10,92; 10,56; 9,99; dan 7,92 mM, rendahnya kadar NH3 ini karena adanya pemanfaatan yang tinggi oleh mikroba rumen. Kecernaan bahan kering dan bahan organik baik kecernaan rumen maupun kecernaan in-vitro pada perlakuan E nyata paling tinggi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan molasis pada tingkat 25% adalah terbaik. Kata kunci: jerami urea kapur molasis, nutrisi, kecernaan in-vitro

THE EFFECT OF THE USE OF MOLASES IN STRAW UREA LIMESTONE MOLASES MIXTURE TO THE NUTRIENT VALUE, RUMEN METABOLIC

LEVEL, AND IN-VITRO DIGESTIBILITY

ABSTRACT

The study aimed to determine the effect of the use of molases in rice straw urea lime molases mixture has been done with a completely randomized design with 5 treatments and 4 replications. The treatments are treatment A (rice straw 89%, urea 4%, limestone 2%, molases 5%), B (rice straw 84%, urea 4%, limestone 2%, molases 10%), C (rice straw 79%, urea 4%, limestone 2%, molases 15%), treatment D (rice straw 74%, urea 4%, kapur2%, molasis 20%), treatment E (rice straw 69%, urea 4%,

(2)

limestone 2%, molasis 25%). The parameters measured were the nutritient value, the levels of metabolic fermentation, dry matter and organic matter digestibility in-vitro. Results of the study found that the nutrient value of rice straw after adding of urea limestone molases mixture was increased in according with the increased of molases especially protein content, where the levels of protein in treatment A, B, C, D, and E are 12.01; 12.45; 12.60; 12.69 and 12.81 respectively. It shows that the addition of urea limestone molases mixture on rice straw could increase the crude protein content. It means, urea which mixed with lime and molasis is fixed so after drying it is still attached to the rice straw. The results of NH3 rumen metabolic level in treatment A, B, C, D and E are11.22; 10.92; 10.56; 9.99; and 7,92 mM respectively. The low level of NH3 is due to the high utilization by rumen microbes. The high utilization of NH3 is due to the addition of molases that could be used as an energy source for microbes. The high growth of microbes could be seen from the increasing of rumen digestibility and either in-vitro digestibility, where the dry matter digestibility of rumen on treatment E is the highest as well as organic matter digestibility. From the results, it could be concluded that the addition of molases on 25% is the best.

Key words: straw urea limestone molases, nutrient, in-vitro digestibility

1. PENDAHULUAN

Hal penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan peternakan kambing adalah tersedianya pakan yang mencukupi kebutuhan kambing tersebut dengan kualitas yang memadai. Ketersediaan hijauan makanan ternak semakin terbatas dengan semakin menyempitnya lahan pertanian maupun perkebunan. Jerami padi (Oriza sativa) merupakan limbah pertanian yang berpotensi sebagai sumber pakan alternatif pengganti hijauan segar. Berdasarkan luas areal tanaman pangan di Indonesia, diketahui bahwa produksi jerami padi di Indonesia adalah 44.229.343 ton bahan kering atau berkisar 86% dari total produksi limbah tanaman pangan yang dapat dijadikan pakan ternak (Syamsu, 2003). Namun jerami padi tanpa pengolahan tergolong pakan serat berkualitas rendah dengan kandungan CF 30,85% (Utomo, 2005), kadar silika dan oksalat tinggi, kandungan mineral (Ca, P, Mg, Cu, Zn, Mn, Fe dan S) dan vitamin (A, D3 dan E) rendah (Drake et al., 2002) serta dengan kecernaaan

bahan organik rendah yaitu 35-55% (Chenost and Kayouli, 1997). Melalui penerapan teknologi amoniasi urea, kualitas jerami padi dapat meningkat (Partama, 2005; Susila,

(3)

1994). Kenyataan dilapangan pemberian jerami amoniasi memerlukan waktu penyesuaian yang cukup lama bahkan bisa lebih dari satu bulan.

Suplementasi urea dapat digunakan sebagai sumber amonia (nitrogen), tetapi urea sangat cepat melepas nitrogen (N) dalam rumen, dan dapat memproduksi amonia dengan cepat sehingga bila dosisnya berlebihan akan menyebabkan keracunan bahkan dapat menyebabkan kematian ternak (Stanton dan Whittier, 2006). Huntington et al., (2006) melaporkan bahwa urea dihidrolisis dengan cepat dalam rumen dan puncak produksi amonianya dicapai pada 1 jam setelah pemberian urea. Taknik untuk memperlambat pelepasan amonia dari hidrolisis urea di rumen dipandang lebih efisien, dan aman karena dapat mencegah keracunan amonia (Galo et al., 2003).

Penggunakan urea dalam ransum perlu disertai dengan penggunaan sumber energi (sumber karbohidrat) yang mudah larut/tersedia di dalam rumen, karena untuk mensintesa protein mikroba yang optimal diperlukan keseimbangan antara energi (VFA) dan nitrogen dalam bentuk N-NH3. Bahan makanan sebagai sumber

karbohidrat yang sudah umum digunakan adalah molasses.

Dalam penelitian tahun pertama akan dicobakan memperlakukan jerami dengan menambahkan urea kapur dan molasis. Untuk mendapatkan imbangan yang optimal antara pakan serat jerami padi dengan urea, kapur dan molasis maka dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Tingkat Penggunaan Molasis dalam Campuran Jerami Urea Kapur Molasis Terhadap Nilai Nutrisi, Kadar Metabolit Rumen dan Kecernaan Nutrien In-Vitro.

2. METODE PENELITIAN 2.1. Materi.

Bahan yang diperlukan untuk pembuatan Jerami urea Kapur Molasis adalah jerami kering matahari, urea prill, kapur, dan molasis. Peralatan yang diperlukan berupa pemotong jerami (choper), terpal untuk alas pakan, dan alat menyemprotkan campuran urea kapur molasis di atas hamparan jerami kering.

(4)

2.2. Metode.

2.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana dan Balai Penelitian Ternak Ciawi BogorJawa Barat selama 3 bulan.

2.2.2. Pembuatan Campuran Jerami Urea Kapur Molasis (JUKM)

Campuran Urea Kapur Molasis terdiri dari Urea 4%, Kapur 2% dan Molasis sesuai dengan level 5, 10, 15, 20, dan 25%, selanjutnya jerami padi yang sudah kering matahari, dipotong potong dengan panjang sekitar 3 cm kemudian disebar merata dengan ketebalan 5 cm. Campuran Urea Kapur Molasis yang sudah dibuat sesuai dengan perlakuan disiramkan di atas tebaran jerami tadi.

2.2.3. Rancangan Percobaan

Dalam penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan tingkat penggunaan molasis yang akan diuji adalah 5, 10, 15, 20, dan 25% dan diulang 5 kali. Kelima ransum perlakuan adalah :

Perlakuan A (Jerami padi 89%, Urea 4%, Kapur2% , Molasis 5%) Perlakuan B (Jerami padi 84%, Urea 4%, Kapur2% , Molasis 10%) Perlakuan C (Jerami padi 79%, Urea 4%, Kapur2% , Molasis 15%) Perlakuan D (Jerami padi 74%, Urea 4%, Kapur2% , Molasis 20%) Perlakuan E (Jerami padi 69%, Urea 4%, Kapur2% , Molasis 25%)

2.2.4. Peubah yang Diamati.

Peubah yang diamati adalah analisis kimia kandungan nutrisi dari Campuran Jerami Urea Kapur Molasis seperti: Kandungan Bahan kering, Bahan Organik, protein kasar, serat kasar, ADF dan NDF. Dalam penelitian in-vitro akan diamati pH, kadar NH3, VFA total, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, kecernaan

serat kasar.

2.2.5. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Apabila terdapat hasil yang berbeda nyata (P≤0,05), analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel dan Torrie, 1986).

(5)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai nutrisi dari jerami setelah ditambahkan campuran urea kapur molasis ternyata meningkat sesuai dengan peningkatan penggunaan molasis terutama jika dilihat dari kandungan proteinnya, diman kadar protein pada perlakuan A, B,C, D, dan E secara berurutan adalah: 12,01; 12,45; 12,60; 12,69 dan 12,81 (Tabel 1). Hal ini menunjukan bahwa penambahan campuran urea kapur molasis pada jerami dapat meningkatkan kandungan protein kasar. Ini berarti ada urea yang bercampur dengan kapur dan molasis yang terfiksasi sehingga setelah dijemur ternyata masih menempel pada jerami.

Tabel 1. Komposisi Bahan dan kandungan Nutrisi Dari Ransum Perlakuan

Bahan Komposisi (%) A B C D E Jerami Padi 86 89 84 79 74 69 Malasis 82 5 10 15 20 25 Kapur 95 2 2 2 2 2 Urea 100 4 4 4 4 4 Kandungan Nutrisi (%) Bahan Kering 89.30 89.10 88.51 88.40 88.19 Abu (%) 29.17 27.70 26.11 25.76 24.49 Bhan Organik (%BK) 70.83 72.30 73.89 74.24 75.51 Serat Kasar (%BK) 19.22 18.99 17.91 15.61 13.37 Eter Ektrak (%BK) 1.06 1.15 1.53 1.52 1.78 Protein Kasar (%BK) 12.01 12.45 12.60 12.69 12.81 BETN (%BK) 26.27 29.87 30.53 31.17 35.96 TDN (%BK) 30.06 31.17 32.81 35.69 45.39 NDF (%BK) 56.5 55.5 51.2 49.8 45.2 ADF (%BK) 42.5 44.3 38.9 37.5 35.9 Selulosa (%BK) 39 37.1 34.7 36.3 22.3 Hemiselulosa (%BK) 12.2 11.2 14.2 7.1 12.2 Silika (%BK) 20.3 18.8 15.3 16.9 14.3

Perlakuan A (Jerami padi 89%, Urea 4%, Kapur2% , Molasis 5%) Perlakuan B (Jerami padi 84%, Urea 4%, Kapur2% , Molasis 10%) Perlakuan C (Jerami padi 79%, Urea 4%, Kapur2% , Molasis 15%) Perlakuan D (Jerami padi 74%, Urea 4%, Kapur2% , Molasis 20%) Perlakuan E (Jerami padi 69%, Urea 4%, Kapur2% , Molasis 25%)

(6)

Demikian juga dapat dilihat pada hasil metabolit rumen seperti kadar NH3, dimana kadar NH3 pada perlakuan A, B, C, D dan E secara berturut-turut adalah: 11,22; 10,92 ; 10,56; 9,99; dan 7,92mM, rendahnya Kadar NH3 ini karena adanya pemanfaatan yang tinggi oleh mikroba rumen, tingginya pemanfaatan ini karena adanya penambahan molasis yang dapat digunakan sebagai sumber energy bagi mikroba. Tingginya pertumbuhan mikroba ini juga dapat dilihat dari meningkatnya kecernaan baik kecernaan rumen maupun kecernaan in-vitro,dimana kecernaan bahan kering rumen pada perlakuan E nyata paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan A demikian juga halnya dengan kecernaan bahan organik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan molasis pada tingkat 25% adalah terbaik. Tabel 2. Pengaruh Penambahan Molasis pada campuran Jerami Urea Kapur

Rataan Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) rumen, pada perlakuan A, B, C, D dan E masing-masing adalah 26,82; 29,7; 33,77; 43,85 dan 43,5%. Analisis statistik mendapatkan bahwa KCBK pada perlakuan A nyata (P<0,05) lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan C, D dan E tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan B. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan urea kapur molasis dapat meningkatkan populasi mikroba rumen sehingga dapat menghasilkan enzyme yang diperlukan dalam fermentasi pakan di rumen. Demikian juga halnya dengan Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO), dimana rataan KCBO pada Perlakuan A, B, C, D dan E masing-masing adalah : 32,52; 34,35; 39,49; 51,06; dan 50,92%. Analisis ragam mendapatkan bahwa pada perlakuan A, B, dan C tidak berbeda nyata (P<0,05) , demikian juga pada perlakuan D tidak berbeda nyata dengan perlakuan E. Namun antar perlakuakn A, B, C secara statistic mendapatkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Variabel (%) Perlakuan SEM

A B C D E KCBK Rumen 26,82 c 29,70 bc 33,77 b 43,85 a 43,5 a 2.0718 KCBO Rumen 32,52 b 34,35 b 39,49 b 51,06 a 50,92 a 2.4819 KCBK invitro 28,8 c 33,35 b 44 b 43,37 b 54,25 a 1.6763 KCBO invitro 36 c 42,5 c 53,8 ab 50,21 b 59,6 a 2.2649 NH3 (mM) 11,22 a 10,92 a 10,56 a 9,99 a 7,92 b 0.3286 pH 6,99 bc 6,97 c 7,02 ab 7,04 a 7,02 ab 1.1236 VFA Total (mM) 42,37 c 45,88 ab 47,65 b 50,89 b 58,12 a 1,6572

(7)

jika dibandingkan dengan perlakuan D dan E. Hal ini terjadi karena penggunaan molasis yang lebih tinggi pada perlakuan D dan E.

Rataan angka KCBK in-vitro pada perlakuan A, B, C, D dan E adalah masing –masing 28,8; 33,35; 44,00; 43,37; dan 54,25%. Analisis ragam mendapatkan bahwa KCBK in-vitro pada perlakuan E nyata (p<0,05) paling besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan adanya penambahan molasis maka akan dapat meningkatkan KCBK rumen sehingga bila dilanjutkan dengan pencernaan enzym pada invitro akan dapat meningkatkan KCBK. Demikian halnya dengan KCBO in-vitro akan mengikuti pola yang sama dengan KCBK karena Bahan Organik merupakan bagian dari Bahan Kering (BK).

Angka rataan kadar NH3 supernatan pada perlakuan A, B, C, D dan E adalah

masing–masing sebesar 11,22; 10,92; 10,56; 9,99; dan7,92mM. Berdasarkan angka rataan NH3 pada perlakuan E paling kecil jika dibandingkan dengan perlakuan

lainnya, namun analisis ragam mendapatkan bahwa kadar NH3 pada perlakuan E

nyata (P<0,05) paling kecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya walaupun jika dibandingkan kadar NH3 pada perlakuan A, B, C dan D tidak berbeda nyata (P<0,05).

Rendahnya kadar NH3 Pada perlakuan E menunjukan bahwa terjadi peningkatan

penggunaan NH3 oleh mikroba rumen sebagai akibat adanya ketersediaan karbohidrat

mudah larut seperti molasis.

Nilai rataan pH pada perlakuan A, B, C, D dan E adalah masing–masing sebesar 6,99; 6,97; 7,02; 7,04; dan 7,02 . Analisis ragam mendapatkan bahwa nilai pH pada perlakuan C, D, E, tidak berbeda nyata demikian juga antara perlakuan A dengan B tidak berbeda nyata(P<0,05). Nilai pH pada perlakuan D nyata paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya hal ini dapat dijelaskan bahwa penambahan molasiss.

Angka rataan Volatile Fatty Acid (VFA) pada perlakuan A, B, C, D dan E adalah masing–masing 42,37; 45,88; 47,65; 50,89; dan 58,12mM. Secara statistik mendapatkan bahwa VFA pada perlakuan A, B, C, D, dan E meningkat dan pada perlakuan E nyata paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya Molasis 25% pada perlakuan E, dimana molasis ini

(8)

merupakan karbohidrat yang mudah terfermentasi untuk menghasilkan VFA. VFA merupakan hasil dari metabolisma karbohidrat dalam rumen.

4.KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan molasis pada tingkat 25% adalah terbaik jika ditinjau dari kandungan nutrisi dan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organic in-vitro.

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini sepenuhnya didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana, untuk itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press., Yogyakarta.

Bach, A., S. Calsamiglia, dan M.D. Stern. 2005. Nitrogen Metabolism in The Rumen.

J. Dairy Sci. 88(E.Suppl.): E9-E21. American Dairy Science Association.

[cited 2011 July 20]. Available from: URL:

http://jds.fass.org/cgi/content/abstract/88/e_suppl_1/E9.

Bowen, M.K. 2003. “Efficiency of microbial crude protein production in cattle grazing tropical pasture”. PhD Thesis. University of Queensland.

Cakra I G.L.O., I B Sudana, I G. Mahardika, and I B. G. Partama, Urea-Lime Mixture As A Rumen Slow-Release Urea On In Vitro Rumen Fermentation and Microbial Protein Synthesis, 2012. Proceedings 4th International Conference On Biociences And Biotechnology. 21st – 22nd September 2012 Udayana University Denpasar ISBN: 978-602-7776-48-7

Cakra I G.L.O. , I G. Mahardika, I. B. G. Partama and A.A. A.S. Trisnadewi. 2015. The Effect of Urea Lime Mixture in Concentrate Containing Different Levels of Cassava on Performance of Ettawa Grade Goats. J. Biol. Chem. Research Volume 32 (2) 2015 Pages No 745-750. ISSN 2319-3077. Online. ISSN 0970-4973. Print. Published By Society for Advancement of Science.

Cherdthong, A., M. Wanapat and C. Wachirapakorn 2011. Influence of urea calcium mixture supplementation on ruminal fermentation characteristics of beef cattle fed on concentrates containing high levels of cassava chips and rice straw. Church, D. C. And W. G. Pond. 1979. Basic Animal Nutrition and Feeding John

Wiley and Son. New York.

Currier, T.A., D.W. Bohnert, S.J. FALCK, C.S. Schauer and S.J. Bartle. 2004. Daily and alternate-day supplementation of urea or biuret to ruminants Consuming

(9)

low-quality forage: III. Effects on ruminal fermentation characteristics in steers. J. Anim. Sci. 82: 1528–1535.

Fadel Elseed, A.M.A., J. Sekine, M. Hishinuma and K. Hamana, 2003. Effect of ammonia urea plus calsium hydroxide and animal urine treatments on chemical composition and in sacco degradability of rice straw. Asian-Aust J.

Anim. Sci, 16: 368-373.

Galo, E., S.M. Emanuele, C.J. Sniffen, J.H. White and JR. Knapp. 2003. Effects of a polymer-coated urea product on nitrogen metabolism in lactating Holstein dairy cattle. J. Dairy Sci. 86: 2154-2162.

Holladay, W. 1998. Slow release non-protein nitrogen source for ruminant feed and process of making. United States Patent 5733590. http://www.freepatentsonline. com/ 5733590.html. [diakses 25 Februari 2011]. URL: http://www.freepatentsonline.com/5733590.html.

Hungate, R.E.. 1966. The Rumen and its Microbes. Academic Press, inc., New York Huntington, G.B., D.L. Harmon, N.B. Kristensen, K.C. Hanson and J.W. Spears.

2006. Effects of a slowrelease urea source on absorption of ammonia and endogenous production of urea by cattle. Anim. Feed Sci. Technol. 130: 225-241.

Kamra, D. N. .2005. Rumen Microbial Ecosystem. Special Section: Microbial

Diversity. Current Science. Vol. 89. No. 1. hal 124-135. [cited 2010

Decembre 20]. Available from:

URL:http://www.ias.ac.in/currsci/jul102005/124.pdf.

Kardaya, D., K.G. Wiryawan, A. Parakkasi dan H.M.Winugroho. 2009. Karakteristik lepas-lamban urea pada berbagai kadar molasess dalam ransum berbasis jerami padi secara in vitro. JITV 14(3): 177-191.

Kaunang, C. L.. 2004. “Respon Ruminan Terhadap Pemberian Hijauan Pakan yang Dipupuk Air Belerang”. Disertasi. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

[diakses 10 Februari 2011]. URL:

http://www.damandiri.or.id/files/charlesipb.pdf

Khampa, S., M. Wanapat, C. Wachorapakorn, N. Nontaso and M. Watiaux ,2005. Effect of urea level and sodium DL-malte in concentrate containing high cassava chip on ruminal fermentation effeciensy, microbial protein synthesis in lactating dairy cows raised under tropical condition. Asian-Aust J. anim.

Sci., 5: 837-844.

Khampa, S. Dan M. Wanapat. 2006. Influences of Energy Sources and Levels Supplementation on Ruminal Fermentation and Microbial Protein Synthesis in Dairy Steers. Pakistan J. Nutr.5 (4): 294-300. ISSN 1680-5194. [cited 2011 January 15]. Available from: URL: http://www.pjbs.org/pjnonline/fin469.pdf Kiyothong, K. & M. Wanapat. 2004. Growth, hay yield and chemical composition of

cassava and Stylo 184 grown under intercropping.

Asian-Aust.J.Anim.Sci.17:799-807.

Leng, R. A.. 1997. Tree Foliage In Ruminant Nutrition. Food and Agriculture

Organization of The United Nations Rome, Italy. [cited 2011 January 14].

(10)

Loest, C.A., E.C. Titgemeyer, J.S. Drouillard, B.D. Lambert and A.M. Trater. 2001. Urea and biuret as a nonprotein nitrogen sources in cooked molasses blocks for steers fed prairie hay. Anim. Feed Sci. Technol. 94: 115-126.

McDonald, P., R. A. Edwards, dan J. F. D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. 4th Edition. New York : Longman Scientific & Technical.

Nguyen, X.T., Mo, M., Dan, C.X., 2001. Effects of treatment of rice straw with lime and/or urea on its chemical composition, in-vitro gas production and in-sacco degradation characteristics. Livest. Res. Rar. Develop. 13, 5–12.

rskov, E.R. dan M. Ryle. 1990. Energy Nutrition in Ruminants. London : Elsevier Applied Science.

Peterson, A. B.. 2006. “Estimation of Rumen Microbial Protein Production and Ruminal Protein Degradation”. Disertasi. Department of Animal and Avian Science. University of Maryland, College Park. [cited 2008 January 25]. Available from: URL: http://drum.umd.edu/dspace/handle/1903/386511k Preston T.R. and Leng R.A. (1987) Matching Ruminant Production System with

Available Resources in the tropics and in the Sub-tropics. Penambul Books,

armidale. Australia.

Preston, T. R.. 1995. Tropic Animal Feeding. A Manual For Research For Research Workers. Food and Agriculture Organization of United Nations, Rome. [cited

2007 Septembre 14]. Available from : URL :

http://Fao.org./docrep/003/v9327e/v9327Eoo.HTM.

Sadeek, S.A. 1993. Preparation, infrared spectrum and thermal studies of [Zn2(H2O)4(SO4)2] complex formed by the reaction of urea with zinc II sulphate. J. Phys. Chem. Solids. 54: 919-922.

Somart, K., Buttery, D.S., Rowlinson, P., and Wannapat, M. (2000). Fermentation characteristics and microbial protein

Stanton, T.L. & J. Whittier. 2006. urea and NPN for cattle and sheep. http://www.ext.colostate.edu/Pubs/Livestk/01608.html. [25-01-2011]

Sutardi, T. 1976. “Metabolism of Same Essential Amino Acids by Rumen Microbes with Species Reference to Alpha – Keto Acids” (PhD Tesis). University of Wisconsin, Madison

Sutardi, T, D. Sastradipradja, E. B. Laconi, Wardana, I G. Permana. 1995. Peningkatan Produksi Ternak Ruminansia Melalui Amoniasi Pakan serat Bermutu rendah , Defaunasi

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan keenam. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Trach, X.N., M. Mo and C.X. Dan 2001. Effects of treatment of rice straw with lime and/or urea on responses of growing cattle. Livest. Res. Rural Dev., 13: 5-5.

(11)

Wanapat, M. and O. Pimpa. 1999. Effect of ruminal NH3N levels on ruminant fermentation, purine derivatives, digestibility and rice straw intake in swamp buffaloes. Asian Aust. J. Anim. Sci. 12: 904-907.

Wanapat, M. & S. Khampa. 2007. Effect of levels of supplementation of concentrate containing high levels of cassava chip on rumen ecology, microbial N supply and digestibility of nutrients in beef cattle. Asian- Aust.J.Anim.Sci. 20:75-81. Wanapat, M. and A. Cherdthong, 2009a.Use of real time PCR technique in studying

rumen celulolitic bacteria population as affected by level of roughage in swamp buffalo. Curr. Microbiol, 58: 294-299.

Wanapat, M. R. Pilajun and P. Kongmun, 2009b. Ruminal ecology of swamp bufallo as influenced by dietary sources. Anim. Feed Sci. Tech., 151: 205-214.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu peralatan utama pada sistem komunikasi PLC ini adalah wave trap dan coupling capasitor dengan beberapa fungsi dan sifat kerja yaitu wave trap memiliki harga impedansi

(Ha egy faj esetében többféle életmód – pl. a lignikol szaprotróf, illetve nekrotróf parazita – is szóba jöhetett, akkor az általam megfigyelt jellemz ő bbet vettem

aktivitas keagamaan, penelitian ini mengambil lokasi di SD Negeri 5 Mendo Barat. Metode penelitian yang digunakan yakni metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan

Hasil docking dapat diamati pada tabel 1 dimana dari 19 ligan yang dianalisis, nilai skor CHEMPLP yang terendah berada pada ligan senyawa biji buah nangka yaitu senyawa

Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Kesarjanaan Progam Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muria

rapkan, dalam hal ini salah satunya adalah kinerja karyawan (Njue dan Iravo, 2013). Berdasarkan kenyataan, dapat dijelaskan beberapa masalah berkaitan dengan pemberian

Setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada didalamnya, dan mengoreksi, maka skripsi saudara Paisal Fahmi Harahap, NIM 07210019, mahasiswa Jurusan Al-Ahwal

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pada tahap ini proses komunikasi interpersonal yang terjadi antara penderita nomophobia dengan para sahabatnya tidak