• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN PENELITIAN. Judul Penelitian PENGGUNAAN SHEET PILE SEBAGAI KONSTRUKSI PENGAMAN TEBING SUNGAI TERHADAP GERUSAN PADA TIKUNGAN LUAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USULAN PENELITIAN. Judul Penelitian PENGGUNAAN SHEET PILE SEBAGAI KONSTRUKSI PENGAMAN TEBING SUNGAI TERHADAP GERUSAN PADA TIKUNGAN LUAR"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

USULAN PENELITIAN

Judul Penelitian

PENGGUNAAN SHEET PILE SEBAGAI KONSTRUKSI

PENGAMAN TEBING SUNGAI TERHADAP GERUSAN

PADA TIKUNGAN LUAR

Oleh:

Amril Ma’ruf Siregar, S.T., M.T.

Panji Kurniawan, S.T., M.Sc.

Maret 2015

(2)

2 HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PENELITIAN

1. Judul : Penggunaan Sheet Pile sebagai Konstruksi Pengaman Tebing Sungai Terhadap Gerusan pada Tikungan Luar 2. Bidang Penelitian : Rekayasa

3. Peneliti

a. Nama : Amril Ma’ruf Siregar, S.T., M.T. b. Jenis Kelamin : Laki – laki

c. NIP : 198502282012121001

d. Pangkat/Golongan : Penata Tk. 1 / IIIb e. Disiplin Ilmu : Teknik Sipil Hidro f. Jabatan Fungsional : -

g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik / Jurusan Teknik Sipil

h. Alamat Kantor : Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Lampung, Jl. Sumantri Brojonegoro 1, Bandar Lampung. Telp. 0721 787217

4. Jumlah Anggota Peneliti : 1 (Satu) Orang

a. Nama Anggota : Panji Kurniawan, S.T., M.Sc. 5. Lokasi Penelitian : Provinsi Sumatera Selatan 6. Lama Penelitian : 4 bulan

7. Biaya yang Dibutuhkan

a. Sumber dari DIPA BLU : Rp. 9.995.000,- (sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh lima ribu rupiah)

b .

Lain-lain : ---

Bandar Lampung, 21 Maret 2015 Mengetahui:

Ketua Jurusan Ketua Peneliti

Teknik Sipil FT Unila

Ir. Idharmahadi Adha, M.T. Amril Ma’ruf Siregar, S.T.,M.T.

NIP. 195906171988031003 NIP.198502282012121001

Menyetujui:

An. Dekan FT Unila, Ketua LP3M Unila,

Pembantu Dekan I

Dr. Eng. Helmy Fitriawan, ST., MSc. Dr. Eng. Admi Syarif

(3)

3

ABSTRAK

Analisis perbaikan tebing sungai Musi di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan ini dilakukan untuk menanggulangi masalah kelongsoran atau gerusan tebing yang sering dijumpai pada sungai terutama pada tikungan luar. Sungai Musi merupakan sungai dengan pola meandering yang sangat rawan terhadap gerusan di sisi luar tikungan dan sedimentasi di sisi dalam tikungan. Untuk menanggulangi kelongsoran tersebut, diperlukan suatu bangunan sheet pile sebagai pengendali gerusan pada tebing Sungai Musi

.

Metodologi penelitian yang akan dilaksanakan pada kegiatan ini yaitu analisis hidrologi dan analisa hidrolika. Analisis hidrologi digunakan untuk menentukan debit banjir dengan berbagai kala ulang dan mengetahui tinggi muka air banjir sungai. Untuk analisa hidrolika meliputi perhitungan debit fulbank dengan menggunakan Persamaan Manning, perhitungan gaya seret dan analisis gerusan pada sisi mana saja yang terjadi gerusan dan seberapa dalam gerusan yang terjadi. Tanah pada tikungan luar tebing sungai Musi juga akan ditinjau pada ruas, sehingga diketahui lokasi yang berpotensi mengalami kelongsoran dan ditinjau garis kelongsorannya dengan metode irisan Fellinius.

Pemilihan konstruksi sheet pile sebagai konstruksi pengaman tebing yang paling efektif jika ditinjau dari aspek keamanan teknis dan metode pelaksanaan. Diharapkan dengan adanya penanggulangan tersebut kerusakan akibat gerusan tebing sungai dapat diminimalisir sehingga kerugian yang ditimbulkan baik saat ini dan masa yang akan datang tidak terjadi.

(4)

4

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Keberadaan sungai Musi di Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya dan di Kabupaten Musi Banyuasin pada khususnya merupakan asset yang berharga terutama dalam pengelolaan sumber daya air. Kabupaten Musi Banyuasin mempunyai luas wilayah 14.265,96 km2 atau sekitar 15 % dari luas propinsi Sumatera Selatan. Pada bulan februari tahun 2013 telah terjadi peristiwa banjir di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin diakibatkan meluapnya sungai Musi yang melintasi kota ini. Kerusakan yang diakibatkan oleh banjir ini mengakibatkan terendamnya permukiman warga dan menimbulkan gerusan tebing sungai Musi yang sebagian besar sejajar dengan jalan raya. Jika hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan gerusan tebing sungai akan memutuskan sarana transportasi jalan raya mengingat longsor tebing di beberapa titik sudah sampai menyentuh bahu jalan.

Pengamanan tebing sungai mutlak dilakukan untuk melindungi asset negara yang juga merupakan jalur utama penguhubung kegiatan perekenomian. Dengan demikian dibutuhkan penelitian tentang pengaman tebing Sungai Musi di Kabupaten Musi Banyuasin sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini menitikberatkan pada analisis permasalahan berdasarkan investigasi lapangan, identifikasi pola aliran sungai dan penyebab kerusakan tebing terutama pada bagian tikungan luar, dampak kerugian terhadap kerusakan tebing sungai serta analisis penggunaan konstruksi sheet pile sebagai konstruksi pengaman terhadap gerusan pada tikungan luar.

1.2. Identifikasi Masalah

Dalam merencanakan suatu struktur pengaman tebing sungai, yang pertama harus diketahui adalah kondisi tebing sungai terutama pada tikungan luar yang sering tergerus akibat turbulensi air terlebih pada saat terjadi debit banjir yang besar. Dengan demikian, data debit banjir yang terjadi juga mempengaruhi besarnya energi yang ditahan oleh struktur nantinya..

(5)

5 Hal lain yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan struktur pengaman tebing sungai dengan menggunakan sheet pile adalah mengetahui karakteristik tanah di lokasi. Karakteristik tanah yang dimaksud meliputi : struktur tanah, besarnya hambatan dekat, tahanan tanah terhadap beban air yang terjadi. Perletakan struktur pengamana juga harus diperhatikan yaitu searah aliran di sepanjang tebing yang akan dilindungi. Strukur pengaman juga harus berada di atas muka air banjir, disamping juga harus stabil oada saat kondisi ai kering.

Perencanaan pengaman tebing sungai pada dasarnya juga memperhatikan dampak tebing di sisi dalam maupun di hilir sungai. Pada beberapa kasus sungai dengan bentang yang lebar dan arus yang deras membutuhkan tambahan konstruksi krib. Struktur ini dinilai sangat efektif untuk merubah kecepatan aliran yang akan menghantam tebing yang sungai yang dilindungi, sehingga dampak setelah hantaman air setelahnya tidak menimbulkan gerusan di bagian hilir akibat penambahan kecepatan aliran

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah menganalisis kondisi gerusan yang terjadi pada tikungan luar sungai? b. Bagaimanakah cara penempatan struktur sheet pile sebagai pengaman tebing sungai? c. Bagaimanakah kekuatan struktur sheet pile untuk melindungi tebing sungai sehingga

dapat menyelamatkan aset yang berada di sekitar sungai.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Menganalisa besarnya debit banjir yang terjadi dan kondisi karakteristik tanah di tikungan luar sungai?

b. Menghitung kestabilan lereng dan penentuan kedalaman konstruksi sheet pile di lokasi pengamanan tebing?

c. Menghitung besarnya daya dukung struktur sheet pile terhadap bahaya guling dan geser akibat beban yang terjadi?

(6)

6

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui kondisi gerusan yang terjadi di tikungan luar sungai?

2. Dapat mengetahui penggunaan dan penempatan bangunan sheet pile sebagai pengaman tebing sungai?

3. Dapat mengetahui daya dukung dan kekuatan struktur sheet pile sehingga dapat menyelamatkan aset yang berada di sekitar sungai.

(7)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Erosi dan Sedimentasi

Erosi dan sedimentasi diartikan sebagai proses terlepasnya butiran tanah dari kelompoknya serta terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin yang diikuti dengan pengendapan material di tempat lain (Suripin, 2002). Secara kasat mata, terjadinya erosi di daerah tebing sungai diakibatkan oleh ketidakstabilan alur akibat gerusan air. Namun demikian dibutuhkan pengujian kondisi tanah pada titik – titik tersebut. Menurut Suripin (2002), terjadinya erosi dan sedimentasi tergantung dari beberapa faktor yaitu karakteristik hujan, kemiringan lereng, vegetasi, dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal. Dampak dari kejadian tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi di satu sisi, sedangkan di sisi lain terjadi sedimentasi.

Pada daerah tikungan sungai, faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya erosi yaitu kecepatan aliran di badan sungai lebih besar dibandingkan bagian pinggir sungai ataupun dasar sungai yang disebut sebagai pola aliran yang tidak menentu (turbulance flow) dimana tenaga momentum yang diakibatkan kecepatan aliran yang tidak menentu tersebut akan dipindahkan ke arah aliran air yang lambat dengan bentuk gulungan – gulungan air yang berawal dan berakhir secara tidak menentu. Hal ini bisa menyebabkan perubahan pola sungai atau biasa disbut gejala meander. Gejala ini akan menyebabkan adanya bagian tebing sungai yang tergerus dan ada bagian alur sungai yang menjadi tempat pengendapan. Gejala meander kritis dapat mengakibatkan proses perpindahan alur sungai secara alamiah (sudetan alamiah) dan membahayakan sarana dan prasarana yang ada. Bahaya tersebut dapat dihindari dengan memperkirakan alur sungai yang berubah secara lambat untuk itu diperlukan alinyemen sungai yang mempunyai belokan tidak terlalu tajam dengan panjang dan amplitudo tertentu. Selanjutnya baru dapat diperkirakan perencanaan tanggul secara keseluruhan, perkuatan lereng dan bangunan air lainnya secara rasional.

(8)

8

2.2. Hidrolika Pada Saluran Terbuka

Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut saluran terbuka. Menurut asalnya saluran dapat digolongkan menjadi saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial). Saluran alam meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di bumi, mulai dari anak selokan kecil di pegunungan, selokan kecil, sungai kecil dan sungai besar sampai ke muara sungai (Chow, 1992).

Tipe aliran saluran terbuka, karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka akan turbulen apabila angka Reynolds Re > 1.000, dan laminer apabila Re < 500 (Triatmodjo,1993). Aliran melalui saluran terbuka dianggap seragam (uniform) apabila berbagai variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan, dan debit pada setiap tampang saluran terbuka adalah konstan. Aliran melalui saluran terbuka disebut tidak seragam atau berubah (non uniform flow atau varied flow), apabila variabel aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan di sepanjang saluran tidak konstan.

Apabila perubahan aliran terjadi pada jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat, sedang apabila terjadi pada jarak yang panjang disebut aliran berubah tidak beraturan. Aliran disebut mantap apabila variabel aliran di suatu titik seperti kedalaman dan kecepatan tidak berubah terhadap waktu, dan apabila berubah terhadap waktu disebut aliran tidak mantap. Selain itu aliran melalui saluran terbuka juga dapat dibedakan menjadi aliran sub kritis (mengalir) jika Fr <1, dan super kritis (meluncur) jika Fr >1. Di antara kedua tipe tersebut aliran adalah kritis (Fr =1).

2.3 Perubahan Bentuk Sungai

Dari beberapa studi (baik lapangan maupun laboratorium), besarnya kecepatan arus melintang sungai berkisar antara 10 – 15 % dari kecepatan pada arah utama aliran (Kinori, 1984, dan Legono,1986), dengan ciri bahwa di dekat permukaan arus melintang bergerak ke arah belokan luar, dan di dekat dasar arus tersebut bergerak ke arah belokan dalam. Dengan demikian maka mudah dipahami bahwa pada sungai yang bermeander, erosi akan terjadi pada sisi luar belokan dan pengendapan akan terjadi pada sisi dalam belokan. Teori tentang aliran yang terjadi pada belokasn sungai digambarkan sebagai berikut :

(9)

9 Gambar 2.1 Skematik Aliran Sungai Pada Belokan (Sumber : Kinori dan Legono, 1986)

Kemiringan muka air pada arah transversal adalah :

1

Dimana :

r = jari – jari kelengkungan dari belokan sungai

v = kecepatan rata – rata pada tempat yang ditinjau (arah vertikal)

Menurut Bernoulli, total energy harus konstan, dapat dirumuskan :

2

Dan jika disubstitusikan maka menghasilkan

3

Dengan demikian maka selama v/r dan v2/gr bernilai posiif, teoritis, v akan lebih kecil bila nilai z bertambah. Dengan kata lain, kecepatan aliran pada arah utama, akan lebih kecil di sisi luar belokan daripada sisi bagian dalam belokan.

2.3. Perencanaan Perkuatan Lereng

Perkuatan lereng (revetments) adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu lereng guna melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng tanggul dan secara keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya (Balai Sungai, 2003). Pada kasus perkuatan tebing sungai, konstruksi harus mampu melindungi tebing sungai dari gerusan arus sungai guna mencegah proses meander pada alur sungai. Selain itu, harus diadakan pengamanan – pengamanan terhadap

(10)

10 kemungkinan kerusakan bangunan akibat banjir sehingga menyebabkan konstruksi tersebut rusak atau tenggelam. Pemilihan tipe konstruksi untuk perkuatan lereng sungai haruslah dipilih dari beberapa tipe yang ada dengan mempertimbangkan keadaan lokasi.

Bila air mengalir dalam sebuah penampang sungai, maka pada dasar sungai akan timbul suatu gaya yang bekerja searah dengan aliran. Gaya ini merupakan gaya tarik pada penampang basah yang disebut gaya seret (tractive force). Butiran alur sungai harus stabil terhadap aliran yang terjadi. Karena pengaruh kecepatan, aliran dapat mengakibatkan gerusan pada tebing atau talud. Aliran air sungai akan memberikan gaya seret (τ0) pada penampang sungai yang besarnya adalah :

τ0 = ρw x g x h x h x i 4

dimana :

(τ0) = gaya seret (kg/m2) ρw = rapat massa air (kg/m3) g = gaya gravitasi (m/dtk2) h = tinggi air

i = kemiringan alur dasar sungai

Erosi dasar sungai akan terjadi jika τ0 lebih besar dari gaya kritis (τcr) pada dasar dan tebing sungai. Gaya seret kritis adalah gaya seret yang terjadi tepat pada saat butiran akan bergerak. Besarnya gaya seret kritis didapatkan dengan menggunakan grafik shield (dapat dilihat pada gambar di bawah ini) dengan menggunakan ukuran butiran dasar sungai. Kecepatan aliran sungai juga mempengaruhi terjadinya erosi sungai. Kecepatan aliran yang menimbulkan terjadinya tegangan seret kritis disebut kecepatan kritis. USBR memberikan distribusi gaya seret pada saluran empat persegi panjang berdasarkan analogi membrane seperti yang ditunjukkan pada gambar dan grafik di bawah ini.

(11)

11 Gambar 2.3 Grafik Shield (Sumber : Ven Te Chow, 1985)

Selain kecepetan aliran, perhitungan besarnya Gaya Seret Pada Tebing Sungai juga harus diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut :

τs = 0,75 x ρw x g x h x h x is 5

dengan :

τs = Gaya seret pada tebing sungai (kg/m3) ρw = rapat massa air (kg/m3)

g = gaya gravitasi (m/dtk2) h = tinggi air

is = kemiringan tebing sungai

Erosi dasar sungai juga dapat terjadi jika τs lebih besar dari gaya seret kritis pada lereng tebing sungai τcrs. Tegangan geser kritis pada lereng tebing sungai tergantung pada besarnya sudut lereng :

τ

cr,s = Kβ x τcr 6

7

Dimana :

τcrs = Tegangan geser kritis

β = Sudut lereng tebing sungai (0)

ϕ = 30 – 40 (tergantung diameter butiran dari grafik (3.33).

(12)

12 8

9

10

Dimana :

τcrs = Tegangan geser kritis tebing sungai ρw = rapat massa air (kg/m3)

g = gaya gravitasi (m/dtk2) h = tinggi air

is = kemiringan tebing sungai Vcrs = Kecepatan Kritis

R = Jari – jari hidrolik

n = Angka kekasaran Manning

(13)

13

2.4 Stabilitas Tebing Sungai

Dasar teori yang menjadikan analisis stabilitas tebing sungai menjadikan kegiatan ini memasuki tahap perhitungan stabilitas lereng. Metode yang digunakan untuk menghitung stabilitas lereng adalah dengan cara irisan Fellinius.

Tebing sungai yang terendam lama dan tinggi air banjirnya cukup tinggi, maka perlu juga dibuatkan garis rembesannya. Apabila garis rembesan memotong lereng tanggul belakang, maka akan terjadi kebocoran. Cara menghindari kebocoran tersebut adalah dengan memperkecil kemiringan lereng tanggul bagian belakang sehingga didapatkan lebar bawah tanggul yang cukup atau dengan membuat drainase tanggul. Pada umumnya tanggul banjir tidak diberi pembuang, karena banjir yang terjadi biasanya jangkanya hanya sebentar.

Prinsip dasar yang digunakan untuk menganalisa kestabilan lereng adalah dengan meninjau keseimbangan batas, yakni dengan jalan membandingkan antara kekuatan geser yang ada dari parameter tanah dengan kekuatan geser yang terjadi. Angka-angka perbandingan tersebut merupakan angka faktor keamanan.

2.5 Penentuan Bidang Longsor

Untuk memudahkan usaha trial dan eror terhadap stabilitas tebing, maka titik – titik pusat bidang longsor harus ditentukan dahulu melalui pendekatan. Fellenius memberikan petunjuk untuk menentukan lokasi titik pusat busur longsor kritis yang melalui tumut suatu tebing pada tanah kohesif seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini

Tabel 2.1 Sudut Petunjuk Menurut Fellinius

Untuk menentukan letak titik pusat busur lingkaran sebagai bidang longsor dilakukan dengan cara coba – coba dimulai dengan bantuan sudut – sudut petunjuk dari

(14)

14 Fellinius untuk tanah kohesif (ϕ= 0). Grafik fellinius menunjukkan bahwa dengan meningkatnya nilai sudut geser (ϕ) maka nilai pusat busur lingkaran akan bergerak naik dari 00 yang merupakan titik pusat bidang longsor tanah kohesif (ϕ=0) sepanjang garis 00 – K yaitu 01,02,03,….0n. Titik K merupakan koordinat pendekatan dimana x = 4,5, H dan z = 2H. Di sepanjang 00-K inilah diperkirakan terletak titik – titik pusat busur bidang longsor. Dari masing – masing titik analisa angka keamanannya untuk memperoleh nilai FK yang minimum sebagai indikasi bidang longsor kritis.

Gambar 2.5 Posisi Lokasi Pusat Busur Longsor Kritis (Sumber :K.R Arora, 2002)

Cara ini dipakai pada lereng – lereng dengan kondisi isotrois, non isotropis, dan berlapis – lapis. Massa tanah yang bergerak diandaikan terdiri atas beberapa elemen vertikal dimana lebar elemen dapat diambil tidak sama dan sedemikian sehingga lengkung

(15)

15 busur di dasar elemen dapat dianggap sebagai garis lurus. Dasar busur setiap elemen harus berada hanya pada satu jenis tanah.

Berat total tanah pada suatu elemen (W1) termasuk beban luar yang bekerja pada permukaan lereng. Wt diuraikan dalam kelompok tegak lurus dan tangensial pada dasar elemen. Dengan cara ini pengaruh gaya T dan E yang bekerja disamping elemen diabaikan. Faktor keamanan adalah perbandingan momen penahan longsoran dengan momen penyebab longsoran. Momen tahanan geser pada bidang longsoran adalah :

Mpenahan = R x r

Tahanan geser pada tiap elemen adalah :

11

12

Sehingga besarnya momen penahan yang ada sebesar :

13

Dimana :

R = Gaya geser tanah

r = Jari – jari bidang longsor S = kuat geser tanah (t/m) l = panjang dasar elemen (m) α = kemiringan dasar

c’ = kohesi efektif (ton/m2) ϕ = sudut geser dalam efektif Wt = berat total elemen

B = lebar elemen

Komponen tangensial Wt bekerja sebagai penyebab longsoran akan menimbulkan longsor, sehingga :

(16)

16 Sehingga, keamanan tebing menjadi :

15 Jika tebing terendam air atau muka air tanah di atas kaki tebing, maka tekanan air pori akan bekerja pada dasar elemen yang ada di bawah air tersebut. Dalam hal ini tahanan geser harus diperhitungkan yang efektif sedangkan penyebabnya tetap diperhitungkan secara total dengan rumus sebagai berikut :

16

Gambar 2.6 Sistem Gaya Pada Metode Fellinius

Tabel 2.2 Hubungan Nilai Faktor Keamanan dengan Intensitas Longsor Nilai Faktor Keamanan Kejadian/ Intensitas Longsor F Kurang dari 1,07 Longsor sering

F Antara 1,07 s.d 1,25 Longsor pernah terjadi F Di atas 1,25 Longsor Jarang Terjadi Sumber :Zulfiadi,2011

(17)

17

2.6 Desain Pengamanan Tebing Sungai dengan Sheet Pile Beton

Pengamanan tebing sungai dengan konstruksi sheet pile beton di usulkan berdasarkan pertimbangan di atas, dimana sheet pile beton memiliki keunggulan sebagai berikut :

 Konstruksi sheet pile merupakan konstruksi beton bertulang dengan mutu beton yang tinggi yaitu mampu yaitu K-500 karena pembuatan konstruksi dilaksanakan di pabrik.

 Konstruksi sheet pile dapat menembus sampai kedalaman tanah keras dan memeotong bidang longsor.

 Metode pemasangan konstruksi di sungai dapat dilaksanakan dengan pemancangan tanpa harus melakukan pengecoran.

Analisis kekuatan struktur penahan tebing sungai dengan sheet pile ditentukan dari hasil perhitungan :

 Perhitungan besarnya tekanan aktif tanah; dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ka aktif = tg2 (45 - ᴓ/2) 17

Gaya aktif (P) = 1/2 . H2 . γ . Ka 18

(18)

18

 Perhitungan besarnya momen akibat tanah aktif

 Perhitungan kekuatan struktur terhadap momen, gaya aktif, bahaya guling dan bahaya geser

2.7 Struktur Peredam Energi Aliran

Sebagai tambahan konstruksi perkuatan tebing untuk mengantisipasi energi akibat aliran sungai, maka dibutuhkan konstrtuksi krib yang terbuat dari tiang pancang beton. Pemasangan krib dibuat mulai dari tebing sungai menuju ke tengah sungai guna mengatur arus sungai. Pertimbangan desainnya adalah :

 Mengatur arah arus sungai

 Meredam/ mengurangi kecepatan arus sungai di sepanjang tebing sungai yang diamankan

 Mempercepat sedimentasi yang nantinya berperan sebagai tambahan tekanan pasif konstruksi sheet pile

 Mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan

Panjang dan kemiringan krib ditetapkan secara empiris yang didasarkan pada pengamatan data topografi sungai yang berhubungan dengan situasi sungai. Berdasarkan kriteria perencanaan krib, jarak antar krib yang disarankan maksimal 3 kali dari panjang krib yang dibuat. Untuk kemiringan krib, maka besarnya sudut krib yang akan dipasang tergantung pada kondisi lokasi yang akan diamankan, sepertii yang ditunjukkan pada table di bawah ini.

(19)

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Musi di Kabupaten Musi Banyuasin. Survey lapangan akan dilakukan pada dua lokasi di Desa Bailangu Timur Kecamatan Sekayu Sumatera Selatan. Lokasi ini mengalami masalah dimana berada pada tikungan sungai Musi sehingga dikhawatirkan dapat merusak perumahan warga dan jalan raya penghubung Kabupaten Musi Banyuasin dan Kota Palembang. Seluruh analisa akan dilakukan di Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Lampung.

3.2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis, landasan teori serta berbagai literatur yang mendukung penelitian. Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca, meneliti dan memahami segala informasi, baik yang berupa data tertulis maupun yang berupa gambar.

2. Pengumpulan debit banjir rancangan untuk menentukan tinggi muka air banjir. Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data sekunder yaitu data debit banjir sungai Musi di Kabupaten Musi Banyuasin. Jenis data yang diambil adalah data debit maksimum tahunan.

3. Pengumpulan data sekunder hasil pengujian tanah dan menghitung stabilitas lereng tebing yang meliputi :

 Menghitung stabilitas lereng

 Menghitung besarnya gaya dorong yang menyebabkan terjadinya gerusan sungai

 Penempatan konstruksi sheet pile dan kedalaman konstruksi

 Melakukan analisis keseimbangan konstruksi terhadap bahaya guling dan bahaya geser.

5. Pelaporan

(20)

20

Mulai

Selesai

Survey Lapangan dan Data mekanika Tanah

Penempatan dan Penentuan Kedalaman Sheet Pile

Perhitungan Stabilitas Lereng

Analisis Kekuatan Struktur Sheet Pile

Pengumpulan data: Data hujan harian

10 tahun

Perhitungan debit banjir dan Tinggi Muka Air Banjir

Analisis, Pelaporan, dan Publikasi

(21)

21

BAB IV

JADWAL KERJA DAN BIAYA

4.1. Jadwal Kerja

Kegiatan penelitian ini direncanakan berlangsung selama 4 bulan, dimulai pada awal April 2015 dan berakhir pada penghujung Juli 2015. Adapun rincian kegiatan dan waktu yang dibutuhkan disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Jadwal Kerja No

. Uraian

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A Persiapan

1 Koordinasi awal 

2 Penetapan rencana kerja  3 Menetapkan desain penelitian  4 Pengumpulan data sekunder  

5 Studi Kepustakaan   

B Pelaksanaan penelitian

1 Penentuan Tinggi Muka Air Banjir 

2 Survey lapangan  

3 Penempatan Konstruksi Sheet Pile  

4 Analisis Keamanan Struktur     

C Pelaporan

1 Pembuatan laporan  

2 Penyusunan bahan untuk publikasi  

3 Persiapan paper untuk publikasi  

4 Penggandaan laporan 

4.2. Rencana Anggaran Biaya

Untuk pelaksanaan kegiatan ini dibutuhkan dana dengan rincian sebagai berikut:

No. Uraian Jumlah Satuan Harga

Satuan (Rp)

Harga Total (Rp) 1. Bahan habis pakai

a. Kertas A4 1 Rim 45.000 45.000

b. Tinta printer warna 1 Set 200.000 200.000

c. Flashdisk 1 Unit 200.000 200.000

d. ATK Ls 1 100.000 100.000

Subtotal 1 545.000

2. Biaya operasional

(22)

22 b. Pengadaan data

- Data Hidrologi Ls Ls 1.000.000 1.000.000

- Data Mekanika Tanah Ls Ls 1.500.000 1.500.000

- Peta Topografi Ls Ls 1.700.000 1.700.000

c. Dokumentasi Ls Ls 500.000 150.000

Subtotal 2 8.650.000

3. Biaya laporan dan lain-lain

a. Pembuatan laporan 10 Eks. 35.000 350.000

b. Transportasi lokal + pulsa Ls Ls 750.000 750.000

Subtotal 3 1.100.000

BIAYA TOTAL 9.995.000

Terbilang: Sembilan Juta Sembilan Ratus Sembilan Puluh Lima Ribu Rupiah

4.3. Organisasi Pelaksana

Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama : Amril Ma’ruf Siregar, S.T., M.T.

b. Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda TK. 1 /198502282012121001 c. Jabatan Fungsional : -

d. Bidang Keahlian : Teknik Sipil

e. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik / Jurusan Teknik Sipil f. Waktu untuk kegiatan ini : 4 jam / minggu

Anggota Pelaksana Kegiatan

a. Nama : Panji Kurniawan, S.T., M.Sc.

b. Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda/ 198302072008121002 c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

d. Bidang Keahlian : Arsitektur

e. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik / Jurusan Teknik Sipil f. Waktu untuk kegiatan ini : 4 jam / minggu

(23)

23

REFERENSI

Arora KR, 2002. Soil Mechanics and Foundation Engineering, Standart Publisher, Rajastan University,

B.Z. Kinori, J. Mevorach, 1984. Manual of Surface Drainage Engineering.

Chow, Ven Te, Phd., 1992. Hidrolika Saluran Terbuka. Penerbit Erlangga, Jakarta. D. Legono, 1986. Behavior of Flow in Open Chan¬nel Bend, 1986

Suripin., 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Tim Penyusun Dosen Perguruan Tinggi Swasta,

Triatmojo, Bambang, 1993. Hidraulika II, Beta Offset, Yogyakarta.

Zakaria Zulfialdi, 2011. Analisis Kestabilan Lereng Tanah, Laboratorium Geologi Teknik, Program Studi Teknologi,Universitas Padjadjaran.

Gambar

Gambar 2.2 Gaya Seret Satuan Maksimum (Sumber : Tim penyusun dosen PTS, 1997)
Gambar 2.4 Hubungan antara diameter butiran dan sudut geser
Tabel 2.1 Sudut Petunjuk Menurut Fellinius
Tabel 2.2 Hubungan Nilai Faktor Keamanan dengan Intensitas Longsor  Nilai Faktor Keamanan  Kejadian/ Intensitas Longsor
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan dari masing ± masing indikator pada variabel x dapat dilihat bahwa peranan karang taruna dalam meningkatkan kepedulian sosial pemuda masuk

Pembayaran uang muka atas pensiun pegawai atau pensiun janda Jikalau syarat-syarat yang disebut dalam pasal 12 , pasal 21 atau pasal 22 Undang- undang ini belum dipenuhi atau

Kristina Chodorow, a software engineer at 10gen, is a core contributor to the MongoDB project and has worked on the database server, PHP driver, Perl driver, and many other areas.

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan metode Silent Way di PIA English Course Manado, dapat disimpulkan bahwa pengajaran bahasa Inggris di PIA menggunakan

Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj –-semoga Allah memberinya taufik–, bahwa seseorang telah bercerita kepada Syaikh perihal kisah ajaib

(l) Seksi Monitoring dan Evaluasi, mempunyai tugas menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi pelaksanaan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan kebijakan,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja SDM kearsipan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah melalui: kompetensi individu,