• Tidak ada hasil yang ditemukan

WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Apabila Posyandu mampu menghayati fungsi-fungsi tersebut, dan selanjutnya menjadikannya sebagai program untuk memberdayakan keluarga secara konsisten dan berkelanjutan, diharapkan pada akhirnya setiap keluarga bisa menjadi keluarga sejahtera. Apabila setiap keluarga bisa berkembang menjadi keluarga

M

AKSUD

DAN

T

UJUAN

B

AB

II

WAHANA MEMBANGUN

KELUARGA SEJAHTERA

(2)

yang mandiri, sejahtera dan dinamis, maka keluarga tersebut akan mampu berkembang menjadi wahana pembangunan bangsa yang tangguh dimasa depan.

Maksud dan tujuan dilaksanakannya Revitalisasi dan Pengembangan Posyandu Mandiri pada hakekatnya adalah untuk memberikan kemudahan atau tersedianya sarana untuk membangun Keluarga Sejahtera. Melalui revitalisasi dan pengembangan Posyandu dimungkinkan terjadinya hal-hal sebagai berikut:

1. Disegarkan kembali nilai-nilai kegotong royongan masyarakat dalam memecahkan permasalahan kehidupan yang makin komplek. Posyandu menjadi wadah atau forum yang memberi kesempatan keluarga-keluarga di suatu tempat untuk saling asah, asuh dan asih dalam memenuhi kebutuhan mewujudkan keluarga sejahtera.

2. Terpeliharanya infrastruktur sosial kemasyarakatan yang dapat menjadi perekat atau kohesi sosial, sehingga tercipta suatu kehidupan yang rukun dan damai, tetapi memiliki dinamika yang tinggi.

3. Terbentuknya lembaga sosial antar keluarga di desa atau kelurahan yang menjadi wadah atau sarana partisipasi sosial, dimana para keluarga dapat memberi dan menerima pembaharuan kondisi kehidupan melalui forum atau kegiatan bersama.

Dari uraian diatas nampak jelas bahwa Posyandu adalah wadah bagi keluarga, yang kondisi sosial ekonomi dan budayanya umumnya lemah, untuk bersatu dan menempatkan dirinya dalam suatu proses pemberdayaan bersama. Keluarga yang lebih mampu, dengan dukungan dan pendampingan petugas-petugas yang berasal dari

(3)

pemerintah bersama-sama belajar dan membantu keluarga lain yang lebih membutuhkan pendampingan. Dengan cara demikian sesungguhnya Posyandu merupakan wahana pembelajaran keluarga untuk pemberdayaan keluarga, bukan langsung bertindak sebagai wahana pemberdayaan anggota keluarganya.

Sekitar tahun 1993-1994 Menteri Kependudukan/Kepala BKKBN telah memberikan uraian yang menarik tentang pembangunan keluarga melalui Posyandu dan Program-program khusus yang intinya menempatkan pembangunan keluarga sebagai upaya untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang berkualitas, maju dan mandiri serta mampu menjadi “pemain” dalam pembangunan tersebut. Tujuan utamanya adalah membangun

keluarga sejahtera dengan tujuan ganda , yaitu keluarga sebagai agen pembangunan dan keluarga adalah konsumen yang bijaksana dan

dapat menikmati hasil pembangunan dengan kemampuan memenuhi kebutuhannya dengan pilihan secara demokratis .

S

ASARAN

Untuk mencapai maksud dan tujuan dalam membangun keluarga sejahtera dalam pelaksanaan kegiatan operasional Posyandu diarahkan dengan melibatkan keluarga sebagai subyek maupun sasaran dalam bentuk kelompok penduduk atau keluar ga sebagai berikut:

1. Keluarga Balita

Untuk pemberdayaan keluarga Batita (Bawah Usia Tiga Tahun) dan keluarga Balita (Bawah Usia Lima Tahun) seluruh kekuatan pembangunan, termasuk kekuatan keluarga yang tergabung dalam Posyandu diarahkan pada prioritas untuk

(4)

mempersiapkan orang tua membangun anak balitanya. Orang tua dalam Posyandu dapat disiapkan untuk menyegarkan kembali Gerakan Bina Keluarga Balita, yaitu gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat luas untuk memelihara kesehatan anak balita, ibu dan keluarga lainnya, dan utamanya memberikan kesempatan kepada ibu dan anggota keluarga lainnya memahami kebutuhan kesehatan, hantaran tumbuh kembang anaknya, dan akhirnya menyiapkan anak balitanya untuk siap sekolah bersama anak-anak dalam lingkungan masyarakatnya.

Gerakan Bina Balita ini bisa menjadi bagian dari Posyandu dan bisa juga mengadakan pertemuan yang lebih sering sehingga muncul pula Pendidikan Anak Dini Usia

(Padu) yang dikelola oleh masyarakat dengan memanfaatkan

tenaga muda yang ada di kampungnya. Generasi muda ini diutamakan generasi muda yang bersekolah sehingga ada kesinambungan. Anak-anak remaja yang sekolah sore membantu di pagi hari, anak-anak remaja yang sekolah pagi membantu pada siang dan sore hari. Para remaja ini dilatih lebih dulu oleh tenaga guru yang memang ahli dalam bidang tumbuh kembang anak balita. Orang tua yang tidak bekerja membantu mendampingi sebagai tenaga pendamping yang aktif.

Pendampingan oleh orang tua ini penting karena setelah pulang kerumah masing-masing para ibu tersebut dapat melanjutkan upaya pemberdayaan anak balita itu dalam lingkungan rumah tangganya sendiri. Harus diusahakan dengan sungguh-sungguh agar semua anak-anak keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I, atau anak-anak keluarga miskin, men-dapat perhatian utama. Anak-anak keluarga sejahtera II, III, dan III plus sebaiknya ikut bergabung sehingga timbul kebersamaan

(5)

yang nantinya bisa mengantar persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih akrab. Apabila terpaksa boleh saja mempergunakan fasilitas swasta yang tersedia di daerah yang sama.

Perlu diperhatikan bahwa semua anak balita harus mendapat perlakuan atau treatmen yang serupa agar tidak menimbulkan ketimpangan gender. Artinya anak-anak perempuan dan laki-laki harus semuanya diajak dalam proses pemberdayaan sejak saat dini tersebut. Tidak diperkenankan

(6)

hanya anak laki-laki saja, dan tidak pula hanya diberlakukan untuk anak perempuan saja. Pemberian imunisasi dan perlakuan terhadap perawatan kesehatan lainnya harus seimbang dan tidak hanya memberikan prioritas kepada anak laki-laki saja.

Dalam pengembangan Gerakan Bina Keluarga Balita tersebut aparat pemerintah seperti dokter, bidan, guru taman kanak-kanak, psikolog, dan ahli pertumbuhan anak harus memberi bimbingan untuk kegiatan Posyandu. Apabila telah tersedia untuk lembaga swasta atau kegiatan kemasyarakatan lainnya mereka bisa membantu dalam kegiatan Posyandu. Sifat bantuan ini saling membantu, atau cross subsidy, artinya petugas itu dibiayai oleh pemerintah dan swasta tetapi juga memberikan jasa-jasa baiknya untuk amal bagi kelompok kurang mampu di Posyandu.

Keluarga dengan anak Balita atau Keluarga Balita biasanya orang tuanya masih dalam kondisi usia subur. Karena itu dalam Gerakan Bina Keluarga Balita ini juga harus diberikan pemberdayaan dalam bidang Kesehatan Reproduksi untuk para orang tuanya. Suami isteri harus sering-sering diundang, termasuk dengan anak-anak mereka yang sudah lebih besar, untuk mendapatkan penjelasan tentang kesehatan reproduksi. Termasuk juga penjelasan tentang bahaya penyebaran Virus HIV/AIDS.

Keluarga Balita masa kini bisa saja merupakan keluarga yang kedua orang tuanya, yaitu bapak dan ibu, kedua-duannya bekerja. Karena itu, ketika mereka bekerja, keluarga tersebut terpaksa menitipkan anak balitanya kepada nenek, kakek atau anggota keluarga lainnya. Dalam rangkaian yang lebih maju, suatu Program Penitipan Balita yang dikelola bersama dapat

(7)

pula dikembangkan. Program ini bisa menjadi poros utama kegiatan Gerakan Bina Keluarga Balita. Dalam kondisi seperti ini Gerakan Keluarga Balita bisa mengembangkan program atau kegiatan penitipan bayi dan balita. Lembaga Penitipan Bayi dan Anak milik Posyandu tersebut perlu dilengkapi dengan sarana yang lebih baik. Lembaga penitipan di Posyandu tersebut harus disiapkan dengan baik karena anak-anak berkumpul bersama lebih lama.

2. Keluarga Remaja

Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran keluarga remaja bahwa anak-anak mereka adalah bibit-bibit yang harus dipersiapkan menjadi kekuatan pembangunan yang bermoral dan bermutu. Orang tua keluarga remaja harus disadarkan bahwa mereka adalah agen-agen pembangunan yang harus mendampingi anak-anak mereka tumbuh subur menjadi kekuatan pembangunan yang “tangguh, tanggap dan tanggon”.

Orang tua harus dipersiapkan untuk memahami persoalan yang dihadapi atau bakal dihadapi oleh anak-anak remajanya, mendukung sekolah mereka dengan gigih, memperhatikan makanan dan gizi anak-anak agar mereka bisa bersekolah dengan baik, memberikan dukungan keagamaan dan budi pekerti sehingga mereka bisa mewarisi nilai-nilai luhur budaya bangsa yang kita junjung tinggi selama ini.

Disamping itu Posyandu harus ikut membantu memelihara kesehatan orang tua yang memiliki anak remaja karena orang tua ini harus bekerja keras agar bisa membantu dan mendampingi anak remajanya memenuhi kebutuhan yang

(8)

makin meningkat. Orang tua anak remaja biasanya berada pada posisi puncak, baik sebagai petani maupun pegawai di kantornya, sehingga mereka tidak boleh kehilangan kesempatan karena sakit atau halangan apapun.

Pada masa seperti ini, yaitu anak-anak mereka menjadi anak remaja, para isteri yang biasanya tinggal dirumah dan tidak bekerja, mulai merasa tugas reproduksi sudah selesai. Ibu-ibu muda tersebut hampir pasti ingin ikut kembali memasuki lapangan kerja dan bekerja. Padahal anak-anak remajanya memerlukan perhatian yang lebih besar dan pengawasan yang lebih jeli dibandingkan masa balita atau masa kanak-kanak. Keseimbangan perhatian dari Posyandu sungguh sangat diperlukan.

(9)

Anak-anak remaja mereka mengalami perubahan mental dan fisik yang sangat berarti. Sebagian memasuki masa puber yang aneh dan ingin mendapatkan informasi tetapi biasanya malu bertanya kepada bapak ibunya, takut diketawakan atau mengira orang tuanya tidak tahu menahu tentang masalah yang mereka alami. Sebagian orang tua mereka juga memasuki masa-masa kritis dalam lingkungan rumah tangganya.

Ada ketidakpuasan dengan perkawinan, lingkungan keluarga atau masyarakat sekitarnya, ada pula yang mulai memasuki masa menopause. Konflik dalam berbagai dimensi perubahan ini bisa saja menyebabkan perhatian orang tua kepada anak-anak remajanya mengendur dan menimbulkan rasa tidak puas pada anaknya, dan tanda tanya yang aneh dari para remaja tentang perhatian yang mereka harapkan dari orang tua.

Anak-anak remaja birahinya bertambah tinggi sementara orang tua birahinya makin menurun. Terjadi konflik perhatian dan bisa menimbulkan ketidak harmonisan di antara orang tua dan anak-anaknya. Orang tua mungkin saja kurang birahinya, tetapi masih mempunyai resiko untuk hamil. Padahal kalau hamil pada usia diatas 30 tahun mempunyai resiko yang tinggi untuk meninggal dunia, sehingga diharapkan keluarga dewasa segera mengambil pilihan kontrasepsi yang lebih mantab.

Pada keluarga remaja tersebut sebagian orang tua sudah mengalami peristiwa perkawinan selama sepuluh tahun, duapuluh tahun, duapuluh lima tahun atau tigapuluh tahun. Untuk memeriahkan suasana pertemuan Posyandu dengan anggota keluarga remaja, yaitu keluarga dengan anak-anak remaja, ada baiknya diseling dengan memberikan kejutan berupa peringatan ulang tahun perkawinan ke sepuluh, ke duapuluh,

(10)

ke duapuluhlima tahun, dan seterusnya, sehingga seluruh anggota keluarga bisa hadir dalam pertemuan di Posyandu. Dalam kesempatan itu seluruh keluarga bisa memperoleh informasi penting dari pidato atau sambutan-sambutan yang diberikan.

Hampir dapat dipastikan kalau keluarga remaja itu mempunyai kakek dan nenek yang mungkin saja masih hidup, usia kakek dan neneknya akan mencapai usia lanjut. Peristiwa ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan penghargaan kepada kakek dan nenek dari keluarga remaja yang mempunyai kakek dan nenek usia lanjut. Suasana Posyandu bisa lebih meriah karena adanya peringatan dan penghargaan kepada orang tua. Mereka dapat memperoleh pembekalan untuk memelihara keluarga sejahtera dalam lingkungannya sendiri. Memperingati bersama dalam Posyandu tersebut merupakan sekaligus penggabungan kegiatan Keluarga Remaja atau Keluarga Dewasa dengan Keluarga Lansia.

3. Keluarga Lansia

Keluarga Lansia (Lanjut Usia) adalah keluarga yang mempunyai anggota diatas usia enam puluh atau enam puluh lima tahun. Keluarga lansia biasanya mempunyai anggota yang masih aktif, remaja yang mulai kerja dan memberi harapan indah untuk kakek dan neneknya. Bisa saja lansia itu hidup sendiri karena tidak mempunyai anak yang dekat atau cucu yang tinggal serumah.

Dalam keadaan ada yang muda didalam keluarganya, maka usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru.

(11)

Di masa lalu peristiwa ini jarang terjadi, tetapi di masa depan keadaan ini akan makin bersifat umum karena usia harapan hidup yang bertambah panjang. Dalam keadaan seperti ini, setiap anggota keluarga harus belajar bagaimana memberikan perawatan yang dinamis kepada lansia yang tinggal bersama dalam keluarganya. Seluruh keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamis agar lansia yang tinggal

(12)

dalam rumahnya bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan membahagiakan.

Para lansia yang masih sehat dan segar bugar harus mendapat kesempatan untuk berkarya dalam lingkungan rumah atau bekerja di luar dalam batas-batas kemampuan fisik yang makin berkurang. Sebaliknya yang tidak mampu secara fisik dapat memperoleh ke sempatan untuk mendapatkan tempat yang terhormat dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya.

Referensi

Dokumen terkait

Molekul monomer dihubungkan satu sama lain dengan ikatan disulfida pada , yaitu regio engsel (hinge , mempunyai sifat fleksibel dan juga merupakan terbentuknya

Rancangan pola pembelajaran yang dijadikan pedoman dalam pembelajaran simulasi telah disesuaikan dengan kebutuhan industri, sehingga materi pembelajaran dalam praktik

İSTANBUL’DA KOCA MUSTAFA PAŞA CAM İİ 165.. doğrudan doğruya bir «ambulatory church»30 idi. Yâni yonca biçimi ile alâkası olmadıktan başka, yarım kubbeler

Untuk itu dilakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran kooperatif think pair share terhadap hasil belajar matematika pada siswa tunanetra yang memungkinkan

Hampir setiap tahun dimusim penghujan terjadi banjir pada Kali Bangiltak dan Kali Wrati yang disertai gerusan tebing dan putusnya tanggul dibeberapa tempat yang

pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun sendiri dari sorga dan mereka yang mati dalam. Kristus akan lebih

Kemudian, penerapan model pembelajaran problem based learning jika menggunakan media konkret dapat menjadi upaya dalam meningkatkan hasil belajar matematika, hal ini

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja konselor dalam proses konseling secara umum sudah tergolong baik, namun pada beberapa aspek masih banyak kelemahan