• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seuramoe

PRIORITAS

BANDA ACEH - Geliat budaya baca

mulai terasa, terutama di sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS Aceh. Ada sekolah yang membuat gerobak baca, menyediakan tempat yang nyaman untuk membaca seperti gubuk baca, pondok baca dan sudut baca di setiap kelas. Selain itu, mengintegrasikan program budaya baca dalam jadwal pembelajaran, misalnya 15 menit sebelum dimulai pembelajaran, siswa diwajibkan untuk membaca dan menceritakan kembali hasil bacaannya atau membuat resume bacaan. Selain itu untuk meningkatkan budaya baca, banyak sekolah sudah

menganggarkan pembelian buku non paket (termasuk Buku Bacaan Berjenjang), mendapatkan sumbangan dari alumni, bantuan dari Perpusda untuk pembaharuan buku hingga alokasi dana APBD untuk pembelian buku. Di beberapa sekolah juga menyelenggarakan perlombaan untuk meningkatkan minat baca siswa seperti lomba duta baca, Raja dan Ratu Baca, serta Bintang Pustaka dan Bintang Baca.

Selain itu.komunitas membaca juga terbentuk di daerah, misalnya di Kabupaten Bireuen ada komunitas GMB atau Gerakan Mari Membaca dengan inovasinya Mugee Buku, Pondok Baca dan Ransel Baca.

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Kunjungi kami di:

Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

Tidak Pendekar Baca dari unsur TNI untuk meningkatkan budaya baca di sekolah dan desa yang letaknya berjauhan dari ibukota kabupaten.

Gerakan membaca ini menjadi catatan khusus pada Seuramoe Prioritas edisi ini. Apalagi dengan adanya program Buku Bacaan Berjenjang (B3) sebagai alat bantu belajar dalam pembelajaran membaca dan memahami isi bacaan di kelas awal di SD dan MI.

Hibah Buku Bacaan Berjenjang diberikan kepada 829 SD/MI di 9 kabupaten mitra USAID PRIORITAS Provinsi Aceh atau sebanyak 516.467 buku. Untuk pemanfaatannya USAID melatih tenaga pelatih (fasda) yang selanjutnya melatih guru kelas awal di seluruh sekolah yang memperoleh hibah tersebut dengan harapan siswa semakin terampil dalam membaca. Setiap sekolah mendapatkan 628 buku yang terdiri dari 75 judul buku bacaan termasuk 8 buku besar dan 6 buku panduan guru serta lembar kerja siswa.

Program B3 ini dijangkakan akan memperoleh 45 fasilitator daerah khusus membaca dan akan melatih serta mendampingi 3.200 orang guru di tujuh ratusan sekolah yang terjangkau.***

ISSN 2460 - 3880

Edisi XIV Juli - Des, 2016

Geliat Budaya Baca di Aceh

Gambar Kiri: Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Kakanwil Kemenag Aceh, dan siswa membaca bersama Buku Bacaan Berjenjang (B3) pada Hardikda Aceh ke 57 di Pidie Jaya (18/9/16). Atas: Kadis Pendidikan Aceh membaca resume membaca hasil karya siswa SMPN Susoh.

USAID Hibah Setengah Juta Buku

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

www.prioritaspendidikan.org

Daftar Isi:

Aceh Barat Daya dan Bireuen, Deklarasi Kabupaten Literasi

Halaman. 2

...

Gubernur Aceh: Ayo Membaca...!!!

Halaman. 3

...

Gerobak Baca, Solusi Ketiadaan Perpustakaan

Halaman. 4

...

Kreatifitas Mahasiswa dalam Merancang Media Pop Up

Halaman. 5

...

Sangkar Ilmu, Menumbuhkan Minat Baca Siswa

Halaman. 5

...

Gerilya, Hasilkan Sumbangan 2.500 Buku

Halaman.6

...

Alat Pencacah untuk Melihat Minat Baca Siswa di Pustaka

Halaman.7

...

Inovasi GMB Dekatkan Buku pada Masyarakat Bireuen

(2)

S E

2

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Seuramoe Utama

Seuramoe

PRIORITAS

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students. Penanggungjawab: Ridwan Ibrahim; Tata Letak dan Editor:Teuku Meldi Kesuma; Tim Redaksi:

Tim USAID PRIORITAS Aceh; Alamat: Komplek Dolog Desa Tanjung, Jl. Tanjung Indah Utama No 1 Desa Tanjong - Banda Aceh 23371. Telepon: (0651) 8011166, Fax(0651) 8011167. Kritik & Saran: tkesuma@prioritas.or.id.

BLANGPIDIE – Aceh Barat Daya

(Abdya) dinobatkan menjadi kabupaten literasi pertama di Aceh pada

pencanangan Deklarasi Budaya Baca se-Kabupaten Abdya yang diikuti oleh 3.000 siswa/i dari 197 sekolah jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN dan SMK di lapangan Pante Pirak Susoh (14/1). Kegiatan yang ditandai dengan membaca bersama selama 10 menit, dilanjutkan dengan siswa SD dan MTs menceritakan hasil bacaan, pembacaan deklarasi oleh seluruh siswa dan pemukulan gong sebagai tanda dimulainya budaya baca di sekolah-sekolah seluruh kabupaten tersebut.

Dalam sembutannya, Wakil Bupati Abdya, Erwanto SE MA menegaskan bahwa kalau Abdya ingin maju maka harus dengan membudayakan membaca, “Mulai hari ini, kita deklarasikan diri bahwa tiada hari di Abdya tanpa membaca. Tidak ada satu orangpun tidak membaca. Semua orang di

Abdya harus membaca. Membaca akan membuat Indonesia, Aceh dan Abdya menjadi maju,” tegasnya. “ Selain sekolah-sekolah, saya juga minta semua camat mendukung program ini dengan mengajak seluruh kepala desa untuk hidupkan pustaka desa dan anggarkan biaya desa untuk membeli buku. Pantau sekolah terdekat untuk pelaksanaan dan

membudayakan membaca di sekolahnya,” lanjut wakil bupati yang merencanakan akan melakukan pemilihan desa teladan membaca.

Deklarasi Baca di Bireuen

Serupa dengan Abdya, Kabupaten Bireuen turut mendeklarasikan Budaya Baca dan Pendidikan Inklusif. “Mari sama-sama mengubah perilaku dengan menanamkan budaya gemar baca dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan kehidupan sehari-hari,” kata Bupati Ruslan saat kegiatan di halaman Pendopo Bupati (11/2).

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Aceh mengingatkan bahwa peningkaan mutu pendidikan diawali dengan budaya baca. “Meningkatnya mutu pendidikan diawali dengan meningkatnya minat baca seluruh komponen di sekolah karena sekolah merupakan tempat peradaban manusia. Tiga komponen tersebut yaitu kepsek/guru, pengawas dan siswa.” Kata Darjo yang mengungkapkan rasa bangganya kepada Kabupaten Abdya dan Bireuen menjadi pelopor lahirnya budaya baca untuk seluruh sekolah dan Kab. Aceh Barat Daya menjadi kabupaten literasi pertama di Aceh.

Kepala Kurikulum Pendidikan Dasar Dirjen Dikdasmen Kemdikbud RI, Dr Juandanilsyah yang hadir pada kegiatan Deklarasi Budaya Baca di Abdya mengingatkan kepada para siswa untuk mulai tanamkan budaya membaca agar menjadi anak pintar dan berwawasan. Kemdikbud juga menyatakan apresiasi kepada USAID PRIORITAS yang telah menstimulus pemda untuk berperan melaksanakan program budaya baca. “Salah satu dasar hukum pelaksanakaan literasi adalah Permendibud no 23 tahun 2015, dengan membaca akan

menumbuhkan budi pekerji yang baik dan membaca 15 menit sebelum belajar akan dilaksanakn di sekolah-sekolah secara nasional untuk tumbuhkan minat baca dan pengetahuan,” kata Juandanilsyah.***

Aceh Barat Daya dan Bireuen, Deklarasi Kabupaten Literasi

Dokumentasi Deklarasi Budaya Baca

1

2

3

Tujuan Penggunaan Buku

Bacaan Berjenjang

Tujuan buku bacaan berjenjang ini adalah menyediakan buku sebagai alat bantu belajar dalam pembelajaran membaca di kelas awal di SD dan MI. Saat ini kegiatan membaca siswa terbatas pada buku teks, karena kurangnya buku bacaan atau referensi yang dibutuhkan siswa pada sebagian besar sekolah. Apalagi buku bacaan yang ada kurang memperhatikan kemampuan siswa yang berbeda – dari siswa yang baru belajar membaca sampai siswa yang sudah lancar membaca. Buku bacaan berjenjang ini dibagi enam tingkatan atau jenjang kesulitan, mulai dari yang sederhana untuk anak yang baru belajar membaca, sampai yang tingkat kesulitannya semakin tinggi untuk anak yang sudah lancar membaca. Masing-masing jenjang ditandai warna sampul buku yang berbeda. Misalnya, pada jenjang yang paling rendah (buku berwarna merah) hanya ada satu kalimat yang terdiri dari beberapa kata di setiap halaman, dan ada pengulangan struktur kalimat untuk memudahkan anak mempelajari dan memahami isi buku.

Foto: (1) Deklarasi Budaya Baca di Aceh Barat Daya diawali dengan membaca (termasuk Wabup, Kadisdik Aceh dan perwakilan Kemdikbud). (2) Bupati Bireuen dan Kadisdik Aceh memperhatikan pemanfaatan Buku Bacaan Berjenjang. (3) Siswa di Abdya menceritakan kembali buku yang dibacanya pada teman-temannya.

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

3

Seuramoe Berita

Foto: Mashadi / DC Pidie

Seuramoe

PRIORITAS

BANDA ACEH — Disela padatnya

kegiatan Pameran Hari Pendidikan Daerah Ke 57 di Meureudu, Gubernur Aceh Dr Zaini Abdullah menyempatkan diri untuk untuk ikut membaca bersama siswa SD pada stan USAID PRIORITAS. Kehadiran gubernur sontak membuat siswa tersipu bangga. Terlihat gubernur dengan akrab berdialog dan siswa yang sedang mambaca buku. “Ayo lanjutkan ya membacanya, membaca penting untuk menambah ilmu” kata gubernur. Sebelumnya di dalam stan USAID PRIORITAS gubernur disuguhi minuman

jamu tradisional Aceh hasil ramuan siswa MIN Ulee Gle. Selanjutnya beliau menyaksikan proses pembelajaran kontekstual guru dan siswa secara bersama harus mampu memanfaatkan lingkungan serta bahan-bahan bekas sebagai sumber belajar dan bahkan dapat memproduksi sendiri media

pembelajarannya. “Bagaimana cara menggunakan peralatan ini?” tanya gubernur pada Sahira siswi MTsN Bandar Dua Pidie Jaya. Sahirapun menjelaskan secara detail penggunaan peralatan Periskop sederhana yang dibuat dengan menggunakan tabung yang diberikan

Gubernur Aceh: Ayo Membaca...!!!

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Kiat Agar Siswa Senang Membaca Ala Bardan Sahidi

ANGGOTA Dewan Perwakilan Rakyat

Aceh, Bardan Sahidi, berbagi kiat menggiring siswa agar mereka senang membaca dan cinta buku, “Metode mengajak siswa mencintai membaca diantaranya secara Informatif yaitu mendorong rasa ingin tahu siswa dengan cara menerangkan gambar-gambar yang membuat mereka senang melihatnya,” jelas dia. “Kedua, Rekreatif yaitu membaca dilakukan dalam suasana santai sambil bercerita, sehingga siswa merasa nyaman misalnya dilakukan di taman atau ditempat terbuka. Dan ketiga, Inovatif yaitu adanya hal-hal baru untuk

memudahkan siswa dalam mengembangkan imajinasi dan keterampilannya” lanjut Bardan. Saat hadiri Pelatihan Modul III jenjang SD/MI di Bener Meriah, Bardan menjelaskan pentingnya menumbuhkan budaya baca di sekolah, “Membaca akan membuka jendela dunia, apa yang tidak kita ketahui akan mengetahuinya dengan membaca,” kata Bardan memberi semangat kepada peserta. Bardan juga mengingatkan bahwa membangun pendidikan tidaklah semudah membalik telapak tangan, tetapi

membutuhkan waktu yang lama untuk melihat hasilnya,”Contohnya saja kita adalah hasil investasi pendidikan puluhan tahun yang lalu yang dapat dinikmati saat ini,” kata Bardan memberi semangat bagi para guru***

Dua Tugas Utama Guru

KEPALA Dinas

Pendidikan Aceh, Hasanuddin Darjo, ingatkan bahwa pada hakikatnya ada dua tugas utama seorang guru yaitu menjadikan kehidupan siswa lebih bermakna di alam dunia dan akhir perjalanan hidup yang baik di sisi Allah, “Dua tugas utama seorang guru yaitu bagaimana mendidik anak-anak negeri

ini bisa enak hidup dan bisa enak mati,” katanya dihadapan para fasilitator daerah saat mengunjungi ToT Modul III jenjang SMP/MTs Kohor 2 di Banda Aceh beberapa waktu lalu.

“Guru boleh tua karena usia terus berjalan, tapi guru tidak boleh usang karena guru sangat berarti dan saya sangat menghormati guru,” lanjut Darjo yang selalu menyempatkan diri

mengunjungi sekolah dan berdialog dengan guru saat menjalankan tugas ke daerah.*** KEPALA Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Aceh, Drs. Daud Pakeh, mengingatkan kepada para guru akan pentingnya pelatihan pembelajaran untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar sehingga tidak lagi menggunakan metode-metode lama di dalam kelas, “Masa depan pendidikan dan siswa di sekolah bermula dari ide-ide dan kreatifitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Guru tidak boleh lagi mengajar dengan cara-cara lama menggunakan metode konvensional yang hanya mencatat di papan tulis atau mendikte, sekarang siswa harus kreatif dan menemukan jawaban dari aktifitasnya di dalam kelas dan guru sebagai fasilitator yang membimbing mereka,” katanya saat mengunjungi Diseminasi Pelatihan Modul 1 dan 2 USAID PRIORITAS jenjang MI di Aceh Jaya.

“Jadi keluarkanlah dan tuliskanlah ide-ide terbaik kita untuk pendidikan anak-anak kita dimasa yang akan datang, apa yang kita lakukan saat ini akan menjadi cerminan pendidikan di daerah kita masa yang akan datang. Apa yang kita tanam itulah hasil yg kita petik,” jelas Daud Pakeh sembari memberikan apresiasi kepada para guru yang antusias mengikuti

Tinggalkan Mengajar Cara Lama

cermin paralel yang saling berhadapan dengan sudut 45 derajat pada setiap sisinya. “Periskop ini merupakan alat optik untuk mengamati suatu objek dari posisi tersembunyi,” jelasnya sambil

menunjukkan hasil karya dari bahan bekas tersebut.

Saat akan meninggalkan stan, siswa serempak menyampaikan Salam 5 Jari Gubernur Zaini, “Ayo Membaca, Ayo Belajar, Ayo Sekolah, Ayo Kerja, Aceh pasti bisa, Insya Allah,” seru siswa secara bersama.***

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

Gubernur Aceh, Dr Zaini Abdullah memberi semangat pada siswa untuk terus membaca (stan USAID PRIORITAS, Hardikda Aceh ke 57)

Anggota DPRA, Bardan Sahidi mendampingi siswa menulis resume bacaan.

(3)

S E

2

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Seuramoe Utama

Seuramoe

PRIORITAS

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students. Penanggungjawab: Ridwan Ibrahim; Tata Letak dan Editor:Teuku Meldi Kesuma; Tim Redaksi:

Tim USAID PRIORITAS Aceh; Alamat: Komplek Dolog Desa Tanjung, Jl. Tanjung Indah Utama No 1 Desa Tanjong - Banda Aceh 23371. Telepon: (0651) 8011166, Fax(0651) 8011167. Kritik & Saran: tkesuma@prioritas.or.id.

BLANGPIDIE – Aceh Barat Daya

(Abdya) dinobatkan menjadi kabupaten literasi pertama di Aceh pada

pencanangan Deklarasi Budaya Baca se-Kabupaten Abdya yang diikuti oleh 3.000 siswa/i dari 197 sekolah jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN dan SMK di lapangan Pante Pirak Susoh (14/1). Kegiatan yang ditandai dengan membaca bersama selama 10 menit, dilanjutkan dengan siswa SD dan MTs menceritakan hasil bacaan, pembacaan deklarasi oleh seluruh siswa dan pemukulan gong sebagai tanda dimulainya budaya baca di sekolah-sekolah seluruh kabupaten tersebut.

Dalam sembutannya, Wakil Bupati Abdya, Erwanto SE MA menegaskan bahwa kalau Abdya ingin maju maka harus dengan membudayakan membaca, “Mulai hari ini, kita deklarasikan diri bahwa tiada hari di Abdya tanpa membaca. Tidak ada satu orangpun tidak membaca. Semua orang di

Abdya harus membaca. Membaca akan membuat Indonesia, Aceh dan Abdya menjadi maju,” tegasnya. “ Selain sekolah-sekolah, saya juga minta semua camat mendukung program ini dengan mengajak seluruh kepala desa untuk hidupkan pustaka desa dan anggarkan biaya desa untuk membeli buku. Pantau sekolah terdekat untuk pelaksanaan dan

membudayakan membaca di sekolahnya,” lanjut wakil bupati yang merencanakan akan melakukan pemilihan desa teladan membaca.

Deklarasi Baca di Bireuen

Serupa dengan Abdya, Kabupaten Bireuen turut mendeklarasikan Budaya Baca dan Pendidikan Inklusif. “Mari sama-sama mengubah perilaku dengan menanamkan budaya gemar baca dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan kehidupan sehari-hari,” kata Bupati Ruslan saat kegiatan di halaman Pendopo Bupati (11/2).

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Aceh mengingatkan bahwa peningkaan mutu pendidikan diawali dengan budaya baca. “Meningkatnya mutu pendidikan diawali dengan meningkatnya minat baca seluruh komponen di sekolah karena sekolah merupakan tempat peradaban manusia. Tiga komponen tersebut yaitu kepsek/guru, pengawas dan siswa.” Kata Darjo yang mengungkapkan rasa bangganya kepada Kabupaten Abdya dan Bireuen menjadi pelopor lahirnya budaya baca untuk seluruh sekolah dan Kab. Aceh Barat Daya menjadi kabupaten literasi pertama di Aceh.

Kepala Kurikulum Pendidikan Dasar Dirjen Dikdasmen Kemdikbud RI, Dr Juandanilsyah yang hadir pada kegiatan Deklarasi Budaya Baca di Abdya mengingatkan kepada para siswa untuk mulai tanamkan budaya membaca agar menjadi anak pintar dan berwawasan. Kemdikbud juga menyatakan apresiasi kepada USAID PRIORITAS yang telah menstimulus pemda untuk berperan melaksanakan program budaya baca. “Salah satu dasar hukum pelaksanakaan literasi adalah Permendibud no 23 tahun 2015, dengan membaca akan

menumbuhkan budi pekerji yang baik dan membaca 15 menit sebelum belajar akan dilaksanakn di sekolah-sekolah secara nasional untuk tumbuhkan minat baca dan pengetahuan,” kata Juandanilsyah.***

Aceh Barat Daya dan Bireuen, Deklarasi Kabupaten Literasi

Dokumentasi Deklarasi Budaya Baca

1

2

3

Tujuan Penggunaan Buku

Bacaan Berjenjang

Tujuan buku bacaan berjenjang ini adalah menyediakan buku sebagai alat bantu belajar dalam pembelajaran membaca di kelas awal di SD dan MI. Saat ini kegiatan membaca siswa terbatas pada buku teks, karena kurangnya buku bacaan atau referensi yang dibutuhkan siswa pada sebagian besar sekolah. Apalagi buku bacaan yang ada kurang memperhatikan kemampuan siswa yang berbeda – dari siswa yang baru belajar membaca sampai siswa yang sudah lancar membaca. Buku bacaan berjenjang ini dibagi enam tingkatan atau jenjang kesulitan, mulai dari yang sederhana untuk anak yang baru belajar membaca, sampai yang tingkat kesulitannya semakin tinggi untuk anak yang sudah lancar membaca. Masing-masing jenjang ditandai warna sampul buku yang berbeda. Misalnya, pada jenjang yang paling rendah (buku berwarna merah) hanya ada satu kalimat yang terdiri dari beberapa kata di setiap halaman, dan ada pengulangan struktur kalimat untuk memudahkan anak mempelajari dan memahami isi buku.

Foto: (1) Deklarasi Budaya Baca di Aceh Barat Daya diawali dengan membaca (termasuk Wabup, Kadisdik Aceh dan perwakilan Kemdikbud). (2) Bupati Bireuen dan Kadisdik Aceh memperhatikan pemanfaatan Buku Bacaan Berjenjang. (3) Siswa di Abdya menceritakan kembali buku yang dibacanya pada teman-temannya.

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

3

Seuramoe Berita

Foto: Mashadi / DC Pidie

Seuramoe

PRIORITAS

BANDA ACEH — Disela padatnya

kegiatan Pameran Hari Pendidikan Daerah Ke 57 di Meureudu, Gubernur Aceh Dr Zaini Abdullah menyempatkan diri untuk untuk ikut membaca bersama siswa SD pada stan USAID PRIORITAS. Kehadiran gubernur sontak membuat siswa tersipu bangga. Terlihat gubernur dengan akrab berdialog dan siswa yang sedang mambaca buku. “Ayo lanjutkan ya membacanya, membaca penting untuk menambah ilmu” kata gubernur. Sebelumnya di dalam stan USAID PRIORITAS gubernur disuguhi minuman

jamu tradisional Aceh hasil ramuan siswa MIN Ulee Gle. Selanjutnya beliau menyaksikan proses pembelajaran kontekstual guru dan siswa secara bersama harus mampu memanfaatkan lingkungan serta bahan-bahan bekas sebagai sumber belajar dan bahkan dapat memproduksi sendiri media

pembelajarannya. “Bagaimana cara menggunakan peralatan ini?” tanya gubernur pada Sahira siswi MTsN Bandar Dua Pidie Jaya. Sahirapun menjelaskan secara detail penggunaan peralatan Periskop sederhana yang dibuat dengan menggunakan tabung yang diberikan

Gubernur Aceh: Ayo Membaca...!!!

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Kiat Agar Siswa Senang Membaca Ala Bardan Sahidi

ANGGOTA Dewan Perwakilan Rakyat

Aceh, Bardan Sahidi, berbagi kiat menggiring siswa agar mereka senang membaca dan cinta buku, “Metode mengajak siswa mencintai membaca diantaranya secara Informatif yaitu mendorong rasa ingin tahu siswa dengan cara menerangkan gambar-gambar yang membuat mereka senang melihatnya,” jelas dia. “Kedua, Rekreatif yaitu membaca dilakukan dalam suasana santai sambil bercerita, sehingga siswa merasa nyaman misalnya dilakukan di taman atau ditempat terbuka. Dan ketiga, Inovatif yaitu adanya hal-hal baru untuk

memudahkan siswa dalam mengembangkan imajinasi dan keterampilannya” lanjut Bardan. Saat hadiri Pelatihan Modul III jenjang SD/MI di Bener Meriah, Bardan menjelaskan pentingnya menumbuhkan budaya baca di sekolah, “Membaca akan membuka jendela dunia, apa yang tidak kita ketahui akan mengetahuinya dengan membaca,” kata Bardan memberi semangat kepada peserta. Bardan juga mengingatkan bahwa membangun pendidikan tidaklah semudah membalik telapak tangan, tetapi

membutuhkan waktu yang lama untuk melihat hasilnya,”Contohnya saja kita adalah hasil investasi pendidikan puluhan tahun yang lalu yang dapat dinikmati saat ini,” kata Bardan memberi semangat bagi para guru***

Dua Tugas Utama Guru

KEPALA Dinas

Pendidikan Aceh, Hasanuddin Darjo, ingatkan bahwa pada hakikatnya ada dua tugas utama seorang guru yaitu menjadikan kehidupan siswa lebih bermakna di alam dunia dan akhir perjalanan hidup yang baik di sisi Allah, “Dua tugas utama seorang guru yaitu bagaimana mendidik anak-anak negeri

ini bisa enak hidup dan bisa enak mati,” katanya dihadapan para fasilitator daerah saat mengunjungi ToT Modul III jenjang SMP/MTs Kohor 2 di Banda Aceh beberapa waktu lalu.

“Guru boleh tua karena usia terus berjalan, tapi guru tidak boleh usang karena guru sangat berarti dan saya sangat menghormati guru,” lanjut Darjo yang selalu menyempatkan diri

mengunjungi sekolah dan berdialog dengan guru saat menjalankan tugas ke daerah.*** KEPALA Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Aceh, Drs. Daud Pakeh, mengingatkan kepada para guru akan pentingnya pelatihan pembelajaran untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar sehingga tidak lagi menggunakan metode-metode lama di dalam kelas, “Masa depan pendidikan dan siswa di sekolah bermula dari ide-ide dan kreatifitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Guru tidak boleh lagi mengajar dengan cara-cara lama menggunakan metode konvensional yang hanya mencatat di papan tulis atau mendikte, sekarang siswa harus kreatif dan menemukan jawaban dari aktifitasnya di dalam kelas dan guru sebagai fasilitator yang membimbing mereka,” katanya saat mengunjungi Diseminasi Pelatihan Modul 1 dan 2 USAID PRIORITAS jenjang MI di Aceh Jaya.

“Jadi keluarkanlah dan tuliskanlah ide-ide terbaik kita untuk pendidikan anak-anak kita dimasa yang akan datang, apa yang kita lakukan saat ini akan menjadi cerminan pendidikan di daerah kita masa yang akan datang. Apa yang kita tanam itulah hasil yg kita petik,” jelas Daud Pakeh sembari memberikan apresiasi kepada para guru yang antusias mengikuti

Tinggalkan Mengajar Cara Lama

cermin paralel yang saling berhadapan dengan sudut 45 derajat pada setiap sisinya. “Periskop ini merupakan alat optik untuk mengamati suatu objek dari posisi tersembunyi,” jelasnya sambil

menunjukkan hasil karya dari bahan bekas tersebut.

Saat akan meninggalkan stan, siswa serempak menyampaikan Salam 5 Jari Gubernur Zaini, “Ayo Membaca, Ayo Belajar, Ayo Sekolah, Ayo Kerja, Aceh pasti bisa, Insya Allah,” seru siswa secara bersama.***

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

Gubernur Aceh, Dr Zaini Abdullah memberi semangat pada siswa untuk terus membaca (stan USAID PRIORITAS, Hardikda Aceh ke 57)

Anggota DPRA, Bardan Sahidi mendampingi siswa menulis resume bacaan.

(4)

4

S E

Seuramoe

PRIORITAS

Foto: Sri Wahyuni / DC Aceh Jaya

KEBERHASILAN siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar di sekolah dasar banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam membaca dan menulis. Oleh karena itu, pembelajaran membaca dan menulis merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran di kelas awal. Kurangnya penggunaan media yang relevan menjadi salah satu kendala bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan membaca dan menulis mereka. Salah satu solusinya adalah, guru yang mengajar di kelas awal harus mampu merancang media seperti Big Book (Buku Besar) yang murah untuk membantu siswa dalam proses membaca di sekolah. Berkaitan dengan itu, maka mahasiswa PGSD/PGMI sebagai calon guru harus dilatih agar mereka mampu menggunakan dan mengembangkan media Big Book murah, dari bahan-bahan bekas di sekitarnya. Mahasiswa PGSD/PGMI diharapkan agar mempunyai keterampilan berimajinasi, menulis, dan berkarya mengembangkan media literasi. Langkah pertama, mahasiswa diberikan pemahaman tentang pentingnya membantu siswa memahami buku,

mengenalkan berbagai jenis bahan bacaan kepada siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan

menyediakan contoh teks yang baik untuk digunakan siswa. Selanjutnya mahasiswa mempersiapkan karton bekas sebagai cover dan kertas bekas minimal berukuran A3 sebanyak halaman yang dibutuhkan, spidol warna, kertas warna dan lem. Menentukan topik cerita dan mengembangkan topik cerita menjadi cerita utuh dalam kalimat-kalimat singkat. Langkah selanjutnya, menentukan gambar atau ilustrasi untuk setiap halaman dan desain cerita dan gambar atau ilustrasinya (yang bisa didapatkan pada internet). Tuliskan kalimat singkat di atas kertas. Tulis atau tempelkan setiap kalimat di halaman yang sesuai dengan

gambar/ilustrasi. Sebagai tambahan, ide cerita Big Book dapat diperoleh dari kejadian-kejadian yang terjadi sehari-hari pada lingkungan dan kehidupan siswa atau ide lain yang menarik bagi siswa. Setelah Big Book selesai dikreasi, maka setiap mahasiswa diwajibkan untuk membacakan Big Book dihadapan mahasiswa lain (membaca bersama) sebagai tim penguji dan memberikan nilai pada setiap Big Book, sedangkan dosen

hanya bertindak sebagai fasilitator.

Dampaknya bagi mahasiswa adalah, mereka semakin memahami pentingnya media pembelajaran bagi siswa kelas awal

terutama untuk belajar membaca dan menulis. Mahasiswa juga dapat merangkai imajinasi mereka kedalam sebuah

kreasi yang bermanfaat saat mereka PPL dan menjadi guru kelak. “Kami merasa big book yang kami buat sudah sempurna dan memudahkan pembaca untuk memahaminya, akan tetapi setelah kami bacakan di hadapan mahasiswa lainnya kami baru memahami kekurangan hasil karya dan cara penyampaiannya

(membaca). Diantara yang kami temukan tadi, pola kalimat yang masih belum baik, gambar yang kurang memiliki makna, jenis dan ukuran huruf kurang jelas terbaca dan jalan cerita yang kurang dipahami,” cerita Syarifah, mahasiswa tingkat awal PGMI UIN Ar Raniry. Senada dengan Syarifah, Ridha, mahasiswa PGSD Universitas Syiah Kuala yakin penggunaan media Big Book di kelas awal akan menjadikan suasana belajar lebih menyenangkan dan akan berhasil meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis kalimat sederhana. “Big Book akan memberikan suasana pembelajaran yang konkrit kepada siswa sehingga mereka akan lebih aktif dalam proses pembelajaran.” Pukas Ridha.***

Merancang Media Literasi “Big Book” dengan Bahan Bekas

Oleh : Fithriyah, S.Ag (PGMI UIN Ar Raniry) dan Drs. Adnan M. Pd. (PGSD Universitas Syiah Kuala)

Seuramoe Praktik yang Baik

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Gerobak Baca, Solusi Ketiadaan Perpustakaan

KETIADAAN perpustakaan di SDN 6

Tanah Jambo Aye menjadi salah satu masalah yang mungkin menyebabkan minimnya minat baca siswa dan rendahnya kemampuan membaca beberapa siswa. Permasalah ini tidak dapat dibiarkan, sekolah harus dapat mendekatkan buku pada siswa untuk meningkatkan minat baca siswa dan adanya alternatif pengganti perpustakaan secara cepat karena untuk membuat sebuah pustaka membutuhkan waktu dan biaya yang besar.

Kami menyampaikan kepada kepala sekolah tentang pentingnya perpustakaan bagi siswa dan untuk menanggulangi permasalah tersebut kami menyarankan untuk membuat gerobak baca sebagai menggantikan fungsi perpustakaan. Dengan dukungan komite, wali siswa,

Oleh : Nurlindayani,S.Pd, Fasda USAID PRIORITAS Kab. Aceh Utara

guru dan menggunakan dana BOS akhirnya gerobak baca terwujud. Dalam pelaksanaannya, untuk mendekatkan buku pada siswa maka guru secara bergantian bertugas piket.

Gerobak baca yang diresmikan oleh Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Aceh Utara tersebut kini bukan hanya dimanfaatkan oleh siswa saja, tetapi juga dimanfaatkan oleh guru untuk membaca. Gerobak baca juga diletakkan setiap harinya berbeda-beda, terkadang di selasar kelas, di taman bahkan di dekat kantin sekolah untuk lebih mendekatkan buku pada siswa. “Kami dengan mudah dapat memilih buku dan membaca, terutama saat guru berhalangan masuk, gerobak baca diarahkan ke depan kelas dan kami memanfaatkan waktu kosong dengan membaca,” jelas Aldi siswa kelas 5. Kini ketiadaan perpustakaan bukan menjadi kendala lagi untuk mendekatkan buku sebagai sumber belajar pada siswa.***

Mahasiswa mempraktikkan metode membaca bersama

USAID PRIORIT

AS/

Teuku Meldi

Antusias siswa memilih buku pada gerobak baca

5

Seuramoe

PRIORITAS

Seuramoe Praktik yang Baik

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Kreativitas Mahasiswa dalam Merancang Media Pop Up

Oleh : Mislinawati, S.PdI, M.Pd, (Dosen PGSD Universitas Syiah Kuala)

DALAM mata kuliah perencanaan

pembelajaran di PGSD untuk semester 4, mahasiswa dituntut untuk dapat

merancang media pembelajaran Sekolah Dasar. Setelah saya mengikuti pelatihan yang diberikan USAID PRIORITAS tentang pembelajaran literasi SD/MI, maka saya banyak menemukan pengalaman baru untuk terapkan kepada mahasiswa, salah satu adalah media literasi. Selama ini mahasiswa mendesain media pembelajaran (dalam mata kuliah perencanaan) menggunakan bahan yang tidak bervariasi. Sedangkan tuntutan untuk siswa SD harus bervariasi guna mencegah kebosanan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Salah satunya media literasi yang kami rancang adalah media Pop Up dengan seni kertas bervariasi yang dibentuk menjadi objek tertentu sesuai daya imajinasi mahasiswa. Dengan adanya media Pop Up untuk proses belajar membaca permulaan siswa kelas awal, maka diharapkan siswa memperoleh kemampuan merancang dan menguasai teknik-teknik membaca dengan baik sehingga mampu

menumbuhkan kebiasaan membaca yang menyenangkan bagi siswa.

Untuk menerapkan keterampilan mahasiswa ini, saya membagikan mahasiswa kedalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok sudah ditentukan tema. Saya memfasilitasi dengan beberapa buku sumber untuk

membantu mereka dalam mendesain media Pop Up. Mereka juga dapat mencari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan rancangan media Pop Up tersebut. Untuk bahan –bahan yang diperlukan masing-masing mahasiswa sudah mempersiapkan secara

berkelompok diantaranya karton, origami, pita, pensil berwarna, spidol dan gunting. Setiap kelompok menentukan judul dan cerita, selanjutnya merancang media. Kegiatan tidak dapat dilakukan dalam sekali pertemuan, oleh karenanya dilanjutkan kembali diluar jam

perkuliahan. Pada pertemuan selanjutnya perwakilan masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk

mempresentasikan hasil karya media Pop Up sambil bercerita di hadapan

kelompok lain seakan-akan di hadapan siswa kelas awal (mahasiswa

mendengarkan dan secara aktif menjawab serta bertanya).

Hasilnya, mahasiswa dapat merancang media literasi Pop Up secara bervariasi. Dampak yang dirasakan adalah mereka dapat memanfaatkan media tersebut dalam mata kuliah lainnya seperti pada mata kuliah micro teaching dan mata kuliah Program Pengalaman Lapangan (PPL). Saya selalu menekankan kepada mereka buatlah media literasi yang layak digunakan oleh guru SD. Pengembangan media ini sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan motivasi belajar

mereka dan mereka sangat antusias serta menarik dalam mengikuti proses

perkuliahan. “Dengan merancang media literasi yang kreatif dari bahan sederhana tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan indah sehingga menjadi media yang menarik. Disaat menjadi guru nanti, kami akan mengajarkan literasi pada siswa menggunakan hasil karya kami sendiri dan akan mendorong siswa untuk menumbuhkan kreatifitasnya dengan merancang media Pop Up mereka sendiri,” jelas Ratna mahasiswa PGSD.***

“Sangkar Ilmu” Menumbuhkan Minat Baca Siswa

KURANGNYA minat membaca siswa,

diantaranya disebabkan oleh bahan bacaan yang tidak dapat di peroleh secara langsung, terbatasnya waktu untuk membaca di sekolah dan sebagaian siswa merasa enggan melakukan peminjaman buku dikarenakan proses administrasi perpustakaan. Untuk menghilangkan hal tersebut, kami membuat sebuah media yag diberinama “Sangkar Ilmu”.

Sangkar Ilmu merupakan salah satu media sumber ilmu yang di tempatkan di bawah pepohonan sekitar halaman sekolah. Sangkar Ilmu berbentuk sangkar burung yang di dalamnya ditempatkan sejumlah buku-buku bacaan agar dapat dibaca oleh siswa, terutama saat jam istirahat sekolah. Siswa dapat mengambil langsung bahan bacaan tersebut di dalam sangkar, selesai membaca mengembalikan buku pada posisi semula di dalam Sangkar Ilmu. Guru piket bertugas untuk mengawasi siswa saat membaca, jika siswa tertarik dengan bacaan tersebut, maka siswa dapat

Oleh : Muhammad Yakob, S. Pd.M. Hum, MTs Negeri Seruway, Kab. Aceh Tamiang

meminjam buku tersebut di perpustakaan. Ini adalah salah satu cara kami untuk

mendekatkan buku pada siswa dan meningkatkan minat mereka untuk membaca.

“Saat jam istirahat, kami dengan mudah memperoleh buku di Sangkar Ilmu dan membaca sambil santai di bawah pohon,” kata Rudi siswa kelas VII. Dengan menggunakan media tersebut, kini

muncul budaya baca di lingkungan sekolah kami, terutama saat istirahat berlangsung dan pada saat senggang lainnya.***

Sangkar Ilmu dan

pengumuman Quis untuk siswa Media Pop Up hasil karya mahasiswa

(5)

4

S E

Seuramoe

PRIORITAS

Foto: Sri Wahyuni / DC Aceh Jaya

KEBERHASILAN siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar di sekolah dasar banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam membaca dan menulis. Oleh karena itu, pembelajaran membaca dan menulis merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran di kelas awal. Kurangnya penggunaan media yang relevan menjadi salah satu kendala bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan membaca dan menulis mereka. Salah satu solusinya adalah, guru yang mengajar di kelas awal harus mampu merancang media seperti Big Book (Buku Besar) yang murah untuk membantu siswa dalam proses membaca di sekolah. Berkaitan dengan itu, maka mahasiswa PGSD/PGMI sebagai calon guru harus dilatih agar mereka mampu menggunakan dan mengembangkan media Big Book murah, dari bahan-bahan bekas di sekitarnya. Mahasiswa PGSD/PGMI diharapkan agar mempunyai keterampilan berimajinasi, menulis, dan berkarya mengembangkan media literasi. Langkah pertama, mahasiswa diberikan pemahaman tentang pentingnya membantu siswa memahami buku,

mengenalkan berbagai jenis bahan bacaan kepada siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan

menyediakan contoh teks yang baik untuk digunakan siswa. Selanjutnya mahasiswa mempersiapkan karton bekas sebagai cover dan kertas bekas minimal berukuran A3 sebanyak halaman yang dibutuhkan, spidol warna, kertas warna dan lem. Menentukan topik cerita dan mengembangkan topik cerita menjadi cerita utuh dalam kalimat-kalimat singkat. Langkah selanjutnya, menentukan gambar atau ilustrasi untuk setiap halaman dan desain cerita dan gambar atau ilustrasinya (yang bisa didapatkan pada internet). Tuliskan kalimat singkat di atas kertas. Tulis atau tempelkan setiap kalimat di halaman yang sesuai dengan

gambar/ilustrasi. Sebagai tambahan, ide cerita Big Book dapat diperoleh dari kejadian-kejadian yang terjadi sehari-hari pada lingkungan dan kehidupan siswa atau ide lain yang menarik bagi siswa. Setelah Big Book selesai dikreasi, maka setiap mahasiswa diwajibkan untuk membacakan Big Book dihadapan mahasiswa lain (membaca bersama) sebagai tim penguji dan memberikan nilai pada setiap Big Book, sedangkan dosen

hanya bertindak sebagai fasilitator.

Dampaknya bagi mahasiswa adalah, mereka semakin memahami pentingnya media pembelajaran bagi siswa kelas awal

terutama untuk belajar membaca dan menulis. Mahasiswa juga dapat merangkai imajinasi mereka kedalam sebuah

kreasi yang bermanfaat saat mereka PPL dan menjadi guru kelak. “Kami merasa big book yang kami buat sudah sempurna dan memudahkan pembaca untuk memahaminya, akan tetapi setelah kami bacakan di hadapan mahasiswa lainnya kami baru memahami kekurangan hasil karya dan cara penyampaiannya

(membaca). Diantara yang kami temukan tadi, pola kalimat yang masih belum baik, gambar yang kurang memiliki makna, jenis dan ukuran huruf kurang jelas terbaca dan jalan cerita yang kurang dipahami,” cerita Syarifah, mahasiswa tingkat awal PGMI UIN Ar Raniry. Senada dengan Syarifah, Ridha, mahasiswa PGSD Universitas Syiah Kuala yakin penggunaan media Big Book di kelas awal akan menjadikan suasana belajar lebih menyenangkan dan akan berhasil meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis kalimat sederhana. “Big Book akan memberikan suasana pembelajaran yang konkrit kepada siswa sehingga mereka akan lebih aktif dalam proses pembelajaran.” Pukas Ridha.***

Merancang Media Literasi “Big Book” dengan Bahan Bekas

Oleh : Fithriyah, S.Ag (PGMI UIN Ar Raniry) dan Drs. Adnan M. Pd. (PGSD Universitas Syiah Kuala)

Seuramoe Praktik yang Baik

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Gerobak Baca, Solusi Ketiadaan Perpustakaan

KETIADAAN perpustakaan di SDN 6

Tanah Jambo Aye menjadi salah satu masalah yang mungkin menyebabkan minimnya minat baca siswa dan rendahnya kemampuan membaca beberapa siswa. Permasalah ini tidak dapat dibiarkan, sekolah harus dapat mendekatkan buku pada siswa untuk meningkatkan minat baca siswa dan adanya alternatif pengganti perpustakaan secara cepat karena untuk membuat sebuah pustaka membutuhkan waktu dan biaya yang besar.

Kami menyampaikan kepada kepala sekolah tentang pentingnya perpustakaan bagi siswa dan untuk menanggulangi permasalah tersebut kami menyarankan untuk membuat gerobak baca sebagai menggantikan fungsi perpustakaan. Dengan dukungan komite, wali siswa,

Oleh : Nurlindayani,S.Pd, Fasda USAID PRIORITAS Kab. Aceh Utara

guru dan menggunakan dana BOS akhirnya gerobak baca terwujud. Dalam pelaksanaannya, untuk mendekatkan buku pada siswa maka guru secara bergantian bertugas piket.

Gerobak baca yang diresmikan oleh Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Aceh Utara tersebut kini bukan hanya dimanfaatkan oleh siswa saja, tetapi juga dimanfaatkan oleh guru untuk membaca. Gerobak baca juga diletakkan setiap harinya berbeda-beda, terkadang di selasar kelas, di taman bahkan di dekat kantin sekolah untuk lebih mendekatkan buku pada siswa. “Kami dengan mudah dapat memilih buku dan membaca, terutama saat guru berhalangan masuk, gerobak baca diarahkan ke depan kelas dan kami memanfaatkan waktu kosong dengan membaca,” jelas Aldi siswa kelas 5. Kini ketiadaan perpustakaan bukan menjadi kendala lagi untuk mendekatkan buku sebagai sumber belajar pada siswa.***

Mahasiswa mempraktikkan metode membaca bersama

USAID PRIORIT

AS/

Teuku Meldi

Antusias siswa memilih buku pada gerobak baca

5

Seuramoe

PRIORITAS

Seuramoe Praktik yang Baik

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Kreativitas Mahasiswa dalam Merancang Media Pop Up

Oleh : Mislinawati, S.PdI, M.Pd, (Dosen PGSD Universitas Syiah Kuala)

DALAM mata kuliah perencanaan

pembelajaran di PGSD untuk semester 4, mahasiswa dituntut untuk dapat

merancang media pembelajaran Sekolah Dasar. Setelah saya mengikuti pelatihan yang diberikan USAID PRIORITAS tentang pembelajaran literasi SD/MI, maka saya banyak menemukan pengalaman baru untuk terapkan kepada mahasiswa, salah satu adalah media literasi. Selama ini mahasiswa mendesain media pembelajaran (dalam mata kuliah perencanaan) menggunakan bahan yang tidak bervariasi. Sedangkan tuntutan untuk siswa SD harus bervariasi guna mencegah kebosanan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Salah satunya media literasi yang kami rancang adalah media Pop Up dengan seni kertas bervariasi yang dibentuk menjadi objek tertentu sesuai daya imajinasi mahasiswa. Dengan adanya media Pop Up untuk proses belajar membaca permulaan siswa kelas awal, maka diharapkan siswa memperoleh kemampuan merancang dan menguasai teknik-teknik membaca dengan baik sehingga mampu

menumbuhkan kebiasaan membaca yang menyenangkan bagi siswa.

Untuk menerapkan keterampilan mahasiswa ini, saya membagikan mahasiswa kedalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok sudah ditentukan tema. Saya memfasilitasi dengan beberapa buku sumber untuk

membantu mereka dalam mendesain media Pop Up. Mereka juga dapat mencari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan rancangan media Pop Up tersebut. Untuk bahan –bahan yang diperlukan masing-masing mahasiswa sudah mempersiapkan secara

berkelompok diantaranya karton, origami, pita, pensil berwarna, spidol dan gunting. Setiap kelompok menentukan judul dan cerita, selanjutnya merancang media. Kegiatan tidak dapat dilakukan dalam sekali pertemuan, oleh karenanya dilanjutkan kembali diluar jam

perkuliahan. Pada pertemuan selanjutnya perwakilan masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk

mempresentasikan hasil karya media Pop Up sambil bercerita di hadapan

kelompok lain seakan-akan di hadapan siswa kelas awal (mahasiswa

mendengarkan dan secara aktif menjawab serta bertanya).

Hasilnya, mahasiswa dapat merancang media literasi Pop Up secara bervariasi. Dampak yang dirasakan adalah mereka dapat memanfaatkan media tersebut dalam mata kuliah lainnya seperti pada mata kuliah micro teaching dan mata kuliah Program Pengalaman Lapangan (PPL). Saya selalu menekankan kepada mereka buatlah media literasi yang layak digunakan oleh guru SD. Pengembangan media ini sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan motivasi belajar

mereka dan mereka sangat antusias serta menarik dalam mengikuti proses

perkuliahan. “Dengan merancang media literasi yang kreatif dari bahan sederhana tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan indah sehingga menjadi media yang menarik. Disaat menjadi guru nanti, kami akan mengajarkan literasi pada siswa menggunakan hasil karya kami sendiri dan akan mendorong siswa untuk menumbuhkan kreatifitasnya dengan merancang media Pop Up mereka sendiri,” jelas Ratna mahasiswa PGSD.***

“Sangkar Ilmu” Menumbuhkan Minat Baca Siswa

KURANGNYA minat membaca siswa,

diantaranya disebabkan oleh bahan bacaan yang tidak dapat di peroleh secara langsung, terbatasnya waktu untuk membaca di sekolah dan sebagaian siswa merasa enggan melakukan peminjaman buku dikarenakan proses administrasi perpustakaan. Untuk menghilangkan hal tersebut, kami membuat sebuah media yag diberinama “Sangkar Ilmu”.

Sangkar Ilmu merupakan salah satu media sumber ilmu yang di tempatkan di bawah pepohonan sekitar halaman sekolah. Sangkar Ilmu berbentuk sangkar burung yang di dalamnya ditempatkan sejumlah buku-buku bacaan agar dapat dibaca oleh siswa, terutama saat jam istirahat sekolah. Siswa dapat mengambil langsung bahan bacaan tersebut di dalam sangkar, selesai membaca mengembalikan buku pada posisi semula di dalam Sangkar Ilmu. Guru piket bertugas untuk mengawasi siswa saat membaca, jika siswa tertarik dengan bacaan tersebut, maka siswa dapat

Oleh : Muhammad Yakob, S. Pd.M. Hum, MTs Negeri Seruway, Kab. Aceh Tamiang

meminjam buku tersebut di perpustakaan. Ini adalah salah satu cara kami untuk

mendekatkan buku pada siswa dan meningkatkan minat mereka untuk membaca.

“Saat jam istirahat, kami dengan mudah memperoleh buku di Sangkar Ilmu dan membaca sambil santai di bawah pohon,” kata Rudi siswa kelas VII. Dengan menggunakan media tersebut, kini

muncul budaya baca di lingkungan sekolah kami, terutama saat istirahat berlangsung dan pada saat senggang lainnya.***

Sangkar Ilmu dan

pengumuman Quis untuk siswa Media Pop Up hasil karya mahasiswa

(6)

S E

Seuramoe

PRIORITAS

Seuramoe

PRIORITAS

6

Seuramoe Praktik yang Baik

BLANGPIDIE -“Ayo teman-teman mari

baca-baca. Baca-baca di gerobak baca, banyak buku yang menarik dan buku baru baru, ayo baca-baca,” ajak Vinny sambil memanggil teman-temannya di depan gerobak baca. Suasana ini terlihat sejak MTsN Unggul Susoh meluncurkan “Gerobak Baca” awal tahun lalu. Kepala MTsN Unggul Susoh, Syamsullijarni menjelaskan gerobak baca tersebut dimanfaatkan siswa saat jam istirahat atau waktu kosong pembelajaran, gerobak tersebut diletakkan di pekarangan madrasah. “Siswa dapat membaca sambil istirahat atau disaat waktu senggang,” katanya sambil memperlihatkan gerobak yang didorong oleh siswa keliling madrasah saat jam istirahat.

Selain gerobak baca, untuk menghidupkan budaya membaca di madrasah, disediakan pula satu tempat membaca bagi siswa yaitu “Taman Baca”. Tempat yang berukuran 5X7M tersebut kerap kali dimanfaatkan oleh siswa untuk membaca buku referensi terbaru. “Kami juga sering memanfaatkan waktu luang di taman baca,

Keliling Madrasah dengan Gerobak Baca

terutama saat jam istirahat madrasah. Kami juga bisa belajar kelompok karena tempatnya nyaman untuk diskusi,” kata Vinny siswi kelas IX.

Kepala Kankemenag Drs H Alijar, seperti yang dikutip oleh Harian Serambi Indonesia mengatakan, kehadiran gerobak baca di MTsN Unggul Susoh diharapkan semakin meningkatkan minat baca siswa setempat. “Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya dan menulis adalah pemahamannya,” ungkapnya. Karenanya, siswa madrasah setempat diminta memfaatkan jam istirahat (waktu luang) untuk membaca buku-buku yang tersedia pada gerobak baca. Kepala Kankemenag menambahkan, perkembangan teknologi sekarang ini seperti mendorong untuk tidak lagi membaca. Karena diracuni dengan permainan yang bisa melalaikan seperti game, video dan lainnya. Padahal, membaca dengan memanfaatkan waktu luang bisa meningkat ilmu

pengetahuan.***

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Gerilya, Hasilkan Sumbangan 2.500 Buku

Oleh: Tasyfin Mirdas, MIN Lamkuta Kec. Susoh, Kab. Aceh Barat Daya MEMBACA penting untuk kegiatan

pembelajaran. Keterampilan membaca sangat besar pengaruhnya demi kesuksesan di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang membacanya baik biasanya belajarnya lebih baik dan mencapai hasil yang lebih baik pula dalam semua matapelajaran. Sebaliknya, Anak yang kurang mampu membaca cenderung tertinggal dan biasanya kurang berhasil di semua matapelajaran. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut, di madrasah kami membaca merupakan kegiatan rutinitas karena setiap harinya selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, dan 30 menit pada hari Rabu, Jum'at dan Sabtu, semua siswa membaca di kelas dan halaman madrasah, demikian juga pada saat jam istirahat.

Disamping keteladanan, pendistribusian buku, dan penyediaan buku yang beragam, mendekatkan buku kepada siswa adalah salah satu upaya yang kami lakukan untuk meningkatkan minat baca siswa.

Wujudkan ini, madrasah bersama dengan komite membuat sebuah gerobak baca yang dinamai “Gerilya” yang ditempatkan di halaman madrasah sehingga

memudahkan siswa mengakses dan mendapatkan buku yang mereka sukai. Konsistensi menerapkan budaya baca dan

tingginya minat baca siswa mendorong madrasah dan komite menyediakan buku bacaan yang beragam. Berkat usulan wali siswa, madrasah mengajukan usulan bantuan kepada Pustaka Wilayah Provinsi Aceh melalui Badan Arsip dan Pustaka Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya. Hasil kunjungan pihak perpustakaan dan ketertarikan pada Gerilya dan penerapan budaya baca di madrasan, akhirnya Perpustakaan Provinsi menyumbang 250 judul buku sebanyak 2.500 eksemplar. Pemanfaatan Gerilya semakin maksimal, Gerilya ditempatkan di halaman madrasah setiap harinya pada jam 07.00 – 13.00 WIB. Agar pelaksanaannya berjalan dengan baik dan tertib dan untuk menjamin proses

distribusi buku setiap minggunya dari perpustakaan madrasah ke gerobak baca berjalan lancar, maka kami

mengeluarkan Surat Keputusan beberapa orang guru dan siswa kelas 4 hingga 6 secara bergiliran untuk bertanggungjawab terhadap distribusi buku tersebut. “Dengan adanya bantuan buku bacaan dari Perpustakaan Provinsi, kami melihat

anak kami menjadi tambah gemar membaca. Ia terdorong untuk membaca di rumah karena buku-buku bacaan yang tersedia di madrasahnya beragam dan menarik baginya,” kata Naguruddin, S.Ag, salah seorang wali siswa dengan bangga.***

“Membaca lancar dengan membaca mengerti adalah hal yang berbeda, karena kalau membaca mengerti, harus mengetahui dan memahami apa yang dibaca. Siswa harus diajak untuk berinfrofisasi sesuai bacaan dan dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dibaca. Kalau seorang siswa sudah terbiasa seperti itu berarti nalarnya sudah mulai berkembang. Itulah siswa yang dapat memahami apa yang dibaca dan hal tersebut dilakukan saat membaca Buku Bacaan Berjenjang oleh guru yang dilatih USAID PRIORITAS” (Apresiasi pada Program Buku Bacaan Berjenjang oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang, Drs. Ikhwannuddin).

Siswa memanfaatkan waktu luang untuk membaca

Gerobak Baca MTsN Susoh

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

7

Foto: Teuku Meldi / Com. Aceh

KURANGNYA minat baca siswa di

sekolah kami terlihat dari jarangnya siswa mengunjungi perpustakaan sebagai tempat sumber belajar, apalagi selama ini siswa menganggap bahwa pustaka hanyalah sebagai tempat untuk meminjam buku saja, ditambah lagi dengan penataan ruang pustaka yang kurang menarik minat baca siswa dan tidak adanya reward bagi siswa yang rajin membaca. Hal tersebut tidak boleh lama berlarut, maka untuk meningkatkan budaya baca bagi siswa kami berinisiatif untuk membuat sebuah media untuk melihat minat baca siswa dengan mengunakan alat pencacah. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan

kebiasaan membaca setiap saat pada siswa, meningkatkan pembinaan membaca bagi siswa terutama dalam pengembangan diri siswa dan meningkatkan bakat minat siswa pada suatu bidang. Selain itu tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa dan mengisi waktu luang siswa terutama saat jam istirahat, serta menjadikan pustaka sebagai sumber belajar dan informasi bagi siswa.

Alat pencacah terbuat dari papan atau tripleks bekas berukuran 50 cm x 1 m, pipa paralon kecil yang dipotong dengan ukuran 15 cm sebanyak 12 buah. Bahan lainnya, karet gelang atau gelang logam,

Seuramoe Praktik yang Baik

Oleh: Syarifah Usmawidah, MIN Teunom, Kab. Aceh Jaya

lem untuk merekatkan pipa paralon dan kertas untuk menulis nama kelas. Cara merangkainya, tempelkan potongan pipa paralon pada papan dan setiap pasang pipa menandakan kelas. Alat pencacah ini sengaja dibuat untuk melihat minat baca siswa perkelasnya yang rajin membaca di perpustakaan. Bagi siswa yang masuk ke pustaka untuk mmebaca atau meminjam buku diwajibkan untuk memasukkan 1 gelang karet kedalam pipa sesuai kelasnya. Petugas pustaka juga mecatat siapa yang telah membaca dan meminjam buku di pustaka pada nuku kunjungan. Setiap harinya petugas pustaka akan merekap kelas yang siswanya paling ramai mengunjungi pustaka dan diakhir semester kelas yang siswanya terbanyak mengunjungi pustaka akan mendapatkan reward dari kepala sekolah.

Dampak dengan adanya alat pencacah ini minat baca siswa ke pustaka semakin meningkat dan siswa mulai memanfaatkan waktu luang mereka untuk mebaca. “Kami jadi sering memanfaatkan waktu luang di perpustakaan, selain

mendapatkan ilmu dengan membaca, kami juga mengumpulkan point gelang untuk mendapatkan juara kelas membaca,” kata Alfina Fadila, slah seorang siswa kelas 4.***

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Buku lebih kuat dari Bedil

Oleh: Handoko Widagdo dan Mark Heyward,

USAID PRIORITAS LONCENG tanda istirahat berbunyi.

Anak-anak segera berhambur keluar kelas. Mereka berlari menyerbu tentara yang memarkir kereta (sepeda motor) di halaman sekolah. Namun ini bukan sebuah konflik. Tentara tersebut, yang adalah anggota Prajurit Pendekar Baca, tersenyum-senyum. Anak-anak segera berebut buku yang dibawa oleh tentara tersebut. Pemandangan semacam ini sekarang sering dijumpai di SMP-SMP di Kota Blang Pidie, Aceh Barat Daya. Sementara Komandan Kodim mengamati dari luar sekolah.

Tak berapa lama Sang Komandan pun bergabung dan berbincang dengan Kepala Sekolah dan beberapa guru. Sejak tahun 2014, Kodim Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki program Prajurit Pendekar Baca. Sebuah program perpustakaan keliling yang secara rutin berkunjung ke desa-desa di seluruh Aceh Barat Daya. Dengan menggunakan kereta (sepeda motor) Prajurit Pendekar Baca berkeliling membawa seratusan eksemplar buku. Si prajurit akan berhenti ketika menemukan kerumuman orang atau berkunjung ke sekolah-sekolah. Program perpustakaan keliling awalnya bermula dari Kodim Aceh Selatan. Namun Aceh Barat Daya yang memulai kemudian justru bisa mengembangkan lebih lanjut.

“Kuncinya pada kerjasama kami dengan Perpustakaan Daerah,” ujar Letnan

Kolonel Infantri Suhartono SIP, Kepala Kodim Aceh Barat Daya. “Kerjasama dengan Perpustakaan Daerah membuat jumlah dan jenis buku yang bisa dibawa oleh para Prajurit Pendekar Baca menjadi lebih banyak dan lebih variatif,” imbuhnya. Upaya ini juga didukung penuh oleh Kepala Arsip dan Perpustakaan Provinsi. Nama 'Prajurit Pendekar Baca' diberikan oleh Kepala Badan Arsip dan

Perpustakaan Provinsi. Dengan dukungan dari Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi serta Perpustakaan Daerah Kabupaten, program

perpustakaan keliling ini kini berkembang. Jika awalnya hanya ada satu sepeda motor, kini sudah enam sepeda motor yang siap melayani masyarakat dan sekolah-sekolah di seluruh desa yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya.

“Sebenarnya integrasi TNI dengan rakyat di Aceh sudah lama berjalan dan semakin baik. Namun harus diakui bahwa program perpustakaan keliling ini telah memberikan sumbangan yang besar, terutama bagi anak-anak

sekolah sehingga tidak takut lagi kepada tentara,” ucap Letkol Inf Suhartono,. Pada awal tahun 2016, Kabupaten Aceh Barat Daya telah mendeklarasikan dirinya sebagai Kabupaten Budaya Baca. Peran Prajurit Pendekar Baca ini akan sangat penting dalam menyukseskan upaya kabupaten untuk membuat semua rakyatnya gemar membaca. Sebab para

Prajurit Pendekar Baca ini bisa menjangkau semua desa yang ada di kabupaten Aceh Barat Daya.***

Alat Pen

cacah untuk Melihat Minat Baca Siswa di Pustaka

Alat pencacah yang sedang digunakan oleh siswa

Kereta Pintar, milik KODIM 0110 ABDYA, hidupkan budaya

baca dengan menjangkau sekolah/desa terpencil

(7)

S E

Seuramoe

PRIORITAS

Seuramoe

PRIORITAS

6

Seuramoe Praktik yang Baik

BLANGPIDIE -“Ayo teman-teman mari

baca-baca. Baca-baca di gerobak baca, banyak buku yang menarik dan buku baru baru, ayo baca-baca,” ajak Vinny sambil memanggil teman-temannya di depan gerobak baca. Suasana ini terlihat sejak MTsN Unggul Susoh meluncurkan “Gerobak Baca” awal tahun lalu. Kepala MTsN Unggul Susoh, Syamsullijarni menjelaskan gerobak baca tersebut dimanfaatkan siswa saat jam istirahat atau waktu kosong pembelajaran, gerobak tersebut diletakkan di pekarangan madrasah. “Siswa dapat membaca sambil istirahat atau disaat waktu senggang,” katanya sambil memperlihatkan gerobak yang didorong oleh siswa keliling madrasah saat jam istirahat.

Selain gerobak baca, untuk menghidupkan budaya membaca di madrasah, disediakan pula satu tempat membaca bagi siswa yaitu “Taman Baca”. Tempat yang berukuran 5X7M tersebut kerap kali dimanfaatkan oleh siswa untuk membaca buku referensi terbaru. “Kami juga sering memanfaatkan waktu luang di taman baca,

Keliling Madrasah dengan Gerobak Baca

terutama saat jam istirahat madrasah. Kami juga bisa belajar kelompok karena tempatnya nyaman untuk diskusi,” kata Vinny siswi kelas IX.

Kepala Kankemenag Drs H Alijar, seperti yang dikutip oleh Harian Serambi Indonesia mengatakan, kehadiran gerobak baca di MTsN Unggul Susoh diharapkan semakin meningkatkan minat baca siswa setempat. “Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya dan menulis adalah pemahamannya,” ungkapnya. Karenanya, siswa madrasah setempat diminta memfaatkan jam istirahat (waktu luang) untuk membaca buku-buku yang tersedia pada gerobak baca. Kepala Kankemenag menambahkan, perkembangan teknologi sekarang ini seperti mendorong untuk tidak lagi membaca. Karena diracuni dengan permainan yang bisa melalaikan seperti game, video dan lainnya. Padahal, membaca dengan memanfaatkan waktu luang bisa meningkat ilmu

pengetahuan.***

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Gerilya, Hasilkan Sumbangan 2.500 Buku

Oleh: Tasyfin Mirdas, MIN Lamkuta Kec. Susoh, Kab. Aceh Barat Daya MEMBACA penting untuk kegiatan

pembelajaran. Keterampilan membaca sangat besar pengaruhnya demi kesuksesan di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang membacanya baik biasanya belajarnya lebih baik dan mencapai hasil yang lebih baik pula dalam semua matapelajaran. Sebaliknya, Anak yang kurang mampu membaca cenderung tertinggal dan biasanya kurang berhasil di semua matapelajaran. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut, di madrasah kami membaca merupakan kegiatan rutinitas karena setiap harinya selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, dan 30 menit pada hari Rabu, Jum'at dan Sabtu, semua siswa membaca di kelas dan halaman madrasah, demikian juga pada saat jam istirahat.

Disamping keteladanan, pendistribusian buku, dan penyediaan buku yang beragam, mendekatkan buku kepada siswa adalah salah satu upaya yang kami lakukan untuk meningkatkan minat baca siswa.

Wujudkan ini, madrasah bersama dengan komite membuat sebuah gerobak baca yang dinamai “Gerilya” yang ditempatkan di halaman madrasah sehingga

memudahkan siswa mengakses dan mendapatkan buku yang mereka sukai. Konsistensi menerapkan budaya baca dan

tingginya minat baca siswa mendorong madrasah dan komite menyediakan buku bacaan yang beragam. Berkat usulan wali siswa, madrasah mengajukan usulan bantuan kepada Pustaka Wilayah Provinsi Aceh melalui Badan Arsip dan Pustaka Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya. Hasil kunjungan pihak perpustakaan dan ketertarikan pada Gerilya dan penerapan budaya baca di madrasan, akhirnya Perpustakaan Provinsi menyumbang 250 judul buku sebanyak 2.500 eksemplar. Pemanfaatan Gerilya semakin maksimal, Gerilya ditempatkan di halaman madrasah setiap harinya pada jam 07.00 – 13.00 WIB. Agar pelaksanaannya berjalan dengan baik dan tertib dan untuk menjamin proses

distribusi buku setiap minggunya dari perpustakaan madrasah ke gerobak baca berjalan lancar, maka kami

mengeluarkan Surat Keputusan beberapa orang guru dan siswa kelas 4 hingga 6 secara bergiliran untuk bertanggungjawab terhadap distribusi buku tersebut. “Dengan adanya bantuan buku bacaan dari Perpustakaan Provinsi, kami melihat

anak kami menjadi tambah gemar membaca. Ia terdorong untuk membaca di rumah karena buku-buku bacaan yang tersedia di madrasahnya beragam dan menarik baginya,” kata Naguruddin, S.Ag, salah seorang wali siswa dengan bangga.***

“Membaca lancar dengan membaca mengerti adalah hal yang berbeda, karena kalau membaca mengerti, harus mengetahui dan memahami apa yang dibaca. Siswa harus diajak untuk berinfrofisasi sesuai bacaan dan dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dibaca. Kalau seorang siswa sudah terbiasa seperti itu berarti nalarnya sudah mulai berkembang. Itulah siswa yang dapat memahami apa yang dibaca dan hal tersebut dilakukan saat membaca Buku Bacaan Berjenjang oleh guru yang dilatih USAID PRIORITAS” (Apresiasi pada Program Buku Bacaan Berjenjang oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang, Drs. Ikhwannuddin).

Siswa memanfaatkan waktu luang untuk membaca

Gerobak Baca MTsN Susoh

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

7

Foto: Teuku Meldi / Com. Aceh

KURANGNYA minat baca siswa di

sekolah kami terlihat dari jarangnya siswa mengunjungi perpustakaan sebagai tempat sumber belajar, apalagi selama ini siswa menganggap bahwa pustaka hanyalah sebagai tempat untuk meminjam buku saja, ditambah lagi dengan penataan ruang pustaka yang kurang menarik minat baca siswa dan tidak adanya reward bagi siswa yang rajin membaca. Hal tersebut tidak boleh lama berlarut, maka untuk meningkatkan budaya baca bagi siswa kami berinisiatif untuk membuat sebuah media untuk melihat minat baca siswa dengan mengunakan alat pencacah. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan

kebiasaan membaca setiap saat pada siswa, meningkatkan pembinaan membaca bagi siswa terutama dalam pengembangan diri siswa dan meningkatkan bakat minat siswa pada suatu bidang. Selain itu tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa dan mengisi waktu luang siswa terutama saat jam istirahat, serta menjadikan pustaka sebagai sumber belajar dan informasi bagi siswa.

Alat pencacah terbuat dari papan atau tripleks bekas berukuran 50 cm x 1 m, pipa paralon kecil yang dipotong dengan ukuran 15 cm sebanyak 12 buah. Bahan lainnya, karet gelang atau gelang logam,

Seuramoe Praktik yang Baik

Oleh: Syarifah Usmawidah, MIN Teunom, Kab. Aceh Jaya

lem untuk merekatkan pipa paralon dan kertas untuk menulis nama kelas. Cara merangkainya, tempelkan potongan pipa paralon pada papan dan setiap pasang pipa menandakan kelas. Alat pencacah ini sengaja dibuat untuk melihat minat baca siswa perkelasnya yang rajin membaca di perpustakaan. Bagi siswa yang masuk ke pustaka untuk mmebaca atau meminjam buku diwajibkan untuk memasukkan 1 gelang karet kedalam pipa sesuai kelasnya. Petugas pustaka juga mecatat siapa yang telah membaca dan meminjam buku di pustaka pada nuku kunjungan. Setiap harinya petugas pustaka akan merekap kelas yang siswanya paling ramai mengunjungi pustaka dan diakhir semester kelas yang siswanya terbanyak mengunjungi pustaka akan mendapatkan reward dari kepala sekolah.

Dampak dengan adanya alat pencacah ini minat baca siswa ke pustaka semakin meningkat dan siswa mulai memanfaatkan waktu luang mereka untuk mebaca. “Kami jadi sering memanfaatkan waktu luang di perpustakaan, selain

mendapatkan ilmu dengan membaca, kami juga mengumpulkan point gelang untuk mendapatkan juara kelas membaca,” kata Alfina Fadila, slah seorang siswa kelas 4.***

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Buku lebih kuat dari Bedil

Oleh: Handoko Widagdo dan Mark Heyward,

USAID PRIORITAS LONCENG tanda istirahat berbunyi.

Anak-anak segera berhambur keluar kelas. Mereka berlari menyerbu tentara yang memarkir kereta (sepeda motor) di halaman sekolah. Namun ini bukan sebuah konflik. Tentara tersebut, yang adalah anggota Prajurit Pendekar Baca, tersenyum-senyum. Anak-anak segera berebut buku yang dibawa oleh tentara tersebut. Pemandangan semacam ini sekarang sering dijumpai di SMP-SMP di Kota Blang Pidie, Aceh Barat Daya. Sementara Komandan Kodim mengamati dari luar sekolah.

Tak berapa lama Sang Komandan pun bergabung dan berbincang dengan Kepala Sekolah dan beberapa guru. Sejak tahun 2014, Kodim Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki program Prajurit Pendekar Baca. Sebuah program perpustakaan keliling yang secara rutin berkunjung ke desa-desa di seluruh Aceh Barat Daya. Dengan menggunakan kereta (sepeda motor) Prajurit Pendekar Baca berkeliling membawa seratusan eksemplar buku. Si prajurit akan berhenti ketika menemukan kerumuman orang atau berkunjung ke sekolah-sekolah. Program perpustakaan keliling awalnya bermula dari Kodim Aceh Selatan. Namun Aceh Barat Daya yang memulai kemudian justru bisa mengembangkan lebih lanjut.

“Kuncinya pada kerjasama kami dengan Perpustakaan Daerah,” ujar Letnan

Kolonel Infantri Suhartono SIP, Kepala Kodim Aceh Barat Daya. “Kerjasama dengan Perpustakaan Daerah membuat jumlah dan jenis buku yang bisa dibawa oleh para Prajurit Pendekar Baca menjadi lebih banyak dan lebih variatif,” imbuhnya. Upaya ini juga didukung penuh oleh Kepala Arsip dan Perpustakaan Provinsi. Nama 'Prajurit Pendekar Baca' diberikan oleh Kepala Badan Arsip dan

Perpustakaan Provinsi. Dengan dukungan dari Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi serta Perpustakaan Daerah Kabupaten, program

perpustakaan keliling ini kini berkembang. Jika awalnya hanya ada satu sepeda motor, kini sudah enam sepeda motor yang siap melayani masyarakat dan sekolah-sekolah di seluruh desa yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya.

“Sebenarnya integrasi TNI dengan rakyat di Aceh sudah lama berjalan dan semakin baik. Namun harus diakui bahwa program perpustakaan keliling ini telah memberikan sumbangan yang besar, terutama bagi anak-anak

sekolah sehingga tidak takut lagi kepada tentara,” ucap Letkol Inf Suhartono,. Pada awal tahun 2016, Kabupaten Aceh Barat Daya telah mendeklarasikan dirinya sebagai Kabupaten Budaya Baca. Peran Prajurit Pendekar Baca ini akan sangat penting dalam menyukseskan upaya kabupaten untuk membuat semua rakyatnya gemar membaca. Sebab para

Prajurit Pendekar Baca ini bisa menjangkau semua desa yang ada di kabupaten Aceh Barat Daya.***

Alat Pen

cacah untuk Melihat Minat Baca Siswa di Pustaka

Alat pencacah yang sedang digunakan oleh siswa

Kereta Pintar, milik KODIM 0110 ABDYA, hidupkan budaya

baca dengan menjangkau sekolah/desa terpencil

(8)

3 Kabupaten DBE Siap Lanjutkan

Diseminasi

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education. USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi

pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua

jenjang. Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

S E

Seuramoe

PRIORITAS

Seuramoe Dokumentasi

12

USAID PRIORITAS menyerahkan secara simbolis hibah Buku Bacaan Berjenjang (B3) kepada Pemerintah Aceh untuk diteruskan kepada 829 SD/MI di 9 kabupaten mitra USAID PRIORITAS dengan total buku sebanyak 516.467 eksemplar.

Edisi XIV / Juli - Desember 2016

Mugee Buku, Balai Baca, TBM dan Ransel Baca, Inovasi GMB Dekatkan Buku pada Masyarakat Bireuen

SALAH satu inovasi yang dilakukan oleh

Masyarakat Bireuen dengan adanya pencanangan Budaya Baca di kabupaten tersebut adalah “Mugee Buku”. Mugee yang dikenal akrab dalam Bahasa Aceh adalah julukan untuk penjaja enceran yang berkeliling kampung, terutama untuk penjual ikan segar. Akan tetapi Mugee Buku berbeda, Ia menggunakan keranjang berkeliling membawa buku setiap hari minggu dan menggelar bukunya di alun-alun kota Bireuen. Sembari berolah raga, masyarakat berkesempatan membaca buku. Minat baca masyarakat semakin hari semakin meningkat, terbukti dari semakin ramai pengunjung yang datang membaca. Mugee buku juga menyediakan kertas bergambar untuk anak-anak yang senang mewarnai.

Mugee Buku merupakan salah satu inovasi yang digagas oleh Komunitas GMB (Gerakan Mari Membaca) yang dibentuk salah satunya berkolaborasi dengan USAID PRIORITAS. Tujuan utamanya meningkatkan minat baca di pedesaan. Selain Mugee Buku, saat ini GMB telah mendirikan Balai Baca pada tiga desa pedalaman di kabupaten Bireuen. Sebagai gerakan sukarela, Komunitas GMB memanfaatkan sumbangan masyarakat

sekitar, diantaranya seperti mendirikan balai baca sederhana dan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) yang berada di rumah warga dan memanfaatkan garasi mobil milik masyarakat. GMB juga mendapatkan sumbangan berupa buku bacaan, buku tulis, rak buku, pulpen dan barang-barang lain dari

masyarakat. GMB tidak hanya

menyediakan buku bacaan, tetapi ikut juga mengajak siswa dan masyarakat sekitar untuk belajar bersama, seperti belajar Bahasa Inggris, Matematika, Membaca, Hidup Sehat, Menabung, Karakter, serta membangkitkan kembali permainan tradisional yang hampir punah. Relawan GMB berasal dari berbagai profesi, mulai dari mahasiswa, pelajar, pustakawan, bahkan kepala sekolah. Kini komunitas ini menjalankan program

“Ransel Baca”, yaitu relawan yang setiap minggunya mengunjungi sekolah terpencil secara bergantian dengan membawa buku. Rata-rata untuk mencapai sekolah terpencil membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam menggunakan sepeda motor. Saat bel istirahat berbunyi, siswa

berkesempatan untuk membaca buku yang telah disusun pada selasar kecil oleh tim Ransel Baca. Setiap kunjungan, sekolah menyediakan durasi selama 90 menit yaitu 60 menit membaca dan 30 menit untuk relawan dan siswa saling bercerita dari hasil bacaan mereka.***

Mugee Buku menggelar bukunya di Alun-alun Kota Bireuen, diminati oleh masyarakat.

Tingkatkan budaya baca, Dewan Guru, TAS, Komite dan Wali Siswa SMPN Susoh, Aceh Barat Daya menyumbang Gerobak Baca. Pemanfaatan Buku Bacaan Berjenjang, Membaca Bersama (kiri

bawah) dan Membaca Terbimbing (kanan bawah)

Prajurit Pendekar Baca, KODIM 0110 Abdya

Gambar

Gambar Kiri: Kepala Dinas Pendidikan Aceh,   Kakanwil Kemenag Aceh, dan siswa membaca  bersama Buku Bacaan Berjenjang (B3) pada  Hardikda Aceh ke 57 di Pidie Jaya (18/9/16)

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian pembaca mengenai sampul dan ilustrasi yang terdapat pada buku #88 Love Life memiliki kategori baik, karena responden yang menjawab tampilan sampul, bahan sampul

Kemudian setelah mekanik sistem pengukur kedalaman selesai dibuat, maka dilakukan proses kalibrasi sensor rotary encoder, untuk mengetahui respon rotary encoder terhadap

Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan (SIMWAS) adalah terciptanya suatu Sistem Informasi Pengawasan yang terintegrasi antara sistem perencanaan,

Bank Kustodian akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki

Secara lebih khusus, mengenai pembatasan ekspor energy dan raw materials oleh Indonesia dianggap berdampak negative terhadap pasar raw material dan energy domestik

Peserta mampu membuat Rencana Usaha yang realistis dengan mengukur Kemampuan Diri dan Kemampuan Usaha.. Peserta memahami Visi, Misi, & Goal

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dan pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual pada remaja yang pada dasarnya

Penelitian ini masuk kedalam studi kepustakaan (Library Research). Hasil dari penelitian ini adalah, 1) Wakaf konten youtube ini sebagai salah satu instrumen