36 BAB V
PEMBINGKAIAN KOMPAS.COM DAN DETIK.COM TERHADAP SBY PASCA PEMILU 2014
Pada bab ini, penulis ingin menguraikan data hasil dari penelitian dan memulainya dengan pembahasan. Hal yang akan dibahas disini mengacu pada tujuan pertama dari penelitian ini, yakni menjawab permasalah “Bagaimana framing Kompas.com dan Detik.com terhadap pemberitaaan SBY pasca pemilu 2014” Data yang didapatkan selama periode Juli – Oktober 2014, dipaparkan langsung dalam bentuk perangkat Framing model Gerald Pan M.Kosicki.
5.1 Pembingkaian Kompas.com
Berikut adalah perangkat framing yang ditujukan untuk melihat frame dari berita Kompas.com :
Tayangan Berita
Sintaksis Skrip Tematik Retoris
#1. Pada 11/7/2014
Headline :
Jelang akhir masa jabatan SBY canangkan
Program 100 Hari Terakhir
Who : Presiden SBY What : Himbauan SBY kepada semua menteri – menteri agar menyelesaikan tugas- tugas dan tanggung jawabnya SBY menghimbau kepada menteri, kabinet agar menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai Kurang 100 hari kepemimpinan SBY masih banyak PR yang belum selesai (listrik, migas, minerba, dan infrastruktur
37 #2. Pada
03/09/2014
Headline :
SBY Terkejut Jero Wacik Jadi Tersangka
Who : Presiden SBY What : SBY terkejut penetapan Jero Wacik sebagai tersangka Why : Kasus pemerasan Jubir presiden mengatakan bahwa pernyataan tertulis soal status Jero belum ada, jadi SBY belum bisa beri komentar Gambar Jero Wacik : Gambar yang dipilih oleh Kompas.com gambar Jero saat rapat dengan mimik/muka bahagia. Bukan pada saat Jero ditetapkan sebagai tersangka #3. Pada 04/09/2014 Headline : Alasan SBY terkejut Jero Jadi Tersangka
Who : Presiden SBY What : Presiden SBY menyampaikan alasan mengapa dia terkejut Why : SBY mendapat laporan bahwa Jero tidak ada arah kuat untuk Jero ditetapkan jadi tersangka
Berita ini ada hubungan dengan berita sebelumnya. Pada topik ini dijabarkan tentang jawaban mengapa SBY terkejut atas penetapan Jero menjadi tersangka Berita disajikan runtut, ditambah dengan penekanan berapa kisaran jumlah uang yang dituduhkan pada kasus Jero
38 #4. Pada
04/09/2014
Headline :
Dua Kali ke Luar Negeri, Dua Menteri Presiden SBY Jadi Tersangka Korupsi Who : Suryadharma Ali dan Jero Wacik What : Dua menteri ditetapkan menjadi tersangka ketika SBY sedang ke luar negeri
Berita diawali dengan penjelasan mengenai maksud Headline, nama-nama menteri yang dijadikan tersangka sekaligus dengan kasusnya
Judul yang dipakai terkesan ambigu menimbulkan persepsi antara menteri presiden yang ke luar negeri atau SBY yang ke luar negeri.
Judul yang ambigu dapat membuat penasaran dan membuat pembaca ingin membaca #5. Pada 05/09/2014 Headline : Tiga Menteri Dijerat KPK, Prestasi KPK atau SBY?
Who : tiga menteri dari Demokrat ditetapkan jadi tersangka kasus korupsi
What : sikap para elite Demokrat yang justru bangga ketika menteri ditangkap KPK
Berita diawali dengan siapa saja yang ditangkap
oleh KPK
kemudian komentar Fraksi PDIP , Eva tentang sikap bangga elite Demokrat ketika para menteri ditangkap KPK. Eva menambahkan komentar seharusnya bukan Pada alinea pertama ditulis kalimat bertentangan mengenai penangkapan tiga menteri yang justru bagi elite Demokrat penangkapan tiga menteri kasus korupsi tersebut sebagai suatu kebanggaan
39 5.2 Pembingkaian Detik.com
Berikut adalah perangkat framing yang ditujukan untuk melihat frame dari berita Detik.com :
Tayangan Berita
Sintaksis Skrip Tematik Retoris
#1. Pada 11/07/2014
Headline :
Program 100 Hari Terakhir, SBY Minta Para Menteri Tuntaskan Tugasnya Who : Presiden SBY What : Program 100 hari disertai dengan himbauan SBY kepada menteri agar menuntaskan tugasnya sebelum SBY berakhir tugasnya sebagai Presiden Why : Berita diawali dengan pemaparan tanggal berapa SBY akan mengakhiri kepemimpinannya. Kemudian dilanjutkan dengan Program 100 hari bersama kabinet menyelesaikan semua PR yang belum selesai dan ditutup “dengan harapan SBY,
Dalam tulisan berita ini banyak redaksional kata yang salah
bangga tetapi prihatin
40 Kepemimpinan
SBY akan segera berakhir ketika PR semua selesai Presiden SBY dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik #2. Pada 15/08/2014 Headline :
Jabat Tangan SBY dengan Jokowi di Gedung DPR
Who : Presiden SBY dan Jokowi
What : Momen terakhir SBY dalam periodenya sebagai Presiden, SBY memberikan pidato terakhir When : Acara kenegaraan penyambutan HUT RI ke-69 Diawali dengan berita tentang pidato terakhir SBY kemudian berjabat tangan dengan Jokowi Gambar menunjukkan SBY berjabat tangan sebagai symbol bahwa diantara mereka berdua tidak ada masalah, meskipun tampak dari keduanya memberikan senyum yang tidak lepas. Membuat pembaca pemberita penasaran dengan gambar tersebut #3. Pada 04/09/2014 Headline :
3 Menteri KIB Jadi Tersangka, PD : Itu Komitmen SBY Memberantas Who : Presiden SBY What : 3 Menteri SBY ditetapkan Diawali dengan fakta menteri yang melakukan korupsi ditengah-tengah berita ada Anggota Komisi I DPR : menyampaikan bahwa seharusnya masyarakat/media
41 Korupsi sebagai tersangka
Why : Ketiganya tersandung kasus korupsi
pembelaan dari Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf bahwa ini bukan musibah tetapi Demokrat mendukung pemberantasan korupsi harus melihat kasus ini sebagai prestasi SBY untuk menangkap atau menekan kasus korupsi meskipun dari fraksinya sendiri #4. Pada 28/09/2014 Headline :
SBY : Saya Sangat Membatasi Kunjungan ke Luar Negeri Who : Presiden SBY What : SBY dituding sering melakukan perjalanan ke luar negeri
Why : Sering dating di acara-acara besar (acara kenegaraan)
Berita diawali dengan bantahan dari SBY kemudian disertai penjelasan SBY bahwa SBY tidak sering datang kunjungan. Beliau selektif dalam acara-acara ke luar negeri Penghematan dengan selektif, memilih tempat kunjungan, artinya tidak semua undangan harus dihadiri. Juga diimbangi dengan pembelian pesawat yang lebih banyak akan dipakai oleh presiden
selanjutnya.
Hal ini bukan semata-mata pencitraan, tetapi
42 betul-betul hal yang dilakukan harus efektif #5. Pada 21/10/2014 Headline : Perubahan di Akun Media Sosial SBY dan Ibu Ani setelah Lengser
Who : Presiden SBY dan Ibu Ani (istri SBY)
What : Klarifikasi pengelolaan akun SBY dan Ibu Ani yang semula diatur oleh staff presiden sekarang berubah When : setelah SBY lengser Diawali dengan pemaparan tentang perubahan Biodata di akun twitter SBY juga termasuk akun Ibu Ani yang notabene melek media/sosmed.Ditut
up dengan
postingan awal dari Ibu Ani tentang waktu yang lebih banyak setelah SBY berakhir jabatannya sebagai presiden
43 KOMPAS.COM
HEADLINE :
- Kompas memilih pemakaian judul yang terkesan tegas dan terkadang menggunakan judul yang ambigu seperti “Dua Kali ke Luar Negeri, Dua Menteri Presiden SBY Jadi Tersangka Korupsi” membuat pembaca membuat sebuah persepsi yang seakan-akan SBY menjadi salah karena terlalu sibuk mengurus acara kenegaraan sehingga para menterinya menjadi tersangka dan seharusnya SBY tahu bagaimana cara kerja para menterinya. Karena headline sangat berpengaruh untuk mengarahkan kemana berita itu akan berjalan, karena editor dan wartawan memegang perang yang sangat penting dalam membentuk kenyataan sosial kita ketika mereka menjalani tugas sehari-hari dalam memilih berita. Headline juga berperan untuk menarik para pembaca berita, pemilihan judul yang tepat juga berpengaruh untuk membentuk pola pikir seseorang
DETIK.COM HEADLINE :
- Detik memilih beberapa headline yang digunakan untuk membuat sebuah berita yang hampir mirip dengan berita yang ada di Kompas. Di kompas memberitakan tentang ““Dua Kali ke Luar Negeri, Dua Menteri Presiden SBY Jadi Tersangka Korupsi” sedangkan Detik “SBY : Saya Sangat Membatasi Kunjungan ke Luar Negeri” . Padahal SBY sering sekali melakukan perjalanan ke luar negeri tetapi di dalam headline tersebut mengatakan bahwa beliau membatasinya. Para pembaca yang membaca headline tersebut pasti mengira bahwa SBY memang jarang pergi ke luar negeri, karena pada saat membaca sebuat berita pastilah para pembaca melihat judul pertama kali pada saat akan membaca sebuah berita dan disitulah para pembaca mempunyai ketertarikan untuk membaca berita tersebut. Pemilihan judul yang menarik juga sangat
44 untuk membuat persepsi terhadap
apa yang ada di dalam berita tersebut. Di sini terletak pengaruh dari komunikasi massa, kemampuannya untuk secara mental mengurutkan dan mengorganisir dunia untuk kita. Singkatnya, media massa mungkin tidak akan berhasil menceritakan kepada kita apa pikiran kita, namun mereka secara besar-besaran berhasil dalam memberi tahu kita apa yang dipikirkan (Littlejohn, 2005 : 341). Pernyataan ini mempunyai arti bahwa media berusaha mengarahkan apa yang kita pikirkan sesuai dengan apa yang diberitakan. Berbicara mengenai headline yang diberitakan oleh kompas.com ini sudah melalui pengeditan terlebih dahulu, judul apa yang layak untuk diberitakan, dan semua sudah dikonstruksi. Tujuannya ingin mengarahkan pemikiran kita supaya sepakat dengan apa yang telah diberitakan tadi.
mempengaruhi banyaknya pembaca berita tersebut. Dalam hal ini Detik tidak memilih judul yang tidak aneh – aneh, karena beberapa berita yang ada di Kompas menggunakan beberapa judul yang lebih menarik untuk dibaca.
45 METAMOR:
- Beberapa headline berita dari kompas sendiri menggunakan kata-kata yang sebenarnya memiliki kata-kata kiasan yang digunakan untuk menyindir seorang SBY dengan kinerjanya yang kurang maksimal selama berkuasa. Headline juga memiliki beberapa pengertian yang digunakan oleh media dalam menciptakan sebuah bingkai yang akan membentuk sebuah realita kepada khalayak yang membacanya, terkadang pembaca pemberita sendiri kurang peka dalam menyikapi sebuah berita yang dibacanya. Judul berita secara tidak langsung juga berperan penting untuk menarik minat khalayak untuk membaca berita tersebut, khalayak dibuat penasaran dengan headline yang digunakan oleh kompas sendiri, padahal judul sebuah berita juga menggambarkan apa pesan yang ada di dalam berita tersebut meskipun tidak seluruhnya.
METAMOR:
- Beberapa headline berita yang digunakan detik memiliki beberapa kemiripan dengan headline yang ada di kompas pada tanggal yang hampir bersamaan. Headline yang digunakan detik cenderung menggunakan kata-kata yang lebih formal, beberapa berita dari detik juga ada yang berjudul “3 Menteri KIB Jadi Tersangka, PD : Itu Komitmen SBY Memberantas Korupsi” , detik menggunakan judul tersebut agar seakan-akan SBY sendiri masih memiliki sebuah kebaikan padahal sebaliknya dan pesan dalam isi berita yang disampaikan dalam berita tersebut tidak jauh berbeda dengan headline tersebut. Judul berita secara tidak langsung sudah dapat menyimpulkan apa pesan yang ingin disampaikan media tersebut kepada khalayak meskipun tidak seluruhnya.
47 ISI PEMBERITAAN :
- Berita – berita kompas.com yang telah dianalisis dengan framing model Pan Kosicki berisi tentang permasalahan yang malah banyak terjadi kepada SBY pasca pemilu 2014. Semua isi berita yang diberitakan hanya mengarahkan pada masalah besar yang dialami oleh SBY dan juga parpol yang dia pimpin. Intinya adalah memperlihatkan dan mengorek apa yang sedang terjadi dalam kabinet SBY dan parpol yang dia pimpin, dan semuanya itu cenderung ke pencitraan negatif SBY. Pernyataan Parpol yang dipimpin oleh SBY malah bangga terhadap anggotanya yang menjadi tersangka kasus korupsi dan seharusnya tidak demikian. SBY lebih seperti cari aman dengan masalah yang ada, seperti tidak berkomentar dan terkejut ada menteri dari parpolnya terjerat kasus korupsi.
ISI PEMBERITAAN :
- Isi berita yang telah dianalis dengan framing model Pan Kosicki kebanyakan berisi tentang SBY yang dituduhkan dengan berbagai macam tudingan miring yang terjadi di dalam kabinet dan parpol yang dipimpin oleh beliau. Tetapi ada beberapa berita yang diselipkan beberapa pembelaan kepada SBY bahwa semua bukan salah SBY, memang bukan salah SBY sepenuhnya tetapi harusnya SBY juga cepat tanggap dengan permasalahan yang terjadi. Detik lebih menjaga citra seorang SBY agar tetap baik setelah masa lengsernya selama dua periode berturut – turut berkuasa sebagai presiden. Meskipun juga ada beberapa berita yang menurunkan citra SBY.
48 GAYA BAHASA :
- Kompas lebih menggunakan gaya bahasa yang lebih menekankan tata tulis yang terkesan terstruktur di tiap kalimatnya. Gaya bahasa yang digunakan juga tidak terlalu banyak basa – basi dan terkesan tidak terlalu menggunakan bahasa metafora. Pemakaian gaya bahasa juga sangat berpengaruh di dalam membuat sebuah konstruksi sosial kepada masyarakat, gaya bahasa yang langsung mengena kepada topik yang dibahas lebih akan dipilih oleh pembaca karena lebih tepat sasaran. Redaksional yang terkadang dilupakan dalam membuat sebuat berita online karena mengejar waktu untuk mendapatkan berita dengan waktu yang terbatas. Kesalahan redaksional yang terkadang tidak dihiraukan malah membuat pembaca menjadi malas untuk membacanya, karena terkesan tidak profesional dan terburu – buru.
PEMAPARAN KALIMAT :
- Kalimat yang dijabarkan oleh
GAYA BAHASA :
- Gaya bahasa yang diusung detik lebih terkesan terlalu banyak yang ditambahi oleh wartawan. Beberapa berita terkesan dibuat terlalu buru – buru karena terdapat beberapa kesalahan redaksional yaitu ada kata yang salah. Beberapa kesalahan kecil yang bila sering terjadi akan menurunkan pamor sebuah berita, kemauan membaca para penikmat berita juga akan menurun. Gaya bahasa yang tepat juga sangat berpengaruh untuk mengiring pembaca berita kepada konstruksi yang dibentuk sebuah berita.
49 kompas berurutan dan menjadi
sebuah paragraf yang jelas. Pemaparan kalimat lebih kepada menyampaikan apa yang telah dikatakan oleh seseorang dan ditulis lagi menjadi sebuah berita. Bisa dilihat dari berita kompas lebih menekankan kepada fakta yang terjadi sebenarnya tanpa harus terlalu banyak menambahkan kata – kata. IMAGE SBY :
- Dari berita – berita yang dibuat kompas telah menciptakan sebuah image dimana saat SBY akan berakhir masa jabatan banyak permasalahan yang muncul di kabinet maupun parpol yang dipimpinnya, malahan SBY terkesan tidak memberi komentar (bungkam) dan terkejut melihat beberapa menterinya terjerat korupsi. Selain image SBY menjadi negatif, parpol Demokrat juga menjadi semakin buruk imagenya karena anggotanya yang juga menjabat sebagai menteri terjerat korupsi dan malah bangga dengan tertangkapnya anggota
PEMAPARAN KALIMAT :
- Kalimat yang dijabarkan detik juga berurutan menjadi sebuah paragraf yang utuh, tapi terkadang tidak berhubungan dengan paragraf selanjutnya. Ini membuat pesan dari berita tersebut tidak tersampaikan dengan jelas.
IMAGE SBY :
- Dari konstruksi yang dibentuk oleh Detik ada yang mengangkat citra SBY ada juga yang menurunkan citra SBY, sedangkan kompas lebih berani untuk mengungkap apa yang terjadi di dalam pemerintahan SBY pasca pemilu 2014. Detik lebih memilih untuk membuat berita tentang kegiatan SBY pasca pemilu 2014, seakan – akan SBY akan melepas jabatannya tanpa ada terjadi masalah yang begitu serius yang akan membuat citranya buruk di mata masyarakat.
50 5.4 Refleksi Kritis Pembingkaian SBY Pasca Pemilu 2014
Dari beberapa pemberitaan yang penulis amati baik dari Kompas.com maupun Detik.com, maka penulis dapatkan bahwa arah pemberitaan yang ditunjukkan oleh Kompas.com cenderung mengarahkan pandangan pembaca berita tentang kritik yang ditunjukkan kepada SBY setelah lengser selama dua periode berkuasa. Arah berita Kompas.com sangat menyoroti sepak terjang SBY selama memerintah dan terungkap
mereka.
FRAMING MEDIA :
- Framing yang diciptakan oleh kompas adalah image negatif yang sebenarnya lebih kepada kritik terhadap SBY menjelang masa habis jabatannya malah membuat SBY dipusingkan oleh para menterinya yang terjerat korupsi. Peran wartawan dan editor adalah aktor bagaimana sebuah berita mengkonstruksi masyarakat dengan apa yang dibacanya.
FRAMING MEDIA :
- Framing yang diciptakan detik adalah sebentar lagi SBY akan lengser dari jabatannya biarlah dia lengser dengan tenang tanpa ada masalah lagi yang memojokkan beliau. Tetapi dilain hal ada juga framing yang diciptakan oleh Detik tentang penurunan citra SBY pasca pemilu meskipun tidak frontal.
51 banyak kasus korupsi di kabinet SBY yang terkuak setelah lengser, bahkan menteri yang menjadi tersangka korupsi tersebut merupakan anggota parpol yang dipimpin oleh SBY sendiri. Arah pemberitaan Kompas.com lebih kepada menciptakan sebuah realitas kepada khalayak bahwa SBY kurang becus untuk mengurusi para menterinya sehingga terungkap banyak kasus korupsi setelah SBY lengser dari jabatannya. Kedua media tersebut menginginkan para khalayak untuk mengikuti jalan pikiran media agar sejalan dengan framing yang mereka ciptakan.
Arah pemberitaan dari Detik.com cenderung menyoroti berita negatif tentang SBY karena pada saat itu juga sedang banyak sekali pemberitaan korupsi didalam pemerintahan yang sudah diujung tanduk dan berita tersebut dikemas dengan bahasa yang lebih sopan daripada Kompas.com dan Detik.com seringkali mengalami kesalahan redaksional dalam beritanya. Realitas yang dibentuk Detik.com sendiri adalah bahwa masih ada kebaikan sedikit tentang jasa SBY selama memerintah.