• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada akhirnya menciptakan derajat keterbukaan ekonomi yang semakin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang pada akhirnya menciptakan derajat keterbukaan ekonomi yang semakin"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan perekonomian suatu negara, terutama kepada negara berkembang. Meningkatnya perekonomian di banyak negara merupakan akibat dari adanya interdependensi yang pada akhirnya menciptakan derajat keterbukaan ekonomi yang semakin tinggi di dunia, yang terlihat pada adanya peningkatan arus barang, jasa, uang, dan

modal.1

Seseorang dalam rangka meningkatkan atau mempertahankan nilai

modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (enquipment),

asset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian akan melakukan suatu bentuk penanaman modal atau menginvestasikan modal

tersebut.2 Dalam menanamkan modalnya, investor membutuhkan iklim investasi

yang kondusif yang sekaligus dapat meningkatkan kegiatan ekonomi, baik berskala besar maupun kegiatan ekonomi kerakyatan. Sehingga mendongkrak

kemampuan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat.3

1

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi,(Bandung : Nuasa Aulia, 1999), hal. 2

2 Ana Rokhmatussa dan Suratman, Hukum Investasi & Pasar Modal, (Jakarta : Sinar

Grafika, 2009), hal. 3

3

(2)

Investasi yang ditanamkan oleh investor / usahawan mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat lokal karena investasi tersebut memberikan pengaruh dalam kehidupan masyarakat setempat maupun perekonomian suatu

daerah tersebut.4

Oleh karena itu, kehadiran investor sangat dibutuhkan dalam mengelola potensi ekonomi yang ada. Kehadiran investor diharapkan dapat menggerakan

roda perekonomian baik skala lokal maupun skala nasional. 5 Investor akan

datang dengan sendirinya, bila berbagai hal (kepastian hukum dan jaminan

keamanan, kondisi infrastruktur pendukung, serta birokrasi yang simple, cepat,

dan transparan)6, yang dibutuhkan telah tersedia untuk menjalankan investasi.7

Sebab, keberadaan investasi yang ditanamkan oleh investor terutama modal asing, ternyata memberikan dampak positif di dalam pembangunan. Dampak – dampak

positif itu adalah sebagai berikut :8

1. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga

mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka.

2. Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan

rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahan – perusahaan baru.

3. Meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan penghasilan

tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya.

4 Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2007),

hal. 377

5

Sentosa Sembiring, Op.Cit., hal. 130

7 Sentosa Sembiring, Op.Cit., hal. 130 8 Salim dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hal. 86

(3)

4. Menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industry lain.

5. Memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan

memproduksi barang setempat, untuk menggantikan barang impor.

6. Menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk

berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah.

7. Membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun

sumber daya manusia, agar lebih baik pemanfaatannya daripada semula.

Dalam pelaksanaannya, untuk memulai investasinya, investor akan melaksanakan beberapa kegiatan pengelolaan modal, salah satunya menyangkut tentang kegiatan permohonan izin kepada pemerintah, baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah.9 Dalam hal ini, bentuk investasi yang digunakan

adalah bentuk investasi langsung. Hal ini sejalan dengan yang diatur dalam Undang – Undang Tahun 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, menurut Undang – Undang Tahun 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pasal 1 angka 1, Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.10

Dalam hal pelaksanaan penanaman modal (investasi) di suatu negara, baik usahawan asing maupun usahawan dalam negeri yang akan menanamkan modalnya akan mempertimbangkan beberapa hal dalam melakukan suatu kegiatan investasi tersebut. Banyak faktor – faktor yang menjadi kendala seperti masalah

9 Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum &Kebijakan Investasi Lansung di

Indonesia, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2006), hal. 53

(4)

politik, ekonomi negara yang bersangkutan, tempat usaha, perundang – perundang

dan hukum yang mendukung jaminan usaha, mauapun masalah jalur birokasi.11

Birokasi yang terlalu panjang biasanya dapat menciptkan situasi yang kurang kondusif bagi kegiatan penanaman modal, sehingga dapat mengurungkan niat para pemodal untuk melakukan investasi. Birokasi yang panjang seringkali juga berarti adanya biaya tambahan yang akan memberatkan para calon pemodal karena dapat mengakibatkan usaha yang akan dilakukannya menjadi tidak feasible.12

Dalam masalah birokrasi yang terlalu panjang, hal ini disebabkan oleh karena adanya penumpukan kerja di pemerintah pusat. Oleh karena itu perlu adanya suatu pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka meringankan beban pemerintah, karena pemerintah pusat tidak mungkin mengenal seluruh dan segala kepentingan dan kebutuhan setempat dan tidak mungkin pula mengetahui bagaimana kebutuhan tersebut sebaik –

baiknya. 13 Pemerintah daerahlah yang mengetahui sedalam – dalamnya

kebutuhan daerah dan bagaimana memenuhinya. Dengan adanya pendelegasian wewenang (desentralisasi), maka akan dapat menghindari adanya beban yang melampaui batas dari pemerintah pusat yang disebabkan oleh adanya kelebihan

beban kerja yang menyebabkan birokrasi administrasi semakin panjang.14

11

Ana Rokhmatussa dan Suratman, Op.Cit., hal. 6

12Ibid., hal. 6

13 Faisal Akbar Nasution, Dimensi Hukum Dalam Pemerintah Daerah, (Medan : Pusaka

Bangsa Press, 2003), hal. 10

(5)

Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa salah satu keluhan yang paling sering dilontarkan oleh para investor asing selama ini adalah banyaknya

jenis perizinan yang harus diperoleh, yang secara langsung dapat membuat initial

cost yang harus dikeluarkan sebelum perusahaan tersebut beroperasi menjadi

lebih banyak.15

Walaupun demikian untuk memacu kegiatan investasi, pemerintah dari waktu ke waktu terus berupaya, salah satunya adalah dengan perbaikan koordinasi antara instansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim yang kondusif di bidang penanaman modal dan keamanan

berusaha.16

Upaya untuk memotong rantai birokrasi investasi ini telah dilakukan oleh

pemerintah dengan menerbitkan berbagai kebijakan sebagai berikut :17

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 1998 Tentang

Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1980 Tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah.

2. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 2 Tahun 1998 Tentang

Penghapusan Kewajiban Memiliki Rekomendasi Instansi Teknis Dalam Permohonan Persetujuan Penanaman Modal.

15 Ana Rokhmatussa dan Suratman, Op.Cit., hal. 6 16 Sentosa Sembiring, Op.Cit., hal. 26

(6)

3. Keputusan Menteri negara Investasi / Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 21/SK/1998 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri Tertentu Kepada Gubenur Kepala Daerah Tingkat I.

Perbaikan koordinasi dari pemerintah pusat dan daerah terwujud dengan adanya desentralisasi dimana terjadi pelimpahan kekuasaan perundangan dan

pemerintahan (regelende en besturende bevoerheid) kepada daerah – daerah

otonom di dalam lingkungannya.18

Dengan adanya hubungan yang dependent antara pemerintah daerah

dengan pemerintah pusat inilah, terdapat masalah kepastian dalam pemberian izin investasi, apakah ada pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sepenuhnya ataukah terdapat batasan – batasan yang perlu

diperhatikan pendelegasian tersebut.19

Selain itu perlu adanya keserasian hubungan antara kedua tingkatan Pemerintah tersebut dalam pelaksanaanya di lapangan. Sebab apabila pendelegasian wewenang tersebut dilaksanakan dengan baik maka akan

membawa manfaat kepada pembangunan nasional (pembagunan ekonomi).20

Namun dalam prakteknya, kedua lembaga pemerintah ini sering terjadi pertentangan maupun perselisihan, sehingga dalam proses pelaksanaan

18 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta :

Grasindo, 2007), hal. 6

19Ibid., hal. 7

(7)

pendelegasian wewenang ini akan menimbulkan masalah, dimana usaha tersebut hanya dijalankan oleh Pemerintah pusat, sehingga mengabaikan peranan dan inisatif yang dapat dibuat oleh pemerintah daerah yang besar sekali peranannya dalam menciptakan dan menggalakan pembangunan di daerah. Tetapi sebaliknya jika usaha tersebut hanya dijalankan oleh pemerintah daerah tanpa adanya koordinasi dengan pemerintah pusat maka akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat diantara berbagai daerah dan akan menyebabkan pemborosan dalam

penggunaan sumber – sumber daya (resources).21

Adanya kesan pemerintah pusat belum sepenuhnya mendelegasikan wewenang (desentralisasi) kepada pemerintah daerah dalam urusan investasi, dalam hal ini diwakili oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Dengan adanya pengelolaan investasi yang bersifat sentralistik tentunya akan bersifat merugikan iklim investasi yang semakin liberal dan penuh persaingan dari

negara – negara lain dalam era globalisasi ini.22

1. Bagaimana pendelegasian wewenang pemberian izin investasi kepada

pemerintah daerah? B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dikemukakan beberapa permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut dalam skripsi ini, yaitu :

2. Bagaimana akibat hukum pendelegasian pemberian izin terhadap investor?

21Ibid., hal. 16

(8)

3. Bagaimana pelaksanaan pendelegasian izin investasi kepada pemerintah daerah?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa saja bentuk – bentuk pendelegasian wewenang

pemberian izin investasi yang diberikan kepada pemerintah daerah dalam Undang – Undang Tahun 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

b. Untuk mengetahui akibat hukum dari pendelegasian izin investasi dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

c. Untuk mengetahui pelaksanaan pendelegasian izin investasi dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

a. Secara Teori

1) Untuk menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa mengenai

pendelegasian pemberian izin investasi kepada pemerintah daerah dari pemerintah pusat menurut Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007.

(9)

2) Sebagai bahan kajian secara sistematis dan mendalam tentang pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah menyangkut izin investasi .

b. Secara Praktis

1) Dapat dijadikan masukan kepada pemerintah baik pusat maupun daerah

tentang pelaksanaan serta pembagian wewenang dalam hal pemberian izin investasi.

2) Dapat memberi masukan kepada masyarakat mengenai bagaimana proses

pelaksanaan izin investasi bagi bagi para investor baik investor dalam negeri maupun luar negeri dalam memperoleh izin investasi bagi usaha mereka.

3) Dapat memberikan masukan kepada mahasiswa jurusan ekonomi berupa

pengetahuan akan bentuk pendelegasian, akibat hukum dari pendelegasian tersebut serta proses pelaksanaannya.

D. Keaslihan Penulisan

Karya tulis yang berjudul “ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENDELEGASIAN PEMBERIAN IZIN INVESTASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH MENURUT UNDANG – UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007” adalah asli dari pemikiran ataupun usaha dari penulis tanpa adanya penipuan ataupun penjiplakan atau lainnya yang dapat merugikan pihak - pihak tertentu. Untuk itu saya bertanggung jawab sepenuhnya atas penulisan skripsi ini.

(10)

Karya tulis ini memiliki kemiripan judul dengan beberapa skripsi yang sudah diteliti oleh Mahasiswa terdahulu pada Fakultas Hukum, yaitu Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Perizinan Investasi Di Kabupaten Lombok Timur. Yang disusun oleh L. Herjan Saputra, Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Mataram; Kewenangan Pemberian Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang – Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam). Yang disusun oleh Nasrianti, Mahasiswa Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara; Pengaruh pendelegasian wewenang Ditinjau Dari Perpektif Hukum Administratif Negara (Studi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan) yang disusun oleh Rahman Hasibuan, Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

Walaupun terdapat kesamaan pembahasan dalam hal pendelegasian wewenang, namun terdapat perbedaan dimana pembahasan yang dibahas diatas lebih kepada perizinan yang ada di daerah Kabupaten Lombok Timur, Medan dan Aceh Nanggroe Darussalam, dimana peraturan tiap – tiap pemerintah daerah berbeda pada setiap daerah.

Oleh karena alasan tersebut diatas maka pembahasan yang dibahas di dalam skripsi ini dikatakan murni hasil pemikiran penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum yang berlaku maupun doktrin-doktrin yang yang ada, dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara , dan apabila ternyata dikemudian hari terdapat judul yang sama dan permasalahan yang sama maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

(11)

E. Tinjauan Pustaka

1. Pendelegasian Wewenang

Delegasi adalah perwakilan at langsung maupun secara

perwakilan suat23

Sedangkan Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu.

24

Wewenang merupakan hasil delegasi atau pelimpahan wewenang dari atasan ke bawahan dalam suatu organisasi. Terdapat dua

pandangan yang saling berlawanan tentang sumber wewenang, yaitu:25

a. Teori formal (pandangan klasik)

Wewenang merupakan anugrah, ada karena seseorang diberi atau dilimpahi hal tersebut. Beranggapan bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang tinggi. Jadi pandangan ini menelusuri sumber tertinggi dari wewenang ke atas sampai sumber terakhir, dimana untuk organisasi perusahaan adalah pemilik atau pemegang saham.

b. Teori penerimaan (acceptance theory of authority)

Wewenang timbul hanya jika dapat diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan. Pandangan ini menyatakan

kunci dasar wewenang oleh yang dipengaruhi (influencee) bukan yang

mempengaruhi (influencer). Jadi, wewenang tergantung pada penerima

(receiver), yang memutuskan untuk menerima atau menolak.

23 24 tanggal 4 Oktober 2015 25

(12)

Menurut Max Weber yang dianggap sebagai bapak birokrasi

mengungkapkan tiga macam tipe ideal wewenang, yaitu :26

a. Wewenang Tradisional

Wewenang Tradisional adalah wewenang yang dapat dimiliki oleh manusia maupun kelompok manusia. Wewenang ini dimiliki oleh orang orang yang sudah lama sekali memiliki kekuasaan di dalam masyarakat. Wewenang ini dimiliki oleh seseorang atau kelompok orang bukan karena memiliki kemampuan khusus, namun wewenang ini dimiliki karena memiliki kekuasaan dan wewenang yang telah melembaga bahkan telah menjiwai masyarakat.

b. Wewenang Karismatik

Wewenang Karismatik adalah wewenang yang tidak diatur oleh kaidah atau aturan, baik yang tradisional maupun yang rasional. Sifat dari wewenang karismatik cenderung irasional atau tidak masuk akal. Terkadang karisma tersebut hilang karena masyarakat yang berubah dan memiliki paham yang berlainan. Namun perubahan inilah menjadi faktor yang tidak dapat diikuti oleh orang-orang yang memiliki wewenang karismatik, sehingga dia tertinggal oleh kemajuan dan perkembangan masyarakat.

c. Wewenang Legal-Rasional

Wewenang adalah wewenang yang disandarkan pada sistem atau aturan hukum yang berlaku di dalam masyarakat. Wewenang inilah yang menjadi basis wewenang pemerintahan. Oleh karena itu, birokrasi didominasi oleh

semangat formalistic-impersonality. Segala kewenangan yang dimiliki

oleh seseorang didasarkan pada hukum yang berlaku, hal ini diatur juga agar pemilik kewenangan itu tidak berlaku semena-mena.

Oleh karena itu, Pendelegasian wewenang adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam

(13)

kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Pendelegasian wewenang dapat

disamakan dengan desentralisasi.27

Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan. Kekuasaan hanya mengambarkan hak untuk berbuat dan tidak

berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten

en plichten). Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri dan mengelola sendiri, sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Secara vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan

pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan.28

Didalam Kamus Hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai :

2. Izin

29

“Overheidistoestemming door wet of verordening vereist gesteld voor tal van handling waarop in het algemeen belang special toezict vereist is, maar die, in het algemeen, niet als onwenselijk worden beschowd” ( perkenan/izin dari Pemerintah berdasarkan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sma sekali tidak dikehendaki).

28 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : UII Press Indonesia, 2002), hal. 73 29repository.uin-suska.ac.id/1616/4/BAB%20III.pdf, diakses pada tanggal 4 Oktober 2015

(14)

Menurut Aminuddin Ilmar, Izin adalah kewenangan pemerintah untuk mengatur sesuatu hal yang berhubungan dengan peran dan tugasnya. Izin adalah suatu instrument yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan

tingkah laku para warganya.30

Menurut Alvi Syarhrin, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan hukum dalam hal konkreto berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan perundang – undangan yang berlaku. Dengan kata lain izin berfungsi sebagai pengendali kegiatan agar kegiatan usaha tersebut tidak melanggar kepentingan

yang dilindungi oleh hukum.31

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

3. Investasi

32

Menurut Ida Bagus Rahmadi Supancana, investasi adalah suatu kegiatan

yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum

(juridical person), dalam upaya untuk meningkatkan dan atau mempertahankan

30

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia , (Jakarta : Prenada Media Group, 2007), hal. 131-132

31 Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan Dan

Pemukiman Berkelanjutan, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2003), hal. 167

(15)

nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), asset tak bergerak, ha katas kekayaan intelektual, maupun keahlian.33

Investasi dibedakan menjadi investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung adalah investasi dimana investor berharap langsung memperoleh keuntungan atau kekayaan atas investasi yang dilakukannya. Contohnya pembelian saham, obligasi, sejumlah kekayaan riil atau mata uang langka dengan maksud untuk memelihara nilai atau atau memperoleh penghasilan. Investasi langsung landasan hukumnya adalah Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Investasi ini sering dikaitkan dengan keterlibatan pemilik modal secara langsung dalam kegiatan pengelolaan modal. Investasi tidak langsung adalah investasi yang dilakukan dalam suatu portofolio atau kelompok surat berharga atau kekayaan. Contohnya pembelian saham dari dan bersama (mutual fund), yaitu portofolio surat berharga yang dikeluarkan oleh berbagai perusahaan sehingga investor memiliki hak atas sebagian portofolio. Pada investasi tidak langsung, investor hanya menyediakan modal keuangan dan tidak terlibat dalam manajemen. Tujuan investor adalah bagaimana memperoleh hasil yang maksimal dengan rentan waktu yang tdak terlalu lama sudah bisa menikmati keuntungan.Landasan hukum investasi tidak langsung adalah Undang- Undang

Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.34

33 Didik J. Rachbini, Arsitektur Hukum Investasi Indonesia, (Jakarta : Macanan Jaya

Cemerlang, 2008), hal. 11

(16)

4. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 35

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.36

Metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh. Maksudnya adalah untuk mendapatkan suatu pengetahuan harus dilakukan dengan suatu jalan atau cara, dimana langkah - langkahnya harus ditentukan terlebih dahulu.

Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa :

“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

F. Metode Penelitian

37

35

Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pasal 1 point 13

36

10 Oktober 2015

37 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju,

(17)

1. Sifat atau Jenis Penelitian

Skripsi ini merupakan penelitian hukum yang normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian berupa inventarisasi perundang - undangan yang berlaku, berupaya mencari asas - asas atau dasar falsafah dari perundang - undangan tersebut atau penelitian yang berupa usaha penemuan hukum yang

sesuai dengan suatu kasus tertentu. 38

2. Data

Penelitian hukum normatif pada skripsi ini didasarkan pada bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi peraturan - peraturan yang berkaitan dengan analisa hukum ekonomi, serta pendelegasian wewenang antara pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, serta proses pelaksanaannya berdasarkan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Pada penelitian ini, data sekunder yang digunakan antara lain sebagai

berikut :39

a. Bahan hukum primer (Undang – Undang Penanaman Modal Nomor 25

Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal; Undang Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah; Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Nonperizinan Penanaman Modal;

38Ibid., hlm. 86

(18)

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pemberian Insentif Dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal Di Daerah; Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota; Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.

b. Bahan hukum sekunder (rancangan peraturan perundang – undangan, hasil

karya ilmiah para sarjana hukum seperti disertasi, untuk S3, hasil penelitian Badan Litbang, Depkeh, dan HAM.

c. Bahan hukum tersier (bibliografi, indeks kumulatif, kamus).

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah studi

kepustakaan. Metode penelitian kepustakaan (library research) yang dilakukan

dengan mempelajari buku - buku kepustakaan yang ada hubungannya dengan

permasalahan Skripsi yang dibuat oleh penulis. 40

Seluruh data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya akan ditelaah dan dianalisis. Analisis untuk data kualitatif dilakukan dengan pemilihan 4. Analisis Data

40 Bambang Soegono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998),

(19)

Pasal-Pasal yang berisis kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang pendelegasian wewenang dalam bentuk pelayanan terpadu satu pintu menurut Undang Undang No.25 Tahun 2007, kemudian membuat sistematika dari Pasal-Pasal tersebut sehingga akan menghasilkan klarifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Pada bagian akhir, data yang berupa peraturan perundang-undangan ini diteliti dan dianalisis secara induktif kualitatif yang diselaraskan dengan hasil dari data pendukung sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang akan menjawab seluruh pokok permasalahan dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi dengan Judul Analisis Yuridis Terhadap Pendelegasian Pemberian Izin Investasi Kepada Pemerintah Daerah Menurut Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 meliputi :

Bab I merupakan Bab Pendahaluan. Pada bab pendahuluan ini menguraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang, Perumusan Masalah, Keaslihan Penulisan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan dan diakhiri dengan Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II merupakan Bab Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Investasi Kepada Pemerintah Daerah Pada bab ini berisi tentang pengertian investasi, bidang usaha, pemilikan saham asing, fasilitas penanaman modal, perizinan penanaman modal, penyelesaian sengketa.

(20)

Bab III merupakan Bab Akibat Hukum Pendelegasian Pemberian Izin Terhadap Investor. Pada bab ini berisi tentang prosedur perizinan investasi, hak – hak investor, akibat hukum pendelegasian pemberian izin terhadap investor.

Bab IV merupakan Bab Pelaksanaan Pendelegasian Izin Investasi Kepada Pemerintah Daerah. Pada bab ini berisi tentang pengertian pelaksanaan pendelegasian izin investasi, bentuk – bentuk investasi, proses pelaksanaan izin investasi.

Bab V merupakan Bab Kesimpulan Dan Saran. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran atas pendelegasian wewenang izin investasi kepada pemerintah daerah berdasarkan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun

2. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki dalam penyuluhan. Fasilitas ini juga menentukan kenyamanan dalam penyampaian penyuluhan baik dari pemberi materi maupun

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi proklamasi kemerdekaan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang tua, wali, orang-orang yang mempu- nyai hubungan keluarga, pengasuh anak, pendidik,

3. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Ketersediaan RTH: Tingkat ketergantungan masyarakat di Kecamatan Mijen menurun, selain dampak pembangunan yang

bawah umur yang menjadi dasar pertimbangan tuntutan Jaksa penuntut umum di Kejaksaan Negeri Madiun yaitu dalam melakukan penuntutannya bahwa unsur tersebut telah memenuhi

Lantaran bilangan pelajar-pelajar yang diambil bagi mengikuti program Sarjana Muda Pendidikan Teknik dan Vokasional ini adalah sebahagian daripada usaha untuk memenuhi

KETERKAITAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FIP IKIP PADANG DENGAN LAPANGAN KERJA.. DI SUMATERA BARAT