• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

I.1. Latar Belakang

Emas merupakan salah satu logam mulia yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara. Sehingga banyak negara yang mencari potensi endapan emas untuk menambah pendapatan negara. Selain itu emas termasuk logam jarang dijumpai dan juga memiliki warna dan kilap yang indah. Oleh karena itu emas sering dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat perhiasan.

Endapan hidrotermal merupakan salah satu sumber penghasil emas. Endapan ini memiliki andil besar dalam menyediakan cadangan emas dunia. Emas dalam endapan ini dapat berbentuk bijih, elektrum, maupun inklusi dalam mineral lain. Umumnya endapan ini memiliki kadar emas dari 1-3.5 g/t (Corbett, 2001). Endapan ini dapat menghasilkan kadar yang cukup besar dengan berbagai macam logam lain yang dapat terakumulasi dalam suatu lokasi konsentrasi yang sama. Pada endapan Mineral Hill di Kanada dan Lihir di Papua New Guinea, emas epitermal dapat mencapai kadar 100 g/t (Corbett, 2002).

Endapan epitermal merupakan salah satu jenis endapan hidrotermal. Endapan ini sama dengan endapan hidrotermal lainnya yakni umumnya ditemukan pada batas tektonik lempeng, khususnya pada batas konvergen yakni subduksi (Corbett dan Leach, 1998). Tatanan seperti ini dapat dijumpai di banyak daerah di Indonesia, seperti di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Kalimantan.

(2)

Di Indonesia dan Filipina, endapan epitermal sulfidasi rendah merupakan endapan yang paling banyak menghasilkan emas dibandingkan dengan endapan epitermal lainnya, yakni sebesar 16% (Garwin dkk, 2005) (lihat Gambar 1.).

Gambar 1. Diagram yang menunjukan perbandingan produksi emas di negara Indonesia dan

Filipina oleh berbagai jenis endapan (Garwin dkk, 2005)

Daerah Jawa Barat khususnya daerah Pongkor memiliki potensi endapan epitermal sulfidasi rendah yang menarik untuk dikaji. Daerah Pongkor ini merupakan daerah IUP dari PT Antam Tbk. Sejak tambang ini mulai beroperasi yakni pada tahun 1992, setiap tahunnya diproduksi 3-4 ton emas dan 21-28 ton perak dengan total cadangan keseluruhannya mencapai 110 ton emas (Warmada, 2003). Pada daerah Pongkor, masih terdapat beberapa prospek yang masih belum diteliti lebih lanjut. Salah satu daerah tersebut adalah daerah Nunggul dan sekitarnya.

Daerah Nunggul ini merupakan daerah yang terletak di dekat daerah eksploitasi PT Antam Tbk. yakni tunnel Gudang Handak. Pada daerah ini dijumpai batuan yang mengalami alterasi hidrotermal dan juga urat yang dimungkinkan sebagai urat pembawa mineralisasi. Kehadiran urat ini mengindikasikan bahwa tipe endapan emas yang mungkin berkembang pada

(3)

daerah ini sama dengan endapan emas pada daerah Pongkor, yakni endapan epitermal sulfidasi rendah. Sejauh ini belum ada penjelasan mendetail mengenai tipe endapan pada daerah ini.

Untuk mempelajari endapan emas ini secara lebih detail, diperlukan penelitian mengenai hubungan antara kondisi geologi dan proses pembentukan emas pada daerah penelitian. Selain itu diperlukan juga penelitian mengenai karakteristik dan penyebaran alterasi mineralisasi pada daerah penelitian. Karakteristik alterasi dan mineralisasi yang dimaksud berupa mineral penciri alterasi, pH dan suhu pembentukan, mineral bijih, mineral gangue, tekstur urat, dan paragenesis mineral bijih. Sehingga didapatkan penjelasan yang komprehensif mengenai endapan emas tersebut.

I.2. Rumusan Masalah

Alasan dilakukan penelitian dapat didasarkan pada beberapa masalah diantaranya:

1. Belum adanya penelitian detail mengenai hubungan antara kondisi geologi berupa litologi dan struktur geologi dengan proses pembentukan emas di daerah penelitian.

2. Belum adanya penelitian mengenai karakteristik dan penyebaran alterasi epitermal sulfidasi rendah pada daerah penelitian

3. Belum adanya penjelasan yang detail mengenai genesa terbentuknya endapan epitermal sulfidasi rendah pada daerah penelitian dan batuan asalnya

(4)

I.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menetahui kondisi geologi dan karakteristik mineralisasi emas dengan tipe endapan epitermal sulfidasi rendah pada daerah penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui litologi dan struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian dan kontrolnya terhadap mineralisasi pada daerah penelitian.

2. Mengetahui karakteristik dan penyebaran alterasi dan mineralisasi berupa mineral penciri alterasi, pH dan suhu pembentukan, mineral bijih, mineral

gangue, tekstur urat, dan paragenesis mineral bijih endapan epitermal sulfidasi

rendah yang terdapat di daerah penelitian.

3. Mengetahui genesa atau asal mula terbentuknya endapan epitermal sulfidasi rendah di daerah penelitian, termasuk batuan asalnya.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang akan dilakukan antara lain:

1. Dapat memberikan gambaran mengenai kondisi geologi, alterasi dan

mineralisasi yang terjadi pada daerah penelitian.

2. Dihasilkan peta geologi dan peta alterasi daerah penelitian

3. Dapat memberikan pemahaman mengenai alterasi, mineralisasi dan genesa terbentuknya endapan emas pada daerah penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk eksplorasi lebih lanjut.

(5)

I.5. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian

Lokasi penelitian berada pada Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Daerah penelitian berada dalam wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor. Daerah penelitian termasuk ke dalam peta geologi regional lembar Bogor, Jawa (Effendi, dkk, 1998), dan peta RupaBumi Digital Indonesia lembar Cihiris. Daerah penelitian dapat dicapai dengan menempuh selama 5 Jam dari Kota Jakarta dengan menggunakan kendaraan darat. Peta Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Lokasi penelitian berada pada koordinat UTM 9265550-9262550 dan 672720-674720. Secara administratif daerah penelitian berada pada Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas daerah penelitian 2 x 3 km. Peta topografi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar. 3.

I.6. Batasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan memiliki batasan pembahasan berupa:

1. Kondisi geologi berupa litologi dan struktur geologi, dan kontrolnya terhadap persebaran zona alterasi dan mineralisasi pada daerah penelitian berdasarkan data pemetaan permukaan.

2. Metode analisis laboratorium yang digunakan yaitu analisis mineralogi berupa pengamatan sayatan tipis, pengamatan sayatan poles dan analisis XRD.

3. Karakteristik alterasi dan mineralisasi berupa mineral penciri alterasi, pH dan suhu pembentukan, mineral bijih, mineral gangue, tekstur urat, dan paragenesis mineral bijih.

(6)

Gam b a r 2. L o ka si pe n e li ti a n

(7)
(8)

4. Interpretasi mengenai genesa terbentuknya endapan emas epitermal sulfidasi rendah yang dibangun berdasarkan data lapangan, analisis laboratorium dan data sekunder

I.7. Peneliti Terdahulu

1. Sujatmiko dan Santosa (1992)

Sujatmiko dan Santosa (1992) membuat Peta Geologi Regional Lembar Leuwidamar dengan skala 1:100.000.

2. Basuki, dkk (1994)

Basuki melakukan penelitian mengenai kondisi geologi, alterasi, mineralisasi, inklusi fluida dan estimasi cadangan dari endapan emas epitermal Gunung Pongkor. Menurut Basuki, dkk (1994), endapan emas Gunung Pongkor termasuk kedalam endapan epitermal sulfidasi rendah. Fluida hidrotermal primer pembentuk endapan ini memiliki salinitas rendah dan pH mendekati netral dengan kandungan gas yang ditunjukan oleh kehadiran karbonat dan inklusi fluida yang kaya akan gas.

3. Marcoux E. dan Milesi (1994)

Marcoux, dan Milesi melakukan penelitian mengenai karakteristik mineralisasi yang ada di daerah Jawa Barat. Menurut Marcoux dan Milesi (1994), mineralisasi yang ada di Jawa Barat dibagi menjadi dua tipe mineralisasi yaitu, tipe Cirotan yang merupakan tipe polimetalik (Pb-Zn-Sn-W) dan tipe Pongkor yang merupakan tipe urat yang mengandung emas dengan oksida mangan dan sedikit mineral sulfida.

(9)

4. Effendi, dkk (1998)

Sujatmiko dan Santosa (1992) membuat Peta Geologi Regional Lembar Leuwidamar dengan skala 1:100.000.

5. Milesi J.P., dkk (1999)

Milesi J.P., dkk (1999) melakukan penelitian mengenai kondisi vulkanisme pada daerah Pongkor. Menurut Milesi J.P. dkk (1999), daerah Pongkor merupakan kaldera hasil erupsi ignimbritik yang terbagi menjadi tiga unit batuan vulkanik, yaitu lower unit (unit bawah) yang berupa andesit kalk-alkalin subaqueous yang bergradasi menjadi endapan epiklastik, middle unit (unit tengah) yang tersusun oleh batuan vulkanik erupsi ekpslosif dasitik yang terendapkan di lingkungan subaerial yang ditumpangi oleh material piroklastik yang mengalami reworked, dan upper unit (unit atas) berupa prismatic andesitic

flows.

6. Warmada dan Bernd Lehman (2003)

Warmada dan Bernd Lehman melakukan penelitian mengenai sulfida

polimetallic dan mineral sulfosalt pada endapan bijih, berdasarakan pengamatan

mineragrafi dan hasil analisis electron-micropobe. Menurut Warmada dan Bernd Lehman (2003), endapan Pongkor dicirikan oleh kandungan mineral sulfida yang rendah dan umumnya memiliki kandungan logam dasar <100ppm. Mineral gangue berupa kuarsa-karbonat-“adularia” menjadi penciri bahwa endapan ini termasuk kedalam tipe endapan epitermal sulfidasi rendah. Endapan ini terbentuk pada kedalaman yang cukup dangkal yang dicirikan oleh salinitas yang rendah dan suhu sekitar 220oC.

(10)

7. Syafrizal, dkk (2005)

Syafrizal, dkk melakukan penelitian mengenai karakteristik mineralisasi emas pada urat Ciurug berdasarkan pengamatan sayatan poles, analisis XRD, analisis EPMA, analisis AAS, dan analisis inklusi fluida. Menurut Syafrizal, dkk (2005), mineral bijih pada urat Ciurug umumnya bertekstur disseminasi pada semua setiap fasies. Kadar emas terbesar menyebar antara level 700 dan 515 m, pada fasies akhir yaitu fasies MCQ (mangan carbonate-quartz) dan fasies GSQ

(grey sulphide-quartz).

8. Rully A. S, dkk (2010)

Rully A. S, dkk melakukan penelitian mengenai Zona Struktur Pongkor (PSZ) menggunakan analisis citra, modeling geofisika dan perekaman data lapangan. Menurut Rully A.S, dkk (2010) pola struktur yang mengontrol dan berkembang pada area tambang emas KP Eksploitasi PT. Antam Tbk, Pongkor, Jawa Barat, terdiri dari beberapa macam tipe, yaitu patahan naik timur-barat, patahan mendatar timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara berupa proses dilatasi, rotasi dan translasi. Karakteristik struktur yang terbentuk pada lokasi ini berupa tipe splay (buntut kuda), tension-compression fractures/veins, conjugate

Gambar

Gambar 1. Diagram yang menunjukan perbandingan produksi emas di negara Indonesia dan  Filipina oleh berbagai jenis endapan (Garwin dkk, 2005)
Gambar 3. Peta Topografi daerah penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian yang bertujuan untuk mempelajari kemampuan bakteri hidrokarbonoklastik asal rizofer mangrove dalam menurunkan kadar TPH pada tanah

Melalui terminal yang sama pengguna juga dapat mengetahui berbagai jenis informasi yang berkaitan dengan perpustakaan antara lain buku-buku baru minggu atau bulan terakhir, status

Konsep yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian menggunakan konsep model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dan konsep Habitus milik Bourdieu. Hasil

Pada hakikatnya merupakan implementasi dalam penentuan materi pembelajaran dan pengalaman belajar yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan/atau daerah..

3,14 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna efektivitas pemutihan gigi antara jus buah

Indonesia merupakan negara yang rakyatnya mayoritas beragama Islam dan merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Serta subyek penelitian ini

Mesin Jam Grandfather clock ini digunakan untuk tampil lebih MODERN dengan Cable Driven.. TYPE / PICTURE hands Gong 12 rods : GF1161-853 Mechanical Movement MOVEMENT

• Untuk menyatakan suatu perbuatan dituduh melanggar hukum persaingan, pencari fakta harus mempertimbangkan keadaan kasus untuk menentukan apakah perbuatan tersebut