• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1504692157Bab 5 Keterpaduan Strategi Pengambangan Kabupaten Batanghari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1504692157Bab 5 Keterpaduan Strategi Pengambangan Kabupaten Batanghari"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batanghari

Penataan Ruang pada dasarnya adalah proses, yang meliputi proses perencanaan, proses pemanfaatan dan proses pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Salah satu bagian penting dari proses menerus tersebut adalah perencanaan tata ruang yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, mulai dari proses penyusunan sampai penetapan dalam bentuk peraturan daerah. Tata Ruang Wilayah akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian pemanfaatan ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. Tata Ruang Wilayah Kabupaten ini dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang lebih rinci yakni penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan, dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Setiap wilayah yang ada di Kabupaten Batang Hari memiliki potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan

Rencana Program Investasi Infrastruktur

Jangka Memengah (RPI2-JM) Kawasan

Strategis Nasional Kluster A

Kabupaten Batang Hari 2014

KETERPADUAN STRATEGIS

(2)

kegiatan sosial ekonomi yang beragam. Dalam rangka mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah, maka diperlukan adanya intervensi yang dapat memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap wilayah sesuai dengan potensi, hambatan, dan tantangannya dalam bentuk suatu rencana struktur yang

mempunyai hirarki keruangan. Rencana struktur yang dikembangkan tersebut akan mengoptimalkan masing-masing

wilayah sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan antara wilayah satu terhadap wilayah yang lainnya. Apabila sistem pemenuhan kebutuhan terjadi dalam jangka panjang berarti sistem perekonomian wilayah dapat berjalan sesuai dengan harapan dan perkembangan ekonomi dapat terwujud.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, pengertian dari Rencana Struktur Tata Ruang adalah rencana yang menggambarkan susunan unsur - unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu sama lain. Rencana struktur tata ruang mewujudkan hirarki pusat pelayanan wilayah meliputi sistem pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki sarana dan prasarana, serta sistem jaringan jalan.

Rencana struktur tata ruang yang ditetapkan adalah struktur ruang yang mampu mencapai tujuan sebagai berikut:

 Mewujudkan Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Batang Hari;

 Menyelaraskan antara perkembangan penduduk dan kebutuhan kelengkapan sarana dan prasarana pada setiap wilayah;

(3)

 Pemecahan persoalan pengembangan wilayah;  Mewujudkan aspirasi masyarakat

Arahan pengembangan pusat kegiatan dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan maupun perdesaan untuk melayani kegiatan ekonomi, pelayanan pemerintahan dan pelayanan jasa, bagi kawasan permukiman maupun daerah sekitarnya. Pusat-pusat kegiatan ditujukan untuk melayani perkembangan berbagai usaha atau kegiatan dan permukiman masyarakat dalam wilayahnya dan wilayah sekitarnya.Pengembangan pusat-pusat kegiatan dilakukan secara selaras, saling memperkuat dan serasi dalam ruang wilayah. Pengembangan pusat - pusat kegiatan diserasikan dengan sistem permukiman, jaringan prasarana dan sarana, serta peruntukan ruang lain yang berada di dalarn kawasan budidaya wilayah sekitarnya, yang ada maupun yang direncanakan, sehingga pengembangannya dapat meningkatkan mutu pemanfaatan ruang yang ada.

Sistem pusat-pusat kegiatan atau sistem permukiman tidak bisa dilepaskan dari tata ruang yang ada, karena permukiman

(4)

Kabupaten Batang Hari.Adapun hirarki fungsi perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Batang Hari adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1. Rencana Sistem Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Batang Hari 2011-2031

No Kecamatan Hierarki

Fungsi Fungsi Utama

1. Muara Bulian PKW

Pusat pemerintahan Kabupaten, Perdagangan dan jasa skala regional, Pelayanan transportasi, industri pengolahan,

Pusat kesehatan, Pusat pendidikan, Pusat peribadatan

2. Muara Tembesi PKL

pusat pemerintahan kecamatan, pusat kesehatan,

pusat pendidikan,

pusat perdagangan dan jasa regional, pusat peribadatan

pelayanan transportasi

3. Bathin XXIV PKL

Pusat pemerintahan kecamatan, Pusat kesehatan,

Pusat pendidikan, Pusat peribadatan Simpul transportasi

4. Maro Sebo Ulu PKL

Pusat pemerintahan kecamatan,

Pusat perdagangan dan jasa sub regional, Pusat kesehatan,

Pusat pendidikan, Pusat peribadatan, Simpul transportasi

5. Mersam PPK

Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan,

perdagangan dan jasa, pusat kesehatan,

pusat rekreasi, olahraga dan wisata

6. Bajubang PPK

Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan,

perdagangan dan jasa, pusat kesehatan,

pusat rekreasi, olahraga dan wisata

7. Maro Sebo Ilir PPK

Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan,

perdagangan dan jasa, pusat kesehatan,

pusat rekreasi, olahraga dan wisata

(5)

No Kecamatan Hierarki

Fungsi Fungsi Utama pusat kesehatan,

pusat rekreasi, olahraga dan wisata.

9. Maro Sebo Ilir (Desa Tidar Kuraji) PPL

daerah pendukung kawasan perkebunan, pusat perdagangan dan jasa

sub-Pusat pelayanan pemerintah skala kecamatan

10. Kecamatan Mersam (Desa Tapak Sari) PPL

daerah pendukung kawasan perkebunan, pusat perdagangan dan jasa

sub-pusat pelayanan pemerintah skala kecamatan;

11.

Kecamatan Maro Sebo Ulu (Desa Tebing Tinggi)

PPL

daerah pendukung kawasan perkebunan, pusat perdagangan dan jasa

sub-pusat pelayanan pemerintah skala kecamatan;

12.

Kecamatan Bathin XXIV (Desa Jangga Baru)

PPL

daerah pendukung kawasan perkebunan pusat perdagangan dan jasa

sub-pusat pelayanan pemerintah skala kecamatan

13. Kecamatan Bajubang (Desa Bungku) PPL

daerah pendukung kawasan perkebunan pusat perdagangan dan jasa

sub-pusat pelayanan pemerintah skala kecamatan

Sumber : RTRW Kab. Batang Hari 2011

(6)
(7)
(8)

5.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Bataanghari

Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM). SDM

merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan manusia, sejak kandungan

hingga akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian penting.

Tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia diukur dengan Indek Pembangunan Manusia (IPM). Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit yang digunakan untuk mengukur kualitas keberhasilan pembangunan manusia dari aspek Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi (Daya Beli). Oleh sebab itu, substansi dari Indek Pembangunan Manusia (IPM) dijadikan entry point dalam penyusunan Visi, Misi dan Program sebagai Bupati dan Wakil Bupati Batang Hari Periode 2006 – 2011.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas maka Bupati dan Wakil Bupati Batang Hari periode 2011 - 2016, mengajukan visi, misi dan program penyelenggaraan pemerintahan umum, pelayanan publik dan pembangunan daerah Kabupaten Batang Hari sebagai berikut :

A. VISI

“BANGUN EKONOMI RAKYAT LANJUTKAN PEMBANGUNAN

DENGAN IMAN DAN PEMERATAAN”

MENUJU BATANG HARI BERLIAN 2016

URAIAN VISI :

(9)

Adalah tumbuh dan berkembangnya kehidupan perekonomian suatu daerah dengan keberpihakan kepada ekonomi rakyat dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Iman;

Sebagai sumber inspirasi serta keyakinan ajaran moral dalam

menggerakkan masyarakat untuk pembangunan daerah, dan sebagai landasan perilaku yang diwujudkan dalam seluruh

sendi-sendi kehidupan masyarakat Kabupaten Batang Hari. Pemerataan ;

Maksudnya adalah pembangunan yang dilaksanakan memperhatikan azas pemerataan dan sekaligus mengurangi kesenjangan antar Kecamatan dan antar desa diperlukan strategi dan kebijakan pembangunan daerah yang komprehensif dan pendekatan pembangunan yang berbasis kewilayahan.

B. MISI

Dalam rangka menterjemahkan visi di atas, maka ditetapkan 5 (lima) misi pembangunan Kabupaten Batang Hari Tahun 2011 – 2016 sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menjalankan kebijakan pembangunan ekonomi dengan prinsif-prinsif ekonomi kerakyatan;

2. Meningkatkan kualitas kehidupan yang agamis, berakhlak mulia, yang ditopang oleh kesadaran saling menghormati dan saling mendukung antara ulama’ dan umaro;

3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk Sumber Daya Aparatur;

4. Meningkatkan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara proforsional, efektif, efisien, akuntabel dan transparan melalui penerapan Reformasi Birokrasi yang berkeadilan;

(10)

Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut di atas sebagai perwujudan cita-cita Rakyat Batang Hari lima tahun ke depan fokus pada empat bidang Agenda Utama Pembangunan Kabupaten Batang Hari yaitu;

1. Bidang Ekonomi Rakyat 2. Bidang Pendidikan 3. Bidang Kesehatan 4. Bidang Infrastruktur

Keempat bidang tersebut akan di laksanakan secara sinergis, holistik dan komprehensif serta terintegrasi dengan berbagai bidang pembangunan lainnya, kesemuanya ini akan ditentukan oleh kinerja aparatur penyelenggara kepemerintahan umum, pelayanan publik, dan pembangunan.

Kebijakan yang akan di laksanakan lima Tahun kedepan adalah terus melanjutkan pembangunan yang terbengkalai, melanjutkan pembangunan yang belum tersentuh, memperbaiki pembangunan yang saat ini sudah sangat parah dan memperihatinkan dengan prinsif kebersamaan dan pemerataan.

C. Tujuan, Target dan Sasaran

Berdasarkan rumusan Visi dan Misi dan mengacu serta selaras dengan arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nassional (RPJMN) Tahun

2009-2014, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jambi Tahun 2010-2015 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Batang Hari Tahun 2005– 2025, maka kedepan tujuan pembangunan daerah untuk penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan adalah :

(11)

2. Mewujudkan peran serta ulama, umaro’ dan tokoh masyarakat melalui optimalisasi kelembagaan dan prasarana keagamaan;

3. Mewujudkan kualitas pelayanan dasar masyarakat, profesional dan integritas aparatur;

4. Mewujudkan kualitas kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah melalui peningkatan kinerja birokrasi;

5. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan SDA melalui peningkatan kualitas penataan ruang dan lingkungan;

Tabel 5.2. Matrik Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Batang Hari Tahun 2011 – 2016

Visi : Bangun Ekonomi Rakyat Lanjutkan Pembangunan Dengan I man dan Pemerataan

Misi I :Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menjalankan kebijakan pembangunan ekonomi dengan prinsif- prinsif ekonomi kerakyatan;

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Mewujudkan

1. Peningkatan dan

pembangunan Sarana & Prasarana infrastruktur pelayanan umum.

1. Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana perekonomian masyarakat.

2. Peningkatan dan pemeliharaan jaringan listrik, Air bersih,

telekomunikasi perkotaan dan pedesaan. 2. Tersedianya lapangan

pekerjaan daya alam yang ada.

1. Pengembangan industri pengolahan produk pertanian,

perikanan dan kehutanan.

(12)

kehutanan serta pertambangan daerah.

3. Peningkatan produktivitas dan kompetensi tenaga kerja. 5.Membuka Aksesibilitas

jaringan distribusi Melalui peningkatan kelancaran pangan ke daerah.

2. Pembangunan dan pengembangan kota sebagai satu kesatuan

kawasan/ wilayah pendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

1. Menciptakan Kota yang mampu nyaman dan ramah lingkungan. 2. Menciptakan Tata Ruang Kota sesuai dengan peruntukkan. 3. Mewujudkan Kota sebagai

pusat

pemerintahan, pelayanan umum dan pelayanan jasa.

3. Pembangunan pedesaan dengan

peningkatan pelayanan dasar yang berkualitas.

1. Memperkuat kemandirian desa dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. 2.Meningkatkan ketahanan

(13)

3.Mewujudkan daya tarik perdesaan melalui kearifan lokal dan kegotong-royongan sebagai pusat pelestarian nilai-nilai budaya dan tradisional.

1. Mempermudah sistem, prosedur dan aksesibilitas permodalan

1. Meningkatkan akses usaha mikro dan kecil kepada sumber daya produktif.

2. Peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan melalui UMKM 3. Memfasilitasi lembaga

keuangan Bank dan Non-Bank dengan masyarakat dalam berinvestasi. 2. Pemberdayaan koperasi

dan UMKM.

1. Pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam upaya

penanggulangan kemiskinan,

2. Peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UMKM.

3. Peningkatan penguatan kelembagaan koperasi. 3. Peningkatan kompetensi,

kewirausahaan, dan produktivitas Koperasi dan UMKM.

1. Peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UMKM.

2. Peningkatan dan Pengembangan produk dan pemasaran bagi koperasi dan UMKM.

3. Peningkatan daya saing SDM koperasi dan UMKM.

(14)

kepada sumber daya produktif.

5. Penguatan Manajemen dan Kelembagaan usaha masyarakat,

Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). 4. Peningkatan

produktivitas produk unggulan daerah secara comparative dan competitive.

1. Meningkatkan intensifikasi dan ektensfikasi lahan pertanian. 2. Pemanfaatan penangkaran

benih dan bibit unggul dengan menggunakan teknologi tepat guna.

3. Peningkatan kemampuan petani dan penguatan lembaga pendukungnya. 4. Meningkatkan diversifikasi

dan nilai tambah produksi pertanian. 5. Meningkatkan kuantitas,

kualitas,

kuntinyuitas dan promosi produk unggulan daerah. 5. Peningkatan kerjasama

daerah, swasta dan masyarakat.

1. Penyederhanaan sistem dan prosedur pelayanan perizinan 2. Menyediakan Tenaga

Kerja (SDM) yang profesional sesuai dengan pangsa pasar.

4. Terciptanya iklim investasi yang kondusif.

1. Menjamin kepastian hukum dalam berinvestasi.

1. Menerbitkan regulasi yang pasti bagi investor.

2. Menciptakan situasi dan kondisi keamanan yang kondusif. 3. Menyediakan Data dan

informasi peluang investasi daerah. 2. Menyediakan fasilitas

sarana dan prasarana pendukung investasi.

(15)

2. Menciptakan aglomerasi iklim usaha.

3. Peningkatan daya tarik investasi di daerah. 5. Terciptanya masyarakat melalui program

pengentasan kemiskinan

2. Penguatan permodalan untuk usaha keluarga ekonomi produktif

Misi I I : Meningkatkan kualitas kehidupan yang agamis, berakhlak mulia, yang ditopang oleh kesadaran saling menghormati

dan saling mendukung antara ulama’ dan umaro’;

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Mewujudkan kehidupan masyarakat Kabupaten Batang Hari yang agamis dan berakhlak mulia

1. Terwujudnya

1. Optimalisasi komunikasi inter dan antar umat beragama.

2. Meningkatkan

silaturahmi ulama dan umaro’ dalam pembangunan. 3. Pembentukan jaringan dan

kerjasama lintas masyarakat untuk memberantas Penyakit

Masyarakat (Pekat). 2. Terwujudnya peran

serta lembaga keagamaan dalam

pembangunan

1. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga keagamaan.

1. Optimalisasi partisipasi lembaga keagamaan.

2. Peningkatan kualitas dan kapasitas peran lembaga keagamaan. 2. Meningkatkan peran

ulama dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan.

(16)

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM para Da’i, pegawai syara’, guru PAMI dan petugas fardhu kifayah.

1. Meningkatkan sarana dan prasarana

pendidikan agama dan kegiatan keagamaan.

1. Meningkatkan kuantitas sarana dan

prasanara lembaga pendidikan agama.

2. Pembangunan lembaga pendidikan keagamaan di desa terpencil. 3. Meningkatkan mutu

tenaga pendidik dan kependidikan keagamaan. 4. Penyediaan sarana operasional pembinaan keagamaan. 2. Peningkatan sarana dan

prasarana keagamaan.

1. Pemberian bantuan dan subsidi

Misi I I I : Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk Sumber Daya Aparatur;

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Mewujudkan kualitas

1. Peningkatan SDM Masyarakat melalui pendidikan formal dan

informal.

1. Meningkatkan dan membangun sarana dan prasarana pendidikan formal serta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

(17)

3. Penuntasan Wajar 9 tahun dan mendukung penyelenggaraan Wajar 12 tahun serta memotivasi 4. Memfasilitasi peserta

didik yang berprestasi 5. Meningkatkan motivasi

SDM masyarakat melalui pendidikan I nformal.

6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pembinaan

pemuda, olah raga dan kebudayaan. 2. Terwujudnya

peningkatan kualitas SDM Aparatur

Peningkatan SDM Aparatur melalui pendidikan formal, struktural dan fungsional

1. Meningkatkan kualitas SDM Aparatur melalui jenjang pendidikan formal, struktural dan fungsional. 2. Optimalisasi peran

Badan Diklat

1. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi Keluarga Miskin (Gakin).

2. Percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak,

(18)

non medis kesehatan yang dimiliki.

4. Peningkatan jaminan pelayanan kesehatan penduduk miskin dan penduduk di daerah tertinggal, terpencil.

5. Peningkatan perilaku dan budaya pola hidup dan lingkungan sehat.

6. Peningkatan manajemen dan pembiayaan 2. Peningkatan kapasitas

sarana dan 3. Pendayagunaan akses

pelayanan

kesehatan melalui penyediaan mobilisasi kesehatan 5. Meningkatnya peranan

Perempuan dalam

pembangunan.

1. Meningkatkan kualitas SDM perempuan perdesaan.

(19)

2. Meningkatkan peran 6. Menekan tingkat

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.

1. Memberdayakan dan meningkatkan SDM Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan PMKS.

1. Peningkatan kualitas hidup KAT dan PMKS

2. Optimalisasi sarana dan prasarana pemukiman KAT dan PMKS 3. Pemberdayaan adat

istiadat KAT 2. Pemberdayaan dan

fasilitasi PMKS.

1. Peningkatan kualitas dan rehabilitasi PMKS. 2. Optimalisasi akses PMKS terhadap kegiatan ekonomi.

3. Optimalisasi sarana dan prasarana PMKS.

Misi I V : Meningkatkan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara proforsional, efektif, efisien, akuntabel dan transparan melalui penerapan Reformasi Birokrasi yang berkeadilan;

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Terwujudnya

kepemerintahan yang baik dan Pemerintahan yang bersih.

1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional.

1. Penataan kelembagaan yang efektif dan efisien dalam

2. Penerapan Standar Operasional

Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). 2. Penerapan prinsip

transparansi dan akuntabilitas.

1. Terbuka dan jujur memberikan

informasi yang dibutuhkan publik. 2. Melaksanakan Sistem

(20)

I nternal Pemerintahan (SPI P).

3. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah. 3. Penerapan prinsip

profesionalisme dan kompetensi.

1. Penempatan aparatur secara tepat dengan

memperhatikan kualifikasi dan kemampuan. 2. Peningkatan kualitas

sumber daya manusia sesuai dengan

kompetensi. 2. Terhapusnya peraturan

perundang-undangan dan tindakan yang bersifat

diskriminatif terhadap warga negara,

kelompok, atau golongan masyarakat.

1. Penataan peraturan

perundang-1. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelayanan Publik.

2. Penerapan sistem merit dalam pelayanan.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, prasarana dan fasilitas pelayanan.

1. Meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat sesuai dengan

mekanisme.

1. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyusunan regulasi.

2. Memberi akses dan mengakomodasi berbagai aspirasi dan kepentingan masyarakat.

2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam

(21)

sosial terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

2. Memberi akses dan mengakomodasi berbagai aspirasi dan kepentingan masyarakat.

4. Terjaminnya

konsistensi dan

1. Penataan peraturan per UU-an yang tegas, jelas dan mudah dipahami bagi aparatur pemerintah dan masyarakat.

1. Memberi jaminan rasa aman kalangan dunia usaha dalam menanmkan modal dan menjalankan usaha.

2. Penyelesaian konflik antar masyarakat, dunia usaha, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. 2. Meningkatkan kualitas,

SDM, prasarana dan fasilitas pelayanan publik.

1. Penerapan prosedur dan mekanisme serta biaya yang diperlukan dalam pelayanan publik. 2. Pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi dalam pelayanan publik. 3. Penerapan sistem merit

dalam pelayanan.

5. Berkurangnya secara nyata praktik KKN di birokrasi.

1. Mencegah praktik

korupsi, kolusi dan nepotisme.

1. Perubahan terhadap kompetensi dan perbaikan moral penyelenggaraan pemerintah.

2. Melakukan evaluasi atas prestasi kerja (evaluasi kinerja) organisasi/ unit kerja dan para pegawai.

2. Perbaikan manajemen birokrasi pemerintahan

1. Penerapan reformasi birokrasi secara konsistensi dan berkelanjutan. 2. Penerapan anggaran

berbasis kinerja dan penyusunan

(22)

3. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

1. Melaksanakan pengawasan atas

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2. Pemberdayaan aparatur pengawasan internal pemerintah (API P).

Misi V : Meningkatkan penggalian potensi Sumber Daya Alam (SDA) sebagai salah satu sumber daya

pembangunan, dengan prinsip berkelanjutan serta menjaga kelestraian lingkungan dan keseimbangan ekosistem;

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Mewujudkan optimalisasi

1. Penggalian potensi SDA untuk

perekonomian masyarakat dan pembangunan daerah.

1. Meningkatkan Eksplorasi terhadap SDA pertambangan dan bahan galian.

2. Optimalisasi pemanfataan potensi

sumberdaya lahan pertanian.

3. Peningkatan dan pemanfaatan SDA untuk kebutuhan Pariwisata dan penelitian. 2 Peningkatan produktivitas

pemanfaatan SDA,

1. Optimalisasi peran aktif masyarakat dalam 2. Menerbitkan regulasi

pemanfaatan potensi SDA untuk pembangunan daerah.

(23)

4. Pengendalian 3. Penataan Kawasan

Strategis pembangunan sesuai dengan potensi wilayah

1. I nventarisasi dan pemetaan kawasan strategis sesuai dengan potensi wilayah. 2. Penetapan kawasan

wilayah strategis 3. Pemanfaatan wilayah

strategis guna meningkatkan ekonomi rakyat dan pembangunan daerah. 4. Mengoptimalkan

pengendalian dan

5. Penataan pemanfaatan sumberdaya lahan perkebunan secara adil dan proforsif 2. Terjamin kelestarian

lingkungan dan keseimbangan ekosistem.

1. Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam

pengendalian dan pengawasan pemanfaatan SDA dan lingkungan .

(24)

penegakkan hukum.

2. Optimalisasi peran serta masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam melestarikan lingkungan dan ekosistem. 2. Mereklamasi pasca

pengusahaan pertambangan dan reboisasi hutan dan lahan.

1. Peningkatan peran aktif dunia usaha mereklamasi dan mereboisasi

kawasan eksploitasi 2. Meningkatkan

pengawasan terhadap pelaksanaan reklamasi dan mereboisasi di kawasan eksploitasi oleh SKPD teknis dan terkait. 3. Peningkatan peran serta

masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan reklamasi dan mereboisasi di kawasan eksploitasi. 3. Menerbitkan regulasi

terhadap pelaku Pencemaran, Kerusakan Lingkungan dan ekosistim.

1. Memberikan sanksi tegas terhadap pelaku Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

(25)

5.3. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari Nomor 9 Tahun

2013 Tentang Bangunan Gedung

Bangunan gedung merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manuasia. Bangunan gedung merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia untuk

berlindung dan menjalankan aktitifatsnya baik dalam konteks kehidupan individu, keluarga dan bermasyarakat. oleh karena

itu dalam pembangunan daerah pembangunan gedung merupakan bagaian penting dalam proses dan capaian tujuan pembangunan daerah. Oelh karean itu maka dalam pembangunan gedung harus dapat dijamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan penghuni serta lingkungannya. Hal ini mengingat bahwa pembangunan gedung yang tidak sesuai standar dapat berisiko secara langsung terhadap penghuni maupun secara tidak langsung lingkungannya.

seirng dengan peningkatan aktifitas pembangunan perlu pula diiringi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas bangunan gedung. Oleh karena itu Penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, serta untuk mewujudkan bangunan gedung yang andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Untuk menjamin kepastian hukum dan ketertiban penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan

teknis bangunan gedung.

(26)

Peraturan daerah ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung yang berlandaskan pada ketentuan di bidang penataan ruang, tertib secara administratif dan teknis, terwujudnya bangunan gedung yang fungsional, andal, yang menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan

kemudahan bagi pengguna, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Melalui pengaturan fungsi bangunan gedung dalam Peraturan Daerah ini diharapkan bangunan gedung yang didirikan dari awal telah ditetapkan fungsinya sehingga masyarakat yang akan mendirikan bangunan gedung dapat memenuhi persyaratan baik administratif maupun teknis bangunan gedungnya dengan efektif dan efisien, sehingga apabila bermaksud mengubah fungsi yang ditetapkan harus diikuti dengan perubahan persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya. Di samping itu, agar pemenuhan persyaratan teknis setiap fungsi bangunan gedung lebif efektif dan efisien, fungsi bangunan gedung tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat kompleksitas, tingkat permanensi, tingkat risiko kebakaran, zonasi gempa, lokasi, ketinggian, dan/atau kepemilikan.

Pengaturan persyaratan administratif bangunan gedung dalam Peraturan Daerah ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui lebih rinci persyaratan administratif yang diperlukan untuk

mendirikan bangunan gedung, baik dari segi kejelasan status tanahnya, kejelasan status kepemilikan bangunan gedungnya, maupun kepastian hukum bahwa bangunan gedung yang didirikan telah memperoleh persetujuan dari Pemerintah Kabupaten dalam bentuk izin mendirikan bangunan gedung.

(27)

Dengan demikian kepemilikan bangunan gedung dapat berbeda dengan kepemilikan tanah, sehingga perlu adanya pengaturan yang jelas dengan tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang kepemilikan tanah.

Dengan diketahuinya persyaratan administratif bangunan gedung oleh masyarakat luas, khususnya yang akan mendirikan atau

memanfaatkan bangunan gedung, akan memberikan kemudahan dan sekaligus tantangan dalam penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik. Pelayanan pemberian izin mendirikan bangunan gedung yang transparan, adil, tertib hukum, partisipatif, tanggap, akuntabilitas, efisien dan efektif, serta profesional, merupakan wujud pelayanan prima yang harus diberikan oleh Pemerintah Kabupaten.

Peraturan Daerah ini mengatur lebih lanjut persyaratan teknis tata bangunan dan keandalan bangunan gedung, agar masyarakat di dalam mendirikan bangunan gedung mengetahui secara jelas persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi sehingga bangunan gedungnya dapat menjamin keselamatan pengguna dan lingkungannya, dapat ditempati secara aman, sehat, nyaman, dan aksesibel, sehinggga secara keseluruhan dapat memberikan jaminan terwujudnya tujuan Peraturan Daerah ini.

Dengan dipenuhinya persyaratan teknis bangunan gedung sesuai fungsi dan klasifikasinya, maka diharapkan kegagalan konstruksi maupun kegagalan bangunan gedung dapat dihindari, sehingga pengguna bangunan dapat hidup lebih tenang dan sehat, rohaniah dan jasmaniah di dalam berkeluarga, bekerja, bermasyarakat dan bernegara.

(28)

karena itu, masyarakat diupayakan terlibat dan berperan aktif, positif, konstruktif dan bersinergi bukan hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan bangunan gedung dan tertib

penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya.

Pengaturan peran masyarakat dimaksudkan untuk mendorong tercapainya tujuan penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, fungsional, andal, dapat menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan bagi pengguna dan masyarakat di sekitarnya, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. Peran masyarakat yang diatur dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan oleh perseorangan atau kelompok masyarakat melalui sarana yang disediakan atau melalui gugatan perwakilan.

Pengaturan penyelenggaraan pembinaan dimaksudkan sebagai arah pelaksanaan bagi Pemerintah Kabupaten dalam melakukan pembinaan penyelenggaraanbangunan gedung dengan berlandaskan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik. Pembinaan dilakukan untuk pemilik bangunan gedung, pengguna bangunan gedung, penyedia jasa konstruksi, maupun masyarakat yang berkepentingan dengan tujuan untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan dan keandalan bangunan gedung yang

memenuhi persyaratan administratif dan teknis, dengan penguatan kapasitas penyelenggara bangunan gedung.

(29)

Penegakan hukum menjadi bagian yang penting dalam upaya melindungi kepentingan semua pihak agar memperoleh keadilan dalam hak dan kewajibannya dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Penegakan dan penerapan sanksi administratif perlu dimasyarakatkan dan diterapkan secara bertahap agar tidak

menimbulkan ekses di lapangan, dengan tetap mempertimbangkan keadilan dan ketentuan

perundang-undangan lain. Peraturan Daerah ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif mengenai penyelenggaraan bangunan gedung sedangkan ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dengan tetap mempertimbangkan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan pelaksanaan peraturan daerah ini.

5.4. Arahan Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten Batanghari

(RISPAM)

Sistem jaringan air minum kotadi Kabupaten Batang Hari direncanakan secara terintegrasi dan sistematis ditujukan untuk melayani pusat – pusat kegiatan dan pusat – pusat pelayanan melalui pemanfaatan PDAM yang melayani Kecamatan Muara Bulian, Kecamatan Muara Tembesi, Kecamatan Bathin XXIV dan Kecamatan Maro Sebo Ulu.

Masyarakat di Kabupaten Batang Hari belum seluruhnya mendapatkan manfaat dari pelayanan sarana air bersih. Sarana

(30)

Rencana sistem jaringan penyediaan air minum di Kabupaten Batang Hari meliputi :

a. Pembangunan sistem penyediaan air minum melalui PDAM di Kecamatan Muara Bulian, Muara Tembesi, Bathin XXIV, dan Maro Sebo Ulu.

b. Pembangunan distribusi air minum/air bersih melalui jaringan pipa PDAM/SPAM pada kecamatan :

1. Kecamatan Pemayung 2. Kecamatan Maro Sebo Ilir 3. Kecamatan Bajubang

5.5. Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Pembangunan Sanitasi merupakan salah satu target pembangunan MDGs yang dituangkan dalam Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) didasarkan pada acuan dan pedoman yang tegas dalam bentuk Undang-undang maupun peraturan pelaksanaan lainnya. Acuan diberikan dalam upaya memberikan nuansa dan target yang sama bagi setiap tingkatan pemerintahan daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota. Sesuai dengan pedoman tersebut penyusunan tujuan dan sasaran Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota harus memperhatikan permasalahan yang menjadi masalah sanitasi dengan persentase terbesar serta isu-isu strategis yang berkembang dalam proses pelaksanaan pembangunan Percepatan Pembangunan Sanitasi dan

Permukiman di daerah khususnya. Aspek hubungan tersebut memperhatikan kewenangan yang diberikan baik yang terkait dengan sumber daya, pelayanan umum maupun pembiayaan pembangunan Sanitasi dan Pemukiman.

(31)

mengubah pola hidup masyarakat. Akan tetapi kebiasaan pola hidup yang tidak baik masih menjadi budaya di masyarakat salah satunya membuang sampah dan buang air besar masih di sungai. Disisi lain sungai masih dijadikan sumber air minum dan tempat mandi serta mencuci. Kebiasaan ini sebagai salah satu penyebab

ini masalah sanitasi di kabupaten Batang Hari.

Melalui dokumen SSK ini kerangka pengembangan sanitasi akan diprioritaskan pada kawasan perkotaan dengan desa yang termasuk dalam resiko sanitasi tinggi baik itu pada subsector persampahan, air limbah domestic, drainase lingkungan dan PROHISAN. Karena kawasan perkotaan memiliki peluang menjadi kawasan area beresiko sanitasi tinggi. Adapun kawasan yang masuk dalam kerangka pengembangan sanitasi adalah Kecamatan Ma. Bulian, Kecamatan Ma. Tembesi, Kecamatan Batin XXIV dan Kecamatan Maro Sebo Ulu.

Permasalahan terbesar yang dihadapi oleh kabupaten Batang Hari adalah sub sektor persampahan dimana hal ini disebabkan oleh masih rendahnya pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan persampahan serta kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan di kabupaten Batang Hari. Dan hal itu disertai oleh kekurangan pendanaan dalam hal operasional dan manajemen akibat dari nilai retribusi yang tidak mencukupi untuk mengelola sampah yang ada di kabupaten. Selain itu kawasan cakupan

(32)

Pada sektor air limbah domestic masalah yang dihadapi sebagian besar adalah kebiasaan masyarakat pinggir sungai yang memanfaatkan sungai sebagai saluran pembuangan akhir air limbah rumah tangga secara langsung. Dilain sisi sungai juga dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakat sekitar pinggir

sungai untuk mencuci dan mandi bahkan air minum. Hal itu menjadi salah saktu factor penyebaran penyakit yang disebabkan

oleh bakteri. Untuk mengatasi hal itu maka program yang diterapkan adalah penyuluhan kepada masyarakat dan pembangunan IPAL/IPLT Komunal di kawasan prioritas/resiko sanitasi tinggi.

Layanan pembangunan drainase lingkungan kondisi yang ada hanya beberapa wilayah yang memiliki drainase lingkungan yang disebabkan oleh topografi wilayah pinggir sungai dan keterbatasan dana daerah untuk membuat drainase lingkungan. Sehingga masyarakat langsung membuang air limbah ke drainase yang ada di sekitar mereka atau hanya dibiarkan langsung menyerap ke tanah tanpa dilakukan pengelolaan terlebih dahulu bahkan langsung menuju sungai. Dan untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah kabupaten Batang Hari akan menambah jumlah saluran drainase lingkungan di kawasan prioritas/resiko sanitasi tinggi dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak langsung membuang limbah rumah tangga ke drainase atau membuat SPAL tersendiri.

(33)

5.6. Arahan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur

Perkotaan (SPPIP) Kota Muara Bulian, Kab. Batang Hari

Kabupaten Batang Hari merupakan Kabupaten yang

direkomendasikan atau direncanakan dalam pengembangan kawasan strategis Provinsi Jambi pada sentra produksi

pengolahan hasil hutan, pertanian & perkebunan, serta pertambangan yang berwawasan lingkungan, dimana kawasan ini memiliki akses keluar wilayah secara langsung.Kota Muara Bulian sebagai ibu kota Kabupaten Batang Hari, menurut struktur ruang sebagaimana tertuang dalam arahan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Batang Hari mempunyai peran yang sangat vital, yaitu sebagai:

• Pusat Pemerintahan Kabupaten • Pusat Pendidikan

• Pusat Kesehatan • Pusat Permukiman

• Pusat Jasa Pendukung Kegiatan Pemerintahan

Oleh karena itu maka diperlukan adanya upaya Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Kawasan Perkotaan yang terencana dengan mengacu pada Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

(SPPIP) dengan basis di Kota Muara Bulian & Kota Muara Tembesi sebagai Pusat Kegiatan di wilayah Kabupaten Batang Hari. SPPIP merupakan solusi konsepsional yang diharapkan akan menjamin integrasi dan sinkronisasi penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan dengan program terkait lain.

(34)

 Sebagai alat untuk memadukan pengembangan permukiman dengan pengembangan infrastruktur perkotaan di Kota Muara Bulian & Muara Tembesi.

 Sebagai media untuk mengintegrasikan semua kebijakan dan strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur

perkotaan Muara Bulian yang tersebar dalam berbagai Dokumen .

 Sebagai salah satu sarana untuk memberikan masukan bagi penyempurnaan dokumen kebijakan diatasnya yang belum legal.

 Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan sektoral pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan.  Sebagai alat operasionalisasi dalam pengembangan

permukiman dan infrastruktur perkotaan

Berikut ini menjelaskan Kerangka Kebijakan SPPIP.

Gambar 5.3. Kedudukan Strategi Pembangunan

(35)

Kajian Isu-Isu Pembangunan Permukiman & Infrastruktur Perkotaan Muara Bulian:

a. Kondisi Kawasan Permukiman di Perkotaan Muara Bulian • Sebaran permukiman tidak merata dan terkonsentrasi

dipusat-pusat kegiatan

• Pola permukiman radial sepanjang jalan lintas, sepanjang pinggiran sungai dan mengelompok pada kawasan tertentu (dengan jumlah relatif kecil dan lokasi jauh) sehingga memerlukan investasi yang mahal untuk membangun prasarana layanan

b. Kondisi Jalan Kota dan Jalan Lingkungan di Perkotaan Muara Bulian

• Sebagian jalan raya utama di kawasan perkotaan dan pusat kegiatan belum ada median jalan seperti di kawasan pusat perdagangan Muara Tembesi (Kel. Kampung Baru), sehingga sering terjadi kemacetan dan rawan kecelakaan. • Sebagian jalan lingkungan berupa jalan beton dan sebagian

masih berupa jalan tanah ataupun perkerasan jalan/makadam

c. Kondisi Drainase di Perkotaan Muara Bulian

• Sebagian besar kota belum memiliki drainase (sampai saat ini belum ada Master Plan Drainase Kota yang mencakup kawasan perkotaan Muara Bulian dan Muara Tembesi • Pada jalan lingkungan belum semuanya memiliki saluran

drainase

d. Kondisi Sanitasi di Perkotaan Muara Bulian

• Sebagian besar masyarakat belum memiliki MCK, sebagian justru membuang limbah ke aliran sungai

• Air limbah rumah tangga dan dari kamar mandi biasanya dialirkan ke saluran drainase

(36)

• Pengelolaan sampah sebagian besar masih bersifat tradisional mandiri dengan ditimbun atau dibakar

• Keterbatasan kemampuan sarana dan prasarana pelayanan pengelolaan persampahan perkotaan

f. Kondisi air bersih di Perkotaan Muara Bulian

• Sebagian besar masyarakat belum mendapatkan layanan air bersih dari PDAM (Keterbatasan kemampuan PDAM Tirta Batang Hari)

• Sumber Air Baku untuk air bersih terkontaminasi dan mahalnya biaya untuk water treatment

5.7. Integrasi Strategi Pembangunan Kab/Kota dan Sektor

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang PU/Cipta Karya ini disusun untuk mendukung daerah dalam menyusun rencana pendanaan danmenyepakati komitmen pendanaan pembangunan Bidang PU/Cipta Karya. Tersedianya Rencana Program Investasi infrastruktur yang memadai akan mampu mendorong tercapainya kesepakatan pendanaan baik internal maupun eksternal pemerintah, termasuk dukungan pendanaan dari pemerintahpusat, pemerintah propinsi, maupun masyarakat dan sektor swasta.Selain itu, diharapkan hasil pembangunan Bidang PU/Cipta Karya dapat bermanfaat bagi masyarakat luas melalui

Gambar

Tabel 5.1.Rencana
Gambar 5.1.Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Batang Hari
Gambar 5.2.Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Batang Hari
Tabel 5.2.Matrik Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengeringan benih merupakan suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu benih dengan menggunakan energi panas, sehingga tingkat kadar

dapatkan dari raja negeri seberang itu!” ujar Si Lemang dengan semangat. “Apa memangnya yang telah kamu dapatkan dari sana?”

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini tepat pada

Dilihat dari efisiensi secara ekonomis dari keempat saluran yang ada di Kabupaten Karanganyar maka saluran III adalah saluran pemasaran beras hitam yang

Karena nilai F hitung signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memperoleh margin murabahah atau dapat dikatakan bahwa regresi biaya

kalau saya gunakan untuk beli barang tersebut uang itu habis saya ndak bisa mbayar yang minimumnya, paling nggak lebih banyak sedikit lab saya bayar seperti.

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya dan

Berbagai penelitian, terutama yang dilakukan oleh orang-orang Barat, menunjukan betapa tabu-tabu (pantangan-pantangan) hampir selalu muncul dalam berbagai aktifitas