• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran orang tua - Isni Umayatus Safingah BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran orang tua - Isni Umayatus Safingah BAB II"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Peran orang tua

Orang tua merupakan pendidik moral yang utama bagi anak-anak, pemberi pengaruh yang paling lama. Anak-anak akan berganti guru setiap tahunnya tetapi mereka memiliki satu orang tua sepanjang masanya. Hubungan orang tua mengandung emosional yang khusus yang bisa menyebabkan anak-anak merasa dicintai dan berharga atau sebaliknya merasa tidak dicintai dan tidak berharga.

Ayah atau bapak adalah sosok tertinggi di dalam sebuah keluarga. Ia merupakan kepala keluarga dan figur orang yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Sebagai suami bagi istrinya dan ayah bagi anak-anaknya ia memiliki kewajiban yang harus dipikul. Peran ayah menurut Helmawati (2014:72) dalam keluarga yaitu:

a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga.

b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar. c. Memberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga.

d. Pelindung terhadap ancaman dari luar.

e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan. f. Sebagai pendidik dalam segi rasional.

(2)

yang berkaitan dengan dunia luar seperti dalam masyarakat. Ayah yang bertanggung jawab akan membawa keluarga menuju kehidupan yang lebih baik.

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (dalam Helmawati, 2014:81) peranan seorang ibu dalam keluarga, di antaranya:

a. Sebagai sumber dan pemberi rasa kasih sayang. b. Pengasuh dan pemelihara.

c. Tempat mencurahkan isi hati.

d. Mengatur kehidupan dalam rumah tangga. e. Pembimbing hubungan pribadi.

f. Pendidik dalam segi emosional.

(3)

Pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak menurut Hurlock, Hardi, & Heryes (dalam Zubaedi 2011:158-159) dalam garis besarnya, didefinisikan menjadi tiga macam, antara lain sebagai berikut: a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter merupakan pengasuhan yang dilakukan dengan cara memaksa, mengatur, dan bersifat keras. Orang tua menuntut anaknya agar mengikuti semua kemauan dan perintahnya. Jika anak melanggar perintahnya berdampak pada konsekuensi hukuman atau sanksi. Pola asuh otoriter dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan psikologis anak. Anak kemudian cenderung tidak dapat mengendalikan diri dan emosi bila berinteraksi dengan orang lain. Bahkan tidak kreatif, tidak percaya diri, dan tidak mandiri. Pola pengasuhan ini akan menyebabkan anak menjadi stres, depresi, dan trauma. Oleh karena itu, tipe pola asuh otoriter tidak dianjurkan.

b. Pola Asuh Permisif

(4)

pengasuhan anak yang seperti ini akan menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki kompetensi sosial karena adanya kontrol diri yang kurang. c. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh ini, orang tua memberikan kebebasan serta bimbingan kepada anak. Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu berhubungan secara harmonis dengan orang tuanya. Anak akan bersifat terbuka, bijaksana karena adanya komunikasi dua arah. Sedangkan orang tua bersikap obyektif, perhatian, dan memberikan dorongan positif kepada anaknya. Pola asuh demokratis ini mendorong anak menjadi mandiri, bisa mengatasi masalahnya, tidak tertekan, berperilaku baik terhadap lingkungan, dan mampu berprestasi dengan baik. Pola pengasuhan ini dianjurkan bagi orang tua.

(5)

Sebagian orang tua berharap banyak dengan anaknya sehingga terkesan bersikap “otoriter” dan berdampak pada banyaknya kasus anak yang menjadi

korban ambisi orang tuanya. Tentunya hal ini membuat anak menjadi tertekan secara psikologis dan terhambat perkembangannya. Kita semua mengakui bahwa setiap orang tua mempunyai niat dan maksud yang baik untuk anak-anaknya, namun barangkali cara atau metodenya yang perlu dievaluasi. Sikap orang tua yang terlalu acuh juga tidak dibenarkan. Memberi kebebasan yang berlebihan akan membuat anak menjadi salah arah dan bersikap semaunya sendiri. Maka orang tua harusnya tetap perlu mendampingi dan mengarahkan anak.

2. Karakter

Watak atau karakter menurut Dumandi dalam (Adisusilo, Sutarjo, 2012:76) berasal dari kata Yunani “charassein”, yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang dikemudian hari di pahami sebagai stempel/cap. Jadi karakter itu sebuah stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang, Watak merupakan sifat seseorang yang dapat dibentuk, artinya watak seseorang dapat berubah. Watak juga amat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergauan, dan lain-lain.

(6)

a. Yaumi, Muhammad (2014:7) berpendapat bahwa Moralitas adalah karakter. Karakter merupakan suatu yang terukir dalam diri seseorang. Karakter merupakan kekuatan batin. Pelanggaran asusila (amoralitas) juga merupakan karakter, tetapi untuk menjadi bermoral adalah suatu yang ambigu.

b. Karakter merupakan nilai perilaku seseorang yang cangkupannya tidak hanya menyangkut hubungannya dengan sesama manusia semata, namun juga berhubungan dengan Tuhan dan lingkungan yang tersaji melalui pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat (Aziz, Safrudin, 2015:130) .

c. Karakter dimaknai oleh sebuah dimensi yang positif dan konstruktit menurut Elfendri dkk (2012:27).

d. Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Listyarti 2012:8), karakter diartikan sebagai sifat-sifat kewajiban, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Dari keempat definisi karakter sebagaimana dijabarkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan.

(7)

mereka akan melakukan kegiatan sesuatu dengan keinginan karakter anaknya kelak. Ketika seorang ibu bercita-cita anak akan pintar matematika, maka ibu hamil akan membiasakan diri untuk mengerjakan matematika. Ketika anaknya nanti menjadi musisi, maka musikpun didengarkan pada jabang bayi yang ada dalam perutnya.

Beberapa karakter berdasarkan asma’ul husna yang dapat diaplikasikan

manusia dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam keluarga menurut Helmawati (2014:162-163) diantaranya yaitu sebagai berikut:

a. Karakter beriman dan bertakwa kepada allah SWT

Karakter yang paling utama yang hendaknya dibentuk pada anak dan keluarganya adalah karakter beriman dan bertakwa. Karakter beriman yaitu orang yang hatinya lebih sibuk memikirkan dan memperhatikan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah guna dilaksanakan dan menjahui apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Sedangkan takwa adalah iman yang disertai amal shaleh (amalan-amanlan baik yang diperintah Allah SWT).

b. Karakter pengasih

(8)

Artinya, ia tidak dapat hidup seorang diri. Manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan yang diakibatkan karena kekuranganya. Sebagai mana Allah yang Maha Pengasih, manusia hendaknya memiliki sifat pengasih terhadap sesama manusia dan mahluk ciptaan Tuhan. Berikan apa yang diperlukan orang lainkarena Allah, karena mungkin suatu saat nanti kita pun akan membutuhkan uluran tangan dari orang lain.

c. Karakter penyayang

Rasa sayang dapat memberikan motivasi untuk bertahan dan berkembang lebih baik lagi. Rasa sayang dapat mengakibatkan keberlangsungan hidup seseorang. Sifat sayang terhadap seseorang membuat kita akan memberikan apa yang terbaik bagi yang kita sayang itu. d. Karakter bertanggung jawab

Setiap manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah diperbuatnya. Mengingat setiap perbuatan ada perhitungannya, hendaknya manusia menggunakan akal pikiran dan hati sebagai penentu akankah ia berbuat baik atau akankah ia hanya mengikuti hawa napsunya dan mengindahkan hati serta akal sehatnya.

e. Karakter menjaga (melindungi)

(9)

f. Karakter mencipta

Manusia diberi akal untuk dapat dipergunakan, salah satunya untuk dapat menggali dan mengola alam. Banyak dari hasil alam yang dikelola sehingga lahirnya berbagai kreativitas para penemu yang bermanfaat bagi orang banyak. Karakter menemukan sesuatu yang belum ada menjadi ada atau sesuatu yang sebelumnya tidak berguna menjadi berguna dan memiliki nilai tinggi akhirnya membawa manusia pada kesejahteraan, peradaban yang tinggi dan bermartabat.

g. Karakter pemaaf

Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia memiliki kelemahan dan kekhilafan. Ketika orang lain melakukan kesalahan alangkah mulianya ketika kita memberi maaf dan memberikan kesempatan kedua pada orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya. Karena mungkin suatu saat kitapun dengan tidak sengaja melakukan sesuatu kesalahan dan tentu saja kita berharap orang lain pun memaafkan dan mau memberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahan tersebut. h. Karakter jujur

(10)

i. Karakter mandiri

Manusia tidak akan selamanya menggantungkan diri kehidupannya pada orang tua atau orang lain. Tidak ada yang hidup abadi, demikian pula orang tua. Oleh sebab itu anak sebaiknya dididik untuk menjadi karakter mandiri.

j. Karakter lemah lembut

Orang tua hendaknya bersikap lemah lembut dalam memperlakukan anaknya. Sikap dan perilaku orang tua tentu akan dicontoh anak sehingga anakpun akan memiliki sifat dan perilaku lemah lembut.

k. Karakter berilmu

Untuk dapat disebut pandai manusia harus menuntut ilmu, untuk dapat memperoleh pekerjaan yang layak manusia harus berilmu. Begitu juga ketika ingin bahagia dan masuk surga, manusia harus berilmu. Tanpa ilmu manusia akan kehilangan pegangan, bahkan banyak orang yang tidak berilmu dibodohi (dianiaya) dan diperbudak orang-orang yang kurang bertanggung jawab.

l. Karakter adil

(11)

m.Karakter menjaga amanah

Amanah adalah suatu yang dipercaya untuk dijaga atau dijalankan. Menjaga amanah berarti menjaga kepercayaan orang lain. Oleh karena itu, menjaga amanah hakekatnya adalah menjaga hubungan sosial, baik dalam lingkungan keluarga maupun dimasyarakat sehingga orang akan percaya dan memberikan kepercayaan pada kita.

n. Karakter bijaksana

Setiap manusia memiliki karakter yang unik dan berbeda satu sama lain, dalam menyikapi perbedaan tersebut sepatutnya kita belajar untuk bijak. Menghargai pendapat, mencoba menyelami sampai sejauh mana maksud dan tujuan dari setiap orang sehingga akan diperoleh pemahaman yang proporsional dan menjauhkan dari perselisihan.

o. Karakter sabar

Sabar bukanlah pasrah (berdiam diri) tanpa usaha. Ujian kesabaran ada tingkatannya sehingga pernyataan bahwa sabar ada batasnya tindakan sepenuhkan tepat karena ujian datang silih berganti. Sifat bersabar yang dibarengi usaha dan keyakinan pada Allah sebagai penolong maka manusia akan mendapatkan banyak hikmah serta derajat yang mulia.

p. Karakter bersyukur

(12)

q. Karakter suci

Allah menyukai sesuatu yang bersih. Oleh karena itu, Nabi menyatakan bahwa kebersihan sebagian dari iman. Meski arti suci bukan hanya sebatas bersih, tapi suci artinya selain jauh dari kotoran (najis) juga jauh dari perbuatan dosa. Suci dapat diaplikasikan bukan saja pada badan dan pakaian (benda) saja, tetapi juga hendaknya suci hati, suci pikiran, dan suci perbuatan.

Dari 17 Karakter berdasarkan asma’ul husna di atas dapat disimpulkan

bahwa karakter mencangkup seluruh kehidupan manusia baik terhadap tuhan, diri sendiri maupun kepada orang lain. Aplikasi-aplikasi karakter hampir seluruhnya mengarah pada karakter religius. Karna sudah tidak bisa dipungkiri bahwa karakter sangat penting bagi kehidupan manusia.

3. Pembentukan Karakter siswa

Membangun karakter anak adalah sejak kecil, karena anak-anak akan melihat dan mengolah dalam fikirannya apa yang dia lihat. Sering pula kita lihat bahwa anak usia 2 tahun, televisipun mudah mempengaruhi watak mereka. Orang tua yang bertengkat didepan anak kecil akan menyebabkan anak kecil terbawa emosi dan menangis. Oleh karenanya semenjak awal, ibu mesti memahami karakter apa saja yang akan ditanamkan kepada anaknya dari tindakan dan pengajaran dan pembiasaan yang dibangun di rumah.

(13)

merespon berbagai situasi dengan cara yang bermoral. Karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan satu sama lain yaitu: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan, kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan perbuatan. Ketiganya penting untuk menjalankan hidup yang bermoral. Ketiganya adalah faktor pembentuk kematangan moral (Lickona, 2013:72). Diagram berikut ini menjelaskan beberapa kualitas moral, perasaan moral dan perbuatan moral. Semua komponen tersebut adalah kualitas-kualitas spesifik yang harus diusahakan (guru) pembentukannya dari diri anak-anak kita (peserta didik), demi kepentingan mereka sendiri dan demi kepentingan masyarakat (Lickona, 2013:72). Komponen - komponen karakter yang baik dapat dilihat pada bagan

Bagan 1. Komponen-komponen karakter yang baik

PENGETAHUAN MORAL 1. Kesadaran moral

2. Mengetahui nilai-nilai moral

3. Pengambilan perspektif 4. Penalaran moral

5. Pengambilan keputusan 6. Pengetahuan diri

PERASAAN MORAL 1. Hati nurani

2. Penghargaan diri 3. Empati

4. Menyukai kebaikan 5. Kontrol diri

6. Kerendahan hat

(14)

a. Pengetahuan Moral

Enam pengetahuan moral yang dapat dikembangkan oleh guru pada peserta didik dalam pembelajaran dalam rangka membentuk karakter mereka, yaitu:

1) Kesadaran moral

Kegagalan moral yang sering terjadi pada diri manusia dalam semua tingkatan usia adalah kebutaan moral, kondisi dimana orang tak mampu melihat bahwa situasi yang sedang ia hadapi melibatkan masalah moral dan membutuhkan pertimbangan lebih jauh. Anak-anak dan remaja khususnya sangat rentan terhadap kegagalan seperti ini, bertindak tanpa mempertanyakan “apakah ini benar?”.

2) Mengetahui nilai-nilai moral

Nilai moral seperti menghormati kehidupan dan kemerdekaan, bertanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas, belas kasih, kedermawanan, dan keberanian adalah faktor penentu dan membentuk pribadi yang baik. Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam berbagai situasi kehidupan.

3) Pengambilan perspektif

(15)

menghormati orang dengan baik dan bertindak dengan adil terhadap mereka. Jika kita tidak memahami mereka.

4) Penalaran moral

Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral dan mengapa kita harus bermoral. Mengapa memenuhi janji adalah penting. Mengapa kita harus berusaha sebaik mungkin, dan mengapa kita harus berbagi dengan orang lain.

5) Membuat keputusan

Membuat keputusan adalah mampu memikirkan langkah-langkah yang mungkin akan diambil seseorang yang sedang menghadapi persoalan moral, disebut sebagai keterampilan pengambilan keputusan refleksi.

6) Memahami diri sendiri

Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan moral yang paling sulit untuk dikuasai, tetapi penting bagi pengembangan karakter. Untuk menjadi orang yang bermoral diperlukan kemampuan mengulas perilaku diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis. Semua hal di atas memberikan kontribusi yang sama terhadap sisi kognitif karakter.

b. Perasaan Moral

(16)

1) Hati nurani Hati nurani memiliki dua sisi, sisi kognitif dan sisi emosional. Sisi kognitif menuntun manusia dalam menentukan hal yang benar, sedangkan sisi emosional menjadikan kita merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang benar.

2) Penghargaan diri

Jika kita memiliki penghargaan diri yang sehat kita akan dapat menghargai diri sendiri, maka kita akan menghormati diri sendiri, dan kecil kemungkinan bagi kita untuk merusak tubuh atau pikiran kita atau membiarkan orang lain merusaknya.

3) Empati

Empati adalah kemampuan mengenali, atau merasakan, keadaan yang tengah dialami orang lain. Empati memungkinkan kita keluar dari kulit kita dan masuk ke kulit orang lain. Empati merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif. Perbedaan tingkat empati pada diri seseorang telah ada pada usia dini, hanya saja bagaimana cara keluarga dan guru di sekolah mengembangkan sikap, empati pada anak agar terbentuk semenjak dari kecil dalam kehidupan.

4) Mencintai kebaikan

(17)

mengembangkan pada peserta didik di kelas untuk dapat mencintai berbuat baik dalam kehidupan dengan berbagai metode.

5) Kontrol diri

Kontrol diri ini perlu ditanamkan dan dikembangkan oleh guru pada anak didik. Kontrol diri ini dapat menghindarkan seseorang dari perbuatan-perbuatan yang merusak moral.

6) Kerendahan hati

Kerendahan hati merupakan budi pekerti atau moral-moral yang kerap diabaikan oleh seseorang pada hal rendah hati ini merupakan bagian penting dari karakter yang baik. Kerendahan hati adalah bagian dari pemahaman diri. Guru dapat mengembangkan sikap rendah hati ini pada murid-murid dalam proses pendidikan.

Hati nurani, penghargaan diri, empati, mencintai kebaikan, kontrol diri, dan kerendahan hati adalah komponen-komponen yang membentuk sisi emosional moral seseorang, yang dapat dikembangkan pada anak didik semenjak diri.

c. Tindakan Moral

(18)

Adapun yang menggerakkan seseorang untuk mampu melakukan tindakan bermoral atau menghalanginya, ada tiga aspek lain yaitu: kompetensi, kemauan, dan kebiasaan.

1) Kompetensi, kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif.

2) Kehendak, kehendak diperlukan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal, kehendak juga dibutuhkan untuk dapat melihat dan memikirkan suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral.

3) Kebiasaan, kebiasaan dalam banyak situasi, kebiasaan merupakan faktor pembentuk perilaku moral. Untuk alasan inilah sebagai bagian dari pendidikan moral, anak-anak membutuhkan banyak kesempatan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan baik, dan banyak berlatih untuk menjadi orang baik.

(19)

oleh sekolah. Pengetahuan, perasaaan, dan tindakan moral sebagai realitas yang hidup.

Klasifikasi lain, Elfindri dkk (2012:27-28) berpendapat bahwa karakter akan dapat terbagi empat. Masing-masingnya dapat dilihat dari indikator karakter sebagai berikut:

a. Karakter lemah, dapat ditemukan sebagai penakut, tidak berani mengambil resiko, pemalas, cepat kalah, dan beberapa jenis lainnya. b. Karakter kuat, dapat ditemukan seperti tangguh, ulet, mempunyai

daya juang yang kuat serta pantang mengalah/menyerah.

c. Karakter jelek, misalnya licik, egois, serakah, sombong, tinggi hati sombong, pamer, atau suka ambil muka, dan sebagainya.

d. Karakter baik, misalnya jujur, terpercaya, rendah hati, amanah, dan sebagainya.

Melihat klasifikasi dan indikator di atas dapat disimpulkan bahwa karakter anak yang diharapkan adalah karakter yang kuat dan baik. Kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti yang merupakan kepribadian khusus yang harus melekat pada diri seseorang.

Abu Lukman dkk (2015:80) berpendapat bahwa “The characters needed

to develop a variety of ways, such as empathy, obedience, self-control,

morality reasoning and conscience” yang menjelaskan pentingnya karakter

(20)

4. Pendidikan Karakter

Karakter yang bermacam-macam haruslah diajarkan dan mendapat sesuatu tindakan yang mendidikan untuk generasi selanjutnya. Maka dari itu kita sangat perlu tentang pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut Mushimin (2014:27) adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Memperhatikan pelaksanaan pendidikan di Indonesia saat ini tanpaknya mementingkan kecerdasan intelektual, jadi semakin terlihat apakah masalah sesungguhnya, dan saat ini Indonesia membutuhkan pendidikan karakter.

Mulai tahun 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan karakter. Menurut kementrian pendidikan dalam (Listyarti, 2012:5-8) nilai karakter bangsa dapat dilihat pada table 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Nilai-Nilai Karakter Bangsa.

No Nilai Karakter Uraian

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap ibadah agama lain, dan hidup rukun terhadap pemeluk agama lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

patuh pada berbagai peraturan.

(21)

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang sudah dimiliki.

7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10 Semangat

kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menenpatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

11 Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepeduan dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12 Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13 Bersahabat/ Komunikatif

Tindakan yang meperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya, diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara.

15 Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16 Peduli lingkungan

(22)

terjadi.

17 Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18 Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Sumber: kementrian pendidikan (Listyarti, 2012:5-8)

Berdasarkan nilai-nilai karakter bangsa di atas, butir-butir nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dikelompokan menjadi lima nilai utama yaitu nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan. Nilai karakter yang hubngannya dengan Tuhan adalah nilai religius. Nilai karakter yang hubungannya dengan diri sendiri adalah nilai jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca dan tanggung jawab. Nilai karakter yang hubungannya dengan sesama manusia adalah toleransi, demokratis, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, peduli sosial, dan cinta damai. Nilai karakter yang hubungannya dengan lingkungan adalah peduli lingkungan. Nilai karakter yang hubungannya dengan kebangsaan adalah semangat kebangsaan.

Langkah-langkah pendidikan karakter menurut Listyarti (2012:8) berdasarkan totalitas dan pendidikan psikologi dan sosiokultural dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. Olah hati, olah pikiran, olah rasa/karsa, dan olahraga.

(23)

c. Ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

d. Bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal. Berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinative, kompetitif, ceria, gigih, cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berfikir terbuka, produk beriorentasi IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni) dan reflektif.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa semua pengelompokan karakter meninjau dari sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Empat ciri-ciri dasar pendidikan kharakter menurut Adisusilo (2014:78) yaitu: 1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan

seperangkat nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. 2. Koherensi yang member keberanian, yang membuat seseorang teguh

pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi. Koherensi ini merupakan dasar yang membangun rasa satu sama lain, tanpa koherensi maka kredibilitas seseorang akan runtuh. 3. Otonomi maksudnya seseorang menginternalisasikan nilai-nilai

pribadi, menjadi sifat yang melekat, melalui keputusan bebas tanpa paksaan dari orang lain.

4. Teguh dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

(24)

Ditinjau secara umum, tujuan belajar dan dapat dihubungkan dengan tujuan pembelajaran karakter menurut Salahudin, Anas dan Irwanto (2013:61) yaitu:

a. Untuk mengetahui pengetahuan

Pemikiran pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya dalam kegiatan belajar.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep juga memerlukan keterampilan, menyangkut persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir, serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

c. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu, dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir tanpa melupakan penggunaan pribadi guru dengan contoh atau model.

(25)

pendidikan budaya dan karakter bangsa dan indikator untuk sekolah dasar dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Keterkaitan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dan indikator untuk sekolah dasar.

(26)

tindakan dan pekerjaan berdasarkan yang diketahuinya.

yang telah terjadi atau yang dialaminya.

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. sesuatu yang alamai dan insani. teman yang beda agama, suku dan etnis dalam kegiatan-kegiatan kelas dan sekolah.

Menerima pendapat teman yang berbeda dari pendapat dirinya.

Bersahabat dengan tertib dan patuh pada berbagai peraturan dan ketentuan.

(27)

kata sopan dan tidak menyinggung.

Berpakaian rapih. Berpakaian sopan dan rapih. dengan teliti dan rapi. Mencari informasi

dari luar buku dan sumber pelajaran. tugas dari guru pawa waktunya.

Menggunakan sebagian waktu di kelas untuk belajar.

Focus pada tugas-tugas yng diberikan guru di kelas. kalimat baru dari sebuah kata.

Mengusulkan sesuatu kegiatan baru di kelas.

Bertanya tentang tentang hal yang baru tapi terkait dengan

(28)

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan

(29)

Semangat kebangsaan: teman dari suku lain.

Menggunakan bahasa suku, etnis dan budaya lain.

Bekerja sama dengan teman dari suku, etnis, budaya lain berdasarkan suku, etnis yang ada di Indonesia. dan seni di Indonesia.

Mengagumi kekayaan budaya dan seni di Indonesia. suku, etnis, dan bahasa sebagai keunggulan yang hadir di wilayah Negara Indonesia.

(30)

hutan Indonesia. Indonesia bagi dunia. dan hasil laut Indonesia bagi bangsa-bangsa di dunia.

Menghargai prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya olah raga dan kesenian di sekolah. sama dengan orang lain.

(31)

sekelas ketika istirahat.

sosial dan budaya kelas.

Bergaul dengan teman pertama kali pada hari itu. flora, fauna dan alam.

Membaca buku atau tulisan tentang alam, sosial, budaya, seni, dan teknologi.

Peduli sesial:

(32)

tidak membawa atau Sikap dan tindakan yang selalu berupaya alam yang sudah terjadi.

Buang air besar dan air kecil di WC.

Sumber: Kemendikbud dalam (Mujtahid 2017:80)

Berdasarkan tabel 2.2 dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator pada kelas rendah dan tinggi terdapat banyak perbedaan. Dimana pada kelas rendah masih berfokus tentang diri sendiri. Sedangkan untuk kelas tinggi yaitu kelas 4-6 mereka tidak hanya berfokus pada diri sendiri melainkan sudah terjur dalam lingkungan sekitar.

Setidaknya ada empat alasan mendasar mengapa sekolah perlu bersungguh-sungguh mendirikan tempat pendidikan karakter:

a. Karena banyak keluarga yang kurang memaksimalkan pendidikan karakter.

(33)

c. Kecerdasan seseorang bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan. d. Karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan hanya

tugas tambahan dari seorang guru melainkan tanggung jawab yang melekat pada seorang guru.

Manakala sekolah akan melaksanakan pendidikan karakter, maka sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan karakter. Ada sebelas prinsip-prinsip pendidikan karakter menurut Saptono (2011: 25-26) yaitu:

a. Sekolah harus berkomitmen pada nilai-nilai etnis inti.

b. Karakter harus dipahami secara utuh, mencangkup pengetahuan atau pemikiran, perasaan, dan tindakan

c. Sekolah harus bersikap proaktif dan bertindak sistematis dalam pembelajaran karakter dan tidak sekedar menunggu datangnya kesempatan.

d. Sekolah harus membangun suasana saling memperhatikan satu sama lain dan menjadi dunia kecil (mikrokosmos) melalui masyarakat yang saling peduli.

e. Kesempatan untuk mempraktikkan tindakan moral harus bervariasi dan tersedia bagi semua.

f. Studi akademis harus menjadi hal utama.

g. Sekolah perlu mengembangkan cara-cara meningkatkan motivasi intrinsik siswa yang mencangkup nilai-nilai inti.

h. Sekolah perlu bekerja bersama dan mendialogkan norma mengenai pendidikan karakter.

i. Guru dan siswa harus berbagi dalam kepemimpinan moral sekolah.

j. Orang tua dan masyarakat harus menjadi rekan kerja dalam pendidikan karakter di sekolah.

k. Harus dilakukan evaluasi mengenai mengenai efektivitas pendidikan karakter di sekolah, terutama terhadap guru dan karyawan serta siswa.

(34)

pendidikan karakter maka perlu memperhatikan banyak hal seperti memahami karakter itu sendiri tanpa meninggalkan studi akademis yang ada di sekolah tersebut. Sekolah juga harus berkerja sama dengan seluruh warga sekolah, orang tua dan masyarakat agar prinsip-prinsip pendidikan karakter dapat terlaksana dengan baik dan maksimal.

5. Peran orang tua terhadap pembentukan karakter siswa

Pada keluarga inti peranan utama pendidikan terletak pada ayah dan ibu. Keluarga hendaknya menjadi sekolah untuk kasih sayang, atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang. Menurut Gunadi (dalam Mukti, Amini 2008:108) ada tiga peran utama yang dapat dilakukan ayah ibu dalam mengembangkan karakter anak:

1. Kewajiban menciptakan suasana aman dan tentram. Tanpa ketentraman, akan sukar bagi anak untuk belajar apapun dan anak akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan jiwanya. Ketegangan atau ketakutan adalah wadah yang buruk bagi pertumbuhan karakter anak.

2. Menjadi panutan yang positif bagi anak sebab anak belajar terbanyak dari apa yang dilihat bukan dari apa yang didengar. Karakter orang tua yang diperlihatkan melalui perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang akan diserap oleh anak.

3. Mendidik anak artinya mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplinkan anak agar berperilaku sesuai dengan apa yang telah diajarkan.

(35)

pengasuhan yang tepat dalam rangka pengembangan karakter yang baik pada anak, antara lain:

a. Menempatkan tugas ayah ibu sebagai agenda utama. Ayah-ibu yang baik akan secara sadar akan merencanakan dan memberikan waktu yang cukup untuk tugas keayah-bundaan (perenting). Mereka akan meletakkan agenda pembentukan karakter anak sebagai prioritas utama.

b. Mengevaluasi cara ayah ibu dalam menghabiskan waktu selama sehari/seminggu. Ayah-ibu perlu memikirkan jumlah waktu yang ia lalui bersama anak-anak. Penelitian dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa seorang ayah bersama anak sehari-harinya ternyata tidak lebih dari 19 menit. Ayah-ibu perlu merencanakan cara yang sesuai dalam melibatkan diri bersama anak-anak, melalui berbagai kegiatan sehari-hari seperti belajar bersama, makan bersama, mendongeng sebelum tidur.

c. Menyiapkan diri menjadi contoh yang baik. Setiap anak memerlukan contoh yang baik dari lingkungannya. Ayah-ibu, baik atau buruk merupakan lingkungan terdekat yang banyak ditiru oleh anak. Hal ini tidak dapat dihindari, karena anak sedang dalam masa imitasi dan identifikasi. d. Membuka mata dan telinga terhadap apa saja yang sedang mereka

(36)

memberikan pesan pada anak dengan cara yang mengesankan, baik pesan yang bermoral maupun yang tidak bermoral. Oleh karena itu ayah-ibu harus menjadi pengamat yang baik untuk menyeleksi berbagai pesan-pesan dari berbagai media yang digunakan anak.

e. Menggunakan bahasa karakter. Anak-anak akan dapat mengembangkan karakternya jika ayah-ibu menggukan bahasa yang lugas dan jelas tentang tingkah laku baik dan buruk. Ayah-ibu perlu menjelaskan pada anak tentang perbuatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan berikut alasannya. f. Memberikan hukuman dengan kasih sayang. Hukuman yang diberikan

kepada anak ketika ia melanggar batasan atau rambu-rambu moral atau karakter. Hukuman yang diberikan untuk mencegah sikap manja anakk yang akibatnya anak akan menjadi susah diatur. Untuk itu, hukuman bersifat mendidik, agar ia mau belajar. Anak-anak perlu memahami bahwa ayah-ibu memberikan hukuman adalah kerena ayah-ibu sayang pada mereka. Tentu saja, ayah-ibu perlu memahami dengan baik tentang syarat dan cara memberikan hukuman yang mendidik pada anak.

(37)

mendengarkan sambil membaca koran atau menonton televisi. Jadi ayah-ibu perlu berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak, dengan meluangkan waktu untuk mendengarkan segala keluh kesah dan cerita anak.

h. Terlibat dalam kehidupan sekolah anak. Sekolah merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari anak. Selama di sekolah, anak bukan hanya mengalami hal-hal menyenangkan, tetapi juga menghadapi berbagai masalah, kekecewaan, perselisihan pendapat atau kekalahan. Ayah-ibu perlu membantu dalam menyiapkan anak untuk menghadapi semua itu. Jika anak berhasil melalui berbagai masalahnya disekolah, karakter anak juga makin kukuh dan anak makin percaya diri menatap masa depan. i. Tidak mendidik karakter melalui kata-kata saja. Ayah-ibu meskipun sibuk

perlu meluangkan waktu untuk makan malam bersama anak setidaknya sekali dalam sehari (makan pagi atau makan malam). Makan bersama merupakan sarana yang baik untuk berkomunikasi dan menanamkan nilai yang baik. Melalui percakapan ringan saat makan, anak tanpa sadar akan menyerap berbagai peraturan dan perilaku yang baik.

(38)

perilaku. Oleh karena itu, ayah-ibu harus berupaya berperilaku baik agar langsung dicontoh oleh anak.

Berdasarkam cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk melakukan pengasuhan yang tepat maka ayah pada jaman sekarang beda dengan jaman dulu, selain bertugas mencari nafkah, ayah juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan lainnya dan menciptakan kebersamaan dalam keluarga. Pada masa dulu, pengasuhan anak lebih cenderung kepada ibu yang mengasuh. Namun, pada saat ini terjadi perubahan dimana ibu yang mengasuh anak lebih intens menjadi ayah-ibu/orang tua yang mengasuh anaknya.

Seorang anak memerlukan figur seorang ibu dan ayah bagi pengembangan karakter anak. Pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya sangat menentukan dan mempengaruhi kepribadian serta perilaku anak. Dengan demikian seorang ibu dan ayah harus bersatu dan bersama-sama untuk membentuk karakter anak agar sesuai dengan apa yang diinginkan.

6. KarakterDisiplin dan Mandiri

(39)

sekolah. Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, terutama sikap demokratis, sehingga peraturan disiplin berpedoman pada hal tersebut, yakni, dari, oleh, dan untuk peserta didik. Untuk mendisiplinkan peserta didik terdapat 9 strategi sebagaimana dikemukakan pendapat Riesman dan Payne (dalam Setiawan, Marwan, 2015: 176) yang secara garis besar sebagai berikut.

1. Self-concept (konsep diri), strategi ini menekankan bahwa konsep diri merupakan faktor yang penting dari setiap perilaku individu. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru bersikap empati, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan dalam arti memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru melalui pikiran dan perasannya dalam memecahkan masalah.

2. Communication skills (ketrampilan berkomunikasi), guru harus mampu berkomunikasi efektif, sehingga dapat mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik dan menerima perasaannya.

(40)

4. Values clarification (klarifikasi nilai), guru membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

5. Transactional analysis (analisis transaksional), guru belajar sebagai orang dewasa, terutama berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah.

6. Reality therapy (terapi realitas), guru harus bersikap positif dan tanggung jawab.

7. Assertive discipline (disiplin yang terintegrasi), guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan dan mempertahankan peraturan, prinsip-prinsip perilaku yang sistemik diimplementasikan di kelas, dan menunjukkan nama peserta didik yang berperilaku menyimpang.

8. Behavior modification (modifikasi perilaku), dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif, karena perilaku yang salah disebabkan oleh lingkungan.

9. Dare to disciplie (tantangan bagi disiplin), guru cekatan dan tegas dalam pengendalian, sehingga peserta didik mengetahui dan menerima batasan-batasan serta mampu memposisikan dirinya dalam berbagai situasi dan kondisi.

Menurut Robert J. Havighurst (dalam Rianti, Maya, Sugiarti, 2015: 17-37) a. Aspek Emosi

(41)

menjadi murid di sekolah atau tempat les, kalian mampu mengendalikan diri untuk beradaptasi dengan lingkungan dan segala peraturan yang ada. b. Aspek ekonomi

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan kalian dalam mengatur ekonomi atau keuangan dan tidak menggantungkan kebutuhan ekonomi pada orang tua. Maksudnya adalah bukan berarti kalian harus bekerja mencari uang. Tetapi kemampuan kalian dalam mengatur uang saku atau uang jajan yang diberikan orang tua dan bagaimana memanfaatkan uang itu secara baik. Uang jajan yang diberikan orang tua sebaiknya jangan dihabiskan semua, sebagian dikumpulkan atau ditabung untuk memenuhi kebutuhan yang lain.

c. Aspek Intelektual

Aspek ini ditujukkan dengan kemampuan kalian dalam mengatasi masalah yang ada. Misalnya ketika sedang asyik bersepeda tiba-tiba ban sepeda bocor. Nah kemampuan kalian untuk tidak merasa panik dan berusaha mencari jalan keluar atas masalah ini dengan mambawa sepeda ke bengkel sepeda adalah aspek kemandirian intelektual yang teman miliki.

d. Aspek Sosial

(42)

kalian untuk mau berkenalan dengan teman baru dan berinteraksi dengan teman lainnya adalah contoh aspek kemandirian sosial.

Manfaat Menjadi anak mandiri menurut Robert J. Havighurst (dalam Rianti, Maya, Sugiarti, 2015: 21-23) sebagai berikut:

1. Menumbuhkan rasa percaya diri

bersikap mandiri berarti terbiasa mengandalkan kemampuan diri sendiri tanpa harus bergantung atau menunggu pertolongan orang lain. Dengan begitu kalian semakin yakin dan paham atas kemampuan diri kalian masing-masing. Hal itulah yang akan menumbuhkan rasa percaya dirimu. 2. Menjadi anak yang bertanggung jawab

Selain mengandalkan kemampuan sendiri, mandiri juga mengharuskan kalian untuk mengambil suatu keputusan dalam memenuhi suatu kebutuhan atau masalah yang ada, dan tentunya setiap keputusan ada konsekuensi yang harus diterima dan dipertanggungjawabkan. Itulah mengapa dengan menjadi anak yang mandiri menjadikanmu anak yang bertanggungjawab.

3. Berpikir kreatif dan kritis

(43)

4. Meningkatkan ketrampilan

Pernahkah kalian membantu pekerjaan ibu di rumah? Jika belum, maka segeralah membantu orang tua kalian, membantu pekerjaan orang tua di rumah dapat menjadi latihan bagi kalian untuk terampil mengurus diri sendiri dan orang-orang di sekitar kalian, bahkan akan dapat menumbuhkan rasa sayang kepada orang-orang di sekitar kalian. Dengan membiasakan diri membantu orang tua, maka dengan sendirinya kalian akan terlatih, terampil dan terbiasa untuk mengurus diri kalian saat kalian berpisah dengan orang tua nanti, sehingga kalian tidak merasa ada beban erat saat kalian mandiri.

B. Penelitian yang Relevan

Kajian pustaka tentu diperlukan oleh seorang peneliti dalam penelitian. Penelitian terdahulu dapat dijadikan untuk acuan penulis dalam penelitian. Sehingga penulis menggunakan beberapa referensi dan skripsi yang ada hubungannya dengan judul skripsi penulis. Berikut ini merupakan penelitian relevan yang berhubungan dengan judul skripsi penulis:

(44)

anak. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Ateuk Lam Ura Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil yang mengetahui peran orang tua dalam dari nilai-nilai karakter, tetapi sebagian besar responden sudah berusaha menanamkan nilai karakter terhadap anaknya, lebih dari setengah responden menanamkan nilai agama kepada anak agar anak mempunyai akhlak yang mulia dan bermoral kedepannya, dan umumnya suami dan istri yang berperan dalam membina nilai karakter anak. 2. Nenci Permata Sari (2016) tentang peran orang tua dalam pembentukan

karakter anak di Kota Padang (Studi Kasus AI di Kelurahan Jati Baru Kecamatan Padang Timur). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran orang tua dalam pembentukan karakter religius, pembentukan karakter jujur, pembentukan karakter toleransi, pembentukan karakter disiplin, pembentukan karakter kerja keras, pembentukan karakter kreatif dan pembentukan karakter mandiri pada anak. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

(45)

belajar mengaji. b) Orang tua memiliki peran dalam pembentukan karakter jujur pada anak dengan cara tidak berbohong dihadapan anak. c) Orang tua memiliki peran dalam pembentukan karakter toleransi pada anak dengan cara menghargai pendapat anak, tidak membedakan anak serta mendukung apa keputusan anak. d) Orang tua memiliki peran dalam pembentukan karakter disiplin pada anak dengan cara mengatur jadwal tidur anak dengan baik. e) Orang tua memiliki peran dalam pembentukan karakter kerja keras pada anak dengan cara menjelaskan kepada anak bagaimana susahnya orang tua dalam mencari nafka atau memenuhi kehidupan sehari-hari. f) Orang tua memiliki peran dalam pembentukan karakter kreatif pada anak dengan cara membiarkan anak melakukan kegiatan yang disenanginya, namun masih dalam pengawasan orang tua dan memberikan fasilitas yang cukup untuk anak. Sikap orang tua ketika anak memiliki kemajuan dan melakukan sesuatu yang diluar dugaan orang tua, biasanya orang tua selalu memuji anak. g) Orang tua memiliki peran dalam pembentukan karakter mandiri pada anak dengan cara memberikan tugas dan tanggung jawab kepada anak. Tujuannya yaitu agar anak lebih bisa mandiri tanpa bantuan orang lain.

3. Hidayati Abna dkk (2014) tentang the development of character education

curriculum for elementary student in West Sumatera. Penelitian ini

bertujuan untuk menghasilkan kurikulum pendidikan karakter yang

benar di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan

(46)

wawancara dan dokumentasi untuk desain kurikulum dan kuisioner

dianalisis untuk menentukan kondisi palaksanaan pendidikan karakter

sehari-hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi karakter dalam

kondisi baik. Namun berdasarkan hasil wawancara pendidikan karakter

kurang efektif dan belum cukup dan belum cukup mampu membangun

karakter positif bagi siswa. Analisis dalam penelitian ini menunjukkan

mayoritas guru dan siswa telah menunjukkan bahwa pelaksanaan

pendidikan karakter telah menjadi kebutuhan mutlak dan untuk

dilaksanakan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di atas bahwa peran oarng tua kurang maksimal terhadap pembentukan karakter anak. Alasan orang tua kurang berperan dalam pembentukan karakter adalah kesibukan orang tua dan kurangnya pemahaman terhadap penerapan pembentukan karakter terhadap anak.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengkaji tentang peran orang tua dalam pembentukan karakter. Metode yang digunakan dalam penelitian ini sama sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan menggunakan wawancara dan dokumentasi.

(47)

Gambar

Tabel 2.1 Nilai-Nilai Karakter Bangsa.
Tabel 2.2 Keterkaitan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter

Referensi

Dokumen terkait

Bhikkhu Sariputta mendengar kabar bahwa adiknya sudah bergabung dengan Sanggha, ia lalu meminta izin dari Buddha untuk menengok Samanera Rewata, namun Buddha memintanya

Data Flow Diagram atau (DFD) adalah suatu teknik untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik.. DFD

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 50 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang

[r]

(1) Dalam rangka menunjang kegiatan usaha Niaga jenis Bahan Bakar Minyak tertentu yang dilaksanakan oleh penyalur, Badan Usaha pemegang Izin Usaha Niaga Umum

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pembaca dalam definisi operasional dengan skripsi yang berjudul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Jual Beli Saham Rights Issue Di

Pengulangan, iaitu persamaan yang terakhir, menunjukkan bahawa mungkin buli secara siber tidak sejelas seperti dalam kes-kes di dalam buli tradisional, 18 namun,

Dalam game SimCity 4, perkembangan zona dengan density tertentu (low, high) dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang tinggal di dalam kota, syarat minimum jumlah