• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN - DOCRPIJM 1501228365draft Bab 10 Aspek Kelembagaan Kabupaten Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN - DOCRPIJM 1501228365draft Bab 10 Aspek Kelembagaan Kabupaten Sleman"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN

BAB X

ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN

10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan

peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2-JM pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah

organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah

adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor

kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas

yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan

urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak

senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib

yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan

kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang

berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaks pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib

yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi

(2)

2 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN 3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi

dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4

bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan

kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur,

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya

untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai

instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam

memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme

kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah

mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun

2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada

pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini

memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah

daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai

(3)

3 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan

dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu:

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen

perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana,

pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,

asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,

pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator

Kinerja Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja

masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota. 9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

10.2

Kondisi Kelembagaan Saat Ini

Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan

pemerintah Kabupaten Sleman yang menangani bidang Cipta Karya.

10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Organisasi yang menangani keciptakaryaan di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten

Sleman adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Ketugasan kedua instansi tersebut diatur dengan Peraturan Daerah

Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Berikut dijelaskan kondisi keorganisasian kedua lembaga tersebut.

(4)

4 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan. Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas menyelenggarakan

fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan;

b. Pelaksanaan tugas bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan;

c. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan

perumahan;

d. Pembinaan dan pengembangan bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan

perumahan; dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman terdiri dari: a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat terdiri dari:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian,

2. Sub Bagian Keuangan

3. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi

c. Bidang Bina Marga terdiri dari:

1. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan; 2. Seksi Pemeliharaan Jalan; dan

3. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan. d. Bidang Cipta Karya terdiri dari:

1. Seksi Prasarana dan Sarana Dasar; 2. Seksi Bangunan Gedung; dan

3. Seksi Drainase.

e. Bidang Penataan Ruang dan Bangunan terdiri dari: 1. Seksi Penataan Ruang Rinci;

2. Seksi Pembinaan Jasa Konstruksi; dan 3. Seksi Pengawasan Bangunan.

f. Bidang Perumahan terdiri dari: 1. Seksi Perumahan Formal; dan

2. Seksi Perumahan Swadaya. g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan

(5)
(6)

6 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyelengga-raan pemerintahan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. Badan

Perencana-an PembPerencana-angunPerencana-an Daerah dalam melaksPerencana-anakPerencana-an tugasnya menyelenggarakPerencana-an fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan daerah;

b. Pelaksanaan tugas bidang perencanaan pembangunan daerah;

c. Pembinaan perencanaan pembangunan daerah;

d. Pengoordinasian perencanaan pembangunan daerah; dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman terdiri dari:

a. Kepala Badan;

b. Sekretariat terdiri dari:

1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

2. Subbagian Keuangan; dan

3. Subbagian Perencanaan dan Evaluasi.

c. Bidang Perdesaan terdiri dari:

1. Subbidang Tata Ruang Perdesaan;

2. Subbidang Sarana dan Prasarana Perdesaan; dan 3. Subbidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam.

d. Bidang Perkotaan terdiri dari:

1. Subbidang Tata Ruang Perkotaan;

2. Subbidang Sarana dan Prasarana Perkotaan; dan

3. Subbidang Lingkungan Hidup. e. Bidang Ekonomi terdiri dari:

1. Subbidang Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan; 2. Subbidang Perekonomian dan Pariwisata. dan

3. Subbidang Ketenagakerjaan dan Investasi.

f. Bidang Sosial Budaya terdiri dari:

1. Subbidang Pendidikan dan Kebudayaan;

2. Subbidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial; dan 3. Subbidang Kependudukan dan Pemerintahan.

g. Bidang Pengendalian dan Evaluasi terdiri dari: 1. Subbidang Monitoring dan Evaluasi;

2. Subbidang Penelitian dan Pengembangan; dan 3. Subbidang Data dan Informasi.

h. Unit Pelaksana Teknis; dan

(7)
(8)

8 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN

10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana ditetapkan dalam Program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata

laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam

melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu

mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam

melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam

keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara

substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Dalam tabel berikut ditampilkan hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya.

Tabel 10.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No InstansiPeran Instansi dalam Pembangunan

Bidang CK

a. Perumusan kebijakan teknis bi-dang perencanaan pembangunan daerah;

b. Pelaksanaan tugas bidang peren-canaan pembangunan daerah; c. Pembinaan perencanaan

pemba-ngunan daerah; dang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan;

b. Pelaksanaan tugas bidang pe-kerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan;

c. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan;

d. Pembinaan dan pengembangan bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan perumahan; dan

(9)

9 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN Dalam pembangunan bidang Cipta Karya kedua lembaga ini sudah cukup tepat untuk mengawal pelaksanaan pembangunannya. Bappeda sebagai lembaga perencanaan daerah

secara keseluruhan memiliki kemampuan mengarahkan pembangunan sesuai dengan arah pembangunan sesuai visi misi daerah. Sedangkan Dinas Pekerjaan dan Umum dan

Perumahan memiliki kemampuan secara teknis bagaimana pembangunan daerah tersebut

dilaksanakan.

10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidag Cipta Karya

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu

ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Ada dua lembaga yang akan dilihat kondisi SDM-nya yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan serta Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah. Berikut ini disampaikan data komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang Cipta Karya.

Tabel 10. 2 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang

Pendidikan

Jabatan Fungsional

Dinas Pekerjaan

Umum dan Peru-mahan Kab. Sleman

Gol III : 12 orang Pria : 9 orang S2 : 5 orang -

Gol IV : 3 orang Wanita : 9 Orang S1 : 7 orang

Gol II: 3 orang SMA : 6 orang

Badan Perencanaan Pembangunan

Dae-rah Kab. Sleman

Gol III : 6 orang Pria : 6 orang S2 : 7 orang -

Gol IV : 4 orang Wanita : 4 Orang S1 : 2 orang

SMA : 1 orang

10.3

Analisis Kelembagaan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini

menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang

menangani bidang Cipta Karya.

10.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Berdasarkan struktur organisasi, tugas dan fungsi organisasi sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku khususnya Perda Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang

Organisasi Perangkat Daerah. Namun demikian ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyelenggaraan tupoksi kiciptakaryaan, diantaranya yaitu :

a. Koordinasi antar lembaga yang belum dilakukan dengan efektif

(10)

10 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN c. Peningkatan pertumbuhan masalah yang harus ditangani

d. Pertumbuhan kebutuhan pembiayaan

e. Tuntutan publik terhadap ketersediaan infrastruktur cipta karya

10.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Mengenai ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya, dalam penyusunan keorganisasian yang

ada di Kabupaten Sleman sudah mengacu pada ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007. Peraturan Pemerintah tersebut juga diteruskan dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009. Dalam Perda ini dijelaskan

secara jelas tentang tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing dinas/unit kerja yang ada.

10.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Analisis Sumber Daya Manusi (SDM) Bidang Cipta Karya menunjukkan adanya beberapa kendala diantaranya :

a. Jumlah dan kualitas SDM keciptakaryaan yang belum mencukupi. Luasan daerah layanan dan banyaknya unit kegiatan membutuhkan penyesuaian jumlah dan

kapasitas SDM.

b. Terjadinya rolling pegawai (perpindahan) yang tidak diikuti dengan regenerasi. Hal ini menjadi kendala karena berpengaruh dalam terbentuknya koordinasi antar SDM.

10.3.4. Analisis SWOT Kelembagaan

Untuk melakukan analisis kelembagaan digunakan metode SOWT dimana hasil untuk

permasalah, tantangan, hambatan, ancaman dan pelung. Sasaran pembangunan dan

pengelolaan bidang keciptakaryaan pada kedepan berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan sesuai dengan standar pelayanan minimal.

Selanjutnya dengan terpenuhinya pelayanan minimal kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang menggunakan infrastruktur

keciptakaryaan sebagai salah satu sarana pendukung faktor produksinya. Sasaran kedua adalah meningkatnya partisipasi swasta yang antara lain dalam bentuk investasi dalam

pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di kabupaten/kota.

Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan masih diketemukan beberapa hal diantaranya : lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan

ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan

(11)

11 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi

dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi

masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan

keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

Untuk menemukan berbagai program yang perlu dilakukan, maka dilakukan analsiis SWOT seperti dalam tabel berikut.

Tabel 10. 3 Analisis SWOT Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Internal Eksternal

Kekuatan (S)

1. Visi dan misi daerah

2. Ketersediaan dokumen peren-canaan

3. Kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat

4. Sumber dana APBD dan swasta

Kelemahan (W)

1 Jumlah dan kualitas SDM 2 Keterbatasan dana dari

pe-merintah

3 Koordinasi antar lembaga 4 Keterbatasan jumlah dan

1. Kemitraan pemerintah dengan swasta maupun dengan masya-rakat dalam pembangunan bi-dang CK

2. Perencanaan dan penilaian (valuation) pembiayaan inves-tasi dari sumber-sumber peme-rintah, swasta dan masyarakat

Strategi W-O:

1. Peningkatan kapasitas ke-lembagaan

2. Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi

4. Tuntutan public terha-dap ketersediaan infra-struktur cipta karya

Strategi S-T:

1. Optimalisasi dan peningkatan efektivitas pelaksanaan fungsi organisasi

2. Peningkatan kapasitas kelemba-gaan dalam menentukan social cost and benefitsharing untuk pembangunan infrastruktur bi-dang CK

Strategi W-T:

1. Peningkatan Sumber Da-ya Manusia, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk pengembangan ke-mitraan pemerintah, swas-ta dan masyarakat

(12)

12 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang

timbul dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan adalah kemitraan yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan kontribusinya.

Kemitraan yang setara memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap hak dan tanggung

jawab serta peranan dari masing-masing pelaku. Menjadi tantangan kita bersama untuk mengembangkan semangat dan suasana yang mendorong tumbuhnya kemitraan dan

mengembangkan pola-pola yang praktis dan menarik,serta menjamin keuntungan bagi semua pihak.

Kemitraan adalah pola yang sesuai dengan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya yang ingin kita dorong dalam perekonomian dan pembangunan. Kemitraan

juga dapat memberi pemecahan atas dilema efisiensi dan pemerataan kesempatan, karena

efisiensi tidak mengharuskan pemusatan kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu. Kemitraan merupakan jawaban terhadap monopoli yang dalam sistem ekonomi pasar dan

liberal menjadi penyakit yang senantiasa menjadi masalah bagi negara yang menganut paham itu. Kemitraan haruslah didorong tidak saja antara peme rintah dengan usaha besar,

tetapi juga dengan usaha kecil dan koperasi, serta antara usaha swasta besar, menengah dan kecil. Dengan demikian kemitraan adalah usaha yang tepat dan tidak bertentangan

dengan prisip-prinsip ekonomi yang mendasar, dalam membangun ekonomi yang berda sarkan demokrasi.

Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena

kemitraan bukanlah bertepuk sebelah tangan. Meskipun semua pihak memiliki tanggung jawab, pemerintah tetap harus mengambil prakarsa paling tidak untuk menciptakan iklim

yang merangsang bagi usaha kemitraan, antara lain dengan:

1) Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang

tercermin baik pada tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan (policy indicators).

2) Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak, baik

pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu perlu kesepakatan di antara berbagai pelaku pembangunan ini, dan karena itu perlu ada dialog-dialog.

3) Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan. Transparansi erat kaitannya dengan tingkat partisipasi dan oleh karena itu, sejak pada tahap awal

mekanisme kemitraan yang transparan harus dikembangkan dan dimantapkan. 4) Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup

kepentingan-kepentingan yang ada di berbagai lapisan dan golongan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperanserta seluas-luasnya dalam kemitraan

(13)

13 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN 5) Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi

pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional.

6) Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi acuan terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha.

Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya

mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi jangka pendek saja, apalagi yang bersikap

spekulatif, tetapi sudah harus memperhatikan kesinambungan pembangunan, atau lebih mengkonseptualisasikan pemikiran investasi yang berwawasan jangka panjang.

Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam

pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan oleh makin meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh pelayanan

perkotaan yang makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik. Kemampuan

masyarakat saat ini sangat berkembang, terutama untuk membayar pelayanan yang lebih baik tersebut memberi landasan keekonomian yang kuat bagi pengembangan kemitraan

dalam penyediaan pelayanan prasarana dan sarana yang tersedia.

10.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi

pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia.

Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah seperti dijelaskan sebagai berikut ini.

10.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

Rencana pengembangan Keorganisasian sebagaimana hasil analisis dan evaluasi tugas

dan fungsi satuan organisasi dapat diupayakan dengan :

1) Optimalisasi dan peningkatan efektivitas pelaksanaan fungsi organisasi pelaksana

pembangunan bidang cipta karya

2) Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam menentukan social cost and benefit

sharing untuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya

3) Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan cipta karya

(14)

14 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN 5) Menyusun tupoksi sesuai dengan analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di

masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya

10.4.2. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

Rencana pengembangan ketatalaksanaan sebagai analisis SWOT yang dilakukan, dapat

diupayakan dengan :

1) Pembentukan lembaga yang menangani program-program kemitraan pemerintah

dengan swasta maupun dengan masyarakat dalam pembangunan bidang cipta karya

2)

Peningkatan kemampuan dalam perencanaan dan penilaian (valuation) pembiayaan investasi dari sumber-sumber pemerintah, swasta dan masyarakat

3) Peningkatan prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta

karya, khususnya untuk pengadaan alat pengelolaan sampah dan drainase

4) Peningkatan efektivitas ketatalaksanan penyelenggaraan pembangunan bidang cipta

karya

5) Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang

cipta karya

6) Kerjasama pemerintah swasta untuk pengadaan rumah sehat

7) Pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya

10.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam lembaga pembangunan bidang cipta karya melalui perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan

kebutuhan organisasi. Perencanaan pegawai dilakukan dengan mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana

pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup

kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa

pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat dilaksanakan antara lain.

1. Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2. Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4. Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan

(15)

15 | ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN SLEMAN 5. Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan

Gedung dan Lingkungan

6. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

7. Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan

Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan 9. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

10. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

11. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

12. Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

13. Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN 14. Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

15. Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 16. Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

Gambar

Gambar 10. 1 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman
Gambar 10. 2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Tabel 10.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
Tabel 10. 2 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Serial Peripheral Interface (SPI) merupakan salah satu mode komunikasi serial synchrounous kecepatan tinggi yang dapat digunakan pada banyak.. mikrokontroler,

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar- syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang

melakukan sejumlah operasi pemotongan atau pembentukan dalam beberapa stasiun kerja pada setiap langkah penekanan menghasilkan beberapa jenis pengerjaan dan setiap stasiun kerja

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya katni mcnr;ucapkan tcrinl'1

Kemudian, baginda menyuruh orang pergi ke rumah istri Ajdewan untuk mengambil harta perempuan jalang yang sudah dibunuhnya!. Harta perempuan jalang itu pun dibawanya ke hadapan

Menetapkan kegiatan pembelajaran yang tepat yang mampu mengaktualisasikan potensi dan kreativitas peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

Prinsip kerja dinamometer yang akan dipergunakan pada penelitian ini adalah, putaran roda belakang motor bakar disambungkan langsung terhadap belt , belt ini berfungsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam meningkatkan perkembangan sosial anak usia dini melalui metode karyawisata di Taman kanak-kanak Al-Irsyad