• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II HARI BESAR KEAGAMAAN A. Pengertian Hari Besar Keagamaan - MAKNA HARI BESAR KEAGAMAAN (Perbandingan Tahun Baru Hijriah dan Tahun Baru Imlek di Kecamatan Bunga Mayang) - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II HARI BESAR KEAGAMAAN A. Pengertian Hari Besar Keagamaan - MAKNA HARI BESAR KEAGAMAAN (Perbandingan Tahun Baru Hijriah dan Tahun Baru Imlek di Kecamatan Bunga Mayang) - Raden Intan Repository"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

HARI BESAR KEAGAMAAN

A. Pengertian Hari Besar Keagamaan

Hari besar keagamaan merupakan hari yang di peringati atau di istimewa

kan, karena berdasarkan keyakinan hari-hari itu mempunyai makna atau fungsi

yang amat penting bagi kehidupan manusia baik karena pengaruhnya maupun

nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya. Sehingga perlu diingat dan

peringati selalu. Mereka mengungkapkan segala makna ‘ubudiah (peribadahan)

kepada sembahan-sembahan mereka dengan berbagai macam acara yang menurut

persangkaan mereka hal tersebut adalah perbuatan-perbuatan yang dapat

mendekatkan diri mereka dan memerintahkan kepada pemeluknya untuk

menegakkan kembali fitrah mereka yang lurus dan kokoh mengakar pada

jiwa-jiwa mereka.1 Dan setiap peryaan hari besar memiliki makna yang berbeda-beda,

yang secara umum semuanya memberikan nasehat atau tuntunan moral kepada

yang melaksanakan.

Dalam pelaksaan hari besar keagamaan merupakan bagian wahana bagi

umat beragama untuk merenungkan kembali dirinya tentang apa-apa yang belum,

sedang apa yang dilaksanakan guna mewujudkan sejahteranya dan

kebahagiaannya hidupnya atas petunjuk Tuhan Yang Maha Esa.

1

http://almanhlmaj.or.id/2016/08-hlmari-raya-dan-maknanya-dalam-islam.html, di akses pada tanggal 6 Februari 2017

(2)

B. Makna Hari Besar Keagamaan

Makna hari-hari besar keagamaan merupakan wahana untuk memutar

cakra kehidupan karena adanya pelaksanaan upacara-upacara hari-hari besar

agama roda ekonomi menjadi berputar, dharma santhi atau silaturahmi dapat

berjalan sehingga terwujudlah kesejahteraan dan kebahagian antar umat

beragama.

Makna dari peringatan agama hari –hari besar keagamaan bagi

pemeluk- pemeluknya adalah :

a) Mempertebal keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan mematuhi

perintah –perintahnya dan menjauhi segala larangan nya.

c) Menumbuhkan sikap toleransi atau saling hormat – menghormati antar umat

beragama.

d) Menumbuhkan sikap ramah, kasih sayang serta menjauhkan dari sifat dengki

dan bermusuhan.

e) Mewujudkan kerukunan antar umat beragama sehingga terbina persatuan dan

kesatuan bangsa.

f) Menghindari sikap sombong dan pembenci.

g) Selalu memperlakukan seseorang sesuai harkat, derajat, dan martabatnya.

h) Menghindari sikap sewenang-wenang terhadap seseorang dan orang lain.

i) Terbiasa menunjukkan sikap dan perilaku suka memberi maaf.

j) Selalu berperan serta dalam berbagai kehiatan kegotongroyongan.

k) Tidak membiarkan keluarga atau teman melakukan hal yang buruk/salah.

(3)

l) Bersikap mengutamakan hidup bersama “berdiri sama tinggi dan duduk sama

rendah”.

C. Bentuk-bentuk Hari Raya Keagamaan

Kehidupan umat beragama merupakan gejala sosial yang tidak menilai

apakah kepercayaan itu benar atau tidak, melainkan mengamati atau mengamati

atau menanggapi ungkapan-ungkapan agama yang bersifat duniawi atau

kemasyarakatan yang kemudian tercermin dalam bentuk-bentuk kerukunan antar

umat beragama. Dengan demikian bentuk-bentuk perayaan hari besar keagamaan

sangat terjalin hubungan dalam semua sisi kehidupan antar umat beragama.

Adapun bentuk-bentuk perayaan hari besar keagamaan antara lain sebagai berikut:

a. Perayaan Tahun Baru Islam

Tahun baru Islam adalah pergantian tahun dalam Islam menggunakan

perhitungan bulan. Tahun baru Islam dihitung sejak Nabi Muhammad Saw hijrah

dari Mekah menuju Madinah sehingga penanggalan dalam Islam dinamakan

Hijriah. Berbeda dengan penanggalan nasional dan dunia pada umumnya

menggunakan perhitungan Masehi dengan sistem matahari dan dimulai pada

zaman Nabi Isa As. Tahun baru Islam dalam tradisi Jawa disambut dengan awal

bulan satu Suro. Dalam Jawa, malam 1 Suro identik dengan nuansa mistis yang

dipercaya menjadi malam yang disukai mahkluk gaib. Jadi, bisa disimpulkan

bahwa tahun baru Islam adalah pergantian tahun umat muslim yang menggunakan

(4)

metode penanggalan bulan (qomariyah) dan dimulai sejak Nabi Muhammad Saw

hijrah dari Mekah ke Madinah.2

Menurut M. Quraish Shihab, hijrah adalah meninggalkan apa-apa yang

menurut Nabi dilarang Allah dan Rasulnya.3 Atau bisa juga diartikan sebagai

keberangkatan Nabi Muhammad Saw dari Mekkah al-Mukarramah, tempat

kelahiran dan kota beliau ke Yasrib yang sejak saat ini dikenal sebagai

Madinahal-Munawwarah.4 Dari beberapa uraian di atas yang mengetengahkan

tentang pengertian hijrah menurut beberapa pakar bahasa dan tafsir, baik secara

etimologis maupun terminologis walaupun mereka berbeda dalam merumuskan

makna hijrah, namun pada dasarnya mempunyai kesamaan pandangan dalam

memberikan pengertian hijrah tersebut, yakni perpindahan dari suatu tempat

kepada tempat yang lain yang bertujuan untuk mencari ridha Allah Swt.

Pada tanggal 6 bulan Agustus 610 M. Rasulullah Muhammad Saw

diangkat oleh Allah menjadi Rasul kemudian pada tanggal 28 Juni 623 beliau

hijrah dari kota Mekkah ke kota Madinah. Tepat pada tanggal 633Masehi

Rasulullah wafat. Setelah Rasulullah wafat kemudian kepala Negara diganti oleh

sahabat Abû Bakar Shiddiq r.a. selama 2 tahun dan pada tahun 635M. setelah

Sahabat Abû Bakar wafat. Selanjutnya Kepala Negara diganti oleh Sahabat ‘Umar

bin Khattâb selama 10 tahun. Jadi Rasulullah Saw. Menjabat sebagai Rasul

2

http://www.islamcendekia.com/2014/10/arti-dan-makna-tahun-baru-islam-hijriah.html, di akses pada tanggal 4 November 2017

3

M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah;Pesan,Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati,2000), Cet. ke-1, Vol.2, h.540.

4

Isma’il Razi al-Faruqi, Hijrah di Abad Modern, terj. Badri Saleh, (Jakarta: Hikmah,2000), Cet. ke-1, h.1.

(5)

selama 13 tahun dan kemudian menjadi Rasul dan Kepala Negaradi Madinah

selama 10 tahun. Sahabat Abû Bakar Shiddiq r.a. menjadi Kepala Negara di

Madinah selama 2 tahun (633-635M). Sahabat ‘Umar Bin Khattâb r.a.menjadi

kepala Negara di Madinah selama 10 tahun (635-646M).5 Pada waktu sahabat

‘Umar bin Khattâb menjadi Kepala Negara diMadinah, banyak Negara-negara

yang takluk dengan Madinah seperti : NegaraMesir, Negara Irak atau

Mesopotamia, Negara Yaman, Negara Bahrain.

Mengenai tanggal pengangkatan Nabi menjadi Rasul terdapat perbedaan,

ada yang mengatakan tanggal 10 Agustus 610 M. Mengenai tahun wafat beliau

juga terdapat perbedaan pendapat, ada yang mengatakan6 Persi atau Iran, Negara

Palestina, Negara Syiria, Negara Turki. Sebelum Negara-negara seperti Syiria,

Turki, Mesir dan Palestina masuk wilayah Madinah, Negara-negara tersebut

masuk wilayah Negara Romawi yang Kristen. Negara-Negara seperti Kuffah,

Baghdad, Basrah di Irak masuk wilayah Negara Persi. Setelah Sahabat ‘Umar bin

Khattâb r.a. menjadi kepala Negara Madinah selama 10 tahun (635-646M)

beberapa Negara tersebut di atas dikuasai dan pusat pemerintahannya berada di

Madinah al-Munawwarah. Selama Sahabat ‘Umarmenjadi Kepala Negara,

kemudian mengangkat beberapa Gubernur yaitu antaralain :

1. Sahabat Mu’awiyyah diangkat menjadi Gubernur di Syiria, termasuk

wilayahnya adalah Yordania.

2. Sahabat ‘Amru bin ‘Ash diangkat menjadi Gubernur Mesir.

5

Rahman al-Mubarakfury, SirahNabawiyyah, Penterjemah: Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h. 90

6

M. Hamidullah, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, tth), h. 25

(6)

3. Sahabat Musa Al ‘As’ari diangkat menjadi Gubernur Kuffah.

4. Sahabat Mu’adz bin Jabal diangkat menjadi Gubernur Yaman.

5. Sahabat Abû Hurairah diangkat menjadi Gubernur Bahrain.

Ibu Kota Negara sebagai pusat kendali pemerintahan dibawah seorang

Kepala Negara yang disebut Amîrul Mu’minîn adalah di Madinah dibawah

pimpinan Sahabat ‘Umar Bin Khattâb. Ketika Sayyidina ‘Umar bin Khattâb

menjabat Kepala Negara mencapai tahun ke 5 beliau mendapat surat dari Sahabat

Abu Musa Al-As’ari Gubernur Kuffah, adapun isi suratnya adalah sebagaiberikut:

Kemudian Khalifah ‘Umar bin Khattâb mengumpulkan para

tokoh-tokohdan sahabat-sahabat yang ada di Madinah untuk mengadakan musyawarah.

Khalifah ‘Umar r.a. lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu.

Mereka adalah ‘Utsman bin ‘Affan r.a., ‘Ali bin Abî Tâlib r.a., ‘Abdurrahmân

bin‘Auf r.a., Sa’ad bin Abî Waqas r.a., Zubair bin Awwâm r.a., dan Talhah bin

‘Ubaidillâh r.a. Di dalam musyawarah itu membicarakan rencana akan membuat

Tarikh atau kalender Islam. Di dalam musyawarah muncul bermacam-macam

perbedaan pendapat. Di antara pendapat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ada yang berpendapat sebaiknya tarikh Islam dimulai dari tahun lahirnya

Nabi Muhammad Saw.

2. Ada yang berpendapat sebaiknya kalender Islam dimulai dari Nabi

Muhammad Saw diangkat menjadi Rasulullah.

3. Ada yang berpendapat sebaiknya kalender Islam dimulai dari Rasulullahdi

Isra’ Mi’raj kan.

(7)

4. Ada yang berpendapat sebaiknya kalender Islam dimulai dari wafatnya

Nabi Muhammad Saw.

5. Sayyidina Ali ra. Berpendapat, sebaiknya kalender Islam dimulai dari

tahun Hijrahnya Nabi Muhammad Saw. dari Mekkah ke Madinah atau

pisahnya negeri syirik ke negeri mukmin. Pada waktu itu Mekkah

dinamakan Negeri Syirik, bumi syirik.

Akhirnya musyawarah yang dipimpin oleh Amirul Mukminin ‘Umar Bin

Khattab sepakat dengan usulan ‘Ali bin Abî Tâlib, dan memilih awal yang

dijadikan kalender Islam adalah dimulai dari tahun Hijrahnya Nabi Muhammad

Saw dari Mekkah ke Madinah. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender

hijriah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku di masa itu

dibangsa Arab. Kemudian kalender Islam tersebut dinamakan Tahun Hijriah.7 Jadi

adanya ditetapkan tahun Hijriah itu dimulai dari Sayyidina ‘Umar bin Khattâb

menjabat Kepala Negara setelah 5 tahun. Sebelum itu belum ada tahun Hijriah

baikpun zaman Rasulullah hidup maupun zaman sahabat. Dan tahun Hijriah

mulai diberlakukan bertepatan dengan tahun 640 M. Setelah tahun Hijriah

berjalan 5 tahun kemudian Sahabat ‘Umar Bin Khattâb wafat.

Kepentingan utama ini, yang telah mengilhami‘Umar dengan terbentuknya

persatuan Arab dibawah naungan Islam. Itulah yang mengilhaminya untuk

menjadikan hijrah Rasulullah sebagai permulaan kalender Arab. Selama itu yang

mereka gunakan adalah tahun gajah dan terkadang peristiwa-peristiwa

7

Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabari, Târikh al-Umam wa al-Mulûk, h. 4-5.

(8)

besarlainnya dalam sejarah peperangan orang-orang Arab.8 Kalau tahun itu semua mengacu kepada tahun jahiliyah, Islam sudah menghapus segala yang

sebelumnya. ‘Umar berpendapat bahwa hijrahnya Nabi ke Yasrib (Madinah) itu

merupakan suatu peristiwa besar dalam sejarah ummat Islam masa Rasulullah

Saw. Sebab dengan hijrah inilah permulaan pertolongan Allah kepada

Rasul-Nyadan agama-Nya diperkuat.9

Pada dasarnya penamaan tentang bulan-bulan hijriah ini sudah ada

sebelum Islam datang. Orang-orang Arab memberi nama bulan-bulan mereka

dengan melihat keadaan alam dan masyarakat pada masa-masa tertentu sepanjang

tahun. Sebagaimana yang akan dijelaskan mengenai makna bulan dari Muharram

sampai Dzulhijjah dibawah ini:

1. Muharram artinya yang diharamkan atau yang menjadi pantangan10,

Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah

atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai masa awal Islam.

2. Saffar yang berarti kosong11. Penamaan Saffar, karena pada bulan itu

semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk

merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong

dari orang laki-laki.

8

Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabari, Târikh al-Umam wa al-Mulûk,h. 7 9

Muhammad Husein Haekal, ‘Umar bin Khattâb, PT. Pustaka Litera Antarnusa, Jakarta,Cet. III, h. 643. tth

10

Luwis Ma’luf, Munjid, Beirut: Dar al-Masyrik, Cet. 17, 1986, h. 130. 11

Luwis Ma’luf, Munjid,Op;Cit h. 427.

(9)

3. Rabi’ul Awwal yakni rabi’ artinya menetap 18 dan awwal artinya

pertama.12Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah

meninggalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki

di rumah. Pada bulan inibanyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam,

antara lain: Nabi Muhammad Saw. lahir, diangkat menjadi Rasul,

melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.

4. Rabi’ul Akhir yang berarti masa menetapnya kaum laki-laki untuk terakhir

atau penghabisan.

5. Jumâdil Awwal yakni jumâdi yang artinya keringdan awwal artinya

pertama.13 Penamaan Jumâdil Awwal, karena bulan ini merupakan awal

musim kemarau, di mana mulai terjadi kekeringan.

6. Jum’dil Akhir yang artinya musim kemarau yang penghabisan.14

Dinamakan demikian dikarenakan bulan ini merupakan akhir dari

penghabisan musim kemarau.

7. Rajab yang berarti mulia.15 Rajab terdiri dari tiga huruf akronim yaitu : ra

dari kalimah rahmatullah ( rahmat Allah), Jim dari kalimah jinayatul 'abad

(kesalahan hamba Allah), dan Ba dari kalimah birrullah (kebajikan Allah).

Bulan Rajab disebut juga dengan nama Al-Summun artinya tuli. Tuli

disini bermakna tidak dapat mendengar bunyi senjata karena peperangan

diharamkan sepanjang bulanRajab.Rajab juga berarti yang berarti mulia.

Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan

12Ibid 13Ibid 14

ibid

15Ibid

(10)

bulan ini, antara lain dengan melarang berperang. Bulan ini juga

dinisbatkan kepada suku Mudhar, karena suku inisangat komitmen dalam

mengagungkan bulan Rajab, berbeda dengan suku-suku lainnya.16

Pada dasarnya semua bulan memiliki keutamaan, yang mana satu dari

pada bulan yang lainnya memiliki keunggulan masing-masing. Seperti keutamaan

pada bulan ramadhan. Bulan ini adalah bulan yang suci yang mana bulan ini

mempunyai banyak keutamaan dan keberkahan di dalamnya. Terutama dalam

melaksanakan ibadah-ibadah. Di dalam bulan tersebut kita dianjurkan untuk

berpuasa dan melaksanakan banyak amalan-amalan sunnah lainnya, dan akan

mendapat ganjaran yang berlimpah. Kemudian keutamaan bulan lainnya terdapat

pada keempat bulan, yang mana Allah dan Rasul-Nya telah menyebutnya sebagai

bulan Haram (asyhur al-hurum). Dimana bulan-bulan ini mempunyai beberapa

keutamaan yang besar. Yang mana bulan-bulan haram ini terdiri atas bulan

muharram, rajab, dzulqa’dah dan dzulhijjah. Bulan haram merupakan bulan yang

mulia dan yang di agungkan oleh Allah Swt., yang mana telah dijelaskan dalam

firman Allah:

Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al- Asqalânî, Fathul Bâri, (Beirut: Dar al-Kutub ‘Alamiyah,tth), juz II, h. 751. Lihat Fathul Bâri (Penjelasan Kitab Sahih al-Bukhâri), Penterjemah:Amiruddin, Pustaka Azzam, Jakarta, 2007, Cet.II, Buku ke-22, h. 617.

(11)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya ( Q.R Al-Maidah Ayat 2)

Kemudian di dalam hadis Nabi Saw. bersabda :

Artinya “Sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya

ketika Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun itu terdapat dua

belas bulan. Empat diantaranya adalah bulan haram (disucikan). Tiga dari

empat bulanitu, (jatuh secara) berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah,

Muharram. Sedangkan Rajab (yang disebut juga sebagai) syahru Mudhar,

terletak diantara Jumâda (al-Tsaniyah) dan Sya’ban.” (HR. al-Bukhârî).

Dan diantara keutamaan yang ada pada bulan-bulan haram ini adalah:

1. Bulan Dzulqa’dah

Dia merupakan salah satu bulan Haji (asyhur al-hajji) yang dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya

(12)

Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (QS.AlBaqarah:197).

Asyhurun ma’lûmât (bulan-bulan yang dikenal) merupakan bulan yang

tidak sah ihram haji kecuali pada bulan-bulan ini (asyhurun ma’lûmât) menurut

pendapat yang sahih.17 Dan yang dimaksud dengan bulan-bulan Haji (asyhur

al-hajji) adalah bulan Syawwâl, Dzulqa’dah dan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah.

Diantara keistimewaan bulan ini, bahwa empat kali ‘Umrah Rasulullah Saw

terjadi pada bulan ini, hal ini tidak termasuk ‘Umrah beliau yang dibarengi dengan

Haji, walaupun ketika itu Rosulullah Saw berihram pada bulan Dzulqa’dah.18 Dan

mengerjakan ‘Umrah tersebut di bulan Dzulhijjah bersamaan dengan hajinya.

Karena itu terdapat riwayat dari beberapa ulama Salaf bahwa disukai

melakukan ‘Umrah pada bulan Dzulqa’dah. Akan tetapi ini tidak menunjukkan

bahwa ‘Umrah di bulan Dzulqa’dah lebih utama daripada ‘Umrah di bulan

Ramadhan. Keistimewaan lain yang dimiliki bulan ini, bahwa masa tiga pulu

halam yang Allah janjikan kepada Musa untuk berbicara pada-Nya jatuh pada

malam-malam bulan Dzulqa’ dah. Sedangkanal-‘asyr (sepuluhmalam)

tambahannya jatuh pada periode sepuluh malam dari bulan Dzulhijjah.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari, al-Jami’ al-Sâhih(Sâhih Bukhâri), (Beirut: Dar al-Fikr, 1994) Juz II, No. 3197, h. 987

18

Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani,1999, Jilid 1, h. 322.

(13)

Artinya: Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan"

b. Perayaan Tahun Baru Khong Hu Chu

Mendengar istilah Tahun Baru Imlek tentu semua orang sudah tidak asing

lagi, ini dikarenakan Tahun Baru Imlek adalah sebuah tradisi yang tentunya sudah

semua orang ketahui, terutama di kalangan masyarakat Tionghoa. Tahun Baru

Imlek sendiri sudah menjadi tradisi yang turun menurun diwariskan dari nenek

moyang orang Tionghoa di China. Di China sendiri datangnya Tahun Baru Imlek

menjadi bertanda awalnya musim semi, oleh karena itu di China, Tahun Baru

Imlek disebut chunjie yang berarti festival musim semi atau spring festival, dan

Tahun baru Imlek ini sendiri sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat China

karena setiap Tahun Baru Imlek ini tiba semua masyarakat China akan pulang

ketempat asalnya untuk merayakan Tahun Baru Imlek bersama dengan keluarga

mereka, oleh karena itu saat Tahun Baru Imlek tiba semua masyarakat China

akanmerasa senang karena mereka akan berkumpul bersama dengan seluruh

keluargabesar mereka. 19

Berbeda halnya dengan di Indonesia, pada masa pemerintahan Presiden

Soeharto, beliau melarang seluruh etnis Tionghoa untuk merayakan atau

melakukan kegiatan yang berbau ke-Tionghoaan secara terbuka, termasuk

19

http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Baru_Imlek. di akses Pada tanggal 19 Febuari 2017

(14)

merayakan Tahun Baru Imlek ini. Namun seiring dengan pergantian masa jabatan

kepresidenan Republik Indonesia, maka seluruh masyarakat etnis Tionghoa dapat

kembali melakukan kegiatan yang berbau Tiongoa kembali.Hal itu pertama kali

diumumkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 2000.Pada saat itu

beliau mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian, Presiden Abdurrahman

Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor

19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur

fakultatif dengan maksud hanya berlaku bagi masyarakat yang merayakannya

saja, namun pada tahun 2002 pada saat Presiden Megawati menjabat, barulah

Imlek diresmikan sebagai hari libur nasional.20Hal tersebut membawa sebuah

kesegaran bagi semua kalangan masyarakat Tionghoa dikarenakan mereka dapat

kembali melestarikan tradisi nenek moyang mereka yang sempat dilarang oleh

pemerintah sebelumnya.21

Di Indonesia sendiri, tradisi perayaan Tahun Baru Imlek ini setiap

tahunnya pasti selalu dirayakan oleh semua masyarakat Tionghoa, hal ini tidak

terbatas kepada masyarakat Tionghoa yang beribadah di kelenteng saja,

melainkan masyarakat Tionghoa yang beragama lainnya juga ikut merayakannya,

hanya ada sedikit perbedaan dalam tata caranya. Bagi masyarakat Tionghoa yang

beribadah di kelenteng, mereka akan merayakan Tahun Baru Imlek ini secara

meriah dan besar-besaran. Acara tersebut biasanya dilakukan di kelenteng dengan

cara sembahyang dan lain-lain. Tahun Baru Imlek ini sendiri mempunyai makna

yang penting bagi setiap masyarakat Tionghoa yang merayakannya, oleh karena

20

http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Baru_Imlek. di akses pada tanggal 19 Febuari 2017 21Ibid

(15)

itu setiap Tahun Baru Imlek tiba semua masyarakat etnis Tionghoa akan

mempersiapkan segala macam persiapannya dengan baik. Persiapan menjelang

Tahun Baru ini harus dilakukan beberapa hari sebelumnya, minimal satu hari

sebelumnya, dan pada hari-hari sebelum Tahun Baru Imlek tersebut semua

masyarakat etnis Tionghoa akan mulai membersihkan rumah mereka dimulai dari

menyapu lantai dan bahkan jika diperlukan mereka akan mengganti seluruh

peralatan di rumah dengan yang baru.22 Hal-hal tersebut dilakukan karena

masyarakat Tionghoa berpendapat saat menyambut tahun barumaka mereka harus

memulai segala sesuatunya dengan yang baru, dengan harapan tahun yang akan

datang nanti bisa menjadi tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Selain

membersihkan rumah, beberapa masyarakat Tionghoa juga menata rumah mereka

agar lebih rapi untuk mempersiapkan datangnya sanak keluarga mereka, selain itu

juga mereka akan membeli kebutuhan-kebutuhan untuk mempersiapkan makanan

khas yang selalu dihidangkan pasda saat Tahun baruImlek, seperti sayur mayur,

daging, buah-buahan dan lain-lain. Kemudian merekajuga tidak lupa untuk

membeli kue-kue, salah satunya adalah kue keranjang yang sudah menjadi

makanan khas setiap perayaan Tahun Baru Imlek.Selain membeli makanan khas

tahun baru, ada juga yang membeli barang-barang baru, seperti pakaian baru,

sepatu baru, dan masih banyak lainnya.

Jadi hari raya Imlek merupakan momen pertemuan seluruh anggota

keluarga sekali dalam setahun. Anggota keluarga akan bersilahturahmi, saling

berbagi dan memberikan pengalaman selama setahun. Perayaan ini menjadi

22

Marcus, A.S, Hari-Hari Raya Tionghoaa(Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2009, h. 9

(16)

sangat berarti tatkala setiap anggota keluarga dan tetangga saling menjalin kasih,

saling mengayomi, dan memulai lembaran baru (dengan pakaian baru).

Referensi

Dokumen terkait

Tipe data terstruktur yang mempunyai komponen dalam jumlah tetap dan setiap komponen mempunyai tipe data yang sama. Posisi masing-masing data dalam array

Selain eksistensi kawasan Pulau Putih sebagai daerah wisata bahari, hal ini juga sangat kontradiktif dengan pengetian zona inti yang bersifat ’’closing” sebagaimana

Oesain senyawa tabir surya menggunakan kimia komputasi dilakukan dengan melihat panjang gelombang serapan dari suatu senyawa dan selanjutnya dari nilai panjang gelombang

Tanggapan responden terhadap pertanyaan ini yaitu, “Bagaimana cara anda mendapatkan hasil kopi resep obat ?”, 71% responden menjawab mendapat langsung dari dokter

Dalam dekade terakhir ini telah banyak dilakukan pengembangan sediaan yang digunakan untuk berbagai jenis kanker, baik yang dikembangkan dari kemoterapi lama maupun diketemukan

menunjukkan: (i) tidak terdapat interaksi antara dosis pupuk nitrogen dan konsentrasi ZPT pada semua variabel pertumbuhan tanaman, (ii) konsentrasi nitrogen berpengaruh

Chairil Anwar dan penyair (kuat) berikutnya, diam-diam juga sangat fiiemperhatikan bunyi meski mereka tidak terikat lagi oleh sebuah pola. Katakanlah, bony/dalam puisi-puisi

Di FKIP khususnya, dan lebih luas lagi di Universitas Ahmad Dahlan, sistem layanan legalisasi ijazah dan tanskrip akademik masih bersifat konvensional, yaitu