• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELAWAN PENGAWAS PEMILU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RELAWAN PENGAWAS PEMILU"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PANDUAN

RELAWAN PENGAWAS PEMILU

POKJANAS

GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU Sekretariat :

Gedung Bawaslu, Lantai 1 Jl. M. H. Thamrin No.14 Jakarta Pusat

(2)

I. URGENSI PENGAWASAN PARTISIPATIF

Sesuai amanat konstitusi, Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat, sekaligus sarana aktualisasi partisipasi masyarakat sebagai pemegang kedaulatan dalam penentuan jabatan publik. Sebagai pemegang kedaulatan, posisi masyarakat dalam Pemilu bukanlah obyek untuk dieksploitasi dukungannya, melainkan harus ditempatkan sebagai subyek, termasuk dalam mengawal integritas Pemilu, salah satunya melalui pengawasan Pemilu.

Salah satu misi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) adalah mendorong pengawasan partisipatif berbasis masyarakat sipil. Keterlibatan masyarakat sipil dalam pengawasan Pemilu tidak saja akan memperkuat kapasitas pengawasan, namun juga mendorong pelibatan peran masyarakat lebih luas. Untuk mewujudkan keinginan adanya pengawasan yang melibatkan masyarakat secara luas, arah kebijakan strategi Bawaslu 2010-2014 diarahkan pada tiga hal. Pertama, memperkuat kerangka hukum pemilu. Kedua, membangun kelembagaan dan fungsi pengawasan Pemilu. Ketiga, memperkuat dukungan kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu. Salah satu yang dilakukan Bawaslu untuk memperkuat dukungan masyarakat dan melibatkannya dalam pengawasan adalah dengan menginisiasi Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu.

Bawaslu sebagai lembaga yang mempunyai mandat untuk mengawasi proses Pemilu membutuhkan dukungan banyak pihak untuk aktivitas pengawasannya. Salah satunya adalah dengan mengajak segenap kelompok masyarakat sipil untuk terlibat dalam partisipasi pengawasan tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam pengawalan suara tidak sekadar datang dan memilih, tetapi juga melakukan pengawasan atas potensi adanya kecurangan yang terjadi, serta melaporkan kecurangan tersebut kepada Bawaslu sebagai lembaga yang bertugas mengawasi proses Pemilu.

Dari keseluruhan tahapan Pemilu yang berlangsung, ada ruang-ruang yang bisa dilakukan masyarakat bersama Bawaslu. Kepedulian masyarakat agar proses Pemilu berjalan secara jujur dan adil merupakan salah satu modal utama untuk mengawal proses Pemilu berkualitas, jujur, adil, dan demokratis. Minimnya partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan akan berpotensi memunculkan dampak kerusakan (damage effect), misalnya calon legislatif (caleg) yang terpilih adalah orang-orang yang tidak berintegritas, kecurangan dalam proses Pemilu, dan lain-lain.

Pemilu bukanlah sekedar ajang seremonial politik belaka yang menafikan partisipasi politik masyarakat. Masyarakat harus juga menjadi subyek dalam proses Pemilu. Pengawasan partisipatif yang dilakukan dalam gerakan sejuta relawan ini merupakan sarana untuk memujudkan warga negara yang aktif (active citizen) dalam mengikuti perkembangan pembangunan demokrasi. Pengawasan juga menjadi sarana pembelajaran politik yang baik bagi masyarakat.

(3)

Bagi masyarakat, dengan terlibat dalam pengawasan Pemilu secara langsung, mereka bisa mengikuti dinamika politik yang terjadi, dan secara tidak langsung belajar tentang penyelenggaraan Pemilu dan semua proses yang berlangsung.

Bagi penyelenggara Pemilu, kehadiran pengawasan masyarakat yang massif secara psikologis akan mengawal dan mengingatkan mereka untuk senantiasa berhati-hati, jujur dan adil dalam menyelenggarakan Pemilu. Sejatinya, baik penyelenggara, pengawas, pemantau, peserta Pemilu, dan sejumlah pihak yang terkait dalam Pemilu dapat belajar berperan dalam posisi masing-masing.

II. GERAKAN SEJUTA RELAWAN

Dasar Hukum

1. UUD 1945

2. Undang Undang No.8 Tahun 2012, Pasal 249:

(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan dan Pengawas Pemilu Luar Negeri menerima laporan pelanggaran Pemilu pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.

(2) Laporan pelanggaran Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan oleh:

a. Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih ; b. Pemantau Pemilu ; atau

c. Peserta Pemilu.

3. Peraturan Bawaslu Nomor 13 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengawasan Pemilu yang di dalamnya mengatur tentang bentuk-bentuk partisipasi masyarakat.

Pengertian

Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu (GSRPP) adalah sebuah gerakan pengawalan Pemilu 2014 oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Gerakan ini merupakan terobosan dan penerjemahan paritisipasi masyarakat yang dilakukan oleh Bawaslu. Gerakan ini hendak mentransformasikan gerakan moral (moral force) menjadi gerakan sosial (social movement) di masyarakat dalam mengawal Pemilu. Pengawalan Pemilu merupakan kewajiban semua pihak. Namun pada tataran implementasinya, kekuatan masyarakat yang tidak terlembaga akan mengalami beberapa kesulitan untuk mengawali langkah tersebut. Ketika masyarakat akan melangkah pada tataran partisipasinya melalui pengawasan, maka dibutuhkan pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill) tentang kepemiluan, jenis-jenis pelanggaran Pemilu, dan bagaimana cara mengawasinya. Karena itu, gerakan ini didesain untuk menciptakan relawan yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang kepemiluan dan ketrampilan teknis pengawasan. Istilah Sejuta Relawan itu sendiri dimaksudkan untuk menyampaikan pesan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam Pemilu dan masyarakat pada umumnya, bahwa betapa besar dan luasnya gerakan ini. Dengan demikian, diharapkan gerakan ini akan memicu masyarakat

(4)

agar lebih peduli terhadap Pemilu 2014. Siapapun, terutama mereka yang mempunyai jiwa sosial dan pengabdian kepada masyarakat, negara, dan bangsanya diharapkan mendedikasikan dirinya menjadi relawan, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi dan kemampuan.

Sedangkan defenisi Relawan Pengawas Pemilu adalah warga negara Indonesia yang terdaftar sebagai pemilih (minimal usia 17 tahun pada 9 April 2014, hari pelaksanaan pemungutan suara) dari kalangan pelajar (SMA/SMK/MA) dan mahasiswa yang direkrut oleh jajaran pengawas Pemilu atau mendaftarkan diri secara aktif yang memenuhi syarat dan ketentuan. Anggota organisasi kemasyarakatan dan masyarakat umum juga bisa menjadi relawan pengawas dalam gerakan ini dengan diverifikasi dulu independensinya. Mereka akan melakukan pengawasan di wilayah domisilinya yang berbasis desa/ kelurahan terhadap sebagian tahapan Pemilu berdasarkan penugasan dari Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) dan koordinasi dengan jajaran pengawas Pemilu.

a. Struktur GSRPP

Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu ini akan dikoordinir oleh Pokja yang terbagi dalam beberapa tingkatan:

Pokjanas

Pokjanas dibentuk Bawaslu dan berkedudukan di tingkat nasional. Pokjanas bertugas untuk mendisain dan mengkoordinir gerakan sejuta relawan

Pokja Provinsi

Pokja Provinsi dibentuk oleh Bawaslu Provinsi dan akan mengkoordinir gerakan sejuta relawan di tingkat provinsi.

Pokja Kab/Kota

Pokja Kab/Kota dibentuk oleh Panwaslu Kab/Kota dan akan mengkoordinir kegiatan gerakan sejuta relawan di Kab/Kota.

b. Tugas dan Kewajiban 1. Pokjanas

Di tingkat nasional, Pokjanas ini terdiri dari tim pokja yang beranggotakan pegiat pemilu dan staf Bawaslu. Berkoordinasi dengan Bawaslu, Pokjanas mempunyai beberapa tugas sebagai berikut:

1. Merumuskan gerakan sejuta relawan.

2. Menyiapkan modul dan formulir pengawasan gerakan sejuta relawan. 3. Mengkoordinasi semua rangkaian program gerakan sejuta relawan di daerah. 4. Melakukan Training of Trainers (ToT) untuk relawan provinsi.

5. Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan gerakan sejuta relawan di daerah. 6. Menyusun dan menyiapkan rekomendasi dari program dalam bentuk laporan. 2. Pokja Provinsi

Pokja Provinsi adalah tim yang dibentuk oleh Bawaslu provinsi. Pokja Provinsi bertanggungjawab untuk mengkoordinir program ini di daerahnya dengan supervisi

(5)

Pokjanas. Tugas Pokja Provinsi adalah sebagai berikut:

1. Melakukan sosialisasi, rekrutmen dan pelatihan relawan.

2. Menyelenggarakan Training of Trainers (ToT) untuk koordinator kabupaten/ kota.

3. Mengkoordinir dan melakukan supervisi Pokja kabupaten/kota. 4. Melakukan monitoring dan evaluasi relawan tingkat provinsi.

5. Menyusun dan memelihara data relawan di wilayah provinsi masing-masing 3. Pokja Kabupaten/Kota

Pokja Kabupaten/Kota merupakan tim yang dibentuk oleh Panwaslu Kabupaten/ Kota. Pokja Kabupaten/Kota langsung mengorganisir relawan yang akan melakukan pengawasan seputar pelaksananaan Pemilu di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan. Tugas Pokja Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

1. Koodinator relawan kab/kota mengikuti ToT kabupaten/kota di tingkat provinsi. 2. Melakukan sosialisasi dan rekrutmen relawan yang akan terlibat dalam gerakan

sejuta relawan.

3. Melakukan peningkatan kapasitas relawan.

4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap relawan di tingkat kab/kota. Tugas Relawan

Tugas relawan adalah:

1. Melakukan pengawasan terhadap tahapan kampanye, masa tenang, pemungutan dan penghitungan suara.

2. Memberikan informasi dugaan pelanggaran kepada Panwaslu kabupaten/kota melalui PPL atau Panwaslu Kecamatan.

III. PEDOMAN DAN POLA RELAWAN

1. Kode Etik Relawan

Kode Etik Relawan Pengawas Pemilu

Dalam melakukan pengawasan terhadap Pemilu, relawan pengawas Pemilu perlu memperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas pengawasan. Relawan pengawas harus berpegang pada kode etik sebagai berikut:

n Menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945, dan nilai-nilai demokrasi.

n Tidak berpihak; Relawan pengawas Pemilu harus menjaga sikap mandiri dan adil.

n Profesional; Informasi dikumpulkan, disusun dan dilaporkan dengan tepat, sistematik dan dapat diakui kebenarannya (bisa diverifikasi).

n Anti kekerasan; Relawan pengawas Pemilu dilarang melakukan tindakan yang memicu kekerasan.

n Menjunjung tinggi aturan hukum; Relawan pengawas Pemilu harus menghormati segala aturan hukum yang terkait serta menghormati Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(6)

n Sukarela; Relawan pengawas Pemilu menjalankan tugasnya dengan semangat kerelawanan dengan penuh tanggung jawab.

n Integritas; Relawan pengawas Pemilu menjaga nama baik Relawan Pengawas Pemilu.

n Jujur; Relawan pengawas Pemilu melaporkan hasil pemantauan mereka dengan jujur sesuai dengan fakta yang terjadi.

n Obyektif; Relawan pengawas Pemilu melaksanakan pemantauan yang obyektif dan sejalan dengan tujuan pemantauan.

n Kerjasama; Relawan pengawas Pemilu bekerjasama dengan lembaga pengawas Pemilu dan stakeholder Pemilu lainnya dalam proses pemantauan mereka.

n Transparan; Relawan pengawas Pemilu terbuka dalam melaksanakan tugas pemantauan dan dapat menjelaskan metode, data, analisa dan kesimpulan terkait dengan laporan pemantauan mereka.

n Senantiasa rendah hati, menghormati masyarakat dan nilai-nilai setempat.

n Mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.

n Tidak memberikan janji-janji muluk dan meminta pelayanan dari masyarakat.

n Bekerja dengan senang hati dan menebarkan optimisme. 2. Hak dan Kewajiban

Hak:

1. Mendapatkan Buku Panduan Relawan Pengawas Pemilu yang dapat diunduh melalui Website www.awaslupadu.com dan www.bawaslu.go.id

2. Mengikuti dan menerima materi bimbingan teknis atau pelatihan.

3. Mendapatkan ID Card dari Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kab/ Kota.

4. Mendapatkan jaminan advokasi dari Bawaslu dan perlindungan keamanan dari Polri.

5. Mengawasi dan mengumpulkan informasi proses penyelenggaraan Pemilu. 6. Mengawasi proses pemungutan dan penghitungan suara dari luar TPS. 7. Mendapatkan akses di wilayah pengawasannya.

Kewajiban:

1. Membaca Buku Panduan Relawan Pengawas Pemilu dengan teliti.

2. Mengawasi tahapan kampanye di tingkat desa/kelurahan, tahapan pemungutan suara di tingkat TPS.

3. Mengisi formulir hasil pengawasan selama tahapan kampanye, pemungutan dan penghitungan suara di TPS.

4. Menyerahkan jurnal pengawasan kepada PPL, Panwaslu Kecamatan, atau Panwaslu Kabupaten/Kota.

5. Mematuhi kode etik Relawan Pengawas Pemilu.

6. Menggunakan ID Card (tanda pengenal) selama menjalankan tugas pengawasan Pemilu.

(7)

8. Menghormati adat istiadat dan budaya setempat.

9. Menjamin akurasi data dan informasi hasil pengawasan Pemilu yang telah dilakukan.

3. Larangan Relawan

Larangan bagi Relawan Pengawas Pemilu

n Terlibat dalam tindakan yang secara langsung mempengaruhi atau mencampuri hak dan kewajiban petugas pemilihan, atau hak dan kewajiban pemilih.

n Melakukan kegiatan yang dapat mengganggu proses pemilihan.

n Menunjukkan sikap berpihak pada salah satu peserta Pemilu.

n Memakai seragam, warna dan perlengkapan lain yang dapat diartikan sebagai keberpihakan atau penolakan pada salah satu calon.

n Menerima segala bentuk pemberian dari peserta pemilihan.

n Membawa senjata atau barang-barang yang bisa meledak saat menjalankan tugas sebagai relawan pengawas Pemilu.

n Mengkomunikasikan pada pemilih di hari pemilihan dengan tujuan untuk mempengaruhi pilihan pemilih, termasuk dengan memasuki bilik suara tanpa izin.

n Mengeluarkan pernyataan, atau membuat pengumuman, yang memihak tentang hasil pemilihan.

c. Metode Pengawasan

Untuk mencapai pengawasan yang berkualitas diperlukan pendekatan pemantauan yang baik dan mudah dipahami. Di antara cara yang bisa dilakukan adalah:

a. Mencatat

Proses ini dilakukan oleh koordinator atau relawan pengawas Pemilu pada saat mengawasi tahapan Pemilu yang sedang berlangsung. Relawan pengawas Pemilu harus selalu siap dengan catatan dan alat dokumentasi agar dapat menangkap kejadian atau peristiwa yang terkait pelanggaran atau informasi tentang dugaan pelanggaran. Pencatatan dilakukan dalam jurnal yang tersedia.

b. Mengumpulkan data

Semua data yang telah dicatat oleh koordinator atau relawan dikumpulkan kemudian diuraikan secara jelas, singkat, dan padat dalam jurnal yang tersedia. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pada saat data tersebut dianalisis. c. Melaporkan

Pada bagian ini, relawan membuat sebuah laporan dari hasil pemantauan yang dilakukan berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh di lapangan. Jika temuan tersebut berbentuk pelanggaran, maka koordinator atau relawan harus melaporkan kepada pihak yang berwenang atau menyerahkan bentuk temuan itu kepada PPL, Panwaslu Kecmatan, atau Panwaslu Kab/Kota.

Alur pelaporannya adalah: relawan pengawas Pemilu yang menemukan temuan sebagai informasi awal akan melanjutkan temuan tersebut kepada PPL, Panwaslu Kecamatan, Pokja Kab/Kota, dan Bawaslu. Proses verifikasi laporan dilakukan di

(8)

tingkat Pokja Kab/Kota dan dikoordinasikan Panwaslu dan dilanjutkan ke level yang lebih tinggi, Pokja Prov - Bawaslu Provinsi dan Pokjanas - Bawaslu RI.

IV. POLA KERJA PENGAWASAN

1) OBYEK PENGAWASAN 1. Tahapan Kampanye

Tahapan kampanye merupakan salah satu tahapan penting yang dilakukan peserta Pemilu untuk mendapat dukungan dan dipilih oleh masyarakat. Dalam melakukan kampanye, tidak jarang peserta Pemilu melakukan berbagai kecurangan untuk mendapatkan dukungan mayarakat tersebut. Oleh karenanya, tahapan kampanye merupakan tahapan penting untuk diawasi masyarakat.

2. Tahapan Masa Tenang

Masa tenang merupakan masa krusial menjelang hari pelaksanaan Pemilu. Dalam tahapan ini biasanya praktik-praktik kecurangan seperti masih adanya spanduk, baliho peserta Pemilu yang masih ada, serta pembagian sejumlah barang kepada pemilih yang biasanya dilakukan peserta Pemilu untuk mempengaruhi pilihan masyarakat.

3. Tahapan Pungut Hitung

Inti dari proses Pemilu adalah proses pemungutan suara di TPS. Oleh karenanya, tahapan pungut hitung menjadi salah satu konsentrasi pengawasan gerakan ini. 2) WAKTU PENGAWASAN

1. Tahapan kampanye rapat umum dan di media massa, tanggal 16 Maret - 5 April 2014.

2. Tahapan masa tenang, tanggal 6 - 8 April 2014. 3. Tahapan pungut hitung, tanggal 9 - 11 April 2014. 1. JENIS PELANGGARAN

Potensi pelanggaran yang kerap terjadi dalam Pemilu yang akan diawasi oleh relawan dalam gerakan sejuta relawan adalah sebagai berikut:

Tahapan Kampanye

Tahapan kampanye merupakan salah satu tahapan yang sangat rentan terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh peserta Pemilu. Di antaranya adalah:

1) Kampanye di luar jadwal

Pelaksanaan kampanye terbuka akan dijadual oleh KPU. Relawan pengawas akan mengawasi apakah ada peserta Pemilu yang melakukan kampanye di luar jadual yang telah ditentukan?

2) Kampanye di tempat ibadah dan fasilitas pendidikan

Salah satu yang dilarang dalam pelaksanaan kampanye adalah menggunakan tempat ibadah dan fasilitas pendidikan seperti sekolah. Relawan pengawas akan mengawasi apakah ada peserta pemilu, caleg yang melakukan kampanye di kedua tempat ini?

(9)

3) Kampanye menggunakan fasilitas negara

Kampanye menggunakan fasilitas negara seperti gedung pemerintah, mobil dinas, dan lain-lain merupakan hal yang dilarang dalam kampanye. Relawan pengawas akan mengawasi apakah ada peserta Pemilu, pejabat, caleg yang melakukan kampanye dengan menggunakan fasilitas negara?

4) Kampanye oleh pejabat negara tertentu yang dilarang

Pejabat negara yang tidak cuti juga dilarang ikut dalam kampanye. Relawan pengawas akan mengawasi apakah ada pejabat negara yang terlibat kampanye?

5) Kampanye menggunakan isu SARA

Penggunaan isu suku, agama, ras yang dilakukan dengan menebar kepada pihak lain merupakan hal yang dilarang. Relawan pengawas akan mengawasi apakah ada peserta Pemilu yang melakukan hal ini?

6) Money politic (politik uang)

Praktik jual beli suara dan pemberian uang/barang untuk mempengaruhi pemilih juga dilarang. Apakah ada peserta Pemilu yang melakukan hal ini?

7) Kampanye negatif (negative campaign)/fitnah

Kampanye negatif yang cenderung memfitnah juga dilarang dalam kampanye. Relawan pengawas akan mengawasi apakah ada peserta Pemilu yang memfitnah perserta Pemilu lain, caleg, dalam melakukan kampanye?

Tahapan Masa Tenang

1) Money politic (politik uang)

Pemberian uang untuk jual beli suara berpotensi terjadi di masa tenang. Relawan pengawas akan mengawasi apakah ada peserta Pemilu, caleg yang melakukan hal ini?

2) Kampanye di masa tenang (iklan terselubung dan lain-lain)

Penyiaran kampanye di media massa (cetak dan elektronik) seperti iklan adalah salah satu hal yang dilarang di masa tenang. Relawan pengawas akan mengawasi apakah ada peserta Pemilu, caleg yang melakukan hal ini?

3) Mengumumkan hasil survei

Mengumumkan hasil survei atau jajak pendapat di masa tenang adalah hal yang dilarang. Relawan pengawas Pemilu akan mengawasi apakah peserta Pemilu ada yang melakukan hal ini?

4) Kampanye negatif (negative campaign)/fitnah

Kampanye negatif yang cenderung memfitnah juga dilarang dalam kampanye. Relawan pengawas akan mengawasi apakah ada peserta Pemilu yang memfitnah perserta Pemilu lain, caleg, di masa tenang?

(10)

Tahapan Pungut Hitung Pemungutan suara

1) Apakah TPS dibuka tepat waktu (Pukul 07.00), dan apakah saat TPS dibuka sudah ada pemilih yang datang?

2) Apakah ada prosedur pembukaan TPS telah dijalankan (pembacaan sumpah)?

3) Apakah Ketua KPPS mengumumkan secara terbuka jenis dan jumlah kelengkapan logistik pemungutan suara?

4) Apakah pembukaan TPS dihadiri saksi-saksi peserta Pemilu? 5) Apakah DPT, DCT ditempel di TPS?

6) Apakah terdapat alat peraga peserta Pemilu di sekitar TPS?

7) Apakah logistik TPS telah tersedia secara memadai (surat suara, kotak suara, tinta)?

8) Apakah ada pemilih yang ditolak untuk menggunakan hak pilihnya? 9) Apakah ada mobilisasi pemilih dari TPS lain?

10) Apakah ada intimidasi terhadap pemilih?

11) Apakah terjadi pemberian uang atau barang kepada pemilih oleh peserta Pemilu/tim sukses?

12) Apakah ada pemilih yang memilih lebih dari satu kali? Penghitungan suara

1. Apakah ada manipulasi dalam proses penghitungan suara?

2. Apakah ada praktik politik uang (pra bayar dan pasca bayar) baik kepada pemilih atau petugas KPPS selama proses pungut hitung?

3. Apakah sisa surat suara diamankan? Atau ada pemanfaatan sisa surat suara di TPS untuk menambah suara calon tertentu?

(11)

V. LAPORAN DAN INSTRUMEN

1. Jurnal laporan informasi awal (5W + 1H)

Dalam melakukan pengawasan, relawan pengawas bisa memberikan jurnal laporan sebagai laporan, seperti contoh di bawah ini:

Arahan:

Gambarkan peristiwa terjadinya kasus dengan memenuhi unsur; siapa (pelaku, korban, saksi, & pihak terkait lainnya), kapan (jam, tgl, hari), di mana (tempat kejadian perkara), bagaimana (peristiwa itu terjadi), mengapa (latar belakang penyebab).

Jurnal Laporan (Kampanye, Masa Tenang) Gerakan Sejuta Relawan

**lampiran alat bukti, foto, dll.

ttd (Nama Relawan) Relawan Kab/Kota : ... Provinsi : ... No.Anggota Relawan : ... Kejadian: ... Waktu: ... Hari/Tanggal/Jam: ... Tempat: ... Pelaku: ... Bagaimana & mengapa kejadiannya: ... ... ... ...

(12)

JURNAL GERAKAN SEJUTA RELAWAN

PROSES PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA Pelaksanaan Pemungutan Suara : 9 April 2014

Nama Relawan Pengawas :

Jenis Kelamin : L / P Alamat Lengkap : Nomor Telepon : No. TPS : Desa/Kel. : Kecamatan : Kab/Kota : Provinsi : PEMUNGUTAN SUARA

1. Apakah TPS dibuka tepat waktu (Pk.07.00), dan apakah saat TPS dibuka sudah ada pemilih yang datang?

2. Apakah ada pembacaan sumpah kepada KPPS saat pembukaan TPS?

3. Apakah Ketua KPPS mengumumkan secara terbuka jenis dan jumlah kelengkapan logistik pemungutan suara?

4. Apakah pembukaan TPS dihadiri saksi-saksi peserta pemilu? 5. Apakah DPT, DCT ditempel di TPS?

6. Apakah terdapat alat peraga peserta Pemilu di sekitar TPS?

7. Apakah logistik TPS telah tersedia secara memadai (surat suara, kotak suara, tinta)?

8. Apakah ada pemilih yang ditolak untuk menggunakan hak pilihnya? 9. Apakah ada mobilisasi pemilih dari TPS lain?

10. Apakah ada intimidasi terhadap pemilih?

11. Apakah terjadi pemberian uang atau barang kepada pemilih oleh peserta Pemilu/tim sukses?

12. Apakah ada pemilih yang memilih lebih dari satu kali? PENGHITUNGAN SUARA

1. Apakah ada manipulasi dalam proses penghitungan suara?

2. Apakah ada praktik politik uang (pra bayar dan pasca bayar) baik kepada pemilih atau petugas KPPS selama proses pungut hitung? 3. Apakah sisa surat suara diamankan? Atau ada pemanfaatan sisa

surat suara di TPS untuk menambah suara calon tertentu?

YA TIDAK

(13)

Tuliskan temuan/informasi lain, jika ada :

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

Referensi

Dokumen terkait

(Ponorogo: STAIN PRESS, 2010), hlm.. hadir ataupun dia memegang perintah seperti pesuruh nya yang hadir,apakah orang yg dipaksa takut kepada yang di suruh itu

Berdasarkan penuturan dari bapak Mailul bahwa kendala-kendala yang menghambat kelancaran proses penyelenggaraan program layanan bimbingan konseling Islam ialah

Selain itu peneliti juga meneliti proses interaksi masyarakat dalam prespektif komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam kegiatan di event cosplay baik pada pengunjung,

Pengetahuan mengenai kematangan gonad diperlukan untuk menentukan atau mengetahui perbandingan antara individu yang sudah matang gonad dengan yang belum matang gonad dari

Dalam hal ini peneliti menganalisis tentang perilaku komunikasi remaja sebagai pengguna aktif dalam mengganti display picture BlackBerry Messenger dan juga tentang

Berdasarkan temuan-temuan penelitian di atas yang menunjukkan bahwa model PT-PKJL memiliki relevansi dengan karakteristik anak usia dini, dapat diterapkan oleh

Prototype modul alat praktikum Trainer Praktikum Motor Stepper Berbasis PLC, yang digunakan sebagai alat peraga sewaktu dosen mengajar di depan kelas, dalam

Penanaman dan pembiasaan nilai-nilai karakter sejatinya merupakan bagian penting yang menjadi tugas dan fungsi sekolah sebagai sebuah proses pembudayaan dan pemberdayaan