• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI SMA NEGERI 6 BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI SMA NEGERI 6 BONE"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI SMA NEGERI 6 BONE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

Vivin Vitrina Asnur Nim: 105381108016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2021

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

ii Motto

Kegagalan Terjadi karena terlalu banyak berencana tapi sedikit berfikir.

Persembahan

Kupersembahkan karya ini sebagai darma baktiku untuk ayahanda tercinta dan ibunda tercinta serta saudari dan seluruh keluarga tersayang yang tak henti-hentinya selalu memberikan doa dan dukungan

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Pertama dan yang paling utama tiada untaian kata yang paling indah yang terucap dari lisan seorang hamba selain pujian syukur kehadirat Allah SWT.Tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya yang telah melimpahkan Taufiq dan hidayah-Nya serta kenikmatan iman, Islam dan kesehatan jasmani maupun rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam yang penulis sanjung agungkan kepada Muhammad SAW yang telah membawa ajaran yang paling sempurna, dan diantaranya yaitu mengutamakan kepada manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan agar dapat dimanfaatkan dalam segala aspek kehidupan, dan dari Ridha Allah SWT serta Syafa‟ at Rosulullah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Implementasi Nilai Karakter Pada Pembelajaran Sosiologi Siswa SMA Negeri 6 Bone “

Proposal ini ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materi.

Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan, motivasi berseta doa kepada penulis dalam penyelesain skripsi ini.Keberhasilan dalam penyelesaian

(10)

iv

skripsi ini tidak hanya terletak pada diri peneliti semata tetapi tentunya banyak pihak yang memberikan sumbangsi khususnya kepada orang tua, ibunda tercinta Nuraeni dan ayahanda tercinta H.Abbas yang selama ini telah memberikan dukungan dan do’a yang tidak pernah putus dan hampir tidak mungkin bisa dibalaskan oleh apapun serta adikku ku tercinta Elvina , yang selalu menghibur serta memberikan dukungan. Penulis juga ucapkan terimakasihyang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

Bapak Prof. Dr.H.Ambo Asse.,M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menimba ilmu pengetahuan di kampus tercinta ini. Erwin Akib, M. Pd., Ph. D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd ketua prodi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar, bapak Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D sekertaris

Jurusan prodi sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Bapak Dr.Muhammad Nawir,M.Pd. pembimbing I yang telah memberikan saran, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis sehingga tersusunnya skripsi ini.Bapak Syarifuddin, S.Pd.,M.Pd pembimbing II yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.Dan Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu.

(11)

v

Demikianlah mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah melimpahkan pahala yang berlipat ganda atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti dalam menyelesaian skripsi ini, Amin Yarobbal Alamin.

Makassar, 18 Januari 2021 Peneliti

Vivin Vitrina Asnur Nim :105381108016

(12)

vi

ABSTRAK

Vivin Vitriana Asnur 2021. Implementasi Nilai Karakter pada

Pembelajaran Sosiologi SMA Negeri 6 Bone. Pembimbing Muhammad Nawir,

Syarifuddin.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk implementasi nilai karakter pada pembelajaran sosiologi di SMA negeri 6 Bone dan untuk mengetahui implikasi nilai karakter pada pembelajaran sosiologi SMA Negeri 6 Bone.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang dikaji dengan 4 cara yaitu yang pertama Kumpulan Data yang merupakan proses pengamatan lokasi penelitian pengumpulan data melalui tekhnik wawancara dan observasi, dan dokumentasi. Kedua, Reduksi Data dilakukan setelah data terkumpul kemudian dilakukan reduksi dengan cara menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu lalu mengorganisasikannya. Ketiga, Penyajian Data dalam bentuk teks naratif, yang disusun secara sistematis guna menggabungkan informasi tersusun dalam suatu bentuk yang padu sehingga mudah ditarik kesimpulan, dan keempat, Penarikan Kesimpulan setelah data terkumpul, mulai dari reduksi data kemudian penyajian data sehingga data tersebut akhirnya dapat di tarik kesimpulannya. Hasil Penelitian menyatakan bahwa bentuk implementasi nilai karakter pada pelajaran sosiologi di SMA Negeri 6 Bone telah diterapkan dengan optimal sebagaimana yang dicantumkan pada silabus dan RPP, dan Implikasi nilai karakter pada pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 6 Bone telah diterapkan berdasarkan pedoman pengembangan pendidikan karakter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai karakter pada pembelajaran sosiologi SMA Negeri 6 Bone telah dilakukan secara optimal dengan memasukkan nilai pendidikan karakter dalam silabus dan RPP, adapun nilai-nilai yang diimplementasikan oleh guru sosiologi dalam proses pembelajaran ialah nilai religius, toleransi, disiplin, peduli sosial, komunikatif, rasa inin tahu, cinta damai, cinta tanah air, bertanggung jawab, dan telah dilaksanakan berdasarkan pedoman pengembangan pendidikan karakter.

(13)

vii

ABSTRACT

Vivin Vitriana Asnur 2021. Implementation of Character Value in Sociology

Learning SMA Negeri 6 Bone. Supervisor Muhammad Nawir, Syarifuddin.

The purpose of this research is to find out the form of character value implementation in sociology learning at SMA Negeri 6 Bone and to find out the implications of character value in sociology learning of SMA Negeri 6 Bone.

The analysis method used is qualitative descriptive analysis that is reviewed in 4 ways, namely the first Data Set which is the process of observation of the location of data collection research through interview and observation techniques, and documentation. Second, Data Reduction is done after the data is collected and then reduced by classifying, directing, and disposing of unnecessary and then organizing it. Third, Data Presentation in the form of narrative text, which is systematically arranged to combine information in a unified form so that it is easy to draw conclusions, and fourth, Conclusion Drawing after the data is collected, starting from the reduction of data and then the presentation of data so that the data can finally be drawn conclusions. The results stated that the form of character value implementation in sociology lessons at SMA Negeri 6 Bone has been applied optimally as stated in the syllabus and RPP, and the implications of character value in sociology learning at SMA Negeri 6 Bone have been applied based on character education development guidelines.

The results showed that the implementation of character values in sociology learning sma Negeri 6 Bone has been done optimally by including the values of character education in the syllabus and RPP, while the values implemented by sociology teachers in the learning process are religious values, tolerance, discipline, social care, communicative, sense inin know, peace love, love of the homeland, responsible, and has been implemented based on the guidelines of character education development.

(14)

viii DAFTAR ISI ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii ... DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 7 E. Defenisi Operasional ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Konsep Nilai Karakter ... 12

a. Pengertian nilai ... 12

b. Pengertian Karakter ... 12

c. Pengertian nilai karakter ... 13

2. Pendidikan Karakter... 14

a. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter ... 16

b. Tujuan pendidikan karakter ... 18

c. Implementasi pendidikan karakter di sekolah ... 19

d. Hubungan nilai karakter pada mata pelajaran sosiologi ... 24

e. Landasan teori ... 27

f. Unsur sosiologi penanaman nilai karakter ... 31

B. Penelitian Relevan ... 33

C. Kerangka Pikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 38

1. Jenis Penelitian... 38

2. Pendekatan Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

1. Lokasi Penelitian ... 39

2. Waktu Penelitian ... 39

C. Fokus Penelitian... 39

D. Informan Penelitian ... 39

E. Jenis dan Sumber Data... 40

(15)

ix

2. Data skunder ... 40

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Observasi ... 42

2. Wawancara ... 43

3. Dokumentasi ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 45

1. Kumpulan Data ... 45

2. Reduksi Data ... 45

3. Penyajian Data ... 46

4. Penarikan Kesimpulan ... 46

I. Uji Keabsahan Data ... 47

BAB IV DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPSI KHUSUS LATAR PENELITIAN ... 50

A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian ... 50

1. Sejarah Singkat Kabupaten Bone ... 50

2. Keadaan Demografi ... 51

3. Kehidupan Siswa, Ekonomi, Budaya dan Agama ... 52

a. Kehidupan siswa ... 52

b. Ekonomi ... 52

c. Budaya ... 54

d. Agama ... 56

4. Jumlah Sekolah ... 57

B. Deskripsi Khusus Latar Penelitian... 58

1. Tinjauan Histori SMA Negeri 6 Bone ... 58

2. Visi dan Misi ... 58

3. Tujuan ... 59

4. Struktur Kajian ... 60

5. Keadaan Guru ... 61

6. Jumlah Siswa Beserta Kelas ... 63

7. Gambaran Lokasi SMA Negeri 6 Bone ... 64

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Hasil Penelitian ... 66

1. Bentuk Implementasi Nilai Karakter Pada Pembelajaran Sosiologi Di SMA Negeri 6 Bone... 66

2. Implikasi Nilai Karakter Pada Pembelajaran Sosiologi Di SMA Negeri 6 Bone ... 85

B. Pembahasan ... 89

1. Bentuk Implementasi Nilai Karakter Pada Pembelajaran Sosiologi Di SMA Negeri 6 Bone ... 89 2. Implikasi Nilai Karakter Pada Pembelajaran Sosiologi Di SMA Negeri

(16)

x

6 Bone ... 91

3. Interpretasi Hasil Penelitian ... 94

4. Cara Kerja Teori ... 99

5. Nilai Kebaharuan ... 100

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. Simpulan ... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN

(17)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Karakter Terkait Sosiologi SMA ... 25 Tabel 4.1 Nama Guru dan Tenaga Pendidik SMA Negeri 6 Bone ... 61 Tabel 4.2 Rombongan Belajar ... 63 Tabel 5.1 Interpretasi Data Hasil Penelitian Mengenai Model Pembelajar

(18)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 37 Gambar 4.1 Sekolah SMA Negeri 6 Bone ... 64

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan tidak pernah lepas dari karakter.

Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, akan tetapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain. Intinya pendidikan karakter harus dilakukan pada semua tingkat pendidikan hingga Perguruan Tinggi karena harus mampu berperan sebagai mesin informasi yang

(20)

membawa bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta mampu bersaing dengan bangsa manapun.

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun bathin dari sifat qadratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik lagi. Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan formal, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habits) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, pekerjaan mendidik mencakup banyak hal yang berhubungan dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, fikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman. Semua ditangani oleh pendidik. Dalam artian mendidik bermaksud untuk membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya.

Penanaman nilai-nilai karakter sangat penting sekali untuk mengatasi berbagai masalah penyimpangan akhlak dan perilaku yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Keadaan ini juga berkaitan dengan penyimpangan perilaku murid yang di antaranya adalah hilangnya rasa hormat kepada orang tua, tawuran antar pelajar, konsumsi narkoba dan minuman keras, pe rgaulan bebas, hilangnya kejujuran, lemahnya kreatifitas, tanggungjawab, dan berbagai kerusakan akhlak dan perilaku

(21)

yang sudah menjadi masalah bersama dan ikut memberi andil terjadinya masalah di lingkungan masyarakat.

Penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik menjadi sangat penting, karena melalui penanaman dan pembiasaan tersebut nilai-nilai karakter akan tersampaikan secara sistematis dan diterima semua kalangan terutama peserta didik sebagai generasi muda bangsa. Pendidikan karakter sebagai bentuk pelaksanaan sosialisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa adalah bentuk penguatan secara sistematis, terencana dan terukur. Semakin kuat seseorang memiliki nilai-nilai kebangsaan, semakin kuat pula untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik, dan pada akhirnya secara individual maupun kolektif akan memegang teguh nilai budaya yang berlaku di negara tersebut.

Sebagai seorang guru ia tidak hanya bekerja untuk mengajar atau memberikan informasi kepada siswa tetapi guru juga dituntut untuk membentuk karakter siswa menjadi lebih baik dalam arti kata guru juga bertugas mendidik siswa, apalagi pada saat ini kurikulum 2013 yang menuntut guru untuk mendidik siswa dalam belajar tidak hanya memberikan ilmu namun juga membentuk karakter siswa.

Seperti yang kita ketahui tentang kemajuan tekhnologi yang juga membawa dampak globalisasi seperti yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Dari berbagai peristiwa saat ini mulai dari seorang murid yang melaporkan guru kepolisi karena ditegur guru, remaja sekolah menengah yang

(22)

bertindak di luar norma di sosial media, hingga pembunuhan yang dilakukan siswa sekolah menengah terhadap temannya, tentu kita menjadi sadar akan pentingnya penanaman pendidikan karakter sejak dini. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa masyarakat bahkan remaja ternyata mampu melakukan tindak kekerasan yang sebelumnya mungkin belum pernah terbayangkan. Hal ini dikarenakan globalisasi telah membawa para remaja pada “Penuhanan” materi dan sosial media sehingga terjadi ketidak seimbangan antara sikap keagamaan dan tradisi budaya.

Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sudah dapat diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran, sedangkan dalam pengembangan diri pendidikan karakter diimplementasikan dalam program bimbingan konseling dan ekstrakurikuler. Pokok masalah dalam penelitian ini adalah belum tertanam dengan baik nilai luhur (karakter) pada peserta didik di SMA Negeri 6 Bone. Sebagai titik tolak penelitian ini adalah ingin mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran Sosiologi, yang akan terlihat dari nilai karakter yang berkembang dalam pembelajaran dan ketercapaian tujuan pembelajaran.

Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Bone adalah salah satu sekolah yang sedang merintis pendidikan karakter. Tentu saja dalam rangka mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah melibatkan seluruh warga sekolah. Sekolah harus menciptakan program-program yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan karakter di sekolah khususnya pembelajan sosiologi. Berdasarkan hasil pra survei didukung dengan pengalaman peneliti pada saat berkunjung di SMA Negeri 6 Bone, didapati tidak sedikit para siswa yang berperilaku kurang baik, tidak disiplin, bolos,

(23)

bahkan ketika ditanya menjawab dengan nada yang tinggi seakan marah-marah. Hal in menjadi pembelajaran yang sangat penting bagi peneliti bahwa nilai karakter sudah kurang di SMA Negeri 6 Bone. Kenyataan yang ada di lapangan Sangat tidak sesuai dengan adat dan budaya masyarakat suku Bugis khususnya kab.Bone yang mempunyai symbol “Bone Beradat” yang terkenal dengan nilai karakter yang baik yang mengandung nilai, norma, pengngetahuan, struktur social dan religi.

Berdasarkan observasi awal perilaku menyimpang yang terjadi di SMA Negeri 6 Bone meliputi : terlambat sekolah, tidak memakai seragam sebagaimana mestinya, membolos, merokok, dan berkata kotor.Terdapat anak yang sering tawuran dan minum-minuman keras yang dilakukan diluar sekolah namun hal tersebut sangat sulit untuk dikendalikan karena terjadi bukan di lingkup sekolah. Berdasarkan wawancara guru sosiologi mengatakan didapati selama tahun ajaran 2019/2020 siswa yang terlambat masuk mata pelajaran sosiologi sebanyak 25 siswa dan beberapa siswa merokok di sekitar sekolah yang ketahuan langsung ditegur dan diperingatkan oleh guru. Ada juga 2 siswa yang terlibat tawuran . Dengan siswa berperilaku demikian, maka dapat dikatakan siswa tersebut tidak berkarakter.

Guru bukan hanya sekedar mengajar namun juga mendidik. Itu artinya guru harus menanamkan nilai-nilai positif dalam diri siswa terkait mata pelajaran yang diajarkan, namun tidak semua guru mengerti dan memahami apa yang menjadi tugas dan perannya di sekolah. Terkadang guru lebih berorientasi pada nilai dibanding karakter. Guru yang mengampu mata pelajaran sosiologi di sekolah adalah salah satu guru yang memiliki amanah tersebut, Sosiologi adalah mata pelajaran yang

(24)

mempelajari tentang masyarakat yang di dalamnya mempelajari tentang seluk beluk dari masyarakat itu sendiri termasuk nilai, norma,interaksi sosial, perilaku menyimpang, dan sebagainya. ketika guru mengajarkan mata pelajaran sosiologi di sekolah tujuannya bukan sekedar siswa memahami dan mendapatkan nilai baik namun juga siswa dapat mengetahui mana perilaku baik dan menyimpang. Tetapi kenyataannya Guru di SMA Negeri 6 Bone hanya mengajar tanpa memperhatikan apa yang betul-betul yang harus dibenahi dan menjadi prioritas utama dalam pembelajaran khususnya pembelajaran sosiologi, oleh karena itu banyak siswa yang membandel bahkan dia tak pernah takut ketika ditegur oleh guru .

Pembelajaran sosiologi yang selama ini dilakukan di sekolah diduga masih kurang bermakna. Oleh karena itu pembelajaran sosiologi sangat berperan penting dan memiliki andil dalam membangun dan membentuk nilai karakter dan menjadikan SDM yang unggul sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia mencerdaskan kehidupan bangsa yang memiliki karakter yang baik.

Penanaman dan pembiasaan nilai-nilai karakter sejatinya merupakan bagian penting yang menjadi tugas dan fungsi sekolah sebagai sebuah proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Untuk merealisasikan penanaman dan pembiasaan karakter yang di cita-citkan di atas, maka sangat dibutuhkan peran guru dalam mengelola pendidikan karakter yang benar-benar memiliki kekuatan dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuh kembangnya nilai-nilai karakter yang diharapkan, bukan sekedar konsep

(25)

yang terdapat pada mata pelajaran tertentu untuk mendapatkan pengakuan bahwa pendidikan karakter sudah dilaksanakan, sehingga tidak memberikan dampak yang nyata terhadap perubahan perilaku peserta didik.

Berdasarkan permasalahan yang ada di SMA Negeri 6 Bone, penulis mencoba melakukan penelitian tentang nilai karakter dengan judul “implementasi nilai karakter pada pembelajaran sosiologi SMA Negeri 6 Bone.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya yaitu: 1. Bagaimana bentuk implementasi nilai karakter pada pembelajaran sosiologi

SMA Negeri 6 Bone?.

2. Bagaimana implikasi nilai karakter pada pembelajaran sosiologi SMA Negeri 6 Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui bentuk implementasi nilai karakter pada pembelajaran sosiologi SMA Negeri 6 Bone.

2. Untuk mengetahui implikasi nilai karakter pada pembelajaran sosiologi SMA Negeri 6 Bone.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoretis

(26)

pendidikan dan ilmu sosiologi sebagai hasil karya ilmiah, diharapkan dapat berguna untuk menambah referensi dan informasi yang berhubungan dengan pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Universitas Muhammadiyah Makassar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan sehingga dapat dimanfaatkan dalam rangka pengembangan dunia pendidikan.

b. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa digunakan sebagai sarana acuan dalam pelaksanaan penelitian yang sejenis berikutnya.

c. Bagi Peneliti

1) Penelitian ini dilaksanakan untuk menyelesaikan studi guna mendapatkan gelar sarjana pada program studi Pendidikan Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Makassar.

2) Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dibangku kuliah terkait dengan pendidikan sosiologi di sekolah.. E. Defenisi Operasional

Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut, maka terlebih dahulu peneliti akan mengemukakan beberapa pengertian tentang istilah yang terdapat dalam judul ini sebagai berikut:

(27)

Nilai karakter merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Siswa yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Nilai-nilai pendidikan karakter bagi siswa Sekolah menengah Atas yaitu: Religius, jujur, toleransi, disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Kajian Pustaka

Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang menyeluruh agar orang- orang memahami, peduli dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai etika dasar, dengan demikian, objek dari pendidikan karakter adalah nilai.Nilai-nilai yang ditanamkan dalam mata pelajaran sosiologi tentang pendidikan karakter dapat merubah siswa kearah yang lebih baik, misalnya dalam berpenampilan/berpakaian, baik dalam bertutur kata, perilaku yang baik.Di SMA Negeri 6 Bone mata pelajaran sosiologi telah masuk dalam kurikulum sejak lama, dimana pebelajaran ini mengajarkan siswa untuk bertintraksi secara social yang menjunjung tinggi nilai dan norma-norma karakter.

Karakter merupakan suatu kumpulan karakteristik individu yang khas dalam berpikir, berperilaku, dan bertindak dalam hidup, bergaul, bekerjasama, maupun memecahkan masalah di lingkungannya.Dengan pendidikan karrakter, diharapkan siswa menampilkan karakter tertentu ayang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Nilai-nilai karakter yang diitetapkan Depdiknas dalam pendidikan karakter ada 18 yaitu:

Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

(29)

rukun dengan pemeluk agama lain, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan,tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan,berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki,Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas,cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan

(30)

bagi dirinya.Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

1. Konsep Nilai Karakter a. Pengertian Nilai

Kamus Bahasa Indonesia Edisi Baru (2014:598) nilai merupakan harga dalam arti tafsiran, kadar mutu. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan nilai sebagai sesuatu yang berguna, berharga, berkualitas, dan dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Nilai menjelaskan sesuatu yang abstrak, bukan benda konkrit yang dapat dilihat secara langsung. Dengan demikian untuk mendeteksi sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang. Nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku.Perilaku seseorangdikatakan baik atau positif jikalau sesuai dengan nilai yang dipercaya atau diterapkan pada lingkungan tersebut.

b. Pengertian Karakter

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani to mark yang berarti menandai dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk

(31)

tindakan (Fathurrohman, 2013:16). Dirjen Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia (dalam Mulyasa 2011:4) mengemukakan bahwa character diartikan sebagai ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik. Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa karakter merupakan suatu keadaan jiwa yang dimiliki oleh manusia itu sendiri yang kemudian menjadi dasar untuk membedakan setiap masing-masing individu.karakter bersifat unik, artinya karakter yang dimiliki setiap individu berbeda dengan individu lainnya. Karakter menjadikan seseorang mempunyai ciri khas dalam melakukan suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dalam kesehariannya.

Karakter merupakan sesuatu yang sangat penting bagi tercapainya tujuan hidup.Karakter merupakan dorongan pilihan untuk menentukan yang terbaik dalam hidup.Sebagai bangsa Indonesia setiap dorongan pilihan itu harus dilandasi oleh Pancasila.Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang (Mulyasa, 2011:5).

c. Pengertian Nilai Karakter

Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kehidupan manusia. Nilai adalah sesuatu yang berkaitan dengan kognitif dan afektif (Najib, 2015 : 47). Nilai juga dapat dikatakan sebagai suatu norma atau sebuah standar yang sudah ditentukan dan diyakini secara psikologis telah menyatu dalam diri individu. Di dalam nilai-nilai terdapat pembakuan mengenai sesuatu yang dinilai baik dan buruk serta pengaturan perilaku (Majid, 2015 : 23).

(32)

Selain itu nilai (value) dapat diartikan sebagai norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu, hal inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap individu menjalankan tugas-tugasnya seperti nilai kejujuran, nilai kesederhanaan dan lain sebagainya (Sanjaya, dalam Yanti 2016 : 2). Sedangkan karakter dapat dikatakan sebagai cerminan dari kepribadian seseorang; cara berpikir, sikap dan perilaku (Barnawi 2012 : 20). Selain itu nilai karakter dapat dikatakan sebagai suatu ide atau konsep yang dijadikan sebagai pedoman atau patokan dalam berperilaku bagi seseorang (Solichin, 2015 : 47).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap manusia tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda dan menjadi ciri khas dalam berperilaku.Nilai karakter merupakan suatu sifat atau sesuatu hal yang dianggap penting dan berguna dalam kehidupan manusia.Nilai karakter juga dapat dijadikan sebagai petunjuk atau pedoman dalam berperilaku.

2. Pendidikan Karakter

Nilai karakter yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam praktik pendidikan karakter merupakan muatan yang ada di dalam kurikulum. Dengan kata lain, nilai-nilai karakter yang ada tersebut diimplementasikan ke dalam kurikulum sekolah. Kurikulum tersebut masuk ke dalam konteks pendidikan karakter yang diartikan secara luas (Hidayat, 2013 : 21). Pendidikan karakter sendiri dapat diartikan secara luas dan sempit.Pendidikan karakter secara luas adalah seluruh usaha sekolah di luar bidang akademis yang bertujuan untuk membantu peserta didik tumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter baik.Dalam arti sempit, pendidikan karakter

(33)

diartikan sebagai pelatihan moral yang merefleksikan nilai-nilai tertentu (Najib, 2015: 45).

Sudirman (2010:02) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah, atau kampus yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksankan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi paripurna atau insan kami.

Pendidikan karakter adalah keseluruhan dinamika relasional antara pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi tersebut semakin dapat menghayati kebebasan sehingga dapat bertanggungjawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka (Doni Koesoema, 2011:123).

Nilai-nilai yang dimaksud di atas, adalah nilai-nilai hidup yang merupakan realitas yang ada di dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut dalam keseharian masyarakat.

Departemen Pendidikan Amerika (dalam Barnawi & M. Arifin, 23 : 2012) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai proses belajar yang memungkinkan siswa dan orang dewasa untuk memahami, peduli, dan bertindak pada nilai-nilai etika inti, seperti; rasa hormat, keadilan, kebajikan, warga Negara yang baik, dan bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain. Selain itu, pendidikan karakter dikatakan sebagai suatu sistempenanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik yang

(34)

meliputi komponen: kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah SWT, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan, sehingga menjadi manusia sempurna sesuai kodratnya (Mulyasa, 2012 : 7).

Sedangkan menurut Akhir (2017:80) Pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar dan salah tetapi mencakup proses pembiasaan tentang perilaku yang baik sehingga mahasiswa dapat memahami, merasakan dan mau berperilaku baik sehingga terbentuklah tabiat yang baik

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulan bahwa nilai pendidikan karakter merupakan nilai-nilai karakter yang dimuat dalam kurikulum sekolah.Hal tersebut dilakukan secara sadar dan terencana untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan menanamkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik.Upaya yang dilakukan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya dicampur tangani oleh pihak sekolah dan seorang guru yang turut serta membantu dalam pembentukan karakter tersebut.

a. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter

Nilai-nvilai luhur pendidikan karakter dapat ditemukan dalam budaya Indonesia.Hal tersebut dikarenakan bangsa Indonesia masih memegang dan menjunjung tinggi adat dan budayanya.Nilai-nilai luhur yang berasal dari adat dan budaya lokal hendaknya lebih diutamakan untuk diinternalisasikan kepada peserta didik melalui pendidikan karakter (Wibowo, 2013: 14).Inti dari pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentang kebaikan dan

(35)

keburukan. Pendidikan karakter merupakan proses menanamkan (menginternalisasi) nilai-nilai positif kepada peserta didik melalui berbagai metode dan strategi yang tepat (Yanti, 2016 : 3).

Beberapa pendapat menyebutkan pengertian nilai-nilai karakter; disiplin, berkomunikasi/bersahabat, jujur, kerja keras, cinta tanah air dan religius. Nilai karakter disiplin merupakan sikap yang mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih, kontrol yang kuat terhadap penggunaan waktu, tanggungjawab atas tugas yang diamanahkan serta bersungguh-sungguh ( Naim, 2012 : 142). Selanjutnya, Ardy (2013 : 78) menjelaskan nilai berkomunikasi/ bersahabat sebagai; manusia merupakan mahluk sosial, yang harus mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi sehingga dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Dan, nilai karakter jujur adalah perilaku jujur didasarkan pada mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri (Barnawi &Arifin, 2012 : 74).

Nilai karakter kerja keras dapat diartikan sebagai suatu usaha yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang menjadi tugasnya sampai tuntas (Kesuma, dalam Wawan suryo 5 : 2014). Nilai karakter cinta tanah air merupakan suatu sikap yang dilandasi ketulusan dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan untuk kejayaan tanah air dan kebahagiaan bangsanya (Solihah, 2015 : 17). Sedangkan nilai karakter religius adalah nilai yang mengacu pada nilai-nilai dasar yang terdapat dalam agama Islam (Siswanto, 2013 : 99).

(36)

Melengkapi uraian tersebut Heritage Foundation (dalam Mulyasa, 2012 : 15) merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah: 1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; 2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri; 3) jujur; 4) hormat dan santun 5) kasih sayang, peduli, dan kerjasama; 6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah; 7) keadilan dan kepemimpinan; 8) baik dan rendah hati; 9) toleransi, cinta damai dan persatuan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat ambil kesimpulan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter dapat ditemukan dalam budaya Indonesia.Nilai-nilai karakter tersebut telah dikaji kedalam beberapa aspek yang mengandung hal- hal positif.Nilai karakter tersebut diberikan kepada peserta didik melalui pendidikan karakter di sekolah.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Proses dan tujuan dari pendidikan karakter adalah adanya perubahan kualitas yang meliputi 3 aspek pendidikan, yakni kognitif, afektif,psikomotorik yang dijadikan sebagai patokan dalam peningkatan wawasan, perilaku dan keterampilan, serta terwujudnya insan yang berilmu dan berkarakter (Barnawi & M. Arifin, 2012 : 28). Selanjutnya Mulyasa (2012 : 9) menyatakan pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu, proes dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.

(37)

Selain itu, tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah ada 3 yaitu: 1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dengan cara memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak baik saat masih sekolah maupun setelah lulus. 2) Mengoeksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah dengan bertujuan meluruskan berbagai perilaku negatif anak menjadi positif. 3) Memmbangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama (Ardy, 2013 : 70).

Jadi, tujuan dari pendidikan karakter yaitu adanya perubahan yang mengarah kedalam kualitas yang lebih baik lagi.Perubahan tersebut tidak hanya mencakup ranah kognitif, afektif, psikomotorik saja, tetapi dapat meningkatkan mutu dan kepribadian khas yang dapat di terapkan pada kehidupan sehari-hari.Kepribadian yang khas dapat diterapkan baik di sekolah maupun dirumah yang terlaksana dengan seimbang.

c. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah

Implementasi pendidikan karakter di setiap sekolah dapat dikatakan berbeda-beda, sekolah tentunya memiliki manajemen dan cara tersendiri dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang ada. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menginternalisasikan nilai-nilai karakter kedalam 3 kegiatan disekolah, yaitu dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan esktrakurikuler dan kegiatan pembiasaan. Internalisasi nilai-nilai karakter melalui kegiatan pembiasaan merupakan proses menanamkan nilai-nilai karakter yang berguna, melalui kegiatan pembiasaan

(38)

secara rutin dan spontan agar peserta didik mampu meyakini dan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari (Najib, 2012 : 66).

Wibowo (2013 : 15) menjelaskan bahwa implementasi pendidikan karakter bisa dilakukan dengan: a) Terintegrasi dalam pembelajaran yaitu kesadaran akan pentingnya nilai-nilai yang diintegrasikan dalam tingkah laku peserta didik yang berlangsung dalam proses pembelajaran di kelas; b) Terintegrasi dalam pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler; c) Terintegrasi dalam manajemen sekolah yaitu yang berkaitan dengan pengelolaan peserta didik, peraturan sekolah, sarana dan prasarana, keuangan, pembelajaran dan lain sebagainya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Mulyasa (2012 : 10) menjabarkan bahwa pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan,dan pembiasaan yang dijadikan metode pendidikan utama dan memiliki pengaruh besar terhadap peserta didik.

Kesimpulan yang dapat di ambil adalah implementasi yang dilakukan disekolah dapat dilakukan dengan pembiasaan.Terintegrasi ke dalam 3 hal penting yaitu; pembelajaran yang kaitannya dengan siswa, pengembangan diri seperti program ekstrakurikuler di luar jam efektif belajar siswa, dan terintegrasi dalam manajemen sekolah.Artinya, sekolah juga harus memperhatikan kondisi lingkungan yang dimiliki, sarana prasarana, dan sebagainya.

Implementasi pendidikan karakter di Sekolah menurut Pedoman Kemendiknas dapat dilakukan melalui :

(39)

1) Implementasi pendidikan dalam kurikulum

Kurikulum dalam istilah pendidikan sebagaimana pendapat Ronald C. Doll (dalam Mudiofir, 2011:1) menyatakan, “the curriculum of a school is the formal and

informal content adn process by which llear gain knowledge and understanding, develope, skill adn alter attitudes appreciations and values under the auspice of that school” (kurikulum sekolah adalah muatan dan proses, baik formal maupun informal

yang diperuntukkan bagi pembelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah). Atau dengan kata lain kurikulum merupakan rencana atau petunjuk arah pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang kemudian diwujudkan dalam suatu rangkaian proses pembelajaran. Tujuan pendidikan sendiri akan membantu siswa dalam mengembangkan potensi agar mampu menghadapi tantangan, menghadapi problematika hidup dan persaingan dalam dunia kerja sehingga mereka mampu mengatasi problematika tersebut secara arif dan kreatif.

2) Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran

Implementsi pendidikan karakter dalam pembelajaran yang dimaksud disini adalah pada mata pelajaran yang ada disekolah, implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran harus dilakukan dengan strategi yang matang dengan melihat kondisi dan kemampuan siswa serta lingkungan sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan wagiran yang menyatakan bahwa Pelaksanaan integritas karakter dalam pendidikan memiliki prinsip-prinsip umum seperti: tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku, tidak mengubah kurikulum, pembelajaran menggunakan

(40)

prinsip learning to know, learning to learn, learning to be, dan learning to live

together, dan dilaksanakan secara kontestual sehingga terjadi pertautan antara

pendidikan dan kebutuhan nyata siswa, Wagiran ( 2011:197).

Mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada pembelajaran bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai pada siswa akan pentingnya pendidikan karakter, sehingga mereka mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut tingkah laku sehari-hari.

Dalam kurikulum 2013 pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam Kompotensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Selanjutnya kompetensi dasar yang didapat dinyatakan dengan nilai-nilai pendidikan karakter tersenut dikembangkan pada Rencana Program Pembelajaran (RPP). Guru berperan dalam mengintegrasikan dan mengembangkan nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterima siswa sesuai dengan kurikulum.

Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung, (Uji Publik Kurikulum 2013:5-6).

3) Budaya Sekolah

(41)

proses belajar mengajar antara guru dengan murid. Sistem pendidikan di sekolah merupakan sistem pendidikan formal yang mana pelaksanaannya dilakukan secara terencana dan terperinci. Sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan siswa dari segi hard skill, Soft Skill serta nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka. Hal tersebut sejalan dengan Sjarkawi (2006:42), yang mengemukakan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kecakapan siswa dalam menetapkan suatu keputusan untuk bertindak atau untuk tidak bertindak.

Proses pengembangan karakter siswa di sekolah menurut Zamroni (2011;178), memiliki pola, rencanakan, laksanakan, refleksi dan apa langkah selanjutnya. Tentu saja dengan pelaksanaan yang dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus. Hal tersebut dimaksudkan agar pendidikan karakter memanfaatkan pengalaman yang telah dilalui, tidak mengulang kesalahan, dan senantiasa memperbaiki tindakan yang telah dilakukan. Proses yang berkesinambungan tersebut diwujudkan dalam pembiasaan dan budaya sekolah. Hal tersebut sejalan dengan kutipan berikut:

Pendidikan karakter, khususnya yang bersifat sikap sebenarnya merupakan perwujudan dari kesadaran diri yang sebagaian besar merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari manusia (Wagiran, 2011:199). Secara teori aspek sikap atau ranah afektif lebih efektif bila dilaksanakan melalui kegiatan sehari-hari. Misalnya sikap disiplin dan kemandirian siswa akan lebih mudah tertanam dan dikembangkan pada siswa bila hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan sehari-hari di sekolah.

(42)

d. Hubungan Nilai Karakter dengan Mata Pelajaran Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang mengkaji interaksi manusia dengan manusia lain dalam kelompok (seperti keluarga, kelas sosial atau masyarakat) dan produk-produk yang timbul dari interaksi tersebut, seperti nilai norma serta kebiasaan yang dianut oleh kelompok atau masyarakat tersebut.

Sosiologi adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu serta berbagai aktivitas kehidupannya atau ilmu yang mempelajari tentang masyarakat.. Mata pelajaran Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan warga negara yang religius, jujur, demokratis, kreatif, kritis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi secara produktif.

Ruang lingkup Sosiologi terdiri atas pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dikembangkan dari masyarakat dan disiplin ilmu sosial. Penguasaan keempat konten ini dilakukan dalam proses belajar yang terintegrasi melalui proses kajian terhadap konten pengetahuan.

Materi Sosiologi mencakup kehidupan manusia dalam: (1) tempat dan lingkungan, (2) waktu perubahan dan keberlanjutan, (3) organisasi dan sistem sosial, (4) organisasi dan nilai budaya, (5) kehidupan dan sistem ekonomi, dan (6) komunikasi dan teknologi. Pengemasanmateri Sosiologi jenjang pendidikan.

Sosiologipelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan disesuaikan

(43)

denganmerupakan matapsikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dalam kehidupannya.Dengan memberikan sumbangan berupa konsep-konsep ilmu yang diubah sebagai “pengetahuan” yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang harus dipelajari murid.Oleh karena itu dalam rangka pendidikan karakter ada banyak nilai karakter yang memungkingkan ditanamkan melalui pembelajaran Sosiologi.

Dalam buku pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa.Pedoman Sekolah (Kemendiknas, 2010:47-48) tentang peta nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa berdasarkan mata pelajaran, teridentifikasi 11 nilai karakter yang memiliki keterkaitan antara mata pelajaran Sosiologi di SMA. Nilai- nilai karakter yang dimaksudkan di atas dapat dilihat dalam Tabel berikut:

Tabel 2.1 Nilai karakter terkait sosiologi SMA Sumber: Kemendiknas, 2010:47-48 No.

Nilai karakter terkait sosiologi SMA No. Nilai karakter untuk satuan pendidikan

1 Religius 1 Religius

2 Toleransi 2 Jujur

3 Disiplin 3 Toleransi

4 Kreatif 4 Disiplin

5 Demokratis 5 Kerja keras

6 Rasa ingin tahu 6 Kreatif

7 Semangat kebangsaan 7 Mandiri

8 Menghargai prestasi 8 Demokratis

9 Bersahabat 9 Rasa ingin tahu

10 Senang membaca 10 Semangat kebangsaan

11 Peduli lingkungan 11 Cinta tanah air 12 Menghargai prestasi 13 Bersahabat/ komunikatif 14 Cinta damai 15 Gemar membaca 16 Peduli lingkungan 17 Peduli social 18 Tanggung jawab

(44)

Nilai-nilai karakter sebagaimana yang tertera di dalam tabel menunjukkan bahwa dari 18 nilai karakter yang dianjurkan untuk dikembangkan pada setiap pendidikan, 11 diantaranya yang terkait dengan pembelajaran IPS.Tujuan-tujuan tersebut mengharuskan pembelajaran solsiologi mengintegrasikan nilai-nilai untuk mengembangkan karakter warga negara yang baik.

Peran sosiologi dalam pembentukan karakter yaitu jika dalam kurikulum sebelumnya guru diwajibkan untuk menyisipkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran, dan pendidikan karakter itu harus tercantum dalam silabus serta rencana pembelajaran, maka dalam kurikulum baru, hal yang semacam dengan pendidikan karakter sudah masuk dalam Kompetensi Inti di setiap mata pelajaran, yaitu menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dan menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia .

Kemampuan atau kompetensi tersebut, diharapkan dapat tercapai setelah guru membelajarkan para peserta didiknya dengan bahan ajar sesuai dengan disiplin ilmu atau mata pelajarannya dan menjadikan peserta didiknya mampu memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin-tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

(45)

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, dan mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter melalui mata pelajaran Sosiologi dapat ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya: materi Sosiologi yang telah dianalisis nilai-nilai karakternya, RPP dan Silabus Sosiologi yang berkarakter, metode penanaman oleh guru, media pembelajaran berbasis karakter dan evaluasi penanaman nilai-nilai pendidikan karakter

Dalam mata pelajaran sosiologi sendiri terdapat sisipan dalam kompetensi dasar, untuk pembentukan karakter siswa, yaitu dari kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus pembelajaran sosiologi di sekolah terdapat kompetensi dasar yaitu :

1) Memperdalam nilai agama yang dianutnya dan menghormati agama lain

2) Mensyukuri keberadaan diri dan keberagaman sosial sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa

3) Merespon secara positif berbagai gejala sosial di lingkungan sekitar e. Landasan Teori

Teori sosiologi Karl Marx (1818-1883) dianggap sebagai pelopor utama dari teori konflik. Bahkan, Riyadi Soeprapto dalam “Interaksionisme Simbolik” menyebutnya sebagai sebagai mahaguru perspektif konflik. Dasar pemikiran Marx yang diambil adalah mengenai eksploitasi besar-besaran yang dianggap sebagai

(46)

penggerak utama kekuatan-kekuatan sejarah. Marx memandang adanya perbedaan kelas yang salah satunya disebabkan oleh proyek industrialisasi, dan hal ini hanya mengejar keuntungan secara ekonomi semata. (Soeprapto, 2002: 72).

Perjuangan masyarakat kelas adalah konsepsi mendasar yang saat itu banyak dikonsepsikan oleh Karl Marx. Hal ini dipicu oleh kondisi masyarakat kala itu yang dikepung oleh industrialisasi abad 19. Industrialisasi memunculkan kelas kaum buruh dan industrialis yang pada akhirnya mendorong adanya alienasi. Perspektif konflik yang berakar pada pemikiran Karl Marx diakui oleh para sosiolog sebagai salah satu jalan keluar sehingga sangat erat dengan revolusi. Sekalipun demikian, konflik di sini tidak dimaksudkan sebagai suatu revolusi yang radikal apalagi sampai menumpahkan darah. Sebab, bagaimana pun Marx adalah seorang humanis.

Pada intinya, teori konflik melihat adanya pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Jadi, dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Di dalam teori ini, juga dibicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda, yang menghasilkan superordinasi dan subordinasi.

Perbedaan kepentingan dari kedua hal inilah yang kemudian menimbulkan konflik. Namun, teori konflik sendiri juga mengungkapkan bahwa konflik dalam proses sosial ini diperlukan untuk menciptakan suatu perubahan sosial, baik ke arah yang negatif maupun positif.

Teori konflik yang dimunculkan oleh Karl Marx ini pernah sekian lama diabaikan oleh para sosiolog. Namun, baru di tahun 1960-an, teori ini kembali dimunculkan. Beberapa sosiolog yang membangkitkan kembali teori konflik

(47)

misalnya C. Wright Mills [1956-1959], Lewis Coser: [1956] dan yang lain [Aron, 1957; Dahrendorf, 1959, 1964; Chambliss, 1973; Collins, 1975].

Berbeda dengan para fungsionalis yang melihat keadaan normal masyarakat sebagai suatu keseimbangan yang statis, maka para teoritisi konflik cenderung melihat masyarakat berada pada konflik terus-menerus dalam kelompok dan kelas.

Para teoritisi konflik, bahkan mengklaim bahwa para fungsionalis telah gagal mengajukan pertanyaan “secara fungsional bermanfaat”, ini ditujukan untuk siapa. Keseimbangan yang serasi yang dimaksud pada fungsionalis dianggap hanya bermanfaat bagi sebagian orang saja, sementara bagi sebagian yang lain justru merugikan.

Teoritisi konflik memandang bahwa suatu keseimbangan masyarakat seperti yang dimaksud para fungsionalis ini adalah khayalan semata, lantaran mereka tidak mampu mengejawanahkan bagaimana kelompok yang dominan melakukan eksploitasi terhadap kelompok lain dan membungkamnya.

Dalam teori Marx, eksistensi hubungan pribadi dalam produksi dan kelas-kelas sosial dipandang sebagai elemen kunci yang ada dalam banyak masyarakat. Marx juga berpendapat bahwa perubahan sosial yang tercipta banyak dipengaruhi oleh adanya pertentangan yang terjadi antara kelas dominan dan kelas yang tersubordinasi.

Teori sosiologi perilaku sosial yang dikemukakan oleh Peter Michael Balau. Blau menerima prinsip pertukaran sosial dari B.F Skinner dan George C. Homans.

(48)

Bagi Blau fenomena daya tarik individu akan ganjaran sosial merupakan asal usul struktur sosial. Yang menarik individu ke dalam asosiasi

Karena mengharapkan ganjaran instrinsik dan ekstrinsik. Ganjaran ekstrinsik dapat berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa, sedang ganjaran instrinsik dapat berupa kasih sayang, pujian, kehormatan, dan kecantikan.

Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi perilaku yang menjurus pada pertukaran sosial. Persyaratan tersebut adalah :

1) Perilaku harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain.

2) Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut.

Perhatian utama teori Blau ditujukan pada perubahan dalam proses-proses sosial yang bergerak dari struktur sosial yang sederhana menuju struktur sosial yang lebih kompleks. Perhatian ini dapat dilihat pada perkembangan sistem stratifikasi dalam kelompok- kelompok yang lebih kompleks. Pada tahap awal pembentukan kelompok, individu mencoba menunjukkan nilai mereka bagi kelompok. Para anggota akan memberikan nilai yang berbeda sehingga terjadi perbedaan status. Tidak setiap orang mampu atau bersedia mengambil tanggung jawab kepemimpinan kelompok. Akibatnya beberapa dari mereka akan mundur dan memberi peluang orang lain untuk sebuah posisi.

Adanya diferensiasi kekuasaan dapat mempertinggi tingkat kebutuhan akan integrasi sosial dari status-status yang berbeda. Dalam hal ini terjadi hubungan

(49)

pertukaran yang terkait dengan masalah statifikasi. Pertukaran terjadi jika hubungan itu menguntungkan bagi para anggota yang berkedudukan tinggi atau rendah. Namun, jika hubungan kekuasaan yang bersifat memaksa terjadi hubungan pertukaran yang tidak seimbang dan dipertahankan dengan menggunakan sangsi negatif. Kekuasaan demikian penuh dengan masalah karena dapat melahirkan perlawanan. Untuk itu agar masyarakat berfungsi dengan baik, maka yang berada di bawah perlu mematuhi dan melaksanakan kewajiban mereka sehari-hari dengan pengarahan dari yang menduduki kekuasaan. Sangat bijaksana jika yang berkuasa sebanyak mungkin memperendah proses penggunaan daya paksa tersebut.

Blau juga menggambarkan “the imergence principle” yaitu adanya nilai-nilai dan norma-norma yang disetujui secara bersama dalam kelompok. Nilai-nilai sosial yang diterima bersama berfungsi sebagai media transaksi sosial bagi organisasi serta kelompok-kelompok sosial. Blau percaya bahwa kompleksitas pola-pola kehidupan sosial dapat dijembatani oleh nilai-nilai bersama yang melembaga.

f. Unsur sosiologi penanamam nilai karakter

Berdasarkan sisi psikologis dan sosiologis manusia mempunyai beberapa unsur berhubungan dengan terbentuknya karakter. Unsur tersebut menunjukkan bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur tersebut antara lain:

1) Sikap seseorang adalah bagian dari karakter, bahkan sikap dianggap sebagai cerminan karakter orang tersebut. Sikap seseorang tentang sesuatu yang ada dihadapannya, seringkali menunjukkan bagaimana karakter orang tersebut. Maka, semakin baik sikap seseorang maka dapat dikatakan orang tersebut mempunyai

(50)

karakter yang baik. Dan sebaliknya, semakin tidak baik sikap seseorang maka dikatan orang itu mempunyai karakter yang tidak baik.

2) Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia yang dibarengi dengan efek pada kesadaran, perilaku, dan ini adalah proses fisiologis. Emosi ini sama dengan perasaan yang kuat.

3) Kepercayaan yaitu komponen kognitif manusia dari faktor sosio psikologis. Kepercayaan tentang sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman dan intuisi begitu penting dalam membangun watak dan karakter manusia. Sehingga kepercayaan menjadikan lebih kukuh eksistensi diri dan hubungan dengan orang lain.

4) Kebiasaan yaitu aspek perilaku manusia yang tetap, berlangsung dengan otomatis pada waktu yang lama, dilakukan secara spontan dan diulangi berulang kali. Sedangkan kemauan yaitu kondisi yang menggambarkan karakter seseorang karena kemauan berhubungan erat dengan tindakan yang menggambarkan perilaku orang tersebut.

5) Konsepsi diri yaitu proses totalitas, secara sadar ataupun tidak sadar terhadap bagaimana karakter dan diri seseorang terbentuk. Maka, konsepsi diri adalah bagaimana kita harus membangun diri, apa yang kita inginkan dan bagaimana kita menempatkan diri dalam kehidupan.

Pendidikan sosiologi, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa dengan memasukkan atau memadukan ke dalam mata pelajaran pendidikan sosiologi, dan tidak menutup kemungkinan agar peserta didik

(51)

dapat aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, hingga keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang pernah dilakukan terdahulu yaitu Rahmat Nur. 2020 dengan judul skripsi tentang Integrasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Sosiologi di kelas XII IPS 2 SMA Muhammadiyah Di samakan Wilayah Su-Sel Inpres Bertingkat Mamajang I Kota Makassar dengan hasilpenelitian yaitu Gambaran penerapan nilai-nilai karakter peserta didik dalam pembelajaran IPS di kelas XII IPS 2 SMA MUhammadiyah Di samakan Kota Makassar dilakukan beberapa tahapan pertama, pada kegiatan awal pengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Sosiolgi di kelas XII IPS 2 adalah membudayakan berdoa sebelum belajar. Keteladanan ini diterapkan guna memberikan pemahaman kepada peserta didik betapa pentingnya nilai religius. Kedua, pada kegiatan inti pengintegrasian nilai-nilai karakter peserta didik dalam pembelajaran Sosiologi di kelas XII IPS 2 adalah memberikan tujuan atau garis besar materi dan kemampuan yang akan dipelajari dan menyampaikan kegiatan belajar yang akan ditempuh murid serta membahas materi atau menyajikan bahan pelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan kurikulum KTSP yang di integrasikan nilai-nilai karakter kedalam pembelajaran Sosilogi. Ketiga, guru memberikan kesempatan pada murid untuk merenungi dan mengingat kembali materi yang telah dipelajari dan guru tidak lupa memberikan soal tes evaluasi kepada setiap

(52)

murid.Setelah itu guru memotivasi murid untuk lebih giat belajar, kemudian guru menutup pelajaran dengan membaca do’a.Bentuk penilaian nilai-nilai karakter peserta didik dalam pembelajaran IPS di kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Di samakan Wilayah Sul-Sel Kota Makassar adalah didasarkan pada indikator yang telah ditentukan yaitu indikator untuk nilai rasa ingin tahu, disiplin, bertanggung jawab, dan peduli lingkungan. Bentuk instrumen penilaian yang digunakan untuk observasi dalam pembelajaran Sosiologi adalah pedoman observasi yang berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau perilaku.Sedangkan skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku siswa dalam suatu rentangan sikap.Pedoman observasi secara umum memuat pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan.Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai indikator penjabaran sikap dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.Faktor pendukung pengintegrasian nilai-nilai karakter peserta didik dalam pembelajaran Sosiologi di kelas XII IPS 2 SMA Muhammadiyah Di samakan Wilayah Sul-Sel Kota Makassar adalah (a) Adanya paradigma yang sama antara kepala sekolah dan guru dalam membangun karakter anak didik yaitu dengan memperlakukan semua anak didik dengan kasih sayang, kebajikan, adil dan hormat. Dan memandang bahwa semua anak pada dasarnya memiliki sifat yang baik. (b) Semua elemen sekolah mempunyai komitmen yang tinggi dalam menerapakan nilai-nilai karakter. Adanya kerjasama dari setiap komponen sekolah untuk menerapkan karakter menjadi hal yang penting. Dengan

(53)

komitmen yang tinggi dari stakeholder sekolah akan menjadi potensi tinggi dalam kelancaran pelaksanaan pembelajaran. Adapun faktor penghambat pengintegrasian nilai-nilai karakter peserta didik dalam pembelajaran Sosiologi di kelas XII IPS 2 SMA Muhammadiyah Di samakan Wilayah Sul-Sel Kota Makassar Kota Makassar adalah (a) Kurangnya kesadaran diri yang tinggi dari peserta didik. Pendidikan karakter di sekolah ini sudah terlaksana, namun belum maksimal karena masih terdapat peserta didik yang memiliki mental yang kurang baik, masih terdapat peserta didik yang sering melakukan tindakan yang tidak mencerminkan sebagai seorang pelajar. (b) Kurangnya perhatian dari orang tua. Kerja sama orang tua murid belum terjalin dengan baik dan Persepsi orang tua yang masih belum memahami secara maksimal tentang pentingnya dukungan orang tua dalam membangun karakter anaknya di rumah. (c) Kreativitas guru dalam mengembangkan media pembelajaran masih terbatas di karenakan persiapan media setiap harinya membutuhkan banyak waktu, tenaga dan pikiran.

Fatmah,Pargito,dan Trisnaningsih.2014.Jurnal yang berjudul “nilai karakter dan pembelajaran sosiologi” Tujuan penelitian untuk menerapkan model pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai karakter yang merupakan dampak pengiring pembelajaran, dengan membandingkan pembelajaran berbasis masalah secara kelompok dan individu dalam pembelajaran sosiologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai karakter pembelajaran berbasis masalah secara kelompok lebih baik dibandingkan pembelajaran berbasis masalah secara individu. Demikian pula rerata hasil belajar yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah secara kelompok

(54)

lebih tinggi dibandingkan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah secara individu.

C. Kerangka Pikir

Nilai Karakter merupakan hal yang penting dalam dunia pendidikan.Tujuan nilai Karakter adalah untuk meningkatkan mutu dan penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter yang terwujud dari akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang. Pendidikan Karakter dapat dipahami yaitu segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan sekolah, yang mampu mempengaruhi karakter siswa dalam bentuk sikap dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama dan lingkungannya.

Melalui mata pelajaran sosiologi diharapkan siswa mampusecara mandiri meningkatkan dan mengaplikasikan nilai karakter yang diajarkan oleh pendidik,sehinggaterwujud dalam karakter yang baik pada kehidupan sehari-hari.maka kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar Bagan 2.1 di bawah ini.

(55)

Nilai Karakter dalam Pembelajaran Sosiologi SMAN 6 BONE

Bentuk Implikasi Nilai Karakter

Implikasi Nilai Karakter

Implementasi, Nila Karakter, Pengembamgan

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Karakter Terkait Sosiologi SMA  .............................................
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ...............................................................................
Tabel 2.1 Nilai karakter terkait sosiologi SMA  Sumber: Kemendiknas, 2010:47-48
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Return On Investment suatu perusahaan tinggi, menandakan bahwa perusahaan efektif dalam menggunakan seluruh aktiva yang tersedia di perusahaan, pada prinsipnya semakin

Drainase Perkotaan Tabel 3.18 Tujuan, Sasaran Dan Data Dasar Pembangunan Drainase Sasaran Data Dasar Tujuan 1 2 3 Rata-rata Tersedianya anggaran Meningkatkan untuk

Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data yang mendalam mengenai kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran fisika materi suhu dan kalor.. Desain penelitian

Pada penelitian ini didapati hasil bahwa sebanyak 68% baik ruang tamu dan kamar juga 91% pada dapur rumah penderita memiliki jenis lantai yang lembap dan tidak kedap

(2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru menjelaskan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai; (b) Guru mengeluarkan gambar dan kartu kata; (c) Guru menempel- kan

Kegunaan penelitian ini, yaitu secara teoritis diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan referensi yang berkaitan dengan mobilitas penduduk terutama pada faktor yang

gelas borosilikat, gelas silikat tinggi, gelas ampul, gelas botol obat Gelas penerangan, gelas lampu fluoresensi, gelas lampu busur merkuri, lampu uap natrium Gelas untuk tabung

Kepribadian muslimah merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kepribadian menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang yang wujudnya