• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Peternakan Jan Veleriner 2000

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA

SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

MATIMUS SARIUBANG dan SURYA NATAL TAHBit4G

lnstalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa, Kotak Pos 4 Sungguminasa-Gowa ABSTRAK

Suatu penelitian telah dilakukan pada tingkat petani dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pembibitan sapi Bali yang dipelihara secara ekstensif dan semi intensif. Penelitian dilaksanakan di kecarnatan Tanete Riaja, kabupaten Barru sebagai salah satu tempat pemumian sapi Bali di Sulawesi Selatan. Mated yang digunakan adalah sapi Bali jantan milik petani sebanyak 24 ekor dan dibagi dalam 2 sistem pemeliharaan, yaitu (I). secara ekstensif dimana sapi dilepas dan pakan hanya berupa rumput lapangan (6 ekor) dan (2). secara semi intensif dimana sapi dikandangkan, dilakukan vaksinasi dan pemberian obat-obatan, kemudian dibagi lagi dalarn 3 kelompok perlakuan pakan. Ketiga kelompok perlakuan tersebut adalah (A) rumput lapangan + 4 kg konsentrat (6 ekor), (B) rumput lapangar. + 1,05 kg dedak padi + 4,5 kg daun gamal + 2 kg konsentrat, dan (C) rumput lapangan + 2,1 kg dedak padi + 9 kg daun gamal. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diperoleh digunakan analisis efisiensi usaha dan B/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola usaha pembibitan sapi Bali secara semi intensif lebih menguntungkan yang ditandai dengan eftsiensi usaha dan B/C ratio lebih tinggi dibandingkan pola usaha pembibitan seeara ekstensif. Keuntungan, efisiensi usaha dan B/C ratio pada pola usaha pembibitan secara semi intensif yang paling tinggi diperoleh pada perlakuan A, yaitu masing-masing Rp. 179.829,03/ekor/tahun, 0,29 dan 1,29. Disimpulkan bahwa pola usaha pembibitan sapi Bali secara semi intensif layak digunakan secara finansial pada tingkat petani . Perlu penambahan konsentrat sebanyak 4 kg/ekor/had untuk memperbaiki performans produksi bibit sapi Bali.

Kata kunei: Pakan, pembibitan, sapi Bali

408

PENDAHULUAN

Sapi Bali adalah salah satu plasma nutfah di Indonesia dan merupakan keturunan langsung dari banteng liar (Bos sondaicus) . Sapi ini memiliki keunggulan yaitu potensi genetiknya tinggi dan mudah beradaptasi dengan lingkungan dimana dia berada walaupun dengan tatalaksana pemeliharaan sederhana. Sapi ini juga tidak selektif dalam memilih pakan dan mampu memberikan respon pertumbuhan yang baik bila diberi pakan dengan kualitas rendah (SURANJAVA, 1999).

Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah pengembangan sapi Bali di Indonesia dan sekitar 95% dipelihara oleh petani kecil di pedesaan, skala usaha kecil dan pola pemelihaman secara tradisional . Akibatnya produktivitas sapi Bali di daerah ini sangat ditentukan pola usahatani setempat.

Pola pemeliharaan sapi Bali yang umumnya masih tradisional akan menimbulkan konsekuensi yaitu rendahnya pertumbuhan yang diperoleh . Hal ini diperburuk lagi oleh sistem pemberian pakan yang masih mengandalkan rumput lapangan saja sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan fisiologis sapi Bali akan zat-zat nutrisi yang diperlukan untuk maintenance maupun produksi. Apabila hat ini dibiarkan berlangsung dalam jangka waktu lama akan menimbulkan efek negatif pada performans dan menunukkan kualitas genetik sapi Bali serta pada akhirnya menunukkan tingkat pendapatan peternak.

(2)

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000

Salah satu isu nasional yang berkembang sekarang ini pada sapi Bali adalah adanya dekadensi genetik sebagai akibat adanya pengurasan sapi Bali produktifterus-menerus dari daerah sumber bibit untuk diantarpulaukan atau ekspor (PUTRA, 1999). Disamping itu, adanya dugaan perkawinan sekeluarga (inbreeding) yang mana akan mengakibatkan penurunan hybrid vigor, sifat produksi, clan reproduksi lainnya.

Upaya yang perlu ditempuh untuk memperbaiki produktivitas sapi Bali adalah melalui program seleksi clan persilangan, yaitu dengan mendatangkan pejantan unggul sapi Bali dari luar untuk disilangkan dengan dengan sapi Bali lokal dengan tujuan utama untuk pemurnian sapi Bali. Namun demikian hal ini tidak akan berhasil bila tidak disertai dengan perbaikan pola pemeliharaan ke arah semi intensif atau intensif dan disertai dengan pemberian pakan yang berkualitas baik untuk memenuhi kebutuhan fisiologis sapi Bali. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha pembibitan sapi Bali di daerah sentra pembibitan yang dipelihara secara semi intensif clan intensif.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada daerah sentra pembibitan sapi Bali, yaitu di kecamatan Tanete Riaja, kabupaten Barru clan dilaksanakan pada tingkat petani (onfarm). Sapi Bali jantan milik petani digunakan sebanyak 24 ekor, dan dibagi dalam 2 kelompok/pola pemelihaaan, yaitu (1) tradisional (ekstensif) dimana sapi tidak dikandangkan dan pakan yang diberikan berupa rumput lapangan (6 ekor), clan (2) semi intensif dimana sapi dikandangkan dan dilakukan vaksinasi serta pemberian

obat-obatan (18 ekor).

Pada pola pemeliharaan secara semi intensif, 18 ekor sapi Bali jantan dibagi lagi dalam 3 kelompok perlakuan pakan, yaitu (A) rumput lapangan + konsentrat 4 kg/ekor/hari, (B) rumput lapangan + dedak padi 1,05 kg + daun gamal 4,5 kg + konsentrat 2 kg/ekor/hari, clan (C) rumput lapangan + dedak padi 2,1 kg + daun gamal 9 kg/ekor/hari. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diperoleh digunakan analisis efisiensi usaha clan B/C ratio.

Pola usaha pembibitan secara ekstensif

Pola usaha pembibitan secara semi intensif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pakan merupakan komponen biaya produksi yang paling banyak dikeluarkan pada pola usaha pembibitan.sapi Bali secara ekstensif (Tabel 1), namun tidak menyebabkan pertumbuhan sapi meningkat. Rataan bobot badan akhir penelitian yang dicapai adalah 199,5 t 43,69 kg. Akibatnya penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan ternak tidak dapat memberikan keuntungan yang yang memadai. Hal ini didukung dari hasil analisis efisiensi usaha clan B/C ratio rendah, yaitu 0,06 dan 1,06. Hal ini memberikan gambaran bahwa setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp. 100,- hanya memberikan keuntungan sebesar Rp. 6, dari usaha pembibitan secara ekstensif. Penerimaan yang diperoleh hanyalah berupa penjualan ternak saja, sedangkan kotoran belum dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pendapatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan yang tertinggi pada usaha pembibitan sapi Bali secara semi intensif diperoleh pada perlakuan A, yaitu penambahan konsentrat sebanyak 4 409

(3)

SeminarNasional Peternakan clan Veteriner 2000

kg/ekor/hari dengan pakan dasar rumput lapangan (Tabel 2). Hal ini didukung lagi dari ahasil analisis efisiensi usaha dan B/C ratio ternyatajuga lebih efisien pada perlakuan A dibanclingkan pada perlakuan B dan C. Hal lain penyebab tingginya keuntungan yang diperoleh pada perlakuan A aclalah rataan bobot badan akhir penelitian pada perlakuan A lebih tinggi (267,33 t 54,38 kg) dibanclingkan pada perlakuan B (241,17 t 43,65 kg) dan perlakuan C (219,50 t 49,56 kg).

Tabel 1. Analisis finansial usaha pembibitan sapi Bali secara ekstensif

Secara umum dapat dijelaskan bahwa pola usaha pembibitan sapi Bali secara semi intensif masih lebih menguntungkan clan efisien ditinjau dari segi kelayakan usaha dibandingkan pola usaha pembibitan secara ekstensif pada tingkat pedesaan. Hal ini disebabkan biaya produksi yang dikeluarkan secara keseluruhan relatif lebih rendah pada pola pembibitan secara semi intensif dibandingkan secara ekstensif.

Tabel 2. Analisis finansial pola usaha pembibitan sapi Bali secara semi intensif

410

Faktor lain penyebab lebih rendahnya keuntungan yang diperoleh pada pola usaha pembibitan secara ekstensif adalah rataan bobot badan sapi akhir penelitian rendah yang disebabkan pakan yang diberikan berupa rumput lapangan belum mampu memenuhi kebutuhan fisilogis sapi Bali akan

zat-No. Uraian

A

Perlakuan

B C

1. Penerimaan : 805.683,33 798.620 710.140 -Nilai jual sapi (bobot badan x Rp/kg.) 805.683,33 798.620 710.140 2. Biaya produksi : 625.854,3 679.520,46 650.558,28 -Bibit temak 454.400 483.400 453.000 -Pakan 124.387,64 169.387,13 170.824,95 -Penyusutan kandang/alat 23.333,33 23.333,33 23.333,33 -Obat-obatan/vaksin 2.000 2.000 2.000 -Lain-lain 1 .400 1.400 1 .400 3. Keuntungan 179.829,03 119.099,54 59.581,72 4. Efisiensi usaha 0,29 0,17 0,09 5. B/C ratio 1,29 1,17 1,09

No. Uraian Nilai (Rp./ekor/thn)

1. Penerimaan : 811 .715 -Penjualan ternak 811 .715 2. Biaya produksi : 766.870 -Bibit ternak 365.350 -Pakan 393.600 -Lain-lain 7.920 3. Keuntungan 44.845 4. Efisiensi usaha 0,06 5. B/C ratio 1,06

(4)

Seminar Nasiona! Peternakan dan Veteriner 2000

zat nutrisi yang akan digunakan untuk maintenance dan berproduksi. Sementara itu, pada pola usaha pembibitan secara semi intensif, selain diberi pakan dasar berupa rumput lapangan, juga diberi konsentrat sebanyak 4 kg/ekor/bari (perlakuan A) mengakibatkan bobot badan akhir penelitian meningkat dan pada akhirnya keuntungan yang diperoleh meningkat pula. DIWYANTO et al. (1997)

mengemukakan bahwa pemberian konsentrat sebanyak 8 kg/ekor/hari akan memberikan pertambahan bobot badan harian sapi lebih tinggi sehingga pendapatan petani lebih meningkat pula.

Dari hasil penelitian ini juga terlihat biaya pengadaan bibit masih cukup tinggi pada pola usaha pembibitan secara semi intensif. Menurut KUSNADI et al. (1992) bahwa dalam usaha ternak sapi,

biaya paling besar diperlukan adalah biaya pengadaan bibit sebesar 63-74% dari total biaya produksi.

Untuk mendapatkan bibit sapi Bali yang baik sebaiknya dipelihara secara semi intensif disertai dengan pemberian pakan yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan fisiologis ternak, yaitu dengan jalan memberikan pakan tambahan berupa konsentrat dan tidak hanya mengandalkan rumput lapangan sebagai pakan basal. Dengan adanya penambahan konsentrat diharapkan akan meningkatkan produksi asam propionat pada biokonversi pakan dalam rumen (PUrRA, 1999). Dengan semakin tinggi asam propionat maka prekusor pembentuk glikogen semakin banyak sehingga dapat meningkatkan laju pertambahan bobot badan ternak. Selain itu, adanya suplementasi konsentrat akan meningkatkan kecernaan bahan kering, bahan organik dan energi. NMS dan LANA

(1993) melaporkan suplementasi konsentrat pada tingkat 30% pada pakan dasar rarnput akan meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi Bali jantan 76,8-297,9%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pola usaha pembibitan sapi Bali secara semi intensif layak digunakan secara finansial pada tingkat petani. Perlu penambahan konsentrat sebanyak 4 kg/ekor/bari untuk memperbaiki performans produksi bibit sapi Bali.

Perlu penelitian lebih lanjut tentang perbedaan tingkat keuntungan pada pola usaha pembibitan sapi Bali secara semi intensif antara basil persilangan penjantan unggul dan betina, lokal dengan hasil perkawinan pejantan lokal dan betina lokal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada 1 . Dinas Peternakan Dati II Barru yang telah memberikan bantuan demi terlaksananya penelitian

ini.

2. Sdr. M. Sidik Azis Hamsah dan Empo yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. . DAF"rAR PUSTAKA

KUSNADI, U., M. SABRANI, M. WINUGROHO, S. ISKANDAR, U. NURSHATI, dan D. SUGANDI. 1992. Usaha penggemukan sapi potong di dataran tinggi Wonosobo. Proc. Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Ruminansia Besar. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Nrris, I.M. dan K. .LANA. 1983. Pengaruh suplementasi beberapa limbah industri pertanian terhadap

pertumbuhan sapi Bali. Pros. Seminar pemanfaatan Limbah Pangan dan Limbah Pertanian Untuk Makanan ternak. LKN, LIPI, Bandung. hal. 157-162.

(5)

SeminarNasiona! Peternakan Jan Yeteriner 2000

PUTRA, S. 1999. Peningkatan Performans Sapi Bali Melalui Perbaikan Mutu Pakan clan Suplementasi Seng Asetat. Disertasi. Program Pascasarjana IPB, Bogor.

SURANJAYA, I.G. 1999. Pengkajian Efektivitas Program Peningkatan Mutu Genetik Sapi Bali di Wilayah Binaan Proyek Pembibitan clan Pengembangan Sapi Bali di Bali. Tesis. Program Pascasarjana IPB, Bogor.

DIwyANTo, K., P. SrrEPU, clan I.G. PuTu. 1997. Evaluasi performans clan niW ekonomis sapi jantan mucla lokal clan ex-import pads peternakan rakyat. Pros. SeminarNasional Peternakan clan Veteriner. Pusat Penelitian clan Pengembangan Peternakan, Bogor. hall. 739-748.

Gambar

Tabel 2. Analisis finansial pola usaha pembibitan sapi Bali secara semi intensif

Referensi

Dokumen terkait

arsitektur tersebut yaitu: (1) denah simetris; (2) terdapat central room di tengah yang terdiri dari kamar tidur utama dan kamar tidur lainnya; (3) central room juga

Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diperlukan guna mempercepat struktur perekonomian yang berimbang dan dinamis

output benar serta jenis input yang memungkinkan output salah pada perangkat lunak yang sedang diuji..  Menentukan output untuk suatu

2 Apa yang menarik di dalam konteks ini adalah bahwa korban 4 tidak marah karena tertipu, melainkan berusaha mengoreksi diri ―dengan bertanya kepada dirinya sendiri

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak cengkeh pada volume 3µl dapat menghambat secara nyata pertumbuhan miselium dengan diameter 10,07

Minyak atsiri serai wangi disemprotkan ke kecoa yang ada dirumah, maka kecoa akan mengalami respon tidak bergerak (mati), dan aroma serai wangi ini sangat harum

Interaksi minyak atsiri daun serai wangi, daun kayu manis dan daun sarasah cengkeh dengan tingkat konsentrasi terhadap pertumbuhan diameter koloni jamur uji.. Pada

Usaha budidaya/pembenihan ikan dapat dilakukan secara ekstensif, semi-intensif ataupun intensif menentukan penerapan aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Usaha