BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuasi eksperimen, dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen melakukan pembelajran matematika dengan teknik problem posing dan kelompok kontrol melakukan pembelajaran konvensional. Metode penelitian eksperimen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran dan komunikasi matematika antara siswa yang
menggunakan pembelajaran matematika dengan teknik problem posing dan
pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes dengan menggunakan tes yang sama. Penelitian kuasi eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang tidak terkontrol secara ketat atau penuh, pengontrolan disesuaikan dengan kondisi yang ada (situasional) Sujana dan Ibrohim (2009). Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas yaitu pembelajaran matematika
dengan teknik problem posing sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan
penalaran dan komunikasi matematika siswa.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik problem posing.
Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok kontrol tanpa acak (Sudjana dan Ibrahim, 2009) dengan rancangan seperti tabel 3.1 berikut:
Tabael 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
E O X O
K O O
Ket: O = Pretes dan Postes (tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematik)
X = Pembelajaran Matematik dengan Teknik Problem Posing
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
1. Menentukan subjek penelitian, yaitu penelitian ini akan dilaksanakan pada satu sekolah yang memilik dua kelas. Kelas pertama dipakai sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol
2. Memberikan pelatiahan kepada guru tentang pembelajaran dengan problem
posing dan membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan patrner guru. Pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Pelatihan dilaksanakan tanggal 24 sampai dengan 29 mei 2013, diluar kelas penelitian hal ini dimaksud agar guru tidak merasa canggung dalam melaksanakan pembelajaran.
3. Setiap kelompok diberi pretes kemudian menentukan nilai rerata dan
simpangan baku dari setiap kelompok untuk mengetahui keasamaan tingkat penguasaan kedua kelompok terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi matematik.
4. Memberikan perlakuan kepada setiap kelompok eksperimen yaitu
pembelajaran dengan teknik problem posing sedangkan kepada kelompok
kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
5. Kepada setiap kelompok postes/tes akhir untuk mengetahui kemampuan
penalaran dan komunikasi matematik.
6. Menggunakan uji t, untuk mengetahui perbedaan kemampuan penalaran dan
komunikasi matematika siswa, antara yang mengunakan pembelajaran
matematika dengan teknik problem posing dengan yang menggunakan
penelitian ini melalui tiga tahap yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap penelitian, dan tahap analisis data.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Duren III yang beralamat di Kampung Karangsari Ds Duren Kecamatan Klari Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat. NSS sekolah 101022106014 SDN Duren III mempunyai 18 tenaga mengajar, yang terdiri dari 8 PNS dan 10 tenaga sukwan, jumlah siswa sebanyak 743, Siswa kelas V sebanyak 120 terbagi menjadi terbagi kedalam tiga kelas, yaitu kelas A, B, dam kelas C. Pengajar dimasing-masing kelas eksperimen dan kontrol berbeda, yaitu dikelas eksperimen oleh guru perempuan bernama Ibu Eha Julaeha sedangkan di kelas kontrol oleh laki-laki bernama bapak Endi Rustandi. Meskipun berbeda namun kualifikasi mereka dapat dikatakan sama, seperti dilihat dari jenjang pendidikan yang ditempuh.
Penarikan sampel dilakuakn dengan cara acak sehingga diperoleh sampel yang terdiri dari dua kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengacakan dilakukan terhadap kelas populasi, dari hasil pemilihan secara acak, yang terpilih sebagai kelas eksperimen mempelajarai volume kubus dan balok,
dengan teknik problem posing sebanyak 36 siswa yaitu kelas A. Sedangkan untuk
kelas kontrol yaitu kelas B sebanyak 36 siswa mempelajari volume kubus dan balok dengan pembelajaran konvensional.
C. Waktu dan Tahap Penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakuakan mualai bulan 0ktober sampai dengan Nopember 2013. Jadwal rencana kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2.
Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
No Kegiatan BULAN Des 2012 Jan 2013 Feb 2013 Sep 2013 0kt 2013 Nop 2013 Des 2013 1. Pembutan proposal X X 2. Seminar Proposal X 3. Menyusun Instrumen Penelitian X 4. Melakukan KBM di kelas eksperimen X X 5. Pengumpulan Data X X 6. Pengolahan Data X X 7. Penyelesaian Tesis X X 2. Tahap Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap penelitian, dan tahap analisis data.
a. Tahap persiapan penelitian
1) Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang pembelajaran dengan teknik problem posing, dan studi lapangan untuk mengetahui pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru dikelompok.
2) Menyusun instrumen penelitian yang disertakan dengan proses bimbingan
dengan dosen pembimbing.
3) Menguji coba instrumen penelitian, analisis hasil coba instrumen,
mengolah data hasil uji coba, membuat rencana pembelajaran untuk kelompok instrumen.
4) Revisi instrumen.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Pelaksanan kegiatan diawali dengan memberikan pretes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dalam kemampuan penalaran dan komunikasi matematika.
2) Pelaksanaan pembelajaran dengan teknik problem posing pada kelompok
(a) Menentukan permasalahan tentang pokok tentang volume balok dan kubus.
(b) Menyyiapkan peralatan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan
(c) Melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas sebanyak enam
kali pertemuan.
3) Pelaksanaan pembelajaran dikelompok kontrol dengan pembelajaran
konvensional.
4) Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
5) Pelaksanaan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
untuk mengetahui kemampuan peningkatan penalaran dan komunikasi matematika.
6) Menyebarakan angket siswa pada siswa kelompok eksperimen untuk
mengetahui setelah perlakuan.
7) Pelaksaan wawancara pada guru dikelompok eksperimen untuk
mengetahui tanggapan dan kesulitan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan teknik problem posing.
c. Tahap Analisis Data
Data-data yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan akan dianalisis,
sehingga sampai diperoleh suatu kesimpulan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu statistik deskriftif dan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis.
D. Instrumen Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu tes dan non tes. Instrumen dalam jenis tes adalah tes penalaran dan komunikasi matematika. Instrumen dalam non-tes terdiri dari lembar observasi, kegiatan siswa dan guru, angket sikap siswa, serta pedoman wawancara untuk siswa dan guru terhadap teknik problem posing. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji caba instrumen untuk tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika. Sebelum soal diuji cobakan, peneliti berdiskusi dengan guru kelas V
B, dan C SDN Duren 3 Klari Karawang, kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing. Pada awalnya instrumen tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika diuji cobakan secara terbatas kepada 10 siswa kelas 6 SD. Dari uji coba 10 siswa ini diperoleh masukan untuk merevisi naskah soal tersebut. Kemudian soal yang telah direvisi diujicobakan kepada siswa satu kelas dengan peserta didik sebanyak 30 siswa.
Berdasarkan keterangan dari UPTD Pendidikan Kecamatan Klari bahwa sekolah tempat ujicoba instrumen termasuk pada level sekolah dengan kualifikasi sedang, hal tersebut dilihat dari rata-rata Ujian Nasional Tahun 2012. Kemudian hasilnya dianalisis dengan menggunakan anates Versi 4.0.5. Namun berdasarkan hasi analisis tersebut masih terdapat 1 butir soal yang belum valid, yaitu butir soal nomor 3. Hal ini dikerenakan butir soal yang belum dipengerti oleh siswa. Setelah itu penulis kembali mendiskusikan hal tersebut dengan dosen pembimbing dan sepakat untuk tetap menggunakan keseluruhan tes dengan mengubah redaksi soal terlebih dahulu. Selanjutnya instrumen tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika diuji cobakan di luar kelas subjek penelitian. Kelas yang menjadi uji coba instrumen yaitu kelas VI B SDN Duren 3 Klari Karawang. Hasil ujicoba dianalisis menggunakan bantuan program Anates 4.0.5. dan menunjukan bahwa semua soal menunjukan tingkat kesukaran yang sedang. Oleh karena itu soal perlu diperbaiki dan dilakukan ujicoba ulang. Naskah soal tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika terlampir.
Setelah ujicoba yang kedua dilakukan, kemudian data hasil ujicoba instrumen dianalisis dengan menggunakan program Anates Versi 4.0.5. Berdasarkan hasil ujicoba tersebut diperoleh bahwa semua butir soal adalah valid dan layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian. Hasil ujicoba instrumen tersebut terlampir. Setiap instrumen penelitian ini selanjutnya dibahas sebagai berikut:
a. Tes Penalaran dan Komunikasi Matematika
Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika dalam penelitian
ini, digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal penalaran dan komunikasi matematika, pada materi
volume kubus dan balok. Tes diberikan pada awal pembalajar (pretes) dan akhir pembelajaran (postes)
Jumlah soal dalam tes penalaran dan komunikasi matematika sebanyak
sepuluh butir. Setiap soal disusun dalam bentuk essay yang terdiri dari lima soal kemampuan penalaran dan lima soal kemampuan komunikasi. Bentuk soal essay ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dan mengemukakan ide-ide matematika. Hal ini sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Petersson, Resnick dan Lubienski (Herman, 2006: 73) bahwa tes dengan tipe ini cocok untuk mengukur daya matematis siswa.
Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika ini dikembangkan
dari peneliti dengan materi volume kubus dan balok dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat kisi-kisi tes yang sesuai dengan indikator pembelajaran,
indikator kemampuan penalaran matematika dan indikator kemampuan komunikasi matematika, yang disesuaikan dengan tingkat kesukaran soal. Kisi-kisi tes penalaran dan komunikasi dapat dilihat pada lampiran B.1 2) Membuat soal berdasarkan kisi-kisi soaltes penalaran dan komunikasi
matematika (pretes dan postes) dapat dilihat pada lampiran B2
3) Menilai validitas muka dan validitas isi (content validity) yang dilakukan oleh dosen pembingbing dan guru kelas V SD.
4) Memeriksa tingkat keterbacaan soal yang dilakukan oleh mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Dasar, guru SD, dan beberapa orang siswa SD.
5) Mengujicobakan tes yang kemudian dilanjutkan dengan menghitung
validitas, relibilitas, tingkat kesukaran, dan pembeda.
b. Pedoman penyekoran tes penalaran dan komunikasi
Untuk memperoleh data yang objektif dari tes penalaran dan komunikasi matematika, maka ditentukan pedoman penyekoran yang proposional untuk setiap butir soal. Dalam penelitian ini penyekoran menggunakan rubrik yang dibedakan untuk masing-masing kemampuan. Pedoman penyekoran untuk mengukur kemampuan penalaran matematika diadaptasi dari Carroll (1999) yang disajikan pada tabel.3.3.
Tabel 3.3
Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Penalaran Matematika
Skor indikator
0 Tidak ada jawaban,
Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan, atau
Tidak adajawaban yang benar
1
Hanya sebagian penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan
hubungan
Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dengan benar
2
Hampir semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan
hubungan
Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dengan benar
3
Semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan
Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dengan lengkap, jelas, dan benar
4
Jawaban benar disertai dengan alasan yang benar
Mengikuti argumen-arguman yang logis dalam menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dan benar
Sedangkan pedoman penyekoran untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika diadapsi dari Cai, Lane, & Jacabsin (1996) yang disajikan pada tabel 3.4. Tabel 3.4
Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Skor Indikator
0
Tidak ada jawaban, meskipun ada, maka hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa apa.
1 Hanya sedikit penjelasan, tabel, gambar grafik, diagram atau model
matematika yang benar 2
Penjelasan secara matematika masuk akal namun hanya sebagian lengkap dan benar. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram hampir benar namun tidak lengkap. Membuat model matematika hampir
namun salah dalam mendapatkan solusi.
3
Penjelasan secara matematik masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram dengan benar namun tidak lengkap. Membuat model matematika benar namunkurang benar dalam mendapatkan solusi
4
Penjelasan secara matematika masuk akal dan benar, serta tersusun secara logis. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram lengkap dan benar. Membuat model matematika dan mendapatkan solusi yang benar.
c. Analisis uji coba tes penalaran dan komunikasi matematika
Sebelum pretes dilakukan, instrumen terlebih dahulu diujicobakan kepada sekelompok siswa kelas V SD yang telah mempelajari volume bangun ruang dan balok. Ujicoba dilakukan pada satu kelas yang mewakili sekolah yaitu kelas V B sebanyak 30 siswa. Uji coba instrumen dianalisi dengan menggunakan progran ANATES Versi 4.0.5
1. Validitas butir soal
Pengujian validitas bertujuan untuk melihat tingkat kesahihan (ketepatan) suatu alat ukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono) dalam Akdon (2008). Pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antara skor butir soal dengan faktor
total dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment
Dengan bantuan program ANATES Versi 4.0.5. dapat diperoleh secara langsung koefisien korelasi setiap butir soal. Setelah diketahui koefisien korelasi
(rxy), maka langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai
r
tabel Product moment table pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan n - 2. Setiap butir soal dikatakan valid jika nilai rxy lebih besar dari pada nilair
tabel (Muhidin dan Abdurahman, 2007). Hasil analisis tes penalaran dan komunikasi matematika disajikan pada tabel 3.5.Tabel 3.5 Analisis Validitas Tes KemampuanPenalaran Matematika Dan Komunikasi Matematika
Nomor Soal xy
r
tabel keteranganKemampuan Penalaran Matematika 1 0,824 0,339 Valid 2 0,850 0,339 Valid 3 0,766 0,339 Valid 4 0,864 0,339 Valid 5 0,836 0,339 Valid Kemampuan Komunikasi Matematika 1 0,862 0,339 Valid 2 0,718 0,339 Valid 3 0,745 0,339 Valid 4 0,815 0,339 Valid 5 0,795 0,339 Valid
Dari Tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa walaupun koefisien korelasi (rxy) berbeda namun tetap lebih besar jika dibanding kan dengan nilai
r
tabel. Dengan demikian, semua butir soaldalam tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika adalah valid.2. Reliabilitas butir soal
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketepatan instrumen atau
ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Suatu alat evaluasi (instrumen) dikatakan valid bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah suatu tes memililki reliabilitas tinggi, atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya.
Berdasarkan hasil ujicoba reliabilitas butir soal secara keseluruhan dengan
bantuan program ANATES Versi 4.0.5 diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,86 untuk kemampuan penalaran dan 0,90 komunikasi matematika. Ini berarti bahwa tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika reliabilitas yang tinggi.
3. Daya pembeda
Perhitungan daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
suatu alat evaluasi (tes) dapat membedakan antara siswa yang berada pada kelompok atas (kemampuan tinggi) dan siswa yang berada pada kelompok bawah (kemampuan rendah).
Daya pembeda untuk teskemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika dapat disajikan pada tabel 3.6.
Tabel 3.6.
Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika
Jenis Kemampuan Nomor Soal Daya Pembeda
(%) Interpretasi Daya Pembeda Kemampuan Penalaran Matematika 1 37,50 Baik 2 53,13 Sangat Baik 3 40,63 Baik 4 43,75 Baik 5 40,63 Baik Kemampuan Komunikasi Matematika 1 62,50 Sangat Baik 2 46,88 Baik 3 34,38 Baik 4 50,00 Sagat Baik 5 37,50 Baik
Dari tabel 3.6 dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh soal yang terdapat pada
tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika tidak ada yang mempunyai daya pembeda kurang sehingga soal tersebut dapat dipergunakan untuk penelitian.
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal diperoleh dengan menghitung persentase siswa dalam menjawab butir soal dengan benar. Semakin kecil persentase menunjukkan bahwa butir soal semakin sukar dan semakin besar persentase menunjukkan bahwa butir soal semakin mudah. Tingkat kesukaran untuk tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika disajikan dalam tabel 3.7
Tabel 3.7
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika
Jenis Kemampuan Nomor soal
Tingkat kesukaran (%) Interpretasi tingkat kesukaran Kemampuan Penalaran Matematika 1 59,38 Sedang 2 54,69 Sedang 3 76,56 Mudah 4 65,63 Sedang 5 29,69 Sukar Kemampuan Komunikasi Matematika 1 56,25 Sedang 2 57,81 Sedang 3 79,69 Mudah 4 62,50 Sedang 5 28,13 Sukar
Dar tabel 3.7 dapat disimpulkan bahwa dari sebanyak sepuluh soal tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika terdapat 6 soal dengan kategori soal sedang, dua soal dengan kategori soal sukar, dan dua soal dengan kategori soal mudah
Berdasarkan hasil analisi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran maka tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika yang telah diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini. Hasil analisis uji instrumen yang diperoleh dari program ANATES Versi 4.0.5 serta klasifikasi interpretasi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran secara lengkap disajikan dalam lampiran B.6
E. Pengembangan Bahan ajar
Pembelajaran ditunjang dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa. Tugas yang berbentuk uraian berupa soal yang disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi indikator pemebelajaran teknik problem
posing yang ditentukan dalam penelitian ini. Selain itu tugas disusun agar siswa dapat mengerjakan soal secara bersama-sama dalam kelompok.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes, lembar observasi, angket skala sikap, dan wawancara. Data yang berkaitan dengan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa dikumpulkan melalui tes (pretes dan postes). Sedangkan data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam belajar
matematika sebagai dari akibat pembelajaran dengan teknik problem posing
dikumpulkan melalui angket skala sikap, lembar observasi, dan wawancara.
G. Teknik Pengolahan Data
a. Data yang diperoleh dari hasil tes (pretes dan postes) diolah dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem
penskoran yang di gunakan.
2. Membuat tabel skor tes hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
3. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus: g =
Hake dalam Meltzer, 2002) Keterangan
Spost = Skor postest SPre = Skor pretest
SMaks =Skor Maksimum
Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake dalam Meltzer yaitu:
Tabel 3.8 klasifikasi N-Gain (g)
Besarnya g interpretasi
g > 0,70 Tinggi 0,30 g 0,70 Sedang g < 0,30 Rendah
Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu ditentukan normalitas data dan homogenitas varians dengan menggunakan SPSS Versi 15.0
4. Menguji normalitas data skor tes kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika menggunakan uji ststistika Kolmogorov Smirnov Z
5. Menguji homogenitas varians tes kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika menggunakan uji Levene
6. Jika sebaran dan data normal dan homogen, kemudian dilakukan uji
signifikansi dengan uji t menggunakan uji statistik Compare Mean
Independent Samples Test.
Pemilihan pengujian statistik dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Tidak Normal tidak
Normal Normal
Bagan 3.1
Pemilihan Analisis Data Statistik
b. Data Hasil Observasi
Data hasil obsevasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Mengenai yang dilaporkan dalam lembar observasi
DATA PRETES NORMALITAS HOMOGENITAS POSTES NORMALITAS HOMOGENITAS UJI KOMPARASI DENGAN UJI t UJI KOMPARASI Dengan MANN-WHITNEY Dan UJI WILXOCON UJI KOMPARASI Dengan MANN -WHITNEY Dan UJI WILXOCON KETERANGAN = Dilalui = Tidak Dilalui
adalah sesuatu yang ada dalam keadaan wajar. Namun demikian tetap ada kelemahannya, yaitu subjektivitas observer, misalnya: observer dapat bertindak kurang objektif, kurang cekatan, lupa tidak terawasai dan lain-lain.
Tujuan dari lembar observer tersebut adalah untuk membuat refleksi terhadap proses pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih baik dari pada tindakan pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Lembar observasi ini juga digunakan untuk mengejar lebih jauh tentang temuan yang diperoleh secara kuantitatif dan kualitatif.
Dalam penelitian ini dilakukan obsevasi setiap tindakan, yang dicatat yaitu aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen. Karena indikator-indikator pengamatan yang dikembangkan dibuat hanya untuk memonitor pelaksanaan pembelajaran melalui teknik problem posing. Observasi tersebut dilakukan oleh peneliti.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran teknik problem posing terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa kelas V SD. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik statistik inferensial parameter, dimana teknik ini dapat digunakan dengan menggunakan uji-t taraf signifikasi 0,05. Untuk menguji hipotesis-hipotesis di atas, data hasil pretest dan postest diolah dengan secara statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk memenuhi perhitungan statistik parametris. Jika data diolah berdistribusi normal, maka uji statistik selanjutnya adalah uji statistik parametris. Sebaliknya, jika data yang diolah tidak memenuhi berdistribusi normal, maka uji statistik selanjutnya adalah uji
statistik nonparametris. Pengujian normalitas dapat menggunakan uji
b. Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas varians tes hasil kemampuan penalaran dan komunikasi matematis antara kelompok eksperimen dan kontroldilakukan denga SPSS 17.00 yang digunakan adalah Levene,s-tes yang diuji adalah:
H1 : 2 = 2
H2 : 2≠ 2
Keterangan:
H0 = Sampel homogen
Ht = Sampel tidak homogen
ae2= Varians kelas eksperimen
ak2= Varians Kelas kontrol
Kriteria Uji:
Terima H0 jika p-value > 0,05
Tolak H0 jika p-value <0,05
c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji t)
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang mengguanakan pembelajaran teknik problem posing bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Jika data berdistribusi normal maka digunakan uji-t. Namun, jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji Mann Whitney.
UJI t
Uji t untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen atau tidak. Uji t dilakukan dengan cara membandingkan besarnya nilai thitung dengan ttable.
Langkah-langkahnya adalah:
a. Menentukan hipotesis
Menentukan terlebih dahulu Ho dan H1
Menguji menggunakan dua sisi dengan tingkat signifikan = 5% c. Menentukan
t
hitungBerdasarkan hasil perhitungan dari SPSS yang telah dilakukan diperoleh akan diperoleh
t
hitungd. Menentukan ttable
Tabel distribusi t dicari pada = 5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) = n-2 sehingga akan diperoleh nilai ttabel
e. Kriteria pengujian
Jika
t
tabelt
hitung dan P value > 0,05 maka Ho diterima dan jika thitung >ttable dan P value 0,05 < maka Ho ditolak
d. Menghitung Indeks Gain yang Ternormalisasi
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol pada tes awal (pretest) dan tes akhir (postest). Untuk melihat peningkatan hasil pretes dan postes akan digunakan gain gabungan. Adapun rumus untuk mencari data gain menurut Meltzer (Arikunto, 2000: 29)
(Presentasi kenaikan = Indek Gain X 100%)
Dari data gain tersebut dilakukan uji normalitas dan uji perbedaan rata-rata. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran dengan teknik problem posing bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
I. Kegiatan Pembelajaran
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok pembelajaran, kelompok
pertama, kelompok (eksperimen) mendapatkan pembelajaran teknik problem
konvensional. Namun demikian, pembelajaran pada dua kelompok tetap mengacu kepada silabus yang telah disepakati antara peneliti dan guru yang mengajar pada dua kelompok tersebut.
Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol dilakukan seperti biasanya, yaitu guru mengawali pembelajaran dengan membahas soal-soal sebelumnya, kemudian memberikan penjelasan konsep yang baru secara informatif yang dilanjutkan dengan memberikan contoh soal dan diakhiri dengan memberikan soal latihan. Pada kelompok control, tidak ada perlakuan khusus dari peneliti. Sedangkan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen, selengkapnya dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdapat pada Lampiran A.2
J. Bahan Ajar
Untuk menunjang pembelajaran dalam penelitian ini, digunakan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Bahan ajar didesain agar kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa dapat berkembang dengan baik. Bahan ajar dalam penelitian ini, berupa lembar aktivitas siswa dan lembar problem posing. Lembar aktivitas siswa berisikan konsep matematika, dalam hal ini volume kubus, dan balok. Konsep matematika tersebut akan dapat ditemukan oleh siswa melalui penarikan kesimpulan dari beberapa tugas yang terdapat dalam lembar aktivitas siswa.
Sedangkan lembar problem posing berisikan satu situasi yang
berhubungan dengan materi yang dipelajari pada saat itu. Dari situasi tersebut, siswa diminta untuk merumuskan sejumlah pertanyaan dan menyelesaikan salah satu dari pertanyaan yang telah dibuatnya. Kedua bahan ajar ini hanya diberikan kepada kelompok eksperimen pada setiap pertemuan. Secara keseluruhan, jumlah pertemuan dalam penelitian ini adalah sebanyak enam kali yang disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran matematika pada kelas yang bersangkutan. Secara lengkap, bahan ajar dapat dilihat pada Lampiran A.2.
K. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Melakukan studi kepustakaan tentang pembelajaran matematika di sekolah dasar.
1) Melakukan observasi/studi pendahuluan melalui wawancara dengan guru
sekolah dasar, atau guru yang mengajar matematika untuk memperoleh informasi mengenai proses belajar mengajar, hasil belajar siswa, serta permasalahan yang ditemui dalam pembelajaran.
2) Menyusun proposal penelitian.
3) Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
4) Melakukan uji coba instrumen.
5) Menentukan subjek penelitian.
6) Memperkenalkan pembelajaran problem posing, berdiskusi, memberikan
pelatihan dan simulasi kepada guru yang mengajar di kelas eksperimen.
7) Memberikan pretes kepada kedua kelompok penelitian, kemudian
menentukan rerata dan simpangan baku dari masing-masing kelompok untuk mengetahui kesamaan kemampuan kedua kelompok terhadap konsep matematika.
8) Mengusahakan agar kondisi kedua kelompok tetap sama, kecuali pada
pemberian perlakuan. Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen
adalah pembelajaran problem posing sedangkan pada kelompok kontrol
adalah pembelajaran matematika konvensional.
9) Memberikan postes kepada kedua kelompok untuk mengetahui kemampuan
penalaran dan komunikasi matematika setelah mendapat perlakuan yang berbeda.
10) Melakukan pengolahan dan analisis data hasil penelitian untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika antar siswa yang mengikuti pembelajaran problem posing dan siswa yang mengikuti pembelajaran biasa.
11) Melakukan analisis data observasi, angket, jurnal siswa dan hasil wawancara. 12) Menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
Secara skematis
prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 3.2 Sema Prosedur Penelitian
Studi Pendahuluan
Penyusunan rancangan pembelajaran
problem posing
Penyusunan rancangan pembelajaran konvensional
Penyusunan uji coba, revisi, dan pengesahan instrumen Penentuan subjek Pretes Pelaksanaan Pembelajaran Problem Posing Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional Postes Analisis data Kesimpulan