i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI PENGGOLONGAN TUMBUHAN
MELALUI METODE BAMBOO DANCING
PADA SISWA KELAS III MI KLERO
KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Di ajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
YUNI SARIATI
NIM : 11511029
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI PENGGOLONGAN TUMBUHAN
MELALUI METODE BAMBOO DANCING
PADA SISWA KELAS III MI KLERO
KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Di ajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
YUNI SARIATI
NIM : 11511029
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vii MOTTO
Kesulitan dalam kehidupan dimaksudkan untuk menjadikan kita baik
bukannya penuh dengan kepahitan dan semua adalah proses
PERSEMBAHAN
Sekripsi ini dipersembahkan untuk :
1. Ayah dan Ibuku yang senantiasa mendoakan
2. Kakak dan keluargaku yang aku sayangi
3. Orang-orang terkasih
4. Teman-teman yang banyak membantu
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirah Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepda Nabi kita Muhammad SAW, sehingga skripsi yang berjudul,
“Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Penggolongan Tumbuhan Melalui Metode
Bamboo Dancing Pada Siswa Kelas III MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang Tahun 2015”dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang membantu dalam penyelesaiannya. Untuk itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku ketua jurusan PGMI yang telah memberikan kesempatan serta saran pembangun untuk peneliti.
4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku dosen pebimbing yang telah memberikan pengarahan kepada peneliti, sehingga terwujud skripsi ini.
5. Bapak Drs. M. Choderin, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan dukungan untuk peneliti.
ix
7. Ibu Ainun Mardliyah, S.Pd.I. selaku kepala Sekolah MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk meneliti.
8. Bapak Muhamad Safi`i, S.Ag selaku wali kelas III MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang telah berkenan memberikan waktu dan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di kelasnya, serta semua siswa yang telah berkenan menjadi subyek penelitian.
9. Ayah, ibuku, dan kakakku tercinta yang telah memberikan doa dan motivasi sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.
10.Teman-teman seperjuangan yang telah membantu sehinnga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangan, keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Segala saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan untuk kebaikan peneliti di masa datang.
Semoga dengan penulisan skripsi ini akan menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi peneliti dan bagi pembaca umumnya.
Salatiga, 1 September 2015 Peneliti
x ABSTRAK
Yuni Sariati. 2015. Peningkatan Hasil Belajar IPA Penggolongan Tumbuhan Melalui Metode Bamboo Dancing Pada Siswa Kelas III Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015. Skipsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.
Kata Kunci : Hasil Belajar dan Metode Bamboo Dancing
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode Bamboo Dancing dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi penggolongan tumbuhan pada siswa kelas III MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2015. Yang menjadi subyek penelitian yaitu siswa kelas III dengan jumlah siswa laki-laki 22 dan perempuan 14. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan Juli-Agustus.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdapat 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Pengumpulan data yang digunakan menggunakan tes tertulis, lembar observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan peneliti membandingkan nilai tiap siklus dengan KKM yang ditentukan oleh sekolah dengan tolak ukur Kriteria meningkat 24 (66,67%) tuntas dan 12 (33,33%) tidak tuntas. Pada siklus II yaitu 33 (91,67%) siswa yang tuntas dan 3 (8,33%) siswa tidak tuntas. Perbandingan hasil belajar dari pra siklus dengan siklus I yaitu terjadi peningkatan sebesar 22,21%, sedangkan jika dibandingkan dengan siklus II terjadi peningkatan sebesar 25%.
xi LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 19 5. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Kelas III SD/MI... 45 45 6. IPA Materi Penggolongan Tumbuhan... 46
xiii
1. Pengertian Metode Bamboo Dancing...
2. Kelebiha dan Kekurangan Metode Bamboo Dancing...
49 49
3. Langkah-Langkah Metode Bamboo Dancing... 49
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 51
1. Gambaran Umum Sekolah ... 51
B. Deskripsi Awal (Pra Siklus) ... 55
1. Perolehan Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPA... 55
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 56
1. Perencanaan Tindakan ... 57
2. Pelaksanaan Tindakan ... 56
3. Observasi ... 59
4. Refleksi ... 63
D. Deskripsi pelaksanaan siklus II ... 65
1. Perencanaan Tindakan ... 65 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 74
1. Deskripsi Data Pra Siklus ... 74
2. Deskripsi Siklus I ... 76
xiv
B. Pembahasan ... 79
1. Siklus I ... 82
2. Siklus II ... 88
3. Rekapitulasi Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II... 95
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Kompetensi Mta Pelajaran IPA Kelas III SD/MI... Tabel 3.1 Keadaan Guru MI Klero...
45 53
Tabel 3.2 Keadaan Siswa MI Klero... 53
Tabel 3.3 Data Siswa ... 54
Tabel 3.4 Nilai Ulangan Prasiklus... 55
Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 59
Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus I ... 62
Tabel 3.7 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 68
Tabel 3.8 Nilai Evaluasi Siklus II ... 71
Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 74
Tabel 4.2 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I ... 76
Tabel 4.3 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus II ... 78
Tabel 4.4 Gabungan Nilai Antar Siklus... 80
Tabel 4.5 Lembar observasi guru siklus I ... 83
Tabel 4.6 Lembar observasi guru siklus II ... 89
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK ... 11 Gambar 4.1 Presentase Nilai Evaluasi Siklus I ... 82 Gambar 4.2 Presentase Nilai Tes Evaluasi Siklus II ... Gambar 4.3 Ketuntasan Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II...
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... Lampiran 3 Dokumentasi ... Lampiran 4 Soal Evalusi Siklus I... Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus II ... Lampiran 6 Lembar Observasi Guru Siklus I... Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Siklus II... Lampiran 8 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa... Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa Siklus I... Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... Lampiran 11 Surat Pengantar Lembaga... Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian... Lampiran 13 Lembar Konsultasi Pembimbing... Lampiran 14 Daftar SKK... Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup...
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah paedagogy berasal dari bahasa Yunani yang artinya pendidikan. Pendidikan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan pembentukan diri secara utuh (Suwarno, 2006: 23). Di dalam Undang-undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan dalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Suwarno, 2006: 21).
Ilmu Pengetahuan Alam yang sering disingkat menjadi IPA, merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan termasuk pada jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendaptkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 165-167).
2
observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunana teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Ahmadi, 2000: 2). Dengan demikian pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenaranya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar isi memberikan pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapai juga merupakan suatu proses penemuan.Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapakannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan data temuan di lapangan hasil wawancara dengan salah satu guru kelas III di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang bahwa ditemukan masalah dalam pembelajaran IPA yaitu kurangnya pemahaman siswa dalam materi IPA, masih ada siswa yang nilainya belum mencapai KKM yaitu sebesar ≥ 70.
3
faktor yang mempengaruhi siswa mendapat nilai di bawah KKM. Hal ini ditandai dengan siswa pasif dan cenderung menghafal konsep dan guru juga mengakui tidak menggunakan metode pembelajaran secara inovatif dan kreatif dan guru tidak mempersiapkan RPP sebelum melaksanakan pembelajaran. Selain itu juga terdapat faktor-faktor lain seperti siswa pada saat di dalam kelas ngantuk, tidak memperhatikan guru, berbicara dengan teman.
Pembelajaran IPA akan mudah dipahami dengan menggunakan metode. Metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Kastolani, 2014: 7).
4
adalah membutuhkan ruang kelas yanag cukup besar, memerlukan waktu yang cukup lama (Huda, 2014: 249-251).
Berdasarkan penyebab di atas penulis mencoba menggunakan metode Bamboo Dancing. Metode Bamboo Dancing dipandang tepat untuk mengajarkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggolongan tumbuhan. Untuk memahami persoalan di atas perlunya tindak lanjut melalui Penelitian Tindakan Kelas yaitu dengan judul :
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI
PENGGOLONGAN TUMBUHAN MELALUI METODE BAMBOO
DANCING PADA SISWA KELAS III MI KLERO, KECAMATAN TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
Apakah melalui metode Bamboo Dancing dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi penggolongan tumbuhan pada siswa kelas III MI Klero KecamatanTengaran Kabupaten Semarang tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui metode Bamboo Dancing
5
pada siswa kelas III MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2015.
D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Penelitian
Suatu penelitian ilmiah diharapkan mampu memberikan manfaat sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah penggunaan metode Bamboo Dancing dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi penggolongan tumbuhan pada siswa kelas III MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2015.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode Bammboo Dancing ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut :
a. Kriteria ketuntasan klsikal dari keseluruhan siswa ≥ 85%.
b. Ada perubahan hasil belajar secara berkelanjutan (continue) dari siklus I ke siklus II.
6
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa ilmu pengetahuan, khususnya dalam metode pembelajaran Bamboo Dancing yang dilakukan di MI Klero pada pembelajaran IPA, dan dapat digunakan untuk mata pelajaran yang lainnya.
2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi Siswa
1) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
2) Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA.
3) Siswa merasa senang dan tertarik terhadap pembelajaran IPA. 4) Proses pembelajaran IPA tidak monoton dan lebih variatif. b. Bagi Guru
1) Sebagai pedoman dalam menerapkan metode pembelajaran. 2) Untuk meningkatkan kinerja giru agar guru dapat lebih kreatif
dalam mengajar.
7
c. Bagi Sekolah
1) Untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan di sekolah. 2) Untuk meningkatkan hasil prestasi di sekolah.
F. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang berupa ketrampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh (Hartiny 2010: 33). Rusmono (2012: 10) hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang berupa ketrampilan dan prilaku yang meliputi ranah kognitif akibat dari pengalaman yang diperoleh.
2. Ilmu Pengetahuan Alam
8
Jadi dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengrtahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari gejala dan perubahan-perubahan alam dengan cara khusus yaitu dengan melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunana teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
3. Metode Bamboo Dancing
Metode Bamboo Dancing adalah metode pembelajaran dengan sistem berjajar berhadapan dalam posisi berdiri saling berhadapan dan bergeser saperti bambu dimana siswa saling berbagi informasi.
Metode bamboo dancing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Adapun keunggulannya yaitu adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur serta memberi kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Sedangkan kelemahan dari metode Bamboo Dancing adalah membutuhkan ruang kelas yanag cukup besar.
9
a. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang , mereka berjajar di depan kelas.
b. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar disela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena memerlukan waktu yang relatif singkat.
c. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
d. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi. e. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri diujung alah satu
jajaran pindah ke ujung lainnya pada jajaran lain sehingga jajaran akan bergeser. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi informasi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai kebutuhan (Huda, 2014: 249-251).
G. Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classroom Action Research, yang berarti action research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas.
10
perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran. (Arikunto, 2007: 105). Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2008: 11) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan menerapkan metodologi penelitian untuk mendapatkan perubahan dan perbaikan terhadap hasil pembelajaran.
11
Gambar 1.1. Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK
(Arikunto, 2007: 74)
2. Subyek Penelitian
a. Yang menjadi subjek penelitian dalam melakukan peneliatian ini adalah siswa kelas III MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan jumlah siswa 36, yang terdiri dari 22 laki-laki dan 14 perempuan. Peneliti ini menggunakan pola kolaboratif yaitu guru mengajar dan peneliti sebagai pengamat.
b. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2015.
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS 1
Tindakan/
observasi Perbaikan/ Rencana tti
SIKLUS 2
Tindakan/ observasi
12
c. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dua bulan, mulai dari bulan Juli-Agustus Tahun 2015. Pada semester 1 tahun ajaran 2015/2016 di MI Klero Kecamtan Tengaran Kabupten Semarang.
3. Langkah-Langkah Penelitian
Arikunto (2007 : 74) mengemukakan bahwa tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting, yaitu meliputi : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan tindakan (Planning)
Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan bagaimana penelitian tindakan tersebut akan dilakukan (Arikunto, 2007: 75). Adapun tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
1) Membuat rencana atau skenario pelaksanaan pembelajaran menggunakan metodeBamboo Dancing.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode Bamboo Dancing.
13
4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan metode
Bamboo Dancing.
5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan metode Bamboo Dancing.
6) Menyiapkan instrumen untuk menggali data hasil belajar siswa dengan menggunakan tes evaluasi.
b. Pelaksanaan (Action)
Pada tahap ini yaitu penerapan rancangan strategi dan skenario pembelajaran yang diterapakan (Arikunto, 2006: 76). Jadi guru menggunakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode Bamboo Dancing. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Guru memebagi siswa menjadi empat kelompok.Kemudian guru meminta kelompok pertama berdiri berjajar dan berhadapan dengan kelompok kedua. Kelompok tiga berdiri berjajar dan berhadapan dengan kelompok empat.
2) Kemudian dua siswa yang berpasangan dan saling berhadapan dari kedua jajaran berbagi informasi.
14
Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai kebutuhan (Huda, 2014: 249-251).
c. Pengamatan (Observation)
Observasi hasil tindakan dilakukan selama pelaksanaan tindakan sedang berjalan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dengan cara menggunakan lembar observasi guru dan tes tertulis untuk menggali data evalusi siswa.
d. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya (Arikunto, 2007: 80).
Pada tahap refleksi meliputi: (1) mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran, (2) evaluasi hasil observasi, (3) analisis hasil pembelajaran. Memperbaiki kelemahan pada siklus I, silus II dan sebagainya.
4. Instrumen Penilaian
Instrumen pengumpulan data yang diginakan dalam penelitian tindakan kelas yaitu :
15
selama proses pembelajaran dan menerapkan metode Bamboo Dancing.
b. Tes tertulis, digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang menggambarkan target kompetensi. Adapun tes tertulis yang digunakan ini, termasuk dalam evaluasi formatif.
c. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang berupa foto kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan motode Bamboo Dancing.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian tindakan kelas yaitu :
a. Observasi
Digunakan untuk mendapatkan data tentang ketrampilan guru selama proses pembelajaran dan menerapkan dalam menggunakan metode Bamboo Dancing.
b. Tes tertulis
16
c. Dokumentasi
Instrumen yang dapa digunakan peneliti berupa dokumentasi yaitu foto sebagai bukti kegiatan pembelajaran menggunakan metode
Bamboo Dancing di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2015.
6. Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yakni sebesar ≥ 70. Oleh karena itu setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya atau mencapai KKM jika nilai
perolehan siswa ≥ 70. Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas
belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai perolehan siswa ≤ 70. Selanjutnya, untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus digunakan tolok ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal(KKL). Adapun Kriteria Ketuntasan Klasikal (KKL) yang dipilih sebesar 85% (Trianto, 2009: 241).
Peneliti menggunakan perhitungan presentase untuk menentukan kriteria ketuntasan klasikal dengan rumus :
x100 = P
Keterangan: F = Frekuensi
N = Jumlah seluruh siswa
17
Sedangkan untuk mengitung rentang kategori pada lembar observasi guru ditentukan rumus (Supramono dan Sugiarto, 1993: 29):
i
Dimana i = interval kelas
H = nilai observasi tertinggi + ½ unit pengamat terkecil L = Nilai observasi terkecil – ½ unit pengamat terkecil K = Banyaknya kelas
H. Sistematika Penulisan
Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo judul persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengatar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
Bab I pendahuluan berisi yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi operasinal, dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.
Bab II kajian pustaka mencakup: peningkatan hasil belajar, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan metode Bamboo Dancing.
18
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi per siklus yang membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan dan berisi pembahasan.
19 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dan interaksi dengan lingkugannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011: 13). Menurut Muhibin Syah (2010: 68) belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Belajar adalah proses perubahan manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain (Baharudin, 2008: 15). Menurut Rosma Hartiny Sam’s, (2010: 31) belajar adalah perubahan kemampuan dan disposisi seseorang yang dapat dipertahankan dalam suatu periode tertentu dan bukan merupakan hasil dari proses pertumbuhan.Perwujudan dari belajar adalah hasil belajar.
20
perubahan kemampuan atau perilaku yang terjadi bersifat relatif menetap, (3) perubahan tersebut disebabkan karena hasil adanya latihan atau pengalaman dan bukan karena proses dari pertumbuhan atau kematangan (Sam`s, 2010: 32).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh latihan kearah tujuan yang lebih baik yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Ciri-Ciri Belajar
Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar (Djamarah, 2011: 15).
1) Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan daam dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
21
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan bersikap aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi sendirinya, melainkan karna usaha individu sendiri.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
22
perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan belajar bersifat positif dan aktif, perubahan belajar bertujuan atu terarah dan perubahan mencakup aspek tingkah laku.
c. Prinsip-Prinsip Belajar
Soekamto dan Winataputra (dalam Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, 2007: 16) mengemukakan dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar yakni:
1) Apapun yang dipelajari siswa , dialah yang harus belajar bukan orang lain.Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif. 2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. 3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4) Penguasaan yang sempurna dari seetiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti. 5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya..
d. Proses Belajar
Menurut Gagne (dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2008: 16) proses belajar terdapat beberapa fase diantaranya :
23
2) Tahap konsentrasi yaitu siswa harus memusatkan perhatian yang telah ada pada tahap motivasi untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari.
3) Tahap Mengolah yaitu siswa menahan informasi yang diterimadalam short term memory, tau tempat penyimpanan ingatan jangka pendek, kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi makna (meaning) berupa sandi-sandi sesuai penangkapan masing-masing.
4) Tahap menyimpan yaitu siswa menyimpan simbol-simbol hasil olahan yang telah diberi makna ke dalam long term memory atau ingatan jangka panjang.
5) Tahap Menggali yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan di long term memory ke short term memory untuk dikaitkan dengan informasi baru yang telah diterima.
6) Tahap prestasi yaitu informasi yang telah digali sebelumnya digunakan untuk menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar.
7) Tahap umpan balik yaitu siswa memperoleh penguatan (konfirmasi) atas prestasi yang ditunjukkan.
24
e. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi tiga yakni faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.
1) Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis ( yang bersifat rohaniah). a) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
25
b) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Diantara faktor-faktor tersebut adalah: (1) Inteligensi Siswa/Tingkat Kecerdasan
Inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya. Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
(2) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal ang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
26
pelajaran anda, apalagi diiringi kebencian kepada anda atau mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
(3) Bakat Siswa
Setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan inteligensi.
(4) Minat Siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.
27
(5) Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organism baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang dating dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orangtua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang menolong siswa untuk belajar.
28
melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
2) Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang poitif bagi kegiatan belajar siswa.
29
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.
b) Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa. 3) Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut (Syah, 2010: 145-156)
30
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimilliki oleh siswa setelah hasil mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan sintetis yang diraih siswa dan merupakan tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar (Hartiny, 2010: 37). Menurut (Rusmono, 2012: 10) hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Trianto (2009: 241) berdasarkan ketentuan KTSP penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Maka dalam penelitian ini sesuai dengan dengan KKM sekolah tempat penelitian di MI Klero Kecamatan Tengaran pada mata pelajaran IPA adalah 70 dan ketuntasan secara klasikal 85%. Jadi setiap siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran apabila (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 70 % dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal)
jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang tuntas
31
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian hasil dari suatu proses yang terjadi karena adanya usaha yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan guna mencapai tujuan pengajaran intruksional khusus baik secara individu maupun kelompok.
b. Jenis Hasil Belajar
Jenis hasil belajar memiliki sasaran yang berupa ranah-ranah yang terkandung dalam dalam tujuan pendidikan. Ranah-ranah tersebut diklasifikasikan menjadi tiga yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik (Dimyati, 2002: 202-208).
1) Ranah kognitif (cognitive domain)
Yang termasuk ranah kognitif yaitu:
a) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kogniiff berupa pengenalan, dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari.
b) Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya.
32
konkret atau situasi baru. Dalam peneran siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih generalisasi atau abstraksi tertentu secara tepat untuk dieterapkan dalam situasi yang baru dan menerapkan secara benar.
d) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsur pokok.
e) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru.
f) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu. Dalam evaluasi, siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus. 2) Ranah afektif (Effective Domain)
Ranah afektif ini berhubungan dengan perhatian, sikap, tindakan, nilai, perasaan, emosi, dan penghargaan. Menurut Kratwohl, Bloom, dan Masia (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 205) yang termasuk ke dalam ranah afektif yaitu:
33
b) Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulan dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan. Untuk merespon siswa diminta untuk menunjukkan persetujuaan, kesediaan, dan kepuasan dalam merespon.
c) Menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi. Dalam menilai, siswa dituntut untuk menunjukkan penerimaan terhadap nilai, kesukaran terhadap nilai, dan keterikatan terhadap nilai.
d) Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya. Untuk menunjukkan kemampuan mengorganisasi ini, siswa diminta untuk mengorganisasikan nilai-nilai ke suatu organisasi yang lebih besar.
34
kemampunnya dalam menjelaskan, memberikan batasan dan mempertimbangkan nilai-nilai yang direspon.
3) Ranah psikomotorik (psikomotor domain)
Menurut Davies (dalam Dimyati, 2002: 205) ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan.
a) Persepsi (perception) mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.
b) Kesiapan (set) mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
35
d) Gerakan yang terbiasa (mechanical response) mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan karena siswa sudah mendapat latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh.
e) Gerakan yang komplek (complex response) mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas berbagai komponen dengan lancar tepat dan efisien yang dinyatakan dalam satu rangkaian perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur.
36
c. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
1) Faktor lingkungan a) Lingkungan alami
Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang didalamnya dihiasi dengan tanaman yang dipelihara sebagai laboratorium bagi peserta didik sehingga peserta didik lebih berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajran di sekolah.
b) Lingkungan sosial budaya
Sebagai anggota masyarakat anak didik tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial.Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk patuh terhadap norma-norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku dalm masyarakat.
2) Faktor instrumental a) Kurikulum
37
b) Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan.Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang.Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia baik tenaga, finansial, dan saran prasarana.
c) Sarana dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting bagi pendidikan.Sarana dan fasilitas mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah.Anak didik tentu dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik. Maslah yang anak didik hadapi dalam beljarrelatif kecil. Sehingga hasil belajar dari anak didk tentu akan lebih baik.
d) Guru
38
e) Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar.Siswa yang tampak segar jasmaniyahnya akan semngat dalm belajar dibandingkan dengan siswa dalam keadaan kelelahan. Selain itu hal yang tak kalah pentingnya yaitu kondisi panca indra seperti mata, hidung, telinga dan sebagainya sangat berpengaruh tehadap kemampuan belajar siswa.
f) Kondisi psikologis
Faktor psikologis merupakan hal utama dalam menentukan intensitas belajar anak. Meski faktor yang lain mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung maka faktor yang lain akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, bakat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan-kemapuan kognitif adalah faktor-faktor psikologos yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa (Djamarah, 2011: 176-191).
39
d. Ragam Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, ragamnya pun banyak, mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
1) Pre-tes dan Post-test
Kegitan pre-tes dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengindentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan seiring tidak memerlukan instrument tertulis. Post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan cukup dengan menggunakan instrumen sederhana yang berisi item-item yang berjumlahnya sangat terbatas.
2) Evaluasi Prasyarat
40
3) Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengindentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrumen evaluasi jenis ini dititikberatkan pada pembahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan.
4) Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang
dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa. hasil diagnosis kesulitan belajar tersebuat digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan). 5) Evaluasi Sumatif
Ragam penelitian sumatif dapat dianggp sebagai “ulangan
umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau
41
6) Ujian Akhir Nasional (UAN)
Ujian Akhir nasional (UAN) yang dulu disebut EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa. Namun, UAN yang diberlakukan mulai tahun 2002 itu direncang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu seperti jenjang SD/MI, SLTA/MTs, dan sekolah-sekolah menegah yakni SMA dan sebagainya(Syah, 2010: 197).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ragam evaluasi terdiri dari berbagai macam diantaranya pre test dan post test, evaluasi prasyarat, evaluasi diagnostik, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan ujian akhir nasional.
B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
42
Ilmu Pengetahauan Alam adalah suatu pengetahuan teori yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunana teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Ahmadi, 2000: 2).
Hakikat pembelajaran IPA sebagai ilmu tentang alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu : ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap.
1. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk yaitu berupa fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. Jadi, ada beberapa istilah yang dapat diambil dari pengertian IPA sebagai produk, yaitu :
a. Fakta dalam IPA, pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar da atau peristiwa-peristiwa yang benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif.
b. Konsep IPA merupakan sutu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA.
c. Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA.
43
e. Teori ilmiah merupakan kerngkayang lebih luas dari fakta-fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan.
2. IPA sebagi proses yaitu IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuan.Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan ketrampilan proses sains.
3. IPA sebagai sikap yaitu, sikap yang harus dimiliki siswa dalammpembelajran IPA pada saat melkukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan di lapangan (Susanto, 2013: 167-169).
Dari pengertiam di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari gejala dan perubahan-perubahan alam dengan cara khusus yaitu dengan melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunana teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
2. Karakteristik IPA
Karakteristik IPA menurut Jacobson dan Bergman (dalam Susanto, 2013: 170), meliputi :
1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori.
2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya.
44
4) IPA tidak dapat membuktikan semua tetapi hanya sebagia atau beberapa saja.
5) Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.
3. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (dalam Susanto, 2013: 171) dimaksudkan untuk :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasrkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman-pemahaman konsep IPA yang bermanfaat dan dapt diterapkan dalm kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang salimg mempengaruhi antar IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
45
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasr untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
4. Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut (Mulyasa, 2006: 112)
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan
gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
5. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Kelas III SD/MI
Tabel 2.1 Standar kompetensi Mata Pelajaran IPA Kelas III
No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1 Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup.
1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.
1.2 Menggolongkan
makhluk hidup secara sederhana. rekreasi, istirahat dan olahraga).
46
2
yang berpengaruh terhadap kesehatan , dan upaya menjaga ksehatan. 3 Memehami sifat-sifat,
perubahan sifat benda dan kegunaanya dalam kehidupan sehari-hari.
3.1 Mengidentifikasi sifat sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair dan gas.
3.2 Mendiskripsikan
perubahan sifat benda (ukuran, bentuk, warna
3.3 Menjelaskan kegunaan benda plastik, kayu, kaca, dan kertas.
6. IPA Materi Penggolongan Tumbuhan
a. Penggolongan TumbuhanBerdasarkan Tempat Hidupnya
Seperti hewan, tumbuhan pun digolongkan berdasarkan
tempat hidupnya. Tempat hidup tumbuhan ada di darat dan ada
pula di air. Amatilah tumbuhan yang ada di sekitarmu.Adakah
pohon kelapa atau pohon pisang di dekat rumah atau sekolahmu?
Di manakah tempathidup pohon-pohon tersebut?
Pohon kelapa dan pohon pisang tempat hidupnya di
47
melati, jagung, dan ketela. Namun, ada pula tum buhan yang
tempat hidupnya di air,seperti teratai, eceng gondok, dan
kangkung.
b. Penggolongan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Daunnya
Hampir semua tumbuhan memiliki daun. Daun berguna
sebagai tempat pembuatan makanan dan sebagai alat pernapasan
tumbuhan. Bentuk daun bermacam-macam, yaitu :
1) Bentuk daun oval, yaitu bagian tengah daun lebih lebar
dibandingkan bagian atas dan bawahnya, misalnya daun
mangga, rambutan,dan durian.
2) Bentuk daun jantung, yaitu bentuknya seperti jantung,
misalnya daun eceng gondok dan daun sirih.
3) Bentuk daun menjari atau seperti jari, misalnya daun singkong
dan daun pepaya.
4) Bentuk daun memanjang, yaitu helaian daun memiliki lebar
yang sama misalnya pandan dan padi.
c. Penggolongan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Batangnya
Batang adalah bagian tumbuhan yang berguna sebagai
penyalur makanan dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. Selain
itu, batang berfungsi untuk menegakkan tumbuhan di atas
48
d. Penggolongan Tumbuhan Berdasarkan Jenis Akarnya
Amatilah akar tumbuhan yang ada di lingkungansekitarmu.
Akar bagi umbuhan sangat penting karena berfungsi untuk
menyerap air dan makanan dari dalam tanah. Pada
beberapatumbuhan, seperti wortel dan ketela pohon, akar berfungsi
sebagai penyimpan cadangan makanan.
Ada dua jenis akar, yaitu akar serabut dan akar tunggang.
Akar serabut tidak memiliki akar utama dan setiap bagian akar
besarnya sama. Akar tunggang adalah akar utama yang berukuran
besar dan memiliki akar cabang. Tumbuhan yang memiliki akar
serabut, misalnya tumbuhan padi, jagung, rumput, dan
tebu.Tumbuhan yang memiliki akar tunggang, misalnya pohon
mangga, jambu, dan durian.Akar memiliki fungsi yang sangat
penting.Fungsi akar sebagai penyerap air dari dalam tanah. Hal itu
membuat lingkungan terhindar dari banjir karena air yang jatuh ke
bumi diserap dengan baik. Akar tumbuhan juga membuat keadaan
tanah menjadi subur. Jika tidak ada tumbuhan, air sulit diserap oleh
tanah sehingga bencana banjir tidak dapat dihindarkan dan
49
C. Metode Bamboo Dancing
1. Pengertian Metode Bamboo Dancing
Metode Bamboo Dancing adalah metode pembelajaran dengan sistem berjajar berhadapan dalam posisi berdiri saling berhadapan dan bergeser saperti bambu dimana siswa saling berbagi informasi (Huda, 2014: 250).
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Bamboo Dancing
Kelebihan metode Bamboo Dancing yaitu adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur serta memberi kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.Sedangkan kelemahan metode Bamboo Dancing yaitu membutuhkan ruang kelas atau tempat yanag cukup besar, membutuhkan waktu yang cukup lama.
3. Langkah-langkah Metode Bamboo Dancing
Dalam penerapan metode Bamboo Dancing, langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu :
a. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar.Jika ada cukup ruang , mereka berjajar di depan kelas.
50
c. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
d. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi. e. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri diujung alah satu
51 BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
1. Gambaran Umum Sekolah
a. Identitas Sekolah
MI Klero merupakan salah satu MI yang berada di desa Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. MI Klero merupakan lembaga pendidikan di bawah naungan Depag Kabupaten Semarang.
1) Nama : MI Klero 2) Alamat Sekolah :
a) Desa/Kelurahan : Klero b) Kecamatan : Tengaran c) Kabupaten : Semarang d) Provinsi : Jawa Tengah e) Kode Pos : 50775
b. Visi dan Misi
Visi MI Klero Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang yaitu:
1) Unggul dalam prestasi
52
Misi MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yaitu:
1) Mewujudkan peningkatan kualitas tamatan.
2) Membentuk generasi yang bertaqwa, mandiri, hormat, dan santun.
3) Membentuk generasi muda yang cerdas, kreatif, dan cinta almamater.
4) Meningkatkan prestasi kerja yang dilandasi semangat kekeluargaan.
5) Menciptakan keseimbangan intelektual dan emosional serta spiritual dalam mewujudkan situasi kondusif kearah terwujudnya tujuan pendidikan nasional.
c. Tujuan Pendidikan
MI Klero kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman ajaran agama islam
2) Membiasakan sikap disiplin dan menumbuhkan sikap patriotisme pada siswa.
3) Meningkatkan kualitas KBM agar siswa dapat mengembangkan kemampuan secara optimal.
53
5) Membimbing dan membantu siswa dalam mengatasi dan mencari solusi berbagai masalah yang dihadapi.
d. Keadaan Guru
Keadaan guru MI Klero adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Keadaan Guru MI Klero
NO Nama Jawaban
1. Ainun Mardliyah, S.Pd.I Kepala sekolah 2. Budi Hartanto, S.Pd.I Guru
8. Arwidatul Rahmawati, S.Pd.I Guru 9. Afidatun, S.Pd.I Guru
e. Keadaan Siswa
Pada tahun 2015/2016 MI Klero mempunyai 187 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2 Keadaan Siswa MI Klero
54
f. Karakteristik Siswa
Siswa yang dijadikan subyek penelitian adalah siswa kelas III yang berjumlah 36 siswa, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Adapun rincian data siswa kelas III adalah
17. Risky Raditiya Pratama 18. Anas Fauzul Hakim 19. Affan Noval Tegar Jati 20. Muhammad Hafish Al Qurana
21. Saputra
22. Amalia Putri Widyawati 23. Aprilia Ayu Diana 24. Bima Hafish Setiawan
25. Eko Febriyanto 26. Kiandaru Angestu Putra
27. Latifatun Nikmah
28. Muhammad Hanif 29. Muhammad Sidiq Bakhrudin 30. M.Wahyu Dzawin Niam
55
32. Neysa Firdania Handayani 33. Rafi Zakiudin
34. Regina Riti
35. Salsa Aisyahra Kristiani 36. Septiana Wahyu Utami
g. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan 2 kali di MI Klero. Waktu pelaksanaan sebagai berikut :
Siklus I : 5 Agustus 2015 Siklus II :12 Agustus 2015
B. Deskripsi Awal (Pra Siklus)
1. Perolehan Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPA
Pada tahap ini peneliti menggunakan nilai ulangan harian mata pelajaran IPA untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas III MI Klero Kecamatan Tengaran. Berikut ini hasil nilai ulangan harian sebelum menggunakan metode Bamboo Dancing :
Tabel 3.4 Nilai Ulangan Harian Prasiklus
56
17. Risky Raditiya Pratama 40 18. Anas Fauzul Hakim 70 19. Affan Noval Tegar Jati 60 20. Muhammad Hafish Al Qurana 70
21. Saputra 50
22. Amalia Putri Widyawati 60 23. Aprilia Ayu Diana 50 24. Bima Hafish Setiawan 80
25. Eko Febriyanto 40
26. Kiandaru Angestu Putra 50 27. Latifatun Nikmah 40
28. Muhammad Hanif 20
29. Muhammad Sdiq Bakhrudin 70 30. M.Wahyu Dzawin Niam 50 31. Nadia Budhi Ananda 70 32. Neysa Firdania Handayani 70
33. Rafi Zakiudin 40
34. Regina Riti 70
35. Salsa Aisyahra Kristiani 30 36. Septiana Wahyu Utami 50
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan ini yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut :
a. Mempersiapkan materi penggolongan tumbuhan. b. Menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
57
e. Menyusun lembar observasi guru. f. Membuat simulasi perbaikan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2015 yang berlangsung selama satu kali tatap muka (2 x 35 menit). Materi yang diajarkan pada siklus ini adalah penggolongan tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya dan berdasarkan bentuk daunnya. Berikut langkah-langkah pelaksanaan siklus I:
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1) Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama dipimpin oleh salah seorang siswa dengan penuh khidmat.
2) Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
3) Guru menanyakan kabar peserta didik
4) Guru memberikan appersepsi dan motivasi yaitu dengan melakukan ice breaking dan menghubungkan materi pelajaran dengan lingkungan sekitar.
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Kegiatan Inti (50 Menit)
1) Siswa diminta untuk membaca materi yang diberikan oleh guru.
58
3) Siswa diminta untuk menuliskan kalimat informasi yang ditemukan dalam materi yang telah dibaca.
4) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu A, B, C, D.
5) Guru meminta siswa untuk berdiri berjajar berhadapan.Kelompok A berdiri berjajar dengan kelompok B, kelompok C dan D.
6) Kemudian guru meminta dua siswa berpasangan dari kedua jajaran untuk berbagi informasi, kemudian satu atau dua siswa yang berdiri diujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya pada jajaran lain sehingga jajaran akan bergeser.
7) Guru meminta siswa untuk maju ke depan dan membaca informasi yang didapat melalui metode Bamboo Dancing. 8) Guru memberikan umpan balik kepada siswa.
c. Kegiatan Akhir (10 Menit)
1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.
2) Guru memberikan evaluasi siklus I kepada siswa.
3) Guru mengomentari hal-hal yang terjadi dalam proses kegiatan belajar hari ini.
4) Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan yang selanjutnya.
59
3. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi atau pengamatan terhadap guru. Dalam tahap ini penggunaan perangkat berupa lembar pengamatan guru. Selain itu, juga dilakukan tes evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.
a. Lembar Observasi
Tabel 3.5 Lembar Observasi Guru Siklus I
No Aspek yang diamati Skala Partisipasi
A B C D
Kemampuan Guru Membuka Pelajaran
1. Memeriksa kesiapan siswa
2. Memberi motivasi awal 3. Memberikan apresepsi (kaitan
materi yang sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan)
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan
7. Mobilitasi posisi mengajar
Penguasaan Bahan Belajar
(Materi Pelajaran)
8. Bahan belajar disajikan sesuai langkah-langkah yang direncanakan di RPP yakni dengan menerapkan metode Bamboo Dancing.
60
9. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi).
10. Kejelasan dalam memberikan contoh
Kegiatan Belajar Mengajar
(Proses Pembelajaran).
11. Penyanjian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan.
12. Memiliki keterampilan mengatur siswa saat penerapan metode
Bamboo Dancing.
13. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Bamboo Dancing.
14. Melaksanakan proses pembelajaran dengan penerapan metode Bamboo Dancing dengan runtut.
15. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan
Pemanfaatan Media
Pembelajaran dan Sumber
Belajar
16. Menggunakan media secara efektif dan efisien
18. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan
19. Penilaian yang diberikan seseuai dengan RPP
Kemampuan Menutup Kegiatan
Pembelajaran
20. Meninjau kembali materi yang telah diberikan
21. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
22. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran
61
23. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok
24. Menginformasikan materi atau bahan belajar yang akan dipelajari berikutnya
Jumlah 68 21
Skor Total 89
Katagori Baik sekali
Keterangan Rumus untuk mencari rentang kategori:
i
Dimana i = interval kelas
H = nilai observasi tertinggi + ½ unit pengamat terkecil L = Nilai observasi terkecil – ½ unit pengamat terkecil K = Banyaknya kelas (Supramono dan Sugiarto, 1993: 29) Maka,:
i
i
62
Jadi, dapat ditentukan kategori sebagai berikut: nilai 78 – 96 = baik sekali
nilai 60 – 78 = baik nilai 42 – 60 = sedang nilai 24 – 42 = buruk
b. Nilai Evaluasi Siklus I
Tabel 3.6 Nilai Evaluasi Siklus I
No Nama Siswa Nilai