• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KATOLIK ATMA JAYA. Regina Syafinas, Zulfikar Zen. Abstrak. Abstrack

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KATOLIK ATMA JAYA. Regina Syafinas, Zulfikar Zen. Abstrak. Abstrack"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KATOLIK ATMA JAYA

Regina Syafinas, Zulfikar Zen

Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16425

regina.syafinas@ui.ac.id Abstrak

Penelitian ini membahas persepsi pemustaka terhadap layanan Perpustakaan Universitas Katolik Atma Jaya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi pemustaka terhadap layanan, koleksi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta harapan pemustaka untuk kemajuan layanan Perpustakaan Universitas Katolik Atma Jaya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei. Hasil penelitian ini persepsi pemustaka terhadap layanan adalah baik dengan skor 2,83. Persepsi pemustaka terhadap koleksi adalah baik dengan skor 2,77. Persepsi pemustaka terhadap sumber daya manusia adalah baik dengan skor 2,84. Persepsi pemustaka terhadap sarana dan prasarana adalah baik dengan skor 2,78. Rentang untuk kategori baik adalah 2,6-3,3. Harapan pemustaka adalah sebanyak 17,1% mengaharapkan untuk memperbaiki sarana internet agar server yang digunakan tidak mudah down, 16,2% mengharapakan untuk memperluas ruang baca, dan 8,6% mengharapkan untuk memperbanyak koleksi. Kata Kunci : Persepsi, layanan, perpustakaan perguruan tinggi

Abstrack

This research is studying about users perception to Universitas Katolik Atma Jaya library service. The purpose of this study is to understand user perception about the service, collection, librarians, facilities and infrastructure, and user expectation for Universitas Katolik Atma Jaya library service progress. The research usesquantitativeapproach with survey method. The results of this research is user perception about the service is good with a score of 2,83. User perception about the collection is good with a score of 2,77. User perception about the librarians is good with a score of 2,84. Range for good category is 2,6-3,3. User perception about the facilities and infrastuructue is god with a score 2,78. The user expectation is 17,1% expecting the internet can more better, 16,2% expecting to expand the reading room, and 8,6% expecting to expand the collection.

(2)

1. Pendahuluan

Saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang penting untuk kemajuan suatu bangsa. Salah satunya adalah harus tersedianya sumber belajar di setiap lembaga pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 42 tentang Standar Nasional Pendidikan dikatakan bahwa :

“Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,

ruang tata usaha, ruang

perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat

lain yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.” Berdasarkan Peraturan Pemerintah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa.

1.1 Latar Belakang

Seperti yang telah dijelaskan pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 42 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa setiap jenjang pendidikan harus memiliki sarana pendidikan, maka perguruan tinggi pun harus memiliki perpustakaan. Keberadaan perpustakaan pada perguruan tinggi sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi tersebut. Perpustakaan perguruan

tinggi merupakan jantung dari sebuah perguruan tinggi.

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan suatu unit pelaksana teknis yang mengemban tugas untuk mendukung tujuan lembaga induknya, yaitu memberikan layanan informasi kepada civitas akademika yang relevan dengan program Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat. Untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut, perpustakaan perguruan tinggi harus melaksanakan fungsinya sebagai pusat pendidikan, pusat informasi, pusat penelitian dan pusat rekreasi. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, perpustakaan perguruan tinggi perlu menghimpun, mengelola dan menyajikan bahan pustaka sebagai sumber informasi agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemakainya sehingga dapat memperluas pengetahuan dan memenuhi kebutuhan informasi pemustaka.

Perpustakaan merupakan lembaga yang bergerak di bidang jasa sehingga layanan merupakan hal yang paling penting dalam sebuah perpustakaan. Oleh karena itu, agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka harus dibangun sistem layanan yang berorientasi pada kepuasan pemakai. Layanan merupakan ujung tombak dari keberhasilan sebuah perpustakaan karena apabila layanan yang diberikan oleh perpustakaan telah memenuhi kebutuhan pemustaka, maka pemustaka akan merasa puas. Namun, apabila layanan yang diberikan perpustakaan belum memenuhi kebutuhan pemustaka, maka pemustaka akan merasa tidak puas.

Keberhasilan layanan perpustakaan dapat dilihat dari persepsi pemustaka. Persepsi pemustaka sangat penting untuk kemajuan sebuah perpustakaan. Menurut Walgito (2002) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

(3)

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Sedangkan menurut Robbins (2003) persepsi merupakan suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan hasil dari apa yang seseorang dapatkan, lihat, alami, dan rasakan yang ditafsirkan melalui kesan atau pendapat.

Unika Atma Jaya merupakan salah satu perguruan tinggi swasta katolik tertua di Jakarta. Perpustakaan Unika Atma Jaya memiliki perpustakaan yang layak sebagai perpustakaan perguruan tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan pemustakanya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini lah yang melatar belakangi peneliti mengadakan penelitian di Perpustakaan Unika Atma Jaya. Perpustakaan Unika Atma Jaya memiliki sistem layanan terbuka yang melayani kebutuhan informasi untuk civitas akademika Unika Atma Jaya. Namun, civitas akademika dari perguruan tinggi lain juga dapat menggunakan perpustakaan Unika Atma Jaya tetapi hanya untuk baca di tempat saja. Layanan yang dimilikinya antara lain layanan sirkulasi, layanan referensi, layanan multimedia, dan layanan pendidikan pemakai.

Sebagai pemustaka, tentunya mereka memiliki persepsi terhadap layanan yang telah diberikan perpustakaan. Pemustaka dapat memberikan persepsi yang positif maupun negatif. Persepsi pemustaka dapat menjadi pacuan untuk sebuah perpustakaan untuk mempertahankan atau bahkan memperbaiki layanan perpustakaan.

Penelitian tentang persepsi pemustaka terhadap layanan perpustakaan pernah dilakukan oleh Riko (2010) untuk tesisnya yang berjudul “Persepsi pemustaka

terhadap layanan perpustakaan pada kantor

perpustakaan dan kearsipan Kota

Singkawang”. Hasil dari penelitian tersebut adalah secara umum pemustaka perpustakaan Kota Singkawang mempersepsikan cukup terhadap layanan perpustakaan. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian. Peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi pemustaka terhadap layanan perpustakaan di perguruan tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi pemustaka terhadap layanan perpustakaan Unika Atma Jaya, yaitu proses dimana pemustaka membentuk pemikiran dari apa yang mereka lihat dan rasakan, kemudian direalisasikan dengan tindakan pemustaka terhadap pemanfaatan dan cara pandang terhadap perpustakaan Unika Atma Jaya.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi pemustaka terhadap layanan perpustakaan Unika Atma Jaya?

2. Bagaimana persepsi pemustaka terhadap koleksi perpustakaan Unika Atma Jaya?

3. Bagaimana persepsi pemustaka terhadap sumber daya manusia perpustakaan Unika Atma Jaya? 4. Bagaimana persepsi pemustaka

terhadap sarana dan prasarana perpustakaan Unika Atma Jaya? 5. Apa harapan pemustaka terhadap

layanan perpustakaan Unika Atma Jaya?

(4)

Berdasarakan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan menganalisa persepsi pemustaka terhadap layanan perpuatkaan Unika Atma Jaya

2. Mengidentifikasi dan menganalisa persepsi pemustaka terhadap koleksi perpustakaan Unika Atma Jaya 3. Mengidentifikasi dan menganalisa

persepsi pemustaka terhadap sumber daya manusia perpustakaan Unika Atma Jaya

4. Mengidentifikasi dan menganalisa persepsi pemustaka terhadap sarana dan prasarana perpustakaan Unika Atma Jaya

5. Menjelaskan harapan pemustaka terhadap layanan perpustakaan Unika Atma Jaya

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan ilmu perpustakaan khususnya pada layanan perpustakaan perguruan tinggi. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pengelola perpustakaan untuk mengembangkan layanan perpustakaan perguruan tinggi agar dapat menunjang kegiatan dan mencapai tujuan perpustakaan menjadi lebih baik lagi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap perpustakaan perguruan tinggi, khususnya perpustakaan Unika Atma Jaya dalam mengembangkan perpustakaan mereka khususnya dalam layanan perpustakaan.

1.5 Tinjauan Literatur

1.5.1 Pengertian Persepsi

Robbins (2003) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi bersifat individual karena perasaan, kemampuan berfikir, dan pengalaman yang mempengaruhi persepsi setiap orang berbeda-beda. Robbins (2003) mengatakan bahwa pelaku persepsi, target, dan situasi mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu. Masing-masing faktor tersebut memiliki faktor-faktor tersendiri yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemersepsi meliputi sikap, motif, kepentingan, pengalaman, dan pengharapan. Faktor-faktor yang meliputi target meliputi hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, dan kedekatan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi situasi meliputi waktu, keadaan atau tempat kerja, dan keadaan sosial.

1.5.2 Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama perpustakaan. Layanan merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pemustaka dan dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dari sebuah perpustakaan. Oleh karena itu, setiap perpustakaan harus meberikan layanan prima. Layanan yang prima menurut Sutarno (2006) adalah layanan yang cepat, tepat, mudah, sederhana, dan murah, serta memuaskan kepada pemakai.  Layanan yang diberikan perpustakaan perguruan tinggi harus lah menunjang kegiatan Tri Dharma perguruan tingging. Pada umumnya layanan perpustakaan perguruan tinggi antara lain layanan sirkulasi, layanan rujukan, layanan multimedia, dan pendidikan pengguna.

(5)

Uraian layanan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

Layanan Sirkulasi

Lasa (1995) mengatakan bahwa layanan sirkulasi adalah layanan yang mencakup semua bentuk pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan koleksi perpustakaan secara tepat guna untuk kepentingan pemustaka. Sulistyo-Basuki (1993) menyatakan bahwa kegiatan utama perpustakaan adalah peminjaman buku dan materi lainnya yang dikenal dengan sirkulasi. Layanan sirkulasi sering dianggap sebagai ujung tombak jasa perpustakaan karena layanan sirkulasi paling sering digunakan oleh pemustaka.

Layanan Rujukan

Layanan rujukan adalah kegiatan untuk membantu pengguna menelusur informasi dalam berbagai aspek. Dengan layanan rujukan, pemustaka dibantu untuk menemukan informasi dengan cepat, menelusur informasi dengan lebih spesifik dan dengan pilihan subjek yang lebih luas, dan memanfaatkan sarana penelusuran yang tersedia secara optimal.

Layanan Multimedia

Layanan multimedia adalah kegiatan melayankan bahan multimedia kepada pemustaka untuk ditayangkan dengan bantuan perlengkapan di dalam perpustakaan. Dalam Perpustakaan Peguruan Tinggi : Buku Pedoman, tujuan dari layanan multimedia di perpustakaan perguruan tinggi, yaitu untuk menyediakan media khusus untuk tujuan pendidikan, pengajaran, penelitian, dan rekreasi, untuk memotivasi pengguna agar lebih banyak memanfaatkan fasilitas perpustakaan, untuk meningkatkan kualitas penyampaian informasi dan pesan pendidikan, serta untuk

meningkatkan daya ingat pengguna melalui bahan perpustakaan multimedia disamping lewat bacaan.

Pendidikan Pengguna

Dalam Perpustakaan Peguruan Tinggi : Buku Pedoman pendidikan pengguna adalah kegiatan membimbing atau memberikan petunjuk kepada pengguna dan calon pengguna agar mampu memanfaatan kemudahan dan pelayanan perpustakaan dengan efektif dan efesien.

1.5.3 Unsur-Unsur Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pemustaka

Dalam menjalankan tugas perpustakaan yaitu melayani kebutuhan informasi, perpustakaan tidak ada artinya jika tidak ada yang menggunakan jasanya, yaitu pemustaka. Pada UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 1 ayat 9 dikatakan bahwa pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan. Zulfikar Zen pada makalahnya yang disampaikan pada Diklat di Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI di Jakarta, 10-16 April 2008, mengatakan bahwa pemustaka terbagi menjadi dua jenis yaitu pemustaka potensial dan pemustaka aktual. Pemustaka potensial adalah orang atau lembaga yang seharusnya memanfaatkan perpustakaan. Sedangkan pemustaka aktual adalah pemakai yang telah menggunakan perpustakaan.

Koleksi

Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama sebuah perpustakaan. Sebuah perpustakaan hendaknya memiliki koleksi perpustakaan yang memadai karena

(6)

koleksi yang memadai merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas layanan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya. Koleksi perpustakaan perguruan tinggi menurut Sutarno (2006) yang berkenaan dengan program atau materi mata kuliah, disiplin ilmu, dan materi pendukung bagi jurusan, program studi, fakultas, dan universitas.

Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di perpustakaan merupakan salah satu faktor yang juga penting untuk perpustakaan. Hal ini dikarenakan para sumber manusia yang ada di dalam perpustakan lah yang menjadi orang-orang yang mengelola perpustakaan dan melayani kebutuhan pemustaka. UU No. 43 Tahun 2007 menyebutkan bahwa tenaga perpustakaan terdiri dari tenaga pustakawan dan tenaga teknis. Sedangkan Standar Nasional Indonesia 7330:2009 tentang Perpustakaan Perguruan Tinggi menjelaskan bahwa sumber daya manusia di perpustakaan, yang meliputi pustakawan, tenaga administrasi, serta tenaga teknis harus memiliki standar sebagai berikut :

1. Pustakawan perguruan tinggi adalah pegawai yang berpendidikan serendah-rendahnya sarjana di bidang ilmu perpustakaan dan informasi atau yang disetarakan, dan diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan

2. Pegawai administrasi adalah tenaga yang bekerja di unit perpustakaan tapi tidak berpendidikan di bidang perpustakaan

3. Tenaga teknis perguruan tinggi adalah pegawai yang serendah-rendahnya berpendidikan diploma dua di bidang ilmu perpustakaan dan informasi atau yang disetarakan dan diberi tugas,

tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana juga merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan kelancaran layanan perpustakaan. Hal ini dikarenakan sarana prasarana merupakan pendukung kegiatan perpustakaan. Sarana dan prasarana yang dimiliki setiap perpustakaan tidak sama sesuai dengan kebutuhan perpustakaan tersebut. Sarana dan prasarana perpustakaan meliputi gedung dan fasilitas yang meliputi perabotan dan peralatan yang mendukung kegiatan perpustakaan.

Gedung atau ruangan perpustakaan harus didesain dan ditata semenarik dan senyaman mungkin agar menimbulkan kenyamanan pada pemustaka. Brian Edward (2002) mengatakan bahwa perancangan ruang perpustakaan selain harus memenuhi aspek pengawetan bahan pustaka yang disimpan, perpustakaan juga harus memenuhi aspek pemakai, dimana di dalamnya melibatkan kenyamanan dan keamanan pemakai dalam menggunakan ruangan perpustakaan. Ching (1996) mengatakan bahwa elemen-elemen yang harus diperhatikan dalam perancangan ruang perpustakaan adalah ruangan, warna, pencahayaan, ventilasi udara, dan tata suara.

Selain gedung perpustakaan juga harus memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung kualitas layanan. Depdiknas (2004) dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman mengatakan bahwa fasilitas adalah perabotan dan peralatan yang harus ada di perpustakaan. Perabotan adalah perlengkapan fisik yang diperlukan di dalam ruang perpustakaan sebagai penunjang fungsi perpustakaan seperti berbagai

(7)

meja-kursi layanan, berbagai rak, berbagai jenis lemari dan laci, kereta buku dan lain-lain. Untuk mendapatkan perabotan atau perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan, maka diperlukan kerjasama antara pengelola perpustakaan, pustakawan, dan desainer interior. Sedangkan peralatan menurut Depdiknas (2004) adalah perangkat atau benda yang digunakan sebagai daya dukung pekerjaan administrasi dan pelayanan seperti mesin tik, komputer, printer, scanner, mesin fotokopi, alat baca mikro, dan lain-lain.

2. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif survei. Populasi penelitian adalah mahasiswa Unika Atma Jaya yaitu sebanyak 10.054 orang. Dalam hal ini, peneliti melakukan penyebaran kuesioner secara langsung kepada para mahasiswa Unika Atma Jaya.

2.1. Partisipan Penelitian

Dengan populasi yang sangat besar, tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi. Untuk itu, prosedur yang biasa dilakukan adalah pengambilan sampel dari populasi. Sampel menurut Sevilla (1993) adalah kelompok kecil yang kita amati. Pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat perkiraan kesalahan yang digunakan adalah 10%, sehingga sampel yang diambil adalah sebesar 99 orang.

2.2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang akan

diteliti. Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai koordinator perpustakaan Unika Atma Jaya untuk mengetahui keadaan perpustakaan.

Setelah melakukan wawancara dan merumuskan masalah, pengumpulan data yang utama dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para pemustaka Unika Atma Jaya. Juliansyah (2011) menyatakan bahwa kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah pertanyaan mengenai identitas responden yang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum pemustaka perpustakaan Unika Atma Jaya. Bagian kedua kuesioner, pertanyaan bersifat tertutup dimana responden diminta memilih salah satu jawaban yang telah disediakan. Pada bagian ini pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan layanan perpustakaan Unika Atma Jaya, yaitu mengenai jenis layanan, koleksi, sumber daya manusia, dan sarana dan prasarana yang mendukung layanan perpustakaan Unika Atma Jaya. Jawaban responden untuk pertanyaan bagian kedua diungkapkan dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk memudahkan responden dalam mengungkapkan tingkat kepuasan yang dirasakan. Pada bagian ketiga pertanyaan bersifat terbuka dimana responden memberikan saran yang menjadi harapan untuk kemajuan layanan perpustakaan Unika Atma Jaya.

2.3 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang terkumpul akan diolah secara kuantititatif dengan cara memberi skor untuk setiap butir pernyataan dari

(8)

masing-masing responden. Kemudian data tersebut disajkan dalam bentuk tabel untuk kepentingan analisis. Adapun tahap pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap penyuntingan

Pada tahap ini data diperiksa kelengkapannya terutama pada jawaban atas pertanyaan mengenai layanan perpustakaan. Hal ini dikarenakan penelitian terhadap layanan perpustakaan adalah yang paling penting karena penelitian ini bertujuan untuk mengukur persepsi pemustaka terhadap layanan yang diberikan perpustakaan Unika Atma Jaya.

2. Tahap input data

Pada tahap ini, dihitung mean atau rerata dari setiap butir pernyataan dengan menjumlahkan bobot pada setiap pernyataan lalu dibagi dengan jumlah responden. Adapun perhitungan mean atau rerata adalah sebagai beikut :

3. Tahap skoring

Pada tahap ini merupakan tahap pemberian skor atas jawaban dari setiap butir pertanyaan kuesioner untuk mengukur persepsi pemustaka terhadap layanan yang diberikan perpustakaan Unika Atma Jaya. Adapun skor untuk butir pernyataan adalah sebagai berikut :

Sangat Tidak Setuju : 1 Tidak Setuju : 2

Setuju : 3

Sangat Setuju : 4 4. Analisis data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang kejadian atau gejala sosial. Adapun penjelasan skala likert yang digunakan adalah sebagai berikut:

1 (1 poin) = Sangat Tidak Setuju, bila pada kenyataan yang dirasakan saat ini sangat tidak sesuai dengan kebutuhan.

2 (2 poin) = Tidak Setuju, bila pada kenyataan yang dirasakan saat ini tidak sesuai dengan kebutuhan

3 (3 poin) = Setuju, bila pada kenyataan yang dirasakan saat ini sesuai dengan kebutuhan

4 (4 poin) = Sangat Setuju, bila pada kenyataan yang dirasakan saat ini sudah sangat sesuai dengan kebutuhannya.

Adapun penilaian terhadap poin diatas dilakukan setelah perhitungan terhadap setiap pernyataan, hasilnya dikalikan setiap muatan poin kemudian dibagi dengan jumlah responden yaitu 99 orang. Selanjutnya nilai dari hasil perhitungan digambarkan dalam bentuk interval sebagai berikut

STS TS S SS 1 2 3 4

Adapun kriteria interpretasi skor yaitu :

1,0 - 1,7 = Sangat Tidak Baik 1,8 – 2,5 = Tidak Baik

2,6 – 3,3 = Baik

3,4 – 4,1 = Sangat Baik

Dalam penelitian ini, dianalisis persepsi pemustaka terhadap layanan perpustakaan Unika Atma Jaya. Adapun yang dilakukan adalah analisis statistika deskriptif yaitu dengan memberi fakta terhadap objek penelitian tanpa memberikan penilaian, jadi hanya bersifat pemaparan saja. Untuk analisis data, digunakan program Microsoft excel 2007.

3. Analisis dan Interpretasi Data

Mean = jumlah bobot jumlah responden

(9)

3.1 Persepsi Pemustaka Terhadap Layanan Perpustakaan Unika Atma Jaya

Untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap layanan perpustakaan Unika Atma Jaya, dipilih empat dimensi yaitu jenis layanan, koleksi, sumber daya manusia, dan sarana dan prasarana. Adapun hasil analisis dari setiap dimensi adalah sebagai berikut

3.1.1 Persepsi Pemustaka Terhadap Jenis Layanan Perpustakaan Unika Atma Jaya

Pada dimensi ini terdapat 8 butir pernyaatan. Adapun hasil dari setiap butir pernyataan ditunjukkan pada diagram dibawah ini:

Diagram 3.1 Hasil Mean Dimensi Jenis Layanan

Pada diagram 3.1 dapat dilihat bahwa dari 8 butir pernyataan untuk dimensi jenis layanan, skor tertinggi adalah 3,16 yang termasuk dalam kategori baik yaitu mengenai sistem terbuka yang dimiliki Perpustakaan Unika Atma Jaya. Lasa (1995) mengungkapkan bahwa sistem layanan terbuka adalah suatu cara pengaksesan yang

memungkinkan pemustaka untuk masuk ke ruang koleksi untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi yang sesuai. Sistem layanan terbuka ini digunakan oleh Perpustakaaan Unika Atma Jaya, sehingga pemustaka langsung mencari informasi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan skor terendah adalah 2,61 yang juga masih dalam kategori baik namun dapat dikatakan tidak terlalu baik karena nilai yang terlalu rendah pada kategori baik yaitu mengenai lama waktu dan jumlah peminjaman koleksi. James Thompson dan Reg Carr (1987) mengatakan bahwa S1 dapat meminjam koleksi perpustakaan sebanyak 6 buku selama 2 minggu, Pascasarjana sebanyak 12 buku selama 2 bulan, dan staff universitas sebanyak 20 buku dalam waktu yang tidak ditentukan. Perpustakaan Unika Atma Jaya memiliki peraturan mahasiswa dapat meminjam 4 selama 1 minggu dengan 3x perpanjangan dan karyawan dapat meminjam 6 buku selama 1 bulan dengan 3x perpanjangan. Hal ini masih dirasa pemustaka kurang memenuhi kebutuhan mereka, sehingga akan lebih baik jika pihak perpustakaan memperbanyak buku pinjaman dan memperpanjang waktu peminjaman.

Dari 8 butir pernyataan tersebut diperoleh nilai mean atau rerata sebesar 2,95 yang termasuk dalam kategori baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi pemustaka terhadap jenis layanan Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah baik.

3.1.2 Persepsi Pemustaka Terhadap Koleksi Perpustakaan Unika Atma Jaya

Pada dimensi ini terdapat 6 butir pernyaatan. Adapun hasil dari setiap butir pernyataan ditunjukkan pada diagram dibawah ini:

(10)

Diagram 3.2 Hasil Mean Dimensi Koleksi

Pada diagram 3.2 dapat dilihat bahwa dari 6 butir pernyataan mengenai dimensi koleksi diperoleh skor tertinggi 3,04 yang termasuk dalam kategori baik yaitu mengenai susunan koleksi. Gelfand dalam James Thompson dan Reg Carr (1987) menyatakan bahwa sistem layanan terbuka (open access) harus memperhatikan bahan perpustakaan harus mudah diakses dan ditemukan. Sistem penataan koleksi di Perpustakaan Unika Atma Jaya berdasarkan klasifikasi yang menggunakan DDC, sehingga pemustaka dapat dengan mudah menemukan koleksi perpustakaan yang diinginkan. Sedangkan skor terendah adalah 2,54 yang termasuk dalam kategori tidak baik yaitu mengenai jumlah eksemplar koleksi. Menurut Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999) menyatakan bahwa jumlah koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah 10% dari jumlah mahasiswa. Perpustakaan Unika Atma Jaya telah memiliki 86.239 eksemplar buku teks, namun ini masih dirasa kurang memenuhi kebutuhan pemustaka. Hal ini juga diperkuat dengan keputusan koordinator perpustakaan untuk lebih memperbanyak judul buku daripada jumlah eksemplar buku.

Dari 6 butir pernyataan tersebut diperoleh nilai mean atau rerata sebesar 2,77 yang termasuk dalam kategori baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi pemustaka terhadap koleksi Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah baik.

3.1.3 Persepsi Pemustaka Terhadap Sumber Daya Manusia Perpustakaan Unika Atma Jaya

Pada dimensi sumber daya manusia terdapat 5 butir pernyataan. Adapun hasil dari setiap butir pernyataan ditunjukkan pada diagram dibawah ini:

Gambar 3.3 Hasil Mean Dimensi SDM

Pada diagram 3.3 dapat dilihat bahwa dari 5 butir pernyataan pada dimensi SDM, skor tertinggi adalah sebesar 2,95 yang termasuk dalam kategori baik yaitu mengenai kecepatan dan ketepatan petugas dalam melayani pemustaka. Kecepatan dan ketepatan petugas dalam melayani kebutuhan informasi pemustaka sangat penting. Layanan yang prima menurut Sutarno (2006) adalah layanan yang cepat, tepat, mudah, sederhana, dan murah, serta memuaskan kepada pemakai. Sedangkan skor terendah adalah 2,64 yang juga termasuk dalam kategori baik namun dapat dikatakan tidak terlalu baik karena nilai yang

(11)

terlalu rendah pada kategori baik yaitu mengenai pengetahuan petugas. Sutarno (2006) menyatakan bahwa perpustakaan hendaknya melakukan pengembangan sumber daya manusia dari segi kualitas dan kuantitas, dimana kualitas yang dimaksud adalah pengetahuan, keterampilan, kepribadian, dan prilaku, sedangkan kuantitas adalah jumlah sumber daya manusia di sebuah perpustakaan. Pengembangan sumber daya manusia dalam segi kualitas adalah dengan berbagai latar belakang pendidikan sehingga semua sumber daya manusia perpustakaan dapat membantu pemustaka dari segala bidang pengetahuan. Namun faktanya keputusan tersebut tidak sepenuhnya berjalan karena masih ada pemustaka yang merasa petugas perpustakaan tidak memiliki pengetahuan di bidang mereka.

Dari 5 butir pernyaataan mengenai koleksi perpustakaan daperoleh nilai mean atau rerata sebesar 2,84 yang termasuk dalam kategori baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi pemustaka terhadap sumber daya manusia Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah baik.

3.1.4 Persepsi Pemustaka Terhadap Sarana dan Prasarana Perpustakaan Unika Atma Jaya

Pada dimensi sarana dan prasarana terdapat 11 butir pernyataan. Adapun hasil dari setiap butir pernyataan ditunjukkan pada diagram dibawah ini:

Gambar 3.4 Hasil Mean Dimensi Sarana dan Prasarana

Pada diagram 3.4 dapat dilihat bahwa dari 11 butir pernyataan mengenai sarana dan parasarana, skor tertinggi adalah 3,1 yang termasuk pada kategori baik yaitu mengenai pencahayaan dan suhu udara ruang perpustakaan. Aa Kosasih (2009) menyatakan bahwa pencahayaan merupakan unsur yang penting dalam suatu interior ruang, pencahayaan mampu memberikan kesan tersendiri bagi pemustaka. Terdapat dua jenis pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan di ruang baca Perpustakaan Unika Atma Jaya menggunakan pencahayaan buatan, yaitu menggunakan lampu TL (Tubular Lamp) sehingga cahaya yang dihasilkan merata. Kenyamana pemustaka juga dipengaruhi oleh suhu udara di dalam ruangan. Suhu udara dan kelembaban dipengaruhi oleh sirkulasi udara. Sistem ventilasi udara terbagi manjadi dua yaitu ventilasi pasif dan aktif. Depdiknas (2004) mengatakan bahwa ventilasi aktif atau buatan (air conditioning) lebih dianjurkan karena untuk menjaga kondisi temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan stabil sehingga koleksi terjamin keawetannya. Ventilasi yang digunakan Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah ventilasi aktif dimana ruang baca menggunakan AC. Sedangkan skor terendah adalah sebesar 2,36 yang termasuk kategori

(12)

tidak baik yaitu mengenai luas ruangan. Ching (1996) mengatakan bahwa kebutuhan luas ruangan dapat diperkirakan dari analisis aktivitas yang dilakukan pemakai, jumlah orang yang dilayani dan peralatan yang digunakan di dalam ruangan. Skor yang diperoleh sangat rendah dikarenakan luas ruangan perpustakaan Unika Atma Jaya dirasa kurang luas oleh pemustakanya. Hal ini disebabkan semakin banyak mahasiswa Unika Atma Jaya, namun ruang perpustakaan tidak diperbesar sehingga tidak dapat menampung pemustaka lebih banyak lagi.

Dari 11 butir pernyataan mengenai sarana dan prasarana diperoleh nilai mean atau rerata sebesar 2,78 yang termasuk dalam kategori baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi pemustaka terhadap sarana dan prasarana Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah baik.

Adapun hasil dari setiap dimensi ditunjukkan pada diagram dibawah ini:

Diagram 3.5 Hasil Mean Layanan (Keseluruhan Dimensi)

Dari diagram 3.5 dapat dilihat bahwa dari keempat dimensi berada pada ketegori baik, sehingga diperoleh nilai mean atau rerata sebesar 2,83. Berdasarkan diagram 3.5 dapat disimpulkan bahwa persepsi

pemustaka terhadap layanan Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah baik.

3.1.5 Harapan Pemustaka Unika Atma Jaya

Dari 99 responden didapat 221 buah saran dimana terdapat 5% saran mengenai layanan, 24% mengenai koleksi, 13% mengenai sumber daya manusia, dan 58% mengenai sarana dan prasarana. Dari data yang diperoleh, maka peneliti menyimpulkan lima saran pemustaka terbanyak sebagai harapan untuk kemajuan layanan Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah sebagai berikut:

1. 38 saran untuk memperbaiki sarana internet agar server yang digunakan tidak mudah down,

2. 36 saran untuk memperluas ruang baca sehingga dapat menampung lebih banyak lagi pemustaka seiring dengan semakin banyaknya mahasiswa Unika Atma Jaya,

3. 19 saran untuk memperbanyak judul koleksi,

4. 16 saran agar petugas lebih tegas untuk menegur pemustaka yang membuat keributan sehingga dapat mengurangi keributan di ruang baca,

5. 12 saran untuk memperbanyak jumlah meja dan kursi sehingga dapat menampung lebih banyak lagi pemustaka seiring dengan semakin banyaknya mahasiswa Unika Atma Jaya.

4. Kesimpulan

Secara keseluruhan persepsi pemustaka terhadap layanan Perpustakaan Unika Atma Jaya memperoleh skor 2,85 yang termasuk dalam kategori baik meskipun belum mencapai angka 3,0. Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai persepsi pemustaka

(13)

terhadap layanan Perpustakaan Unika Atma Jaya.

1. Persepsi pemustaka terhadap layanan Perpustakaan Unika Atma Jaya

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi pemustaka terhadap layanan Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nilai rata-rata yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada 99 responden adalah 2,85 dimana nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Dari 30 pernyataan yang berhubungan dengan dimensi jenis layanan, koleksi, sumber daya manusia, dan sarana dan prasarana, nilai rata-rata terendah adalah 2,41 yaitu mengenai tingkat kebisingan di ruang baca sudah kondusif sehingga dapat membaca dengan nyaman. Sedangkan nilai tertinggi adalah 3,16 yaitu mengenai sistem terbuka membantu dalam mencari buku yang diperlukan sendiri di rak.

2. Persepsi pemustaka terhadap koleksi Perpustakaan Unika Atma Jaya

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi pemustaka terhadap koleksi Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nilai rata-rata yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada 99 responden adalah 2,77 dimana nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Dari 6 butir pernyataan mengenai koleksi, nilai rata-rata terendah adalah 2,54 yaitu mengenai jumlah eksemplar koleksi buku perpustakaan sudah memadai. Sedangkan nilai rata-rata tertinggi adalah 3,04 yaitu mengenai penataan koleksi perpustakaan (buku teks, bahan referensi, majalah ilmiah, dsb) memudahkan untuk menemukan koleksi yang dicari.

3. Persepsi pemustaka terhadap sumber daya manusia Perpustakaan Unika Atma Jaya

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi pemustaka terhadap sumber daya manusia Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nilai rata-rata yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada 99 responden adalah 2,84 dimana nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Dari 5 butir pernyataan mengenai sumber daya manusia, nilai rata-rata terendah adalah 2,64 yaitu mengenai petugas cukup memiliki pengetahuan dalam bidang saya. Sedangkan nilai rata-rata tertinggi adalah 2,95 yaitu mengenai petugas memberikan pelayanan yang cepat dan tepat

4. Persepsi pemustaka terhadap sarana dan prasarana Perpustakaan Unika Atma Jaya

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi pemustaka terhadap sarana dan prasarana Perpustakaan Unika Atma Jaya adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nilai rata-rata yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada 99 responden adalah 2,77 dimana nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Dari 11 butir pernyataan mengenai sarana dan prasarana, nilai rata-rata terendah adalah 2,41 yaitu mengenai tingkat kebisingan di ruang baca sudah kondusif sehingga saya dapat membaca dengan nyaman. Sedangkan nilai rata-rata tertinggi adalah 3,10 yaitu mengenai pencahayaan di ruang baca sudah cukup sehingga dapat membaca dengan nyaman dan suhu udara di ruang baca sudah cukup karena didukung oleh AC sehingga dapat membaca dengan nyaman.

5. Harapan pemustaka terhadap layanan Perpustakaan Unika Atma Jaya

Harapan pemustaka diperoleh dari saran pemustaka. Dari 99 responden terdapat 221 saran. Dari saran-saran tersebut diambil lima saran terbanyak, yaitu 38 saran untuk memperbaiki sarana internet agar server

(14)

yang digunakan tidak mudah down, 36 saran untuk memperluas ruang baca sehingga dapat menampung lebih banyak lagi pemustaka seiring dengan semakin banyaknya mahasiswa Unika Atma Jaya, 19 saran untuk memperbanyak judul koleksi, 16 saran agar petugas lebih tegas untuk menegur pemustaka yang membuat keributan sehingga dapat mengurangi keributan di ruang baca, 12 saran untuk memperbanyak jumlah meja dan kursi sehingga dapat menampung lebih banyak lagi pemustaka seiring dengan semakin banyaknya mahasiswa Unika Atma Jaya.

Daftar Acuan

Aa Kosasih. (2009). Tata ruang, perabot, dan perlengkapan perpustakaan sekolah.

http://222.124.213.119/images/stories/pus takawan/karsasih/Tata%20Ruang,%20Per

abot%20Dan%20Perlengkapan.pdf

diakses pada tanggal 8 April 2012.

Badan Standar Nasional. (2009). Standar Nasional Indonesia : Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta : Badan Standar Nasional

Ching, Francis D.K. (1996). Ilustrasi desain interior. Jakarta : Erlangga

DEPDIKNAS. (2004). Perpustakaan perguruan tinggi : buku pedoman. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Edward, Brian. (2002). Libraries and

learning resources center. Oxford : Architectural Press.

Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasonal Pendidikan.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Lasa, HS. (1995). Jenis-jenis pelayanan informasi. Cet. kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi penelitian : skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmah. Jakarta : Kencana Predana Media Group.

Perpustakaan Nasional RI. (1999). Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku organisasi. Jilid 1. Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia.

Sevilla, Consuelo G., dkk. (1993). Pengantar metode penelitian. (Alimuddin Tuwu, Penerjemah). Jakarta : UI-Press. Sulistyo-Basuki. (1993). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sutarno NS. (2006). Manajemen perpustakaan : Suatu pendekatan praktis. Jakarta : CV. Agung Seto.

Thompson, James and Reg, Carr. (1987). An

introduction to university library

administration. Ed. 4. London : Clive Bingley.

Walgito, Bimo. (2002). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta : Andi.

Zen, Zulfikar. (2008). Manajemen perpustakaan. Makalah pada Diklat tentang Manajemen Perpustakaan di Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI. Diakses dari

http://staff.ui.ac.id/internal/131408288/pu blikasi/PUSDIKLATDEPAGARIL.ppt

Gambar

Diagram 3.2 Hasil Mean Dimensi  Koleksi
Diagram 3.5 Hasil Mean Layanan  (Keseluruhan Dimensi)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan

Ketika berlangsungnya Perang Vietnam, PAK telah diatur gerak ke kawasan pedalaman Vietnam Utara dan Vietnam Selatan bagi menjalankan operasi peperangan melawan insurgensi,

Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan Metamorfosis Hewan Manusia terjadi pada dapat mengalami terdiri atas melalui tahapan mengalami melalui tahapan melalui tahapan melalui

• Opersionalisasi kedua belahan otak diwujud- kan dengan program-program aktivitas yang didesain secara bergantian melalui pelatihan dan pengajaran desain dan terwadahi dalam

Salah satu upaya nyata yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam rangka melestarikan seni tradisional adalah dengan memperkenalkan seni

(1) Perencanaan tenaga kesehatan hewan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf a disusun oleh pejabat Kementerian bersama kementerian/lembaga

b. Aturan hukum baru dan lama mengatur aspek yang sama. Apabila diterapkan untuk menyelesaikan adanya ketidakharmonisan Undang-Undang yang terkait dengan petani pemulia

pengaruh signifikan terhadap kinerja BUMN Perkebunan di Indonesia yaitu skala usaha, kemampuan perusahaan membayar kompensasi eksekutif, diversifikasi produk