• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORITIS. fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS 1. Gizi

1.1. Pengertian Gizi

Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).

Setiap bahan makanan mempunyai susunan kimia yang berbeda-beda dan mengandung gizi yang bervariasi pula baik jenis maupun jumlahnya. Baik secara sadar maupun secara tidak sadar manusia mengkonsumsi makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dengan demikian jelas bahwa tubuh manusia memerlukan gizi untuk memperoleh energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari, untuk memelihara proses tubuh dan untuk tumbuh dan berkembang khususnya bagi yang masih dalam masa pertumbuhan.

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Gizi yang diperlukan oleh tubuh kita dapat digolongkan dalam enam macam yaitu, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Budiyanto, 2009).

(2)

1.2. Karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuhan. Di negara maju seperti Amerika dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah yaitu rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram. Untuk memelihara kesehatan,WHO menganjurkan 55-75% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana. Sumber karbohirat adalah padi,umbi-umbian,kacang-kacangan kering,gula dan lain-lain. Hasil olah bahan ini adalah bihun,mie,roti,tepung-tepungan,selai, dan sebagainya. Sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi di Indonesia adalah beras,jagung,ubi,singkong,talas dan sagu (Almatsier 2009).

1.3. Lemak

Istilah lemak meliputi senyawa heterogen termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal dalam makanan malam,fosfolipida,sterol dan ikatan lain sejenis yang terdapat didalam makanandan tubuh manusia. Fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, sebagai sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang, dan kelezatan, sebagai pelumas dan bahan lainnya (Almatsier, 2009).

Lemak yang banyak terdapat dalam bahan makanan yang bersumber dari hewani, misalnya daging berlemak, jeroan, dan sebagainya, sedangkan minyak banyak digunakan untuk memasak/menggoreng. Lemak dibutuhkan manusia dalam jumlah tertentu. Departemen kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak

(3)

melebihi 25% dari total energi per hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari (Arisman, 2010).

1.4. Protein

Istilah protein berasal dari kata yunani proteus, yang berati yang utama atau yang didahulukan. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar dari tubuh sesudah air. Seperlima adalah protein, setengahnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit dan selebihnya didalam jaringan tubuh dan cairan tubuh. Semua enzim berbagai hormone, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein (Almatsier, 2009).

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, kerang, dan lainnya. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, sperti tempe dan tahu, dan kacang-kacangan lain. Angka Kecukupan Protein orang dewasa menurut hasil-hasil penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75gram/kgBB, berupa protein patokan tinggi, yaitu protein telur. Catatan Biro Pusat Statistika pada tahun 1999, menunjukkan secara nasional konsumsi protein sehari-hari rata-rata penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari. Ini telah melebihi rata-rata standar kecukupan protein sehari,yaitu 45 gram (Almatsier, 2009).

1.5. Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus

(4)

didapat dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat dirusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2009).

1.5.1. Vitamin larut lemak a. Vitamin A

Vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retiroid dan precursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Vitamin A berfungsi dalam hal penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan lainnya. Sumber vitamin A adalah hati,kuning telur, susu, sayuran hijau dan lainnya (Almatsier, 2009)

b. Vitamin D

Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit dimana tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Fungsi vitamin D adalah dalam membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang (Almatsier, 2009).

c. Vitamin E

Fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan yang larut dalam lemak dan mudah memberikan hidrogendari gugus hidroksil (OH) pada struktur cincin ke radikal bebeas. Vitamin E banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan, terutama pada minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Sayur –sayuran juga memiliki kandungan vitamin E yang baik (Almatsier, 2009).

(5)

d. Vitamin K

Fungsi vitamin K yang diketahui adalah dalam pembekuan darah,walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran berwarna hijau, kacang buncis, kacang polong, kol, brokoli, dan lainnya (Almatsier, 2009).

1.5.2. Vitamin Larut Air a. Vitamin C

Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalm reaksi-reaksi hidroksilasi. Vitamin C banyak terdapat didalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, neneas, rambutan, pepaya, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat didalam sayuran daun-daunan dan jenis kol (Almatsier, 2009).

1.6. Mineral

Mineral merupakan bagian tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fospor, dan magnesiumadalah bagian dari tulang, besi dan hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormone tiroksin. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim. Sumber paling baik mineral adalah makanan

(6)

hewani kecuali magnesium yang terutama lebih banyak didalam makanan nabati (Budianto,2009).

1.7. Air

Air berfungsi didalam tubuh sebagai melancarkan transformasi zat gizi dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, serta melancarkan dalam proses buang air besar dan buang air kecil. Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air minum, sekurang-kurangnya 2 liter atau setara dengan 8 gelas air setiap hari. Selain itu,mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai senyawa kimia yang terdapat pada air (Arisman, 2010).

2. Status Gizi

2.1.Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status gizi dibedakan atas tiga bagian yaitu status gizi kurang, gizi seimbang dan gizi lebih (Almatsier, 2009).

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zatgizi dalam sel tubuh (Almatsier, 2009).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal

(7)

tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan ole konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu.

Secara umum status gizi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut ( Budianto, 2009)

a. Gizi Kurang

Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu. Berat badan menurun adalah tanda utama dari gizi kurang (Budianto, 2009).

b. Gizi Seimbang

Gizi seimbang merupakan asupan gizi seimbang dengan kebututuhan gizi seseorang yang bersangkutan. Kebutuhan gizi seseorang ditentukan oleh kebutuhan gizi basal, kegiatan dan pada keadaan fisiologis tertentu serta dalam keadaan sakit.

Pemberian makanan yang sebaik-baiknya adalah harus memperhatikan kemampuan tubuh seorang untuk mencerna makanan, seperti umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi lain, seperti sakit, hamil dan menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan lima kelompok zat gizi ( karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral ) dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faal didalam tubuh (Budianto, 2009).

Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan gizi yang diperlukan untuk hidup

(8)

sehat dan prooduktif. Dalam mengkonsumssi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada masalah yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan zat gizi pada jenis makanan lain, sehingga akan diperoleh masukan zat gizi seimbang. Untuk mengejar pertumbuhan yang normal, kebutuhan lebih didasarkan pada berat badan dan ini diperuntukkan bagi golongan anak-anak sampai umur pubertas.

c. Gizi Lebih

Gizi lebih merupakan keadaan patologis atau tidak sehat yang disebabkan kebanyakan makan. Mengkonsumsi energi lebih banyak daripada yang diperlukan tubuh untuk jangaka waktu yang panjang dikenal sebagai gizi lebih. Kegemukan (obesitas) merupakan tanda pertama yang bisa dapat dilihat dari keadaan gizi lebih (Budianto, 2009).

2.2.Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (Suhardjo, 1996).

Menurut Suhardjo, (1996) faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain, a. Faktor Langsung

1. Konsumsi pangan

Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara pengamatan langsung dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut

(9)

daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi.

2. Infeksi

Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui mekanismenya. Yang paling penting adalah efek langsung dari infeksi. Sistematik pada katabolisme jaringan menyebabkan kehilangan nitrogen. Meskipun hanya terjadi infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen.

b. Faktor tidak langsung 1. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi (Supariasa, 2002).

Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga:

a) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya.

b) Pendapatan orang-orang miskin meningkat otomatis membawa peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga.

2. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang akan

(10)

diberikan. Pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bermanfaat dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dalam bidang gizi, bila dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik (Budianto, 2009).

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan bagi setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan engan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang (Budianto, 2009).

3. Pendidikan

Suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan itu adalah suatu proses, maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan institusi yang bersangkutan (Supariasa, 2002).

2.3.Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif, untuk

(11)

kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai (Almatsier, 2009).

Komponen penilaian status gizi meliputi survei asupan makanan, pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, serta pemeriksaan antropometris. Dari ke empat penilaian status gizi diatas, pemeriksaan antropometris yang sering digunakan (Supar iasa, 2002).

a. Pemeriksaan Antropometri

Pertumbuhan dipengaruhi oleh determinan biologis yang meliputi jenis kelamin, lingkungan dalam rahim, jumlah kelahiran, berat lahir pada kehamilan tunggal, atau majemuk, ukuran orang tua dan konstitusi genetis, serta faktor lingkungan (termasuk iklim, musim, dan keadaan social-ekonomi). Pengaruh lingkungan terutama gizi, lebih penting daripada latar belakang genetis atau faktbiologis lain, terutama pada masa pertumbuhan. Ukuran tubuh tertentu dapat memberikan keterangan mengenai jenis malnutrisi (Supariasa, 2002).

Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometri adalah besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi. Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu untuk penapisn status gizi, survey status gizi, dan pemantauan status gizi. Ukuran antropometri bergantung pada kesederhanaan, ketepatan, kepekaan, serta ketersediaan alat ukur; di samping keberadaan nilai baku acuan yang akan digunakan sebagai pembanding (Supariasa, 2002).

(12)

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan beberapa parameter seperti ukuran tunggal dari tubuh manusia antara lain yaitu, umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, 2002).

Penilaian antropometri status gizi didasarkan pada pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta usia. Data ini dipakai dalam menghitung 3 macam indeks, yaitu berat terhadap tinggi badan (BB/TB) yang diperuntukkan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang, tinggi terhadap usia (TB/U) yang digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi di masa lampau, dan berat terhadap usia (BB/U) yang menunjukkan secara sensitive gambaran status gizi saat ini(saat diukur) (Supariasa, 2002).

Tabel 1 : Penggolongan keadaan gizi menurut indeks antropometri

Status gizi

Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks

BB/TB

Gizi baik >90%

Gizi cukup 81-90%

Gizi kurang < 80%

Dalam (Supariasa, 2002) pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan mempengaruhi interprestasi status gizi yang keliru. Masih banyak diantara pakar yang berkecimpung dibidang gizi belum mengerti makna dari beberapa indeks antropometri. Oleh karena itu, di bawah ini akan diuraikan tentang berbagai indeks antropometri.

(13)

a. Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk menilai status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini, dan merupakan indeks yang independen terhadap umur.

(14)

d. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LLA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan professional. Indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2 sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga digunakan untuk pengukuran status gizi.

b. Survei Asupan Makanan

Survei asupan makanan merupakan metode penetuan status secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa, 2002).

c. Pemeriksaan Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja, dan juga specimen jaringan dari tubuh seperti otot dan hati (Supariasa, 2002).

3. CVCU (Cardiovaskular Care Unit)

Ruang CVCU (Cardiovaskuler Care Unit) terdiri dari ruangan keluarga, ruangan pasien, dimana terdapat pula ruangan untuk melakukan operasi ruanganpenyimpangan alat, ruang teknisi untuk laboratorium, ruangan staf dan ruangan pendukung (Rab, 1998). Lebih lanjut Hudak & Galo (1997) mendefenisikan

(15)

cvcu sebagai suatu ruangan yang merawat pasien dan kegagalan berbagai organ yang mengancam hidup membutuhkan perawatan yang teliti, pengaturan pengobatan jantung dan pembuluh darah yang sering dan teratur dan pendapat lain juga mengatakan cvcu adalah unit perawatan pasien kritis dengan patofisiologi jantung yang buruk dan dapat terjadi secara cepat yang berkhir dengan kematian (1998).

Gambar

Tabel 1 : Penggolongan keadaan gizi menurut indeks antropometri

Referensi

Dokumen terkait

Jika dalam 1 hari bakso goreng tersebut tidak habis terjual, langkah apa yang anda lakukan?. Jawab :

Pada pembuatan plastik antibakteri digunakan silika gel terimobilisasi EDTA-Ag dan kitosan dengan variasi 0,3 dan 0,7 gram yang kitosan dilarutkan dalam asam asetat 1% yang

Dari 92 subjek didapatkan karakteristik subjek berdasarkan status gizi, usia, tingkat pendidikan terakhir, penghasilan ibu, morbiditas ibu dalam 2 minggu

Pengukuran ini tidak hanya melihat dari rasio keuangan tetapi juga mengukur rasio-rasio non keuangan, yaitu dari perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal,

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam

Revolusi Iran merupakan sesuatu yang monumental dalam sejarah Iran, Tentu saja yang paling menonjol adalah perubahan besar di bidang politik, yaitu dengan

Dengan nilai tertinggi Kecamatan Maesaan akan sangat mempengarui daya dukung lahan pada daerah tersebut sehingga bisa swasembada pangan memberikan kehidupan yang

Infusa batang Brotowali (T. crispa) dapat meningkatkan nafsu makan pada dosis 5,12 g/kgBB selama 10 hari pertama pemberian infusa, setelah itu nafsu makan tidak meningkat lagi.