BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Tabel. 1 Penelitian Terdahulu
Nama Judul
Penelitian
Rumusan Masalah Hasil Penelitian
1. Sukmawan Ari Wibowo
Peran Polres Pemalang dalam
menanggulangi penggunaan senjata api secara melawan Hukum
1. Bagaimana peran Polres Pemalang dalam
menanggulangi penggunaan senjata api secara melawan hukum. 2. Kendala apa saja
yang dihadapi
oleh Polres
Pemalang dalam menanggulangi penggunaan senjata api secara melawan hukum
Hasil penelitian ini Polres Pemalang melakukan upaya preventif dengan cara memberikan
pengarahan kepada masyarakat.
Sedangkan upaya represif pihak Polres Pemalang melakukan penindakan secara langsung terhadap kasus-kasus kejahatan yang menggunakan senjata api, penindakan secara langsung oleh aparat kepolisian dilakukan dengan melakukan razia-razia, penjagaan, dan observasi, operasi khusus, melakukan tindakan kejar tutup pada saat terjadi tindak pidana 2. Pandu Prayoga Peran kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana Pencurian kendaraan bermotor 1.Bagaimankah peran Kepolisian Daerah Provinsi Lampung dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan
dengan kekerasan Yang menyebabkan korban meninggal dunia bermotor dengan kekerasan sehingga menimbulkan korban meninggal dunia? 2. Apakah faktor
penghambat pihak kepolisian melaksanakan perannya dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan sehingga menimbulkan korban meninggal dunia? (pembegalan) yang menyebabkan kematian dengan melakukan upaya secara preventif dan represif. Upaya preventif dengan cara mengadakan kegiatan-kegiatan seperti operasi tertentu, razia selektif, penjagaan, patroli kepolisian, dan patroli rutin. Sedangkan upaya represif pihak kepolisian melakukan tindakan secara bersama-sama dengan pihak kejaksaan dan pengadilan dalam menjatuhkan sanksi pidana. 3. Suci wulandari Peranan kepolisian dalam penertiban minuman keras di kota padang
1.Bagaimanakah peranan
kepolisian dalam penertiban
minuman keras di Kota Padang ? 2. Apakah
kendala-kendala yang ditemui
kepolisian dalam melakukan penertiban
minuman keras di Kota Padang ?
Hasil penelitian ini bahwa peranan kepolisian dalam mencegah peredaran minuman keras dengan melakukan kegiatan penyuluhan kepada semua kalangan masyarakat tentang bahaya minuman keras dan penertiban minuman keras, mengadakan operasi dan patrol-patroli secara berskala di daerah yang
adalah faktor intern yakni terbatasnya sumber daya manusia (kepolisian) untuk menangkap tindak pidana minuman keras.
Dari hasil penelitian tersebut memiliki kesamaan dalam hasil
penilitian dengan penelitian yang ditulis oleh penulis yaitu kepolisian
mengadakan upaya prefentiv dan represiv dalam mebrantas kejahatan
atau pelanggaran hukum. Perbedaan yang terdapat penelitian yang
tercantum dalam tabel dengan penelitian yang ditulis oleh penulis adalah
kasus yang menjadi sasaran kepolisian dan tempat penelitian tersebut
dilakukan.
B. Landasan Teori
1. Tinjauan Umum Kepolisian
1.1 Pengertian Kepolisian
Istilah Polisi di beberapa negara dari segi etimologis memiliki
ketidaksamaan, seperti di Yunani istilah polisi dikenal dengan istilah
“politeia” di Jerman dikenal dengan istilah “polizei” di Amerika
Serikat dikenal dengan nama “sheriff” Polisi merupakan alat penegak
hukum yang dapat memberikan perlindungan, pengayoman, serta
mencegah timbulnya kejahatan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat”15.
Pengertian Kepolisian Republik Indonesia, terlebih dahulu
dikemukakan pengertian polisi. Istilah polisi yang pada mulanya
berasal dari bahasa Yunani “politea” yang berarti pemerintahan Negara Yunani yang terdiri dari kota-kota yang disebut dengan
“polis”, pada waktu itu pengertian polisi menyangkut segala urusan
pemerintahan termasuk urusan agama. Istilah politea dan polis
kemudian muncul istlah police (Inggris), polzei (Jerman), dan polisi
(Indonesia)16.
Charles Reith dalam bukunya yang berjudul “The Blind Eye of History” mengemukakan pengertian polisi dalam Bahasa Inggris :
“police the English Language came to mean of planning for improfing ordering communal exictence” yaitu sebagai tiap-tiap usaha untuk
memperbaiki atau susunan kehidapan masyarakat. Pengertian ini
berpangkal tolak dari pemikiran, bahwa manusia adalah makhluk
sosial, hidup berkelompok, membuat peraturan yang disepakati
bersama. Ternyata diantara kelompok itu ada yang tidak mau
mematuhi peraturan yang disepakati bersama sehingga timbul masalah
siapa yang berkewajiban untuk memperbaiki dan menertibkan
15
Sadjijono. (2010).Memahami Hukum Kepolisian.Yogyakarta: PT. Laksbang Persindo, hlm 1.
16
kembali kelompok yang telah melanggar. Pemikiran ini kemudian
menimbulkan polisi, baik orangnya maupun tugasnya untuk
memperbaiki dan menugaskan tata susunan kehidupan masyarakat
tersebut.17.
Pada abad ke-14 dan 15 oleh karena itu perkembangan zaman,
urusan dan kegiatan keagamaan menjadi semakin banyak, sehingga
perlu diselenggarakan secara khusus. Akhirnya urusan keagamaan
dikeluarkan daripolitea atau polisi tinggal meliputi usaha dan urusan
keduniaan saja.18.
Menurut Van Vollenhoven yang dikutip oleh Momo Kelana
istilah polisi didefenisikan sebagai “organ dan fungsi, yakni sebagai
organ pemerintahan dengan tugas mengawasi, jika perlu
menggunakan paksaan supaya yang diperintah menjalankan dan tidak
melakukan larangan-larangan perintah”. Sedangkan menurut Rianegara polisi berasal dari kata yunani Politea kata ini pada
mulanya digunakan untuk menyebut orang yang menjadi warga
negara dari kota Athena. Kemudian pengertian itu berkembang
menjadi “kota” dan dipakai untuk menyebut “semua usaha kota” yang
17
Reksodiputro, M. (2006). Polisi Masyarakat Dalam Era Reformasi Sebagai Penegak Hukum.Jurnal Polisi Indonesia, hlm 44.
18
disebut juga polis. Politea atau polis diartikan sebagai semua usaha
dan kegiatan negara juga termasuk kegiatan keagamaan.19.
Dalam buku Erma Yulihastin yang berjudul: “Bekerja Sebagai Polisi”, kata “polisi” dapat merujuk kepada tiga hal, yaitu orang,
institusi (lembaga), atau fungsi. Kata Polisi yang merujuk kepada
“orang” pengertiannya adalah anggota badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Kata Polisi
yang bermakna institusi, biasa disebut dengan Kepolisian Negara
Republik Indonesia atau Polri, dan kepolisian Daerah atau Polda.
Sedangkanarti polisi sebagai fungsi atau sebagai “kata kerja”, berasal dari bahasa inggris “to police” yaitu pekerjaan mengamati, memantau, mengawasi segala sesuatu untuk menangkap gejala yang
terjadi.20.
Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa
Kepolisian adalah segala halihwal yang berkaitan dengan fungsi dan
lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Istilah
kepolisian dalam undang-undang ini mengandung dua pengertian,
yakni fungsi polisi dan lembaga polisi.
19
Momo Kelana. (1984).Hukum Kepolisian. Jakarta: PTIK, hal 13.
20
1.2 Tugas Kepolisian
Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal
13 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian
Negara Republik Indonesia adalah:
a. Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Menegakkan hukum.
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat. (Pasal 13 Undang-undang No. 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia).
Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi juga
memiliki tugas-tugas tertentu sebagaimana tercantum dalam Pasal 14
ayat (1) Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dari tugas-tugas polisi tersebut dapat
dikemukakan bahwa pada dasarnya tugas polisi ada dua yaitu tugas
untuk memelihara keamanan, ketertiban, menjamin dan memelihara
keselamatan negara, orang, benda dan masyarakat serta mengusahakan
ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan negara.
Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif dan tugas yang kedua
adalah tugas represif. Tugas ini untuk menindaklanjuti segala hal yang
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol
terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga
masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional, memelihara
ketertiban dan menjamin keamanan umum.
e. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
f. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya.
g. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran
kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk
kepentingan tugas kepolisian.
h. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
i. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara
sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.
j. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian.
k. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. (Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia).
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas
memelihara keamanan dan ketertiban umum sesuai dengan pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea
empat yang berbunyi sebagai berikut. “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.21 Menurut Momo Kelana tugas Kepolisian secara umum meliputi
penegakan hukum, pemeliharaan ketertiban dan keamanan umum, jika
dikelompokkan maka tugas kepolisian adalah :
a. Tugas Yustisial
b. Tugas Sosial
c. Tugas Pendidikan
d. Tugas Pemerintahan (dalam arti terbatar).
Mr. N. J. Kist menyatakan bahwa Polisi adalah bagian dari
kekuasaan eksekutif yang bertugas melindungi negara, alat negara,
kelancaran jalannya roda pemerintahan, rakyat dan hakhaknya
terhadap penyerangan dan bahaya, selalu waspada dengan pertolongan
dan paksaan, perubahan, akan tetapi secara aktif mendorong terjadinya
perubahan.22
1.3 Fungsi Kepolisian
Pasal 2 Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian sebagai salah satu
fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom dan
21
Sutra, D. (2012). Fungsi kepolisian sebagai penyidik utama: studi identifikasi sidik jari dalam kasus pidana.Jurisprudence.Vol 1, No 1, hlm 76.
22
pelayanan kepada masyaraka. Sedangkan lembaga kepolisian adalah
organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan
diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Pemaknaan fungsi pelindung, pengayom, dan pelayanan
kepada masyarakat bisa beragam dari berbagai tinjauan, namun
kesamaan persepsi dan langkah tindak dari pemaknaan peran itu
mengandung makna bahwa perlindungan adalah kemampuan Polri
memberikan perlindungan tehadap masyarakat sehingga terbebas dari
rasa takut, bebas dari ancaman atau bahaya serta merasa tentram dan
aman. Pemaknaan pelayan adalah kemampuan Polri dalam setiap
langkah pengabdiannya dilakukan secara bermoral, sopan, beretika,
sopan, ramah, dan proporsional.23.
Polri sebagai pelaksana fungsi pemerintah harus berpronsip
dan berpijak pada etika dan melakukan pengawasan atas birokrasi
yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan dan program. Oleh
karena itu, dalam penyelenggaraan pemerintah, pemerintah harus pula
menggedepankan kemauan politik untuk menjaga tata kelola
pemerintahannya selalu bersih (good governance). Sebab Polri
merupakan salah satu penopang pemerintahan pada dasarnya memiliki
tugas pokok yaitu melayani publik sesuai dengan prinsip good
governance yang meliputi partisipasi masyarakat, tegaknya supermasi
23
hukum, peduli pada stakeholder, berorientasi pada consensus,
kesetaraan, efektivitas dan efisiensi, akuntanbilitas dan visi strategis.
Agar berjalan good governance, semua prinsip-prinsip good
governance harus diupayakan oleh birokrasi pemerintah. Oleh karena
itu, prinsip-prinsip tersebut harus menjadi pedoman birokrasi Polri
dalam melaksanakan tugas dan wewenang untuk melindungi,
mengayomi dan melayani publik24.
Memperhatikan fungsi kepolisisan tersebut diatas jelas bahwa
tugas kepolisian tersebut hanya sampai pada keamanan dan ketertiban
masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Kepolisian mempunyai dua
fungsi utama, menurut C.H Niew Huis dalam bukunya Kunarto
menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas pokok itu polisi
mempunyai dua fungsi utama, yaitu:
a. Fungsi preventif untuk pencegahan, yang berarti bahwa polisi itu
berkewajiban melindungi Negara beserta lembaga-lembaganya,
ketertiban dan ketaatan umum, orang-orang dan harta bendanya,
dengan jalan mencegah dilakukannya perbuatan-perbuatan pada
hakikatnya dapat mengancam dan membahayakan ketertiban dan
ketentraman umum.
b. Fungsi represif atau pengendalian, yang berarti bahwa polisi itu
berkewajiban menyidik perkara-perkara tindak pidana dan
24Nasution, S. (2003). “Upaya Mendorong Birokrasi Pemerintah Berlandasan Prinsip-Prinsip
menangkap pelaku-pelakunya dan kepada penyidik untuk
penghukuman25.
1.4 Wewenang Kepolisian
Di samping memiliki tugas-tugas tersebut di atas, Polisi
memiliki wewenang secara umum yang diatur dalam Pasal 15 ayat
(1) Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan.
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang
dapat mengganggu ketertiban umum.
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit
masyarakat.
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup
kewenangan administratif kepolisian.
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari
tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret
seseorang.
25
i. Mencari keterangan dan barang bukti.
j. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional.
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang
diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat.
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan
pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta
kegiatan masyarakat.
m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara
waktu.
Adapun wewenang yang dimiliki kepolisian untuk
menyelenggarakan tugas di bidang proses pidana menurut Pasal 16
Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia adalah :
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan.
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat
kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan.
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam
rangka penyidikan.
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri.
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi.
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara.
h. Mengadakan penghentian penyidikan.
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat
imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi
dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau
menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana.
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik
pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggungjawab.
1.5 Penegakan Ketertiban Oleh Polisi
Ketika image orang/masyarakat/publik masih melekat yaitu
berupa polisi sebagai pemburu kejahatan, maka rasanya akan sangat
sulit polisi difahami atau memahami dirinya sebagai penegak
ketertiban. Apalagi tidak diberikan sama sekali kewenangan istimewa
yang disebut sebagai tindakan diskresi di dalam melaksanakan hukum.
Keberhasilan polisi dalam penegakan ketertiban tidak semata-mata
tidak lagi menganggapnya identik dengan kekerasan, penembakan,
pemburuan dan sebagainya melainkan melekatkan paradigma fungsi
polisi pada masyarakat (juga polisi) sebagaimana disebutkan sebagai
polisi sipil, polisi sebagai sahabat/teman masyarakat, polisi yang akrab
dengan kelemahlembutan, di samping sebagai pengayom
masyarakat26.
Predikat-predikat di atas memang lebih tepat diberikan dalam
rangka memenuhi keinginan masyarakat di mana polisi lebih
mencurahkan tindakan-tindakannya terhadap pemecahan
persoalan-persoalan kejahatan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat
dalam penanganan kejahatan.Perubahan paradigma fungsi tersebut
nampaknya tidak muncul secara tiba-tiba maupun buatan melainkan
didorong oleh perubahan struktur dalam masyarakat. Perubahan dalam
masyarakat tersebut tidak lain adalah industrialisasi dan modernisasi
yang diikuti oleh proses-proses yang sudah sangat dikenal seperti
urbanisasi, individualisasi serta berbagai macam konflik27.
Kaitannya dengan tugas polisi dalam penegakan ketertiban bahwa
tuntutan terhadap polisi untuk dapat memberikan perhatian dan
pelayanan yang lebih besar atas penanganan masalah di luar kejahatan
(jauh dari fungsinya yang hanya memburu kejahatan) polisi juga
berfungsi sebagai penganalisis masalah sosial atau social problem
26
Hadi, W. U. (2005).Hukum Kepolisian di Indonesia. Jakarta: Prestasi Pusaka Publisher, hlm 49.
27
oriented policing. Fungsi itu tidak sekedar diwadahi oleh unit tertentu
yang disebut dengan pembinaan masyarakat atau binmas, melainkan
fungsi yang selalu melekat pada seluruh anggota polisi. Tuntutan
terhadap kepolisian/polisi yang semacam ini memang dirasakan berat
apalagi secara tradisional sudah dibebani dengan tugas-tugas
mendesak menangani kejahatan. Salah satu fungsinya yang efektif
dalam rangka menuju kepada penegakan ketertiban yang ditawarkan
oleh Satjipto Rahardjo adalah fungsi polisi sebagai manusia pemikir
yang lebih diarahkan kepada kegiatan penelitian, menganalisis,
menulis, studi komperatif pemecahan masalah sosial dan
sebagainya28.
2. Tinjauan Umum Miras
2.1 Pengertian Miras
Minuman keras adalah semua minuman yang mengandung
alkohol (zat psikoaktif) bersifat adiktif yang bekerja secara selektif,
terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada
perilaku, emosi, dan kognitif, serta bila dikonsumsi secara berlebihan
dan terus-menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani,
rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berfikir kejiwaan.
Perilaku penggunaan minuman keras saat ini merupakan
permasalahan yang cukup berkembang dan menunjukkan
28
kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya
dirasakan dalam bentuk kenakalan-kenakalan, perkelahian, perbuatan
asusila, dan maraknya premanisme29.
Minuman keras telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
perjalanan panjang peradaban manusia. Bangsa Mesir kuno percaya
bahwa bouza, sejenis bir, merupakan penemuan Dewi Osiris dan
merupakan makanan sekaligus minuman. Anggur juga ditemukan oleh
Bangsa Mesir kuno dan dipergunakan untuk perayaan atau upacara
keagamaan dan sekaligus sebagai obat. Perkembangan selanjutnya,
anggur dianggap sebagai minuman kaum ningrat (aristocrat) dan bir
adalah minuman rakyat jelata (masses). Setelah melalui perjalanan
sejarah yang amat panjang barulah pada paruh pertengahan abad 18
para dokter di Inggris menemukan adanya efek buruk alkohol
terhadap kesehatan. Penemuan ini akhirnya melahirkan suatu
peraturan mengenai penggunaan minuman keras sebagai Gin Act
tahun 1751.
Minuman keras (alkohol) dalam kehidupan manusia mempunyai
fungsi ganda yang saling bertentangan. Disatu sisi alkohol merupakan
suatu zat yang dapat membantu umat manusia terutama dalam bidang
kedokteran yakni dapat digunakan sebagai pembersih kulit.
Perangsang nafsu makan dalam tonikum dan juga dapat digunakan
untuk kompres. Akan tetapi disisi lain alkohol atau minuman keras
29
merupakan boomerang yang sangat membahayakan dan menakutkan
karena dewasa ini minuman keras dikalangan masyarakat atau
khalayak ramai telah menjadi sumber kerawanan dan kesenjangan
dalam masyarakat itu sendiri30.
2.2 Jenis-Jenis Minuman Keras
Salah satu jenis minuman beralkohol yang sering dijumpai di
Indonesia adalah minuman keras tradisional, seperti tuak, arak brem,
lapen, sopi, dan ciu. Biasanya minuman keras ini ditemukan didalam
ritual adat. Ritual adat inilah yang mendorong anggota masyarakat
untuk mengkonsumsi minuman keras tradisional tersebut. Lebih dari
itu, mereka bahkan sering mencampur minuman keras tradisional
dengan berbagai jenis obat dan minuman lain. Hasil pencampuran ini
disebut dengan oplosan31.
2.3 Faktor Determinan Penyalahgunaan Alkohol
Terdapat 4 kelompok determinan dari penyalahgunaan alkohol
(sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan) yang mana peranannya
sangat kompleks dan saling terkait satu sama lainnya.
30
Dirdjosisworo, S. (1994).Alkoholisme Paparan Hukum dan Kriminologi. Bandung: Remaja Karya, hlm 78.
31
a. Sosial
Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif sosial
seperti meningkatkan prestige ataupun adanya pengaruh
pergaulan dan perubahan gayahidup. Selain itu faktor sosial lain
seperti sistem norma dan nilai (keluarga dan masyarakat) juga
menjadi kunci dalam permasalahan penyalahgunaan alkohol32. b. Ekonomi
Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut
ekonomi. Tentu saja meningkatnya jumlah pengguna alkohol di
Indonesia juga dapat diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan
harga minuman keras (import atau lokal) dengan daya beli atau
kekuatan ekonomi masyarakat. Secara makro, industri minuman
keras baik itu ditingkat produksi, distribusi, dan periklanan
ternyata mampu menyumbang porsi yang cukup besar bagi
pendapatan negara (tax,revenuedanexcise).
c. Budaya
Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah
alkohol juga menjadi sangat kompleks. Di Indonesia banyak
dijumpai produk lokal minuman keras yang merupakan warisan
tradisional (arak, tuak, badeg, dll) dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat dengan alasan tradisi. Sementara bila tradisi budaya
tersebut dikaitkan dengan sisi agama dimana mayoritas
32
masyarakat Indonesia adalah kaum muslim yang notabene
melarang konsumsi alkohol, hal ini tentu saja menjadi sangat
bertolak belakang.
d. Lingkungan
Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih
dari penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk
peraturan dan regulasi tentang minuman keras, serta pelaksanaan
yang tegas menjadi kunci utama penanganan masalah alkohol ini.
Selain itu yang tidak kalah penting adalah peranan provider
kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah
alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun
advokasi pada tingkatandecision maker33.
2.4 Dampak Minuman Beralkohol
Dampak negatif penggunaan alkohol dikategorikan menjadi 3,
yaitu dampak fisik, dampak psikoneurologis, juga dampak sosial.
a. Dampak Fisik
Beberapa penyakit yang diyakini berasosiasi dengan
kebiasaan minum alkohol antara lain serosis hati, kanker,
penyakit jantung dan syaraf. Sebagian besar kasus serosis hati
(liver cirrhosis) dialami oleh peminum berat yang kronis. Sebuah
studi memperkirakan bahwa konsumsi 210 gram alkohol atau
33
setara dengan minum sepertiga botol minuman keras (liquor)
setiap hari selama 25 tahun akan mengakibatkan serosis hati34.
Berkaitan dengan kanker terdapat bukti yang konsisten
bahwa alkohol meningkatkan resiko kanker di beberapa bagian
tubuh tertentu, termasuk: mulut, kerongkongan, tenggorokan,
larynx dan hati. Alkohol memicu terjadinya kanker melalui
berbagai mekanisme. Salah satunya alkohol mengkatifkan
ensim-ensim tertentu yang mampu memproduksi senyawa penyebab
kanker. Alkohol dapat pula merusak DNA, sehingga sel akan
berlipatganda (multiplying) secara tak terkendali35.
Peminum minuman keras cenderung memiliki tekanan
darah yang relatif lebih tinggi dibandingkan non peminum
(abstainer), demikian pula mereka lebih berisiko mengalami
stroke dan serangan jantung. Peminum kronis dapat pula
mengalami berbagai gangguan syaraf mulai dari dementia
(gangguan kecerdasan), bingung, kesulitan berjalan dan
kehilangan memori. Diduga konsumsi alkohol yang berlebihan
dapat menimbulkan defisiensi thiamin, yaitu komponen vitamin B
komplek berbentuk kristal yang esensial bagi berfungsinya sistem
syaraf.
34
Darmawan, S. (2010). Pengertian Minuman Keras dan Dampaknya. Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm 99.
35
b. Dampak Psikoneurologis
Pengaruh addictive, imsonia, depresi, gangguan kejiwaaan,
serta dapat merusak jaringan otak secara permanen sehingga
menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian,
kemampuan belajar, dan gangguan neurosis lainnya
c. Dampak Sosial
Dampak sosial yang berpengaruh bagi orang lain, di mana
perasaan pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung,
perhatian terhadap lingkungan menjadi terganggu. Kondisi ini
menekan pusat pengendalian diri sehingga pengguna menjadi
agresif, bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan yang
melanggar norma bahkan memicu tindakan kriminal serta
meningkatkan resiko kecelakaan36.
Peminum yang handal karena setiap mengkonsumsi
minuman alkohol tidak pernah mabuk dan selalu mengajak
teman-temanya untuk menemaninya mengkonsumsi alkohol.
Mengkonsumsi alkohol sangat mempengaruhi kemandirian
seorang seseorang dalam kehidupan sehar hari, kemandirian
seseorang sangat dibutuhkan dalam kehidupannya. Salah satu
tugas perkembangan seseorang adalah mengambil keputusan
secara mandiri serta bertanggung jawab atas keputusan yang telah
ditentukan. Pada kenyataannya tidak semua seseorang mampu
36
mandiri, seperti halnya pada seseorang yang mengkonsumsi
alkohol.
Berdasarkan kisaran waktu (periode) pengaruh penggunaan
alkohol dibedakan menjadi 2 kategori :
a. Pengaruh jangka pendek
Walaupun pengaruhnya terhadap individu
berbeda-beda, namun terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol
di dalam darah Blood Alkohol Concentration (BAC) dan
efeknya. Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku
lebih aktif seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol
di dalam darah. Resiko intoksikasi (mabuk) merupakan
gejala pemakaian alkohol yang paling umum. Penurunan
kesadaran seperti koma dapat terjadi pada keracunan
alkohol yang berat demikian juga nafas terhenti hingga
kematian. Selain itu efek jangka pendek alkohol dapat
menyebabkan hilangnya produktifitas kerja. Alkohol juga
dapat menyebabkan perilaku kriminal. Ditenggarai 70%
dari narapidana menggunakan alkohol sebelum melakukan
tindak kekerasan dan lebih dari 40% kekerasan dalam
rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol.
b. Pengaruh Jangka Panjang
Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka
kerusakan jantung, tekanan darah tinggi, stroke, kerusakan
hati, kanker saluran pencernaan, gangguan pencernaan lain
(misalnya tukak lambung), impotensi dan berkurangnya
kesuburan, meningkatnya resiko terkena kanker payudara,
kesulitan tidur, kerusakan otak dengan perubahan
kepribadian dan suasana perasaan, sulit dalam mengingat
dan berkonsentrasi37
3. Sumber Hukum
3.1 PERDA Banyumas
Menurut Peraturan daerah Kabupaten Banyumas nomor 5 tahun
2014 tentang pengendalian, pengawasan dan penertiban peredaran
minuman beralkohol, peredaran minuman keras diatur dalam BAB III
pasal 4 sampai dengan pasal 9 yang berbunyi:
Pasal 4
Jenis Minuman Beralkohol golongan A, golongan B dan golongan
C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 pengadaannya berasal dari
produksi dalam negeri maupun impor.
Pasal 5
(1) Minuman Beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri hanya dapat diproduksi oleh pelaku usaha yang telah memiliki izin usaha industri dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
37
(2) Minuman Beralkohol yang berasal dari impor hanya dapat diimpor oleh pelaku usaha yang telah memiliki perizinan impor dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan.
Pasal 6
(1) Terhadap Minuman Beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor yang akan diedarkan atau dijual wajib dicantumkan label sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pangan.
(2) Minuman Beralkohol hanya dapat diedarkan setelah memiliki izin
edar dari Kepala BPPOM.
(3) Minuman Beralkohol hanya dapat diperdagangkan oleh pelaku usaha yang telah memiliki izin memperdagangkan Minuman Beralkohol sesuai dengan penggolongannya sebagaimana diatur dalam Pasal 3.
Pasal 7
(1) Penjualan Minuman Beralkohol untuk diminum langsung di
tempat hanya dapat dijual di :
a. Restoran dengan tanda talam kencana dan tanda talam selaka.
b. Bar termasuk pub dan klub malam.
c. Tempat tertentu selain huruf a, b dan c yang ditetapkan
Bupati.
(2) Penjualan Minuman Beralk ohol secara eceran hanya dapat dijual
oleh pengecer, pada :
a. TBB.
b. Tempat tertentu yang ditetapkan Bupati.
(3) Selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Minuman
Beralkohol golongan A juga dapat dijual di toko Pengecer,
a. Minimarket.
b. Supermarket atau hypermarket.
c. Toko pengecer lainnya.
(4) Toko pengecer sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
mempunyai luas lantai penjualan paling sedikit 12 m2 (dua belas
meter persegi).
Pasal 8
Penjualan Minuman Beralkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 hanya dapat diberikan kepada konsumen yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih dengan menunjukan kartu identitas kepada petugas/pramuniaga.
Pasal 9
(1) Pengecer hanya diizinkan menjual minuman beralkohol golongan
A, golongan B dan golongan C secara eceran dalam bentuk
kemasan.
(2) Pengecer wajib menempatkan Minuman Beralkohol pada tempat
khusus atau tersendiri dan tidak bersamaan dengan produk lain.
(3) Pengecer berkewajiban melarang pembeli Minuman Beralkohol
meminum langsung di lokasi penjualan.
Pasal 23
(1) Setiap orang perorangan dilarang memperdagangkan Minuman
Beralkohol.
(2) Badan usaha dilarang memperdagangkan Minuman Beralkohol
yang tidak dilengkapi dengan perizinan sebagaimana dimaksud
Pasal 32
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 23 ayat (1) diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,-(lima puluh juta) rupiah
3.2 KUHP
Peredaran Minuman Keras telah diatur dalam Pasal 300 ayat (1)
angka (1), Pasal 537, dan Pasal 538 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP), yang bunyinya sebagai berikut:
1. Pasal 300 ayat (1) angka (1) KUHP berbunyi: Dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500, bagi barangsiapa dengan sengaja menjual atau menyuruh minum minuman yang memabukkan kepada seseorang yang telah kelihatan nyata mabuk.
2. Pasal 537 KUHP berbunyi: Barangsiapa menjual atau memberi minuman keras atau tuak keras diluar kantin militer kepada seorang militer balatentara darat, dibawah pangkat onderopsir atau kepada Isteri, anak atau bujang militer itu, dihukum kurungan selama-lamanya tiga minggu atau denda sebanyak-banyaknya Rp 1.500.
3. Pasal 538 KUHP berbunyi: Penjual atau wakilnya yang menjual minuman keras yang dalam menjalankan pekerjaan memberikan atau minuman keras atau arak kepada seorang anak dibawah 16 (enam belas) tahun, diancam dengan pidanakurungan paling lama tiga minggu atau pidana denda paling tinggi Rp 4.000.
3.3 Keputusan Menteri Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
282/MENKES/SK/II/1998 Tentang standar mutu produksi minuman
beralkohol, standarisasi minuman beralkohol sesuai dengan
1. Golongan A Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2
H5OH) 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima persen);
2. Golongan B Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2
H5OH) 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh
persen);
3. Golongan C Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2
H5OH) 20% (dua puluh persen) sampai dengan 50% (lima
puluh persen);
Jika melewati standarisasi diatas maka pembuat akan di jerat hukuman
sesuai di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
282/MENKES/SK/II/1998 tentang standar mutu produksi minuman
beralkohol, standarisasi minuman beralkohol dalam bab V tentang
sanksi Pasal 12 yang berbunyi :
1. Barangsiapa dengan sengaja memproduksi dan atau mengedarkan minuman beralkohol yang tidak memenuhi standar mutu, sebagimana dimaksud pasal 3, dipidana sesuai dengan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan atau undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. 2. Barangsiapa dengan sengaja mengedarkan minuman beralkohol
yang dikemas tanpa mencantumkan tanda atau label sebagai dimaksud pasal 6, dipidana sesuai dengan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan atau undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan.
3.4 Keputusan Presiden
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2013
tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol dengan
Peraturan tersebut untuk mengganti keputusan presiden (keppres)
sebelumnya yang dibatalkan Mahkamah Agung (MA), yakni Keppres
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Miras yang di anggap telah kehilangan
dasar hukum kekuatan berlakunya, sehingga beralasan tidak sah dan
tidak berlaku umum.
Peraturan presiden ini mengatur peredaran miras dan
golongan-golongan miras yang di produksi, seperti pada pasal 3 yang mengatur
golongan miras dan pasal 5 yang mengatur tentang peredaran miras,
berikut isi dari pasal 3 dan pasal 5
Pasal 3
1. Produksi minuman beralkohol hasil industri di dalam negeri dan
berasal dari impor, dikelompokkan dalam golongan-golongan
sebagai berikut :
a. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman
beralkohol dengan kadar ethanol(C2H5OH) 1% (satu
persen) sampai dengan 5% (lima persen);
b. Minuman beralkohol golongan B adalah minuman
beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 5 %
(lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen);
c. Minuman beralkohol golongan C adalah minuman
beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 20% (dua
d. Minuman beralkohol golongan B dan golongan C adalah
kelompok minuman keras yang diproduksi, pengedaran dan
penjualannya ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan.
Pasal 5
1. Dilarang mengedarkan dan atau menjual minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) di tempat umum, kecuali di hotel, bar, restoran dan di tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
E.Kerangka Pemikiran
PERAN TIM BAWOR SATRIA POLRES BANYUMAS DALAM RANGKA MEMINIMALISIR PEREDARAN MIRAS
(Studi Kasus di Polres Banyumas)
1. Peran Tim Bawor Satria dalam meminimalisir peredaran minuman keras di Kabupaten Banyumas?
2. Kendala yang dihadapi Tim Bawor Satria dalam meminimalisir peredaran
minuman keras di Kabupaten
Banyumas?
1. Peraturan daerah Kabupaten Banyumas nomor 5 tahun 2014
2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
282/MENKES/SK/II/1998
4. Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2013
1. Teori Tentang Kepolisian 2. Teori Tentang Miras
3. Teori Tentang Sumber Hukum Polres Banyumas membentuk Tim Bawor