• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel. 1 Penelitian Terdahulu Nama Judul Penelitian Rumusan Masalah Hasil Penelitian - PERAN TIM BAWOR SATRIA POLRES BANYUMAS DALAM RANGKA MEMINIMALISIR PEREDARAN MIRAS (Studi Kasus di Polres Banyumas) - rep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel. 1 Penelitian Terdahulu Nama Judul Penelitian Rumusan Masalah Hasil Penelitian - PERAN TIM BAWOR SATRIA POLRES BANYUMAS DALAM RANGKA MEMINIMALISIR PEREDARAN MIRAS (Studi Kasus di Polres Banyumas) - rep"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Tabel. 1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul

Penelitian

Rumusan Masalah Hasil Penelitian

1. Sukmawan Ari Wibowo

Peran Polres Pemalang dalam

menanggulangi penggunaan senjata api secara melawan Hukum

1. Bagaimana peran Polres Pemalang dalam

menanggulangi penggunaan senjata api secara melawan hukum. 2. Kendala apa saja

yang dihadapi

oleh Polres

Pemalang dalam menanggulangi penggunaan senjata api secara melawan hukum

Hasil penelitian ini Polres Pemalang melakukan upaya preventif dengan cara memberikan

pengarahan kepada masyarakat.

Sedangkan upaya represif pihak Polres Pemalang melakukan penindakan secara langsung terhadap kasus-kasus kejahatan yang menggunakan senjata api, penindakan secara langsung oleh aparat kepolisian dilakukan dengan melakukan razia-razia, penjagaan, dan observasi, operasi khusus, melakukan tindakan kejar tutup pada saat terjadi tindak pidana 2. Pandu Prayoga Peran kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana Pencurian kendaraan bermotor 1.Bagaimankah peran Kepolisian Daerah Provinsi Lampung dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan

(2)

dengan kekerasan Yang menyebabkan korban meninggal dunia bermotor dengan kekerasan sehingga menimbulkan korban meninggal dunia? 2. Apakah faktor

penghambat pihak kepolisian melaksanakan perannya dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan sehingga menimbulkan korban meninggal dunia? (pembegalan) yang menyebabkan kematian dengan melakukan upaya secara preventif dan represif. Upaya preventif dengan cara mengadakan kegiatan-kegiatan seperti operasi tertentu, razia selektif, penjagaan, patroli kepolisian, dan patroli rutin. Sedangkan upaya represif pihak kepolisian melakukan tindakan secara bersama-sama dengan pihak kejaksaan dan pengadilan dalam menjatuhkan sanksi pidana. 3. Suci wulandari Peranan kepolisian dalam penertiban minuman keras di kota padang

1.Bagaimanakah peranan

kepolisian dalam penertiban

minuman keras di Kota Padang ? 2. Apakah

kendala-kendala yang ditemui

kepolisian dalam melakukan penertiban

minuman keras di Kota Padang ?

Hasil penelitian ini bahwa peranan kepolisian dalam mencegah peredaran minuman keras dengan melakukan kegiatan penyuluhan kepada semua kalangan masyarakat tentang bahaya minuman keras dan penertiban minuman keras, mengadakan operasi dan patrol-patroli secara berskala di daerah yang

(3)

adalah faktor intern yakni terbatasnya sumber daya manusia (kepolisian) untuk menangkap tindak pidana minuman keras.

Dari hasil penelitian tersebut memiliki kesamaan dalam hasil

penilitian dengan penelitian yang ditulis oleh penulis yaitu kepolisian

mengadakan upaya prefentiv dan represiv dalam mebrantas kejahatan

atau pelanggaran hukum. Perbedaan yang terdapat penelitian yang

tercantum dalam tabel dengan penelitian yang ditulis oleh penulis adalah

kasus yang menjadi sasaran kepolisian dan tempat penelitian tersebut

dilakukan.

B. Landasan Teori

1. Tinjauan Umum Kepolisian

1.1 Pengertian Kepolisian

Istilah Polisi di beberapa negara dari segi etimologis memiliki

ketidaksamaan, seperti di Yunani istilah polisi dikenal dengan istilah

“politeia” di Jerman dikenal dengan istilah “polizei” di Amerika

Serikat dikenal dengan nama “sheriff” Polisi merupakan alat penegak

hukum yang dapat memberikan perlindungan, pengayoman, serta

mencegah timbulnya kejahatan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini

(4)

sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat”15.

Pengertian Kepolisian Republik Indonesia, terlebih dahulu

dikemukakan pengertian polisi. Istilah polisi yang pada mulanya

berasal dari bahasa Yunani “politea” yang berarti pemerintahan Negara Yunani yang terdiri dari kota-kota yang disebut dengan

“polis”, pada waktu itu pengertian polisi menyangkut segala urusan

pemerintahan termasuk urusan agama. Istilah politea dan polis

kemudian muncul istlah police (Inggris), polzei (Jerman), dan polisi

(Indonesia)16.

Charles Reith dalam bukunya yang berjudul “The Blind Eye of History” mengemukakan pengertian polisi dalam Bahasa Inggris :

“police the English Language came to mean of planning for improfing ordering communal exictence” yaitu sebagai tiap-tiap usaha untuk

memperbaiki atau susunan kehidapan masyarakat. Pengertian ini

berpangkal tolak dari pemikiran, bahwa manusia adalah makhluk

sosial, hidup berkelompok, membuat peraturan yang disepakati

bersama. Ternyata diantara kelompok itu ada yang tidak mau

mematuhi peraturan yang disepakati bersama sehingga timbul masalah

siapa yang berkewajiban untuk memperbaiki dan menertibkan

15

Sadjijono. (2010).Memahami Hukum Kepolisian.Yogyakarta: PT. Laksbang Persindo, hlm 1.

16

(5)

kembali kelompok yang telah melanggar. Pemikiran ini kemudian

menimbulkan polisi, baik orangnya maupun tugasnya untuk

memperbaiki dan menugaskan tata susunan kehidupan masyarakat

tersebut.17.

Pada abad ke-14 dan 15 oleh karena itu perkembangan zaman,

urusan dan kegiatan keagamaan menjadi semakin banyak, sehingga

perlu diselenggarakan secara khusus. Akhirnya urusan keagamaan

dikeluarkan daripolitea atau polisi tinggal meliputi usaha dan urusan

keduniaan saja.18.

Menurut Van Vollenhoven yang dikutip oleh Momo Kelana

istilah polisi didefenisikan sebagai “organ dan fungsi, yakni sebagai

organ pemerintahan dengan tugas mengawasi, jika perlu

menggunakan paksaan supaya yang diperintah menjalankan dan tidak

melakukan larangan-larangan perintah”. Sedangkan menurut Rianegara polisi berasal dari kata yunani Politea kata ini pada

mulanya digunakan untuk menyebut orang yang menjadi warga

negara dari kota Athena. Kemudian pengertian itu berkembang

menjadi “kota” dan dipakai untuk menyebut “semua usaha kota” yang

17

Reksodiputro, M. (2006). Polisi Masyarakat Dalam Era Reformasi Sebagai Penegak Hukum.Jurnal Polisi Indonesia, hlm 44.

18

(6)

disebut juga polis. Politea atau polis diartikan sebagai semua usaha

dan kegiatan negara juga termasuk kegiatan keagamaan.19.

Dalam buku Erma Yulihastin yang berjudul: “Bekerja Sebagai Polisi”, kata “polisi” dapat merujuk kepada tiga hal, yaitu orang,

institusi (lembaga), atau fungsi. Kata Polisi yang merujuk kepada

“orang” pengertiannya adalah anggota badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Kata Polisi

yang bermakna institusi, biasa disebut dengan Kepolisian Negara

Republik Indonesia atau Polri, dan kepolisian Daerah atau Polda.

Sedangkanarti polisi sebagai fungsi atau sebagai “kata kerja”, berasal dari bahasa inggris “to police” yaitu pekerjaan mengamati, memantau, mengawasi segala sesuatu untuk menangkap gejala yang

terjadi.20.

Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa

Kepolisian adalah segala halihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Istilah

kepolisian dalam undang-undang ini mengandung dua pengertian,

yakni fungsi polisi dan lembaga polisi.

19

Momo Kelana. (1984).Hukum Kepolisian. Jakarta: PTIK, hal 13.

20

(7)

1.2 Tugas Kepolisian

Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal

13 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian

Negara Republik Indonesia adalah:

a. Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat.

b. Menegakkan hukum.

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat. (Pasal 13 Undang-undang No. 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia).

Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi juga

memiliki tugas-tugas tertentu sebagaimana tercantum dalam Pasal 14

ayat (1) Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, dari tugas-tugas polisi tersebut dapat

dikemukakan bahwa pada dasarnya tugas polisi ada dua yaitu tugas

untuk memelihara keamanan, ketertiban, menjamin dan memelihara

keselamatan negara, orang, benda dan masyarakat serta mengusahakan

ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan negara.

Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif dan tugas yang kedua

adalah tugas represif. Tugas ini untuk menindaklanjuti segala hal yang

(8)

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga

masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional, memelihara

ketertiban dan menjamin keamanan umum.

e. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis

terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

f. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan

perundang-undangan lainnya.

g. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran

kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk

kepentingan tugas kepolisian.

h. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

(9)

termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia.

i. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara

sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.

j. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian.

k. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. (Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia).

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas

memelihara keamanan dan ketertiban umum sesuai dengan pembukaan

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea

empat yang berbunyi sebagai berikut. “Kemudian daripada itu untuk

membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah Kemerdekaan

Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik

Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,

(10)

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan

mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.21 Menurut Momo Kelana tugas Kepolisian secara umum meliputi

penegakan hukum, pemeliharaan ketertiban dan keamanan umum, jika

dikelompokkan maka tugas kepolisian adalah :

a. Tugas Yustisial

b. Tugas Sosial

c. Tugas Pendidikan

d. Tugas Pemerintahan (dalam arti terbatar).

Mr. N. J. Kist menyatakan bahwa Polisi adalah bagian dari

kekuasaan eksekutif yang bertugas melindungi negara, alat negara,

kelancaran jalannya roda pemerintahan, rakyat dan hakhaknya

terhadap penyerangan dan bahaya, selalu waspada dengan pertolongan

dan paksaan, perubahan, akan tetapi secara aktif mendorong terjadinya

perubahan.22

1.3 Fungsi Kepolisian

Pasal 2 Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian sebagai salah satu

fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan

ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom dan

21

Sutra, D. (2012). Fungsi kepolisian sebagai penyidik utama: studi identifikasi sidik jari dalam kasus pidana.Jurisprudence.Vol 1, No 1, hlm 76.

22

(11)

pelayanan kepada masyaraka. Sedangkan lembaga kepolisian adalah

organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan

diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

Pemaknaan fungsi pelindung, pengayom, dan pelayanan

kepada masyarakat bisa beragam dari berbagai tinjauan, namun

kesamaan persepsi dan langkah tindak dari pemaknaan peran itu

mengandung makna bahwa perlindungan adalah kemampuan Polri

memberikan perlindungan tehadap masyarakat sehingga terbebas dari

rasa takut, bebas dari ancaman atau bahaya serta merasa tentram dan

aman. Pemaknaan pelayan adalah kemampuan Polri dalam setiap

langkah pengabdiannya dilakukan secara bermoral, sopan, beretika,

sopan, ramah, dan proporsional.23.

Polri sebagai pelaksana fungsi pemerintah harus berpronsip

dan berpijak pada etika dan melakukan pengawasan atas birokrasi

yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan dan program. Oleh

karena itu, dalam penyelenggaraan pemerintah, pemerintah harus pula

menggedepankan kemauan politik untuk menjaga tata kelola

pemerintahannya selalu bersih (good governance). Sebab Polri

merupakan salah satu penopang pemerintahan pada dasarnya memiliki

tugas pokok yaitu melayani publik sesuai dengan prinsip good

governance yang meliputi partisipasi masyarakat, tegaknya supermasi

23

(12)

hukum, peduli pada stakeholder, berorientasi pada consensus,

kesetaraan, efektivitas dan efisiensi, akuntanbilitas dan visi strategis.

Agar berjalan good governance, semua prinsip-prinsip good

governance harus diupayakan oleh birokrasi pemerintah. Oleh karena

itu, prinsip-prinsip tersebut harus menjadi pedoman birokrasi Polri

dalam melaksanakan tugas dan wewenang untuk melindungi,

mengayomi dan melayani publik24.

Memperhatikan fungsi kepolisisan tersebut diatas jelas bahwa

tugas kepolisian tersebut hanya sampai pada keamanan dan ketertiban

masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Kepolisian mempunyai dua

fungsi utama, menurut C.H Niew Huis dalam bukunya Kunarto

menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas pokok itu polisi

mempunyai dua fungsi utama, yaitu:

a. Fungsi preventif untuk pencegahan, yang berarti bahwa polisi itu

berkewajiban melindungi Negara beserta lembaga-lembaganya,

ketertiban dan ketaatan umum, orang-orang dan harta bendanya,

dengan jalan mencegah dilakukannya perbuatan-perbuatan pada

hakikatnya dapat mengancam dan membahayakan ketertiban dan

ketentraman umum.

b. Fungsi represif atau pengendalian, yang berarti bahwa polisi itu

berkewajiban menyidik perkara-perkara tindak pidana dan

24Nasution, S. (2003). “Upaya Mendorong Birokrasi Pemerintah Berlandasan Prinsip-Prinsip

(13)

menangkap pelaku-pelakunya dan kepada penyidik untuk

penghukuman25.

1.4 Wewenang Kepolisian

Di samping memiliki tugas-tugas tersebut di atas, Polisi

memiliki wewenang secara umum yang diatur dalam Pasal 15 ayat

(1) Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, yaitu sebagai berikut:

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan.

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang

dapat mengganggu ketertiban umum.

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit

masyarakat.

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup

kewenangan administratif kepolisian.

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari

tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret

seseorang.

25

(14)

i. Mencari keterangan dan barang bukti.

j. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional.

k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang

diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat.

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan

pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta

kegiatan masyarakat.

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara

waktu.

Adapun wewenang yang dimiliki kepolisian untuk

menyelenggarakan tugas di bidang proses pidana menurut Pasal 16

Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia adalah :

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan

penyitaan.

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat

kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan.

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam

rangka penyidikan.

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri.

(15)

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi.

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara.

h. Mengadakan penghentian penyidikan.

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat

imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi

dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau

menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana.

k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik

pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggungjawab.

1.5 Penegakan Ketertiban Oleh Polisi

Ketika image orang/masyarakat/publik masih melekat yaitu

berupa polisi sebagai pemburu kejahatan, maka rasanya akan sangat

sulit polisi difahami atau memahami dirinya sebagai penegak

ketertiban. Apalagi tidak diberikan sama sekali kewenangan istimewa

yang disebut sebagai tindakan diskresi di dalam melaksanakan hukum.

Keberhasilan polisi dalam penegakan ketertiban tidak semata-mata

(16)

tidak lagi menganggapnya identik dengan kekerasan, penembakan,

pemburuan dan sebagainya melainkan melekatkan paradigma fungsi

polisi pada masyarakat (juga polisi) sebagaimana disebutkan sebagai

polisi sipil, polisi sebagai sahabat/teman masyarakat, polisi yang akrab

dengan kelemahlembutan, di samping sebagai pengayom

masyarakat26.

Predikat-predikat di atas memang lebih tepat diberikan dalam

rangka memenuhi keinginan masyarakat di mana polisi lebih

mencurahkan tindakan-tindakannya terhadap pemecahan

persoalan-persoalan kejahatan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat

dalam penanganan kejahatan.Perubahan paradigma fungsi tersebut

nampaknya tidak muncul secara tiba-tiba maupun buatan melainkan

didorong oleh perubahan struktur dalam masyarakat. Perubahan dalam

masyarakat tersebut tidak lain adalah industrialisasi dan modernisasi

yang diikuti oleh proses-proses yang sudah sangat dikenal seperti

urbanisasi, individualisasi serta berbagai macam konflik27.

Kaitannya dengan tugas polisi dalam penegakan ketertiban bahwa

tuntutan terhadap polisi untuk dapat memberikan perhatian dan

pelayanan yang lebih besar atas penanganan masalah di luar kejahatan

(jauh dari fungsinya yang hanya memburu kejahatan) polisi juga

berfungsi sebagai penganalisis masalah sosial atau social problem

26

Hadi, W. U. (2005).Hukum Kepolisian di Indonesia. Jakarta: Prestasi Pusaka Publisher, hlm 49.

27

(17)

oriented policing. Fungsi itu tidak sekedar diwadahi oleh unit tertentu

yang disebut dengan pembinaan masyarakat atau binmas, melainkan

fungsi yang selalu melekat pada seluruh anggota polisi. Tuntutan

terhadap kepolisian/polisi yang semacam ini memang dirasakan berat

apalagi secara tradisional sudah dibebani dengan tugas-tugas

mendesak menangani kejahatan. Salah satu fungsinya yang efektif

dalam rangka menuju kepada penegakan ketertiban yang ditawarkan

oleh Satjipto Rahardjo adalah fungsi polisi sebagai manusia pemikir

yang lebih diarahkan kepada kegiatan penelitian, menganalisis,

menulis, studi komperatif pemecahan masalah sosial dan

sebagainya28.

2. Tinjauan Umum Miras

2.1 Pengertian Miras

Minuman keras adalah semua minuman yang mengandung

alkohol (zat psikoaktif) bersifat adiktif yang bekerja secara selektif,

terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada

perilaku, emosi, dan kognitif, serta bila dikonsumsi secara berlebihan

dan terus-menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani,

rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berfikir kejiwaan.

Perilaku penggunaan minuman keras saat ini merupakan

permasalahan yang cukup berkembang dan menunjukkan

28

(18)

kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya

dirasakan dalam bentuk kenakalan-kenakalan, perkelahian, perbuatan

asusila, dan maraknya premanisme29.

Minuman keras telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

perjalanan panjang peradaban manusia. Bangsa Mesir kuno percaya

bahwa bouza, sejenis bir, merupakan penemuan Dewi Osiris dan

merupakan makanan sekaligus minuman. Anggur juga ditemukan oleh

Bangsa Mesir kuno dan dipergunakan untuk perayaan atau upacara

keagamaan dan sekaligus sebagai obat. Perkembangan selanjutnya,

anggur dianggap sebagai minuman kaum ningrat (aristocrat) dan bir

adalah minuman rakyat jelata (masses). Setelah melalui perjalanan

sejarah yang amat panjang barulah pada paruh pertengahan abad 18

para dokter di Inggris menemukan adanya efek buruk alkohol

terhadap kesehatan. Penemuan ini akhirnya melahirkan suatu

peraturan mengenai penggunaan minuman keras sebagai Gin Act

tahun 1751.

Minuman keras (alkohol) dalam kehidupan manusia mempunyai

fungsi ganda yang saling bertentangan. Disatu sisi alkohol merupakan

suatu zat yang dapat membantu umat manusia terutama dalam bidang

kedokteran yakni dapat digunakan sebagai pembersih kulit.

Perangsang nafsu makan dalam tonikum dan juga dapat digunakan

untuk kompres. Akan tetapi disisi lain alkohol atau minuman keras

29

(19)

merupakan boomerang yang sangat membahayakan dan menakutkan

karena dewasa ini minuman keras dikalangan masyarakat atau

khalayak ramai telah menjadi sumber kerawanan dan kesenjangan

dalam masyarakat itu sendiri30.

2.2 Jenis-Jenis Minuman Keras

Salah satu jenis minuman beralkohol yang sering dijumpai di

Indonesia adalah minuman keras tradisional, seperti tuak, arak brem,

lapen, sopi, dan ciu. Biasanya minuman keras ini ditemukan didalam

ritual adat. Ritual adat inilah yang mendorong anggota masyarakat

untuk mengkonsumsi minuman keras tradisional tersebut. Lebih dari

itu, mereka bahkan sering mencampur minuman keras tradisional

dengan berbagai jenis obat dan minuman lain. Hasil pencampuran ini

disebut dengan oplosan31.

2.3 Faktor Determinan Penyalahgunaan Alkohol

Terdapat 4 kelompok determinan dari penyalahgunaan alkohol

(sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan) yang mana peranannya

sangat kompleks dan saling terkait satu sama lainnya.

30

Dirdjosisworo, S. (1994).Alkoholisme Paparan Hukum dan Kriminologi. Bandung: Remaja Karya, hlm 78.

31

(20)

a. Sosial

Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif sosial

seperti meningkatkan prestige ataupun adanya pengaruh

pergaulan dan perubahan gayahidup. Selain itu faktor sosial lain

seperti sistem norma dan nilai (keluarga dan masyarakat) juga

menjadi kunci dalam permasalahan penyalahgunaan alkohol32. b. Ekonomi

Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut

ekonomi. Tentu saja meningkatnya jumlah pengguna alkohol di

Indonesia juga dapat diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan

harga minuman keras (import atau lokal) dengan daya beli atau

kekuatan ekonomi masyarakat. Secara makro, industri minuman

keras baik itu ditingkat produksi, distribusi, dan periklanan

ternyata mampu menyumbang porsi yang cukup besar bagi

pendapatan negara (tax,revenuedanexcise).

c. Budaya

Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah

alkohol juga menjadi sangat kompleks. Di Indonesia banyak

dijumpai produk lokal minuman keras yang merupakan warisan

tradisional (arak, tuak, badeg, dll) dan banyak dikonsumsi oleh

masyarakat dengan alasan tradisi. Sementara bila tradisi budaya

tersebut dikaitkan dengan sisi agama dimana mayoritas

32

(21)

masyarakat Indonesia adalah kaum muslim yang notabene

melarang konsumsi alkohol, hal ini tentu saja menjadi sangat

bertolak belakang.

d. Lingkungan

Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih

dari penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk

peraturan dan regulasi tentang minuman keras, serta pelaksanaan

yang tegas menjadi kunci utama penanganan masalah alkohol ini.

Selain itu yang tidak kalah penting adalah peranan provider

kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah

alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun

advokasi pada tingkatandecision maker33.

2.4 Dampak Minuman Beralkohol

Dampak negatif penggunaan alkohol dikategorikan menjadi 3,

yaitu dampak fisik, dampak psikoneurologis, juga dampak sosial.

a. Dampak Fisik

Beberapa penyakit yang diyakini berasosiasi dengan

kebiasaan minum alkohol antara lain serosis hati, kanker,

penyakit jantung dan syaraf. Sebagian besar kasus serosis hati

(liver cirrhosis) dialami oleh peminum berat yang kronis. Sebuah

studi memperkirakan bahwa konsumsi 210 gram alkohol atau

33

(22)

setara dengan minum sepertiga botol minuman keras (liquor)

setiap hari selama 25 tahun akan mengakibatkan serosis hati34.

Berkaitan dengan kanker terdapat bukti yang konsisten

bahwa alkohol meningkatkan resiko kanker di beberapa bagian

tubuh tertentu, termasuk: mulut, kerongkongan, tenggorokan,

larynx dan hati. Alkohol memicu terjadinya kanker melalui

berbagai mekanisme. Salah satunya alkohol mengkatifkan

ensim-ensim tertentu yang mampu memproduksi senyawa penyebab

kanker. Alkohol dapat pula merusak DNA, sehingga sel akan

berlipatganda (multiplying) secara tak terkendali35.

Peminum minuman keras cenderung memiliki tekanan

darah yang relatif lebih tinggi dibandingkan non peminum

(abstainer), demikian pula mereka lebih berisiko mengalami

stroke dan serangan jantung. Peminum kronis dapat pula

mengalami berbagai gangguan syaraf mulai dari dementia

(gangguan kecerdasan), bingung, kesulitan berjalan dan

kehilangan memori. Diduga konsumsi alkohol yang berlebihan

dapat menimbulkan defisiensi thiamin, yaitu komponen vitamin B

komplek berbentuk kristal yang esensial bagi berfungsinya sistem

syaraf.

34

Darmawan, S. (2010). Pengertian Minuman Keras dan Dampaknya. Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm 99.

35

(23)

b. Dampak Psikoneurologis

Pengaruh addictive, imsonia, depresi, gangguan kejiwaaan,

serta dapat merusak jaringan otak secara permanen sehingga

menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian,

kemampuan belajar, dan gangguan neurosis lainnya

c. Dampak Sosial

Dampak sosial yang berpengaruh bagi orang lain, di mana

perasaan pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung,

perhatian terhadap lingkungan menjadi terganggu. Kondisi ini

menekan pusat pengendalian diri sehingga pengguna menjadi

agresif, bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan yang

melanggar norma bahkan memicu tindakan kriminal serta

meningkatkan resiko kecelakaan36.

Peminum yang handal karena setiap mengkonsumsi

minuman alkohol tidak pernah mabuk dan selalu mengajak

teman-temanya untuk menemaninya mengkonsumsi alkohol.

Mengkonsumsi alkohol sangat mempengaruhi kemandirian

seorang seseorang dalam kehidupan sehar hari, kemandirian

seseorang sangat dibutuhkan dalam kehidupannya. Salah satu

tugas perkembangan seseorang adalah mengambil keputusan

secara mandiri serta bertanggung jawab atas keputusan yang telah

ditentukan. Pada kenyataannya tidak semua seseorang mampu

36

(24)

mandiri, seperti halnya pada seseorang yang mengkonsumsi

alkohol.

Berdasarkan kisaran waktu (periode) pengaruh penggunaan

alkohol dibedakan menjadi 2 kategori :

a. Pengaruh jangka pendek

Walaupun pengaruhnya terhadap individu

berbeda-beda, namun terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol

di dalam darah Blood Alkohol Concentration (BAC) dan

efeknya. Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku

lebih aktif seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol

di dalam darah. Resiko intoksikasi (mabuk) merupakan

gejala pemakaian alkohol yang paling umum. Penurunan

kesadaran seperti koma dapat terjadi pada keracunan

alkohol yang berat demikian juga nafas terhenti hingga

kematian. Selain itu efek jangka pendek alkohol dapat

menyebabkan hilangnya produktifitas kerja. Alkohol juga

dapat menyebabkan perilaku kriminal. Ditenggarai 70%

dari narapidana menggunakan alkohol sebelum melakukan

tindak kekerasan dan lebih dari 40% kekerasan dalam

rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol.

b. Pengaruh Jangka Panjang

Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka

(25)

kerusakan jantung, tekanan darah tinggi, stroke, kerusakan

hati, kanker saluran pencernaan, gangguan pencernaan lain

(misalnya tukak lambung), impotensi dan berkurangnya

kesuburan, meningkatnya resiko terkena kanker payudara,

kesulitan tidur, kerusakan otak dengan perubahan

kepribadian dan suasana perasaan, sulit dalam mengingat

dan berkonsentrasi37

3. Sumber Hukum

3.1 PERDA Banyumas

Menurut Peraturan daerah Kabupaten Banyumas nomor 5 tahun

2014 tentang pengendalian, pengawasan dan penertiban peredaran

minuman beralkohol, peredaran minuman keras diatur dalam BAB III

pasal 4 sampai dengan pasal 9 yang berbunyi:

Pasal 4

Jenis Minuman Beralkohol golongan A, golongan B dan golongan

C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 pengadaannya berasal dari

produksi dalam negeri maupun impor.

Pasal 5

(1) Minuman Beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri hanya dapat diproduksi oleh pelaku usaha yang telah memiliki izin usaha industri dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

37

(26)

(2) Minuman Beralkohol yang berasal dari impor hanya dapat diimpor oleh pelaku usaha yang telah memiliki perizinan impor dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan.

Pasal 6

(1) Terhadap Minuman Beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor yang akan diedarkan atau dijual wajib dicantumkan label sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pangan.

(2) Minuman Beralkohol hanya dapat diedarkan setelah memiliki izin

edar dari Kepala BPPOM.

(3) Minuman Beralkohol hanya dapat diperdagangkan oleh pelaku usaha yang telah memiliki izin memperdagangkan Minuman Beralkohol sesuai dengan penggolongannya sebagaimana diatur dalam Pasal 3.

Pasal 7

(1) Penjualan Minuman Beralkohol untuk diminum langsung di

tempat hanya dapat dijual di :

a. Restoran dengan tanda talam kencana dan tanda talam selaka.

b. Bar termasuk pub dan klub malam.

c. Tempat tertentu selain huruf a, b dan c yang ditetapkan

Bupati.

(2) Penjualan Minuman Beralk ohol secara eceran hanya dapat dijual

oleh pengecer, pada :

a. TBB.

b. Tempat tertentu yang ditetapkan Bupati.

(3) Selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Minuman

Beralkohol golongan A juga dapat dijual di toko Pengecer,

(27)

a. Minimarket.

b. Supermarket atau hypermarket.

c. Toko pengecer lainnya.

(4) Toko pengecer sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c

mempunyai luas lantai penjualan paling sedikit 12 m2 (dua belas

meter persegi).

Pasal 8

Penjualan Minuman Beralkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 hanya dapat diberikan kepada konsumen yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih dengan menunjukan kartu identitas kepada petugas/pramuniaga.

Pasal 9

(1) Pengecer hanya diizinkan menjual minuman beralkohol golongan

A, golongan B dan golongan C secara eceran dalam bentuk

kemasan.

(2) Pengecer wajib menempatkan Minuman Beralkohol pada tempat

khusus atau tersendiri dan tidak bersamaan dengan produk lain.

(3) Pengecer berkewajiban melarang pembeli Minuman Beralkohol

meminum langsung di lokasi penjualan.

Pasal 23

(1) Setiap orang perorangan dilarang memperdagangkan Minuman

Beralkohol.

(2) Badan usaha dilarang memperdagangkan Minuman Beralkohol

yang tidak dilengkapi dengan perizinan sebagaimana dimaksud

(28)

Pasal 32

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 23 ayat (1) diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,-(lima puluh juta) rupiah

3.2 KUHP

Peredaran Minuman Keras telah diatur dalam Pasal 300 ayat (1)

angka (1), Pasal 537, dan Pasal 538 Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP), yang bunyinya sebagai berikut:

1. Pasal 300 ayat (1) angka (1) KUHP berbunyi: Dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500, bagi barangsiapa dengan sengaja menjual atau menyuruh minum minuman yang memabukkan kepada seseorang yang telah kelihatan nyata mabuk.

2. Pasal 537 KUHP berbunyi: Barangsiapa menjual atau memberi minuman keras atau tuak keras diluar kantin militer kepada seorang militer balatentara darat, dibawah pangkat onderopsir atau kepada Isteri, anak atau bujang militer itu, dihukum kurungan selama-lamanya tiga minggu atau denda sebanyak-banyaknya Rp 1.500.

3. Pasal 538 KUHP berbunyi: Penjual atau wakilnya yang menjual minuman keras yang dalam menjalankan pekerjaan memberikan atau minuman keras atau arak kepada seorang anak dibawah 16 (enam belas) tahun, diancam dengan pidanakurungan paling lama tiga minggu atau pidana denda paling tinggi Rp 4.000.

3.3 Keputusan Menteri Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

282/MENKES/SK/II/1998 Tentang standar mutu produksi minuman

beralkohol, standarisasi minuman beralkohol sesuai dengan

(29)

1. Golongan A Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2

H5OH) 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima persen);

2. Golongan B Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2

H5OH) 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh

persen);

3. Golongan C Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2

H5OH) 20% (dua puluh persen) sampai dengan 50% (lima

puluh persen);

Jika melewati standarisasi diatas maka pembuat akan di jerat hukuman

sesuai di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

282/MENKES/SK/II/1998 tentang standar mutu produksi minuman

beralkohol, standarisasi minuman beralkohol dalam bab V tentang

sanksi Pasal 12 yang berbunyi :

1. Barangsiapa dengan sengaja memproduksi dan atau mengedarkan minuman beralkohol yang tidak memenuhi standar mutu, sebagimana dimaksud pasal 3, dipidana sesuai dengan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan atau undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. 2. Barangsiapa dengan sengaja mengedarkan minuman beralkohol

yang dikemas tanpa mencantumkan tanda atau label sebagai dimaksud pasal 6, dipidana sesuai dengan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan atau undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan.

3.4 Keputusan Presiden

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2013

tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol dengan

(30)

Peraturan tersebut untuk mengganti keputusan presiden (keppres)

sebelumnya yang dibatalkan Mahkamah Agung (MA), yakni Keppres

Nomor 3 Tahun 1997 tentang Miras yang di anggap telah kehilangan

dasar hukum kekuatan berlakunya, sehingga beralasan tidak sah dan

tidak berlaku umum.

Peraturan presiden ini mengatur peredaran miras dan

golongan-golongan miras yang di produksi, seperti pada pasal 3 yang mengatur

golongan miras dan pasal 5 yang mengatur tentang peredaran miras,

berikut isi dari pasal 3 dan pasal 5

Pasal 3

1. Produksi minuman beralkohol hasil industri di dalam negeri dan

berasal dari impor, dikelompokkan dalam golongan-golongan

sebagai berikut :

a. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman

beralkohol dengan kadar ethanol(C2H5OH) 1% (satu

persen) sampai dengan 5% (lima persen);

b. Minuman beralkohol golongan B adalah minuman

beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 5 %

(lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen);

c. Minuman beralkohol golongan C adalah minuman

beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 20% (dua

(31)

d. Minuman beralkohol golongan B dan golongan C adalah

kelompok minuman keras yang diproduksi, pengedaran dan

penjualannya ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan.

Pasal 5

1. Dilarang mengedarkan dan atau menjual minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) di tempat umum, kecuali di hotel, bar, restoran dan di tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

(32)

E.Kerangka Pemikiran

PERAN TIM BAWOR SATRIA POLRES BANYUMAS DALAM RANGKA MEMINIMALISIR PEREDARAN MIRAS

(Studi Kasus di Polres Banyumas)

1. Peran Tim Bawor Satria dalam meminimalisir peredaran minuman keras di Kabupaten Banyumas?

2. Kendala yang dihadapi Tim Bawor Satria dalam meminimalisir peredaran

minuman keras di Kabupaten

Banyumas?

1. Peraturan daerah Kabupaten Banyumas nomor 5 tahun 2014

2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

282/MENKES/SK/II/1998

4. Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2013

1. Teori Tentang Kepolisian 2. Teori Tentang Miras

3. Teori Tentang Sumber Hukum Polres Banyumas membentuk Tim Bawor

Gambar

Tabel. 1 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait