BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Minuman keras, atau biasa disingkat miras, adalah minuman beralkohol
yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya
menyebabkan penurunan kesadaran. Alkohol merupakan zat aktif dalam
minuman keras, yang dapat menekan syaraf pusat. Alkohol digolongkan ke
dalam Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) karena
mempunyai sifat menenangkan sistem saraf pusat, mempengaruhi fungsi
tubuh maupun perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan orang
yang mengonsumsinya. Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol
dapat menimbulkan efek samping gangguan mental organik (GMO), yaitu
gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berperilaku.Timbulnya
GMO tersebut disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat.
Karena sifat adiktif alkohol tersebut, orang yang meminumnya
lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis
keracunan atau mabuk1.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization
(WHO) dalam laporan mengenai penyalahgunaan alkohol, setiap tahunnya di
dunia lebih banyak orang tewas akibat konsumsi alkohol dari pada akibat
AIDS, TBC dan kejahatan dengan kekerasan. WHO memperkirakan sekitar
3,3 juta orang tewas di tahun 2012 berhubungan dengan konsumsi alkohol
1
yang berlebihan. Konsumsi alkohol yang berlebihan meningkatkan risiko
timbulnya lebih dari 200 penyakit, termasuk siroris hati, tuberkulosis, dan
beberapa jenis kanker. Konsumsi alkohol yang tidak bertanggung jawab
merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan dan tindak kekerasan2.
Peredaran miras di Indonesia pun telah diatur oleh undang-undang seperti
dalam pasal 300 ayat (1) angka (1), Pasal 537, dan Pasal 538 KUHP. Menteri
kesehatan pun mengatur tentang peredaran miras seperti PERATURAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :
86/Men.KeslPerllY 177 TENTANG MINUMAN KERAS MENTERI
KESEHATAN REPUBLIKNDONESIA Bab 2 Pasal 2 yang isinya
“Produsen minuman keras, lmportir minuman keras, Pedagang besar
minuman keras, Penyalur minumen keras, Pengecer minuman keras dan
Penjual minuman keras harusmendapat izin tertulis Menteri”.
Penerapan peraturan tentang minuman keras di Indonesia belum
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, walaupun dampak minuman
keras sangat serius di kalangan remaja. Dampak yang ditimbulkan akibat
peredan ran bebas dari minuman keras tersebut, misalnya rusaknya tatanan
sosial bangsa Indonesia, bahkan tidak sedikit kasus kriminal hingga menelan
korban jiwa akibat minuman keras di Indonesia. Data BPS tahun 2012
menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, yaitu 83,1% remaja
2
Indonesia pernah minum minuman beralkohol3. Setiap tahunnya di Indonesia
diperkirakan jumlah korban meninggal akibat miras mencapai 19.000 orang4.
Salah satu masalah yang sangat memprihatinkan dan banyak terjadi di
dalam masyarakat Indonesia adalah peredaran miras. Seperti di Banyumas,
peredaran miras di banyumas sangat menjamur dan miras sangat mudah
didapatkan, hal ini terlihat dari banyaknya berita tentang penangkapan anak di
bawah umur yang mengonsumsi miras, seperti berita yang di liput oleh Radar
Banyumas. “Pada Sabtu (2/12) lalu, Tim Bawor Satria berpatroli di wilayah
perkotaan. Di Jalan dr.Angka, delapan pemuda berikut sepeda motor
diamankan di Mapolres Banyumas. Kapolres Banyumas AKBP Bambang
Yudhantara Salamun SIK menyatakan, mereka diamankan berikut delapan
sepeda motor yang dibawa. Mereka yang diamankan rata-rata berusia belasan
tahun. “Mereka kami data, diberi pembinaan dan menandatangai surat
pernyataan. Jika ditemukan pelanggaran tidak membawa surat-surat
kendaraan, akan dikenakan tilang. Sasaran operasi ini adalah pemuda
nongkrong larut malam sembari pesta miras dan juga balapan liar”5.
Penyalahgunaan minuman keras dengan mengkonsumsinya di luar batas
kewajaran, disamping akan menjadi masalah individu yang dapat merugikan
diri sendiri dan juga dapat menjadi masalah bagi masyarakat. Kebiasaan
minum-minuman keras yang melebihi batas dapat menyebabkan sikap
seseorang menjadi anti sosial dan cenderung merugikan kepentingan orang
3
Djamarah, S. B dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, hlm 77.
4
http://annisanfushie.wordpress.com/2013/06/04/-bahaya-minumankeras-dan-minuman-beralkohol-bagi-remaja/, diakses pada tanggal 5April 2018.
5
lain. Disisi lain kebiasaan minum-minuman keras secara berlebihan dapat
menyebabkan kecanduan dan menjadi ketergantungan terhadap minuman
keras6.
Dapat dilihat belakangan ini banyak jatuh korban meninggal dunia yang
diakibatkan karena minuman keras yang selain dikonsumsi secara berlebihan
juga dicampur dengan zat-zat kimia yang mematikan yang seharusnya tidak
diperuntukkan untuk dikonsumsi manusia. Keadaan yang demikian itu
apabila tetap dibiarkan akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat juga
rusaknya generasi muda yang akan datang. Penyalahgunaan alkohol dapat
membawa pengaruh yang sedemikian rupa, menyebabkan yang bersangkutan
dapat berperilaku yang bertentangan dengan norma baik itu norma hukum
maupun norma sosial yang hidup di dalam masyarakat7.
Seringkali, terjadinya peningkatan angka kriminalitas yang terjadi di
dalam masyarakat terutama tindak pidana umum/konvensional seperti
pencurian, pemerkosaan, perampokan, penodongan, penganiayaan, serta
pengrusakan fasilitas umum, yang dimana tidak sedikit pelakunya berada
dibawah pengaruh minuman keras. Hal tersebut itulah yang menguatkan
adanya pernyataan serta opini masyarakat bahwa minuman keras dapat
memicu tindak kejahatan, oleh karena itu dikaitkan dengan akibat negatif dari
penyalahgunaan minuman keras, maka perlu untuk ditindaklanjuti dengan
6
Agung. (2015). Perilaku Sosial Pengguna Minuman Keras di Kelurahan Sungai Dama Kota Samarinda.eJournal Sosiatri - Sosiologi.Vol 3, hlm 30.
7
upaya penanggulangan oleh aparat penegak hukum yang dalam hal ini ialah
aparat kepolisian8.
Polisi sebagai aparatur negara dalam hal penegakan hukum memiliki
kedudukan dan peranan yang sangat penting yang berdasarkan
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonseia
mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Menegakkan hukum serta sebagai pengayom masyarakat.
c. Memberikan perlindungan juga pelayanan kepada masyarakat.
Pasal 17 Undang-undang No 2 Tahun 2002 menentukan bahwa pejabat
Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan wewenangnya
di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, khususnya di daerah hukum
pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Undang-undang ini secara tegas dinyatakan bahwa kewenangan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu melakukan penyelidikan dan
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya. Namun, tindakan pencegahan
tetap diutamakan melalui pengembangan upaya preventif dan kewajiban
umum kepolisian yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki kewenangan
Diskersi, yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum
berdasarkan penilaian sendiri.
8
Undang-undang No 2 Tahun 2002 Pasal 2 menyatakan bahwa fungsi
kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah negara dibidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Menjalankan tugas dan fungsinya, polisi dapat bersifat preventif maupun
represif sebagai penjaga ketertiban umum, pada awalnya polisi lebih
menekankan pada aspek preventif yaitu melakukan upaya pencegahan agar
tindak kejahatan tidak terjadi dengan adanya dukungan serta partisipasi aktif
dari masyarakat, apabila upaya pencegahan gagal maka polisi mengambil
langkah yang bersifat represif. Dalam hal penegakan hukum dan pembasmi
kejahatan, karakter polisi yang bersifat represif lebih ditonjolkan9.
Minuman keras telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
perjalanan panjang peradaban manusia. Bangsa Mesir kuno percaya bahwa
bouza sejenis bir merupakan penemuan Dewi Osiris dan merupakan
makanan sekaligus minuman, anggur juga ditemukan oleh Bangsa Mesir
kuno dan dipergunakan untuk perayaan atau upacara keagamaan dan
sekaligus sebagai obat. Anggur dianggap sebagai minuman kaum ningrat
(aristocrat) dan bir adalah minuman rakyat jelata (masses). Setelah melalui
perjalanan sejarah yang amat panjang barulah pada paruh pertengahan abad
18 para dokter di Inggris menemukan adanya efek buruk alkohol terhadap
9
kesehatan. Penemuan ini akhirnya melahirkan suatu peraturan mengenai
penggunaan minuman keras sebagai Gin Act tahun 175110.
Salah satu jenis minuman beralkohol yang sering dijumpai di Indonesia
adalah minuman keras tradisional, seperti tuak, arak brem, lapen, sopi, dan
ciu. Minuman keras ini biasanya ditemukan di dalam ritual adat. Ritual adat
inilah yang mendorong anggota masyarakat untuk mengkonsumsi minuman
keras tradisional tersebut. Lebih dari itu, mereka bahkan sering mencampur
minuman keras tradisional dengan berbagai jenis obat dan minuman lain.
Hasil pencampuran ini disebut dengan oplosan11.
Peredaran minuman keras yang tidak terkendali berdampak pada
alkoholisme dalam masyarakat dan kejahatan yang terkait dengan minuman
keras. Alkoholisme adalah suatu keadaan yang dimana seseorang tidak
mampu lagi mengontrol banyaknya jumlah alkohol yang diminumnya. Hal
tersebut sekarang yang menjadi tugas dari aparat kepolisian untuk selalu
senantiasa aktif dalam mengatasinya. Dengan demikian, peran dari aparat
kepolisian sangat dibutuhkan supaya bekerja lebih ekstra lagi dengan cara
menindak secara tegas para penjual minuman keras eceran tersebut untuk
dapat memberikan efek jera agar keamanan dan ketertiban masyarakat dapat
selalu terjaga12.
Upaya menanggulangi peredaran miras di Kabupaten Banyumas, Polres
Banyumas membentuk satuan kepolisian kusus yang diberi nama Tim Bawor
10
Widianarko, B. (2000).Teknologi, Produk, Nutrisi & Keamanan. Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm 76.
11
Mulyadi, M. (2014).Darurat Miras Oplosan.Vol VI, hlm 9 12
Satria yang merupakan singkatan dari Berantas Ancaman Warga Objektif
dan Responsif. Tim Bawor Satria dibentuk pada tanggal 21 November 2017.
Tim Bawor Satria mulai tanggal 21 November 2017 sudah resmi
melaksanakan operasinya, Tim Bawor Satria terdiri dari 34 personil dari
lintas fungsi, seperti Reserse, Intel, dan Shabara. 34 personil dibagi menjadi
tiga tim dengan satu koordinator tim, tiga orang perwira sebagai
pemimpinnya, kemudian ada enam Polwan yang mengurus kejadian yang
berhubungan dengan perempuan. Mereka melaksanakan patroli dengan
sepeda motor, dengan berbekal sarana pendukung seperti kamera yang
terpasang di helm13. Tim Bawor Satria Polres Banyumas, Jawa Tengah,
kembali menyita minuman keras (miras) dalam jumlah cukup banyak.
Puluhan botol miras berbagai merek yang disita petugas itu dari pelaku yang
diduga merupakan distributor miras14
Menurut keterangan dari anggota kepolisian di Polres Banyumas yang
bernama Ipda Sukarmaji, para penjual miras saat ini merasa katakutan atas
dibentuknya Tim Bawor Satria yang sering melakukan operasi miras
dimalam hari ditandai dengan minimnya penjualan miras secara blak-blakan
dan lebih tertutup. “sekarang penjual miras tidak berani menjual miras
secara terang-terangan, karena ada Tim Bawor Satria yang sering
melakukan operasi miras”.
Berdasarkan dari uraian ada di atas, maka saya selaku penulis dalam hal
ini akan membahas tentang “PERAN TIM BAWOR SATRIA POLRES
13
https://satelitpost.com/regional/polres-banyumas-kenalkan-tim-bawor satria, diakses pada tanggal 2 April 2018.
14
BANYUMAS DALAM RANGKA MEMINIMALISIR PEREDARAN
MIRAS (STUDI KASUS DI PORES BANYUMAS)”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Tim Bawor Satria dalam meminimalisir peredaran
minuman keras di Kabupaten Banyumas?
2. Apa saja kendala yang dihadapi Tim Bawor Satria dalam meminimalisir
peredaran minuman keras di Kabupaten Banyumas?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian skripsi ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui dan menganalisa peran Tim Bawor Satria dalam
meminimalisir peredaran miras di Kabutapen Banyumas.
b. Untuk mengetahui dan menganalisa apa saja kendala yang dihadapi oleh
Tim Bawor Satria dalam meminimalisir peredaran miras di Kabupaten
Banyumas.
D. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan/pengetahuan bagi pembaca mengenai peranan polisi dalam
meminimalisir peredaran miras.
Sebagai reverensi kepada para penegak hukum, seperti Polisi, Jaksa,
Hakim, dan Advokat terutama yang berkaitan langsung dengan