• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

i DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...ii

LEMBAR PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v ABSTRAK...vii ABSTRACT ...viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR LAMPIRAN...xvi

DAFTAR SINGKATAN ...xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Rumusan Masalah ...5 1.3 Tujuan Penelitian ...6 1.3.1 Tujuan Umum ...6 1.3.2 Tujuan Khusus ...6 1.4 Manfaat Penelitian ...6 1.4.1 Manfaat Teoritis...6 1.4.2 Manfaat Praktis ...7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar DM II ...8

2.2.1 Pengertian...8

2.2.2 Penyebab ...8

2.2.3 Gejala dan Diagnosis ...11

2.2.4 Patofisologi ...12

2.2.5 Penatalaksanaan ...14

2.2.6 Komplikasi ...19

(2)

2.2.1 Pengertian Glukosa Darah ...21

2.2.2 Mekanisme Pengaturan Kadar Glukosa Darah ...22

2.2.3 Manfaat Pengaturan Kadar Glukosa Darah ...23

2.3 Kebugaran Fisik ...24

2.3.1 Pengertian Kebugaran Fisik ...24

2.3.2 Komponen Kebugaran Fisik ...24

2.3.3 Jenis-Jenis Pengukuran Kebugaran Fisik...25

2.4 Kosep Dasar Senam Ergonomis...28

2.4.2 Senam Ergonomis ...28

2.4.3 Langkah-langkah Senam Ergonomis ...28

2.4.3 Pengaruh senam ergonomis terhadap kadar glukosa darah dan kebugaran fisik pada penderita DM tipe II ...37

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep...40

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...41

3.2.1 Variabel Penelitian...41

3.2.2 Definisi Operasional ...41

3.3 Hipotesis...42

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian...43

4.2 Kerangka Kerja ...44

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ...45

4.3.1 Tempat Penelitian ...45

4.3.2 Waktu Penelitian ...45

4.4 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel ...45

4.4.1 Populasi...45

4.4.2 Teknik Sampling ...45

4.4.3 Sampel...47

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data...47

4.5.1 Jenis Data yang Dikumpulkan ...47

4.5.2 Cara Pengumpulan Data...47

4.6 Instrumen Pengumpulan Data...48

4.7 Pengolahan dan Analisa Data ...49

4.7.1 Teknik Pengolahan Data ...49

(3)

4.8 Etika Penelitian ...51 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ...52 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ...52 5.1.2 Identifikasi Kadar Glukosa Darah Pre-test pada kelompok perlakuan

dan kontrol ...53 5.1.3 Identifikasi Kadar Glukosa Darah Post-test pada kelompok perlakuan dan kontrol ...53 5.1.4 Identifikasi Kebugaran Fisik Pre-test pada kelompok perlakuan dan

kontrol ...53 5.1.5 Identifikasi Kebugaran Fisik Post-test pada kelompok perlakuan dan

kontrol ...54 5.1.6 Uji Normalitas ...55 5.1.6.1 Uji Normalitas Data Kadar Glukosa Darah Kelompok Perlakuan dan

Kelompok kontrol ...55 5.1.6.2 Uji Normalitas Data Kebugaran Fisik Kelompok Perlakuan dan

Kelompok kontrol ...56 5.1.7 Analisis Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pre-test dan Post-test Pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol...58 5.1.8 Analisis Perbedaan Kebugaran Fisik Pre-test dan Post-test Pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol...59 5.1.9 Analisis Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pre-test dan Post-test

antara Kelompok kontrol dan Perlakuan...60 5.1.10 Analisis Perbedaan Kebugaran fisik Pre-test dan Post-test antara

Kelompok kontrol dan Perlakuan ...60 5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ...61 5.2.1 Kadar Glukosa Darah Pre-test pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol ...61 5.2.2 Kadar Glukosa Darah Post-test pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol ...62 5.2.3 Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pre-test dan Post-test pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol ...62 5.2.4 Pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan kadar glukosa

darah ...63 5.2.5 Kebugaran Fisik Pre-test pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol ...64 5.2.6 Kebugaran fisik Post-test pada kelompok perlakuan dan

(4)

5.2.7 Perbedaan Kebugaran fisik Pre-test dan Post-test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ...65 5.2.8 Pengaruh senam ergonomis terhadap peningkatan kebugaran fisik ...66 5.3 Keterbatasan Penelitian...67 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ...68 6.2 Saran...70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)

ABSTRAK

Penyakit Diabetes Millitus (DM) merupakan penyakit degeneratif akibat gangguan metabolisme karena ketidakmampuan tubuh menghasilkan dan menyuplai hormon insulin. Adanya ganguan pengaturan insulin akan berpengaruh terhadap kadar glukosa darah dan kebugaran fisik penderita diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap kadar glukosa darah dan kebugaran fisik pada penderita DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan experimental dengan pretest-posttest design dengan control group. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang penderita DM tipe II yang diperoleh dengan cara purposive sampling. Kadar glukosa darah diukur dengan stick electrodes dan kebugaran fisik diukur dengan push and pull dynamometer. Hasil analisis kadar glukosa darah pre-test dan post-test antara kelompok kontrol dan perlakuan menggunakan uji t independent didapatkan p value = 0,000 (p value<0,05), berarti terdapat perbedaan signifikan kadar glukosa darah pada kedua kelompok. Hasil analisis kebugaran fisik pre-test dan post-test antara kelompok kontrol dan perlakuan pada kekuatan tarikan otot tangan dengan uji Man Whitney yang didapatkan p value = 0,000 (p value<0,05), berarti terdapat perbedaan signifikan kekuatan tarikan otot tangan pada kedua kelompok. Sedangkan kekuatan dorongan otot tangan menggunakan uji t independent yang didapatkan hasil p value = 0,000 (p value<0,05), berarti terdapat perbedaan signifikan kekuatan dorongan otot tangan pada kedua kelompok. Maka dari itu senam ergonomis dapat direkomendasi bagi perawat untuk menangani permasalahan kadar glukosa darah dan juga meningkatkan kebugaran fisik pada penderita DM tipe II.

Kata Kunci : kadar gukosa darah, kebugaran fisik, DM tipe II, senam ergonomis. Referensi (87: 2004-2016)

(6)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is a degenerative disease caused by metabolic disorders due to inability of insulin production and supply. Disruption of insulin circulation will affect blood glucose level and physical fitness of patient with diabetes mellitus. This study was conducted to analyze the influence of ergonomic gymnastics on blood glucose level and physical fitness among patients with DM Type 2 in Puskesmas II Denpasar Barat. This study is a experimental design with pre-test and post-test with control group design. 30 patients with DM Type 2 were selected by purposive sampling. Blood glucose level was measured by stick electrodes and physical fitness was measured by push and pull dynamometer. The result of the analysis of blood glucose level in pre-test and post-test between control and treatment group using t-independent test is P value = 0,000 (p value <0,05), which mean there was a significant difference between those two groups. The result of the analysis of physical fitness pre-test and post-test between control and treatment group in hand muscle pulling power using Man Whitney test is p value = 0,000 (p value < 0,05) means that there was a significant difference of hand pulling power between two groups. Whereas, hand muscle pushing power using t-independent test resulting in p value = 0,000 (p value<0,05) means that there was a significant difference in hand muscle pushing power between two groups. Therefore, it is recommended for nurses to use this therapy as an option to control blood glucose level and to increase the physical fitness of DM type II patients.

Keywords: blood glucose level, physical fitness, DM type II, ergonomic gymnastics.

(7)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit Diabetes Millitus (DM) merupakan penyakit degeneratif akibat gangguan metabolisme karena ketidakmampuan tubuh menghasilkan dan menyuplai hormon insulin sehingga terjadi peningkatan glukosa darah melebihi nilai batas normal (hiperglikemia). Menurut American Diabetic Association (ADA) (2010) DM dapat diartikan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Ndraha, 2014). DM secara umum terdiri dari DM tipe I, DM tipe II, DM gestasional, dan DM faktor-faktor lain. DM yang paling sering dijumpai yaitu DM tipe II yang disebabkan akibat penurunan sensitifitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau produksi insulin yang tidak adekuat (Smeltzer, Hinkle, & Cheever, 2014).

Kriteria dari DM tipe II ditentukan dari kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah pada DM tipe II apabila glukosa plasma puasa menunjukan ≥126 mg/dL atau 2 jam postprandial (PP) ≥200 mg/dL (PERKENI, 2011). Menurut Ndraha (2014) seseorang dikatakan menderita DM tipe II apabila glukosa darah sewaktu (GDS)

≥ 200 mg/dl dan glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl. Peningkatan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe II disebabkan oleh terganggunya organ pankreas sehingga hormon insulin yang dihasilkan menjadi tidak maksimal. Insulin berperan dalam mendorong glukosa darah ke sel tertentu untuk diubah menjadi energi dan mengubah kelebihan glukosa darah menjadi glikogen yang disimpan di hati dan otot sebagai timbunan energi (Joyce, 2007). Apabila hormon insulin yang dihasilkan tidak maksimal maka kadar glukosa darah tidak dapat diturunkan secara adekuat. DM termasuk salah satu penyakit tidak menular yang prevalensinya cukup tinggi di dunia.

Jumlah penderita DM tipe II diperkirakan 90-95% dari total penderita DM sedangkan jumlah penderita DM tipe I diperkirakan hanya sekitar 5-10% (Smeltzer, Hinkle, & Cheever,2014). Berbagai penelitian epidemiologi

(8)

menyebutkan terdapat kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan jumlah penderita DM sekitar 194 juta atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk dunia usia 20-79 tahun, dan diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta (Awad dkk., 2013). Data studi global di tahun 2011 menunjukan penderita DM mencapai 366 juta orang dan apabila tidak dilakukan penangan dalam kasus ini diperkirakan jumlah penderita DM akan terus meningkat menjadi 552 juta orang tahun 2030 (IDF, 2011). DM di Indonesia menduduki peringkat ke-7 dengan jumlah penderita sebesar 7,6 juta orang dan menduduki peringkat ke-6 penyebab kematian di Indonesia (Rikesdas, dalam Damayanti dkk., 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2013) keadaan morbiditas penderita rawat jalan RSUD se-Bali dan RSUP sebanyak 680 orang. Jumlah kunjungan DM dari data Dinas Kesehatan Kota Denpasar pada Januari sampai Desember 2014 di Puskesmas II Denpasar Barat terbagi atas kunjungan baru, kunjungan lama, dan kunjungan kasus lama sebanyak 597 orang. Peningkatan jumlah penderita DM dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang menyebabkan terjadinya DM, khususnya DM tipe II.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya DM tipe II yaitu kerentanan genetis dan paparan terhadap lingkungan (Awad dkk., 2013). Faktor lingkungan diperkirakan dapat meningkatkan risiko DM tipe II yang merupakan perubahan dari gaya hidup seseorang diantaranya pola makan yang tidak seimbang yang mengakibatkan obesitas dan kurangnya aktifitas (Smeltzer, Hinkle, & Cheever, 2008). Faktor risiko yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan munculnya komplikasi. Komplikasi yang terjadi pada penderita DM tipe II antara lain, gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya (IDF, 2013).

Berbagai komplikasi penyakit yang muncul pada DM tipe II memerlukan penatalaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan pada penderita DM tipe II bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius. Penderita DM tipe II sebaiknya melakukan penatalaksanaan pengelolaan DM untuk mengendalikan

(9)

kadar glukosa darah mencapai normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada aktivitas penderita. Terdapat empat pilar pentalaksanaan DM yaitu : edukasi, terapi gizi medis, latihan fisik/aktivitas fisik serta farmakologi (PERKENI, 2011). Menurut Smeltzer, Hinkle, & Cheever (2008) terdapat lima komponen dalam penatalaksanaan DM diantaranya, diet, latihan, pemantauan, terapi (jika diperlukan), dan pendidikan. Latihan berupa aktifitas fisik atau olahraga merupakan usaha untuk mencegah komplikasi lebih serius pada DM tipe II agar kadar glukosa darah dapat terkendali. Aktivitas fisik pada penderita DM tipe II dipantau secara terus menerus, yang bertujuan agar aktifitas yang dilakukan tidak menyebabkan hipoglikemia (Smeltzer, Hinkle, & Cheever, 2008). Latihan fisik dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Latihan fisik merupakan salah satu penatalaksanaan yang penting pada penderita DM tipe II yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh khususnya meningkatkan fungsi dan efisiensi metabolisme tubuh sehingga akan membantu dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah (Tandra, 2008). Latihan fisik dapat dilakukan pada penderita DM tipe II tidak hanya untuk mengendalikan kadar glukosa darah tetapi juga untuk meningkatkan kebugaran fisik. Peningkatan kebugaran fisik pada DM tipe II perlu ditingkatkan sebagai indikator tingkat pengendalian penyakit dan kesejahteraan individu (ISMC, 2013).

Kebugaran fisik merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kebugaran fisik dapat mencegah berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, mudah lelah serta menurunkan efisiensi dan produktiktivitas kerja. Kebugaran jasmani dapat ditingkatkan melalui pelatihan atau olahraga yang teratur dan terukur (Nuada dkk., 2014). Salah satu aktifitas fisik yang dapat dilakukan oleh penderita DM tipe II yaitu senam ergonomis.

Senam Ergonomis merupakan salah satu aktifitas yang bermanfaat untuk mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf dan aliran darah. Senam ergonomis terdiri dari kombinasi gerakan otot dan pernafasan sehingga dapat memaksimalkan suplai oksigen ke otak, membuka sistem

(10)

kecerdasan, sistem keringat, sistem pemanas tubuh, sistem pembakaran (asam urat, kolesterol, glukosa darah, asam laktat, kristal oxalate), sistem konversi karbohidrat, sistem pembuatan elektrolit dalam darah, sistem kesegaran tubuh, sistem kekebalan tubuh dari energi negatif dan sistem pembuangan energi negatif dalam tubuh (Sagiran, 2012). Senam ergonomis terdapat gerakan yang bermanfaat membakar lemak yang terdapat di dalam tubuh. Gerakan duduk pembakaran yang terdapat pada senam ergonomis memiliki manfaat untuk memperkuat otot pinggang dan memperkuat ginjal. Apabila lemak yang ada di dalam tubuh mampu dibakar dan mengalami penurunan, maka insulin yang terdapat di dalam tubuh akan bertambah peka dan kadar glukosa darah dalam tubuh akan mengalami penurunan. Selain itu teknik pengaturan pernapasan dalam gerakan senam ergonomis juga dapat bermanfaat untuk relaksasi, manajemen stres, kontrol psikofisiologis dan meningkatkan fungsi organ (Kwekkeboom, 2005).

Senam Ergonomis yang dilakukan pada penderita DM tipe II selain menurunkan kadar glukosa darah dapat juga meningkatkan kebugaran fisik. Senam Ergonomis akan merangsang saraf dan serabut otot mengeluarkan ion Ca yang mengikat molekul dari filamen-filamen kecil sehingga aktin dan miosin akan teraktivasi dan pada akhirnya mengakibatkan terjadinya kontraksi dari miofibril dan serabut otot. Mekanisme melalui muskuler otot membutuhkan energi saat berkontraksi menyebabkan terjadinya proses metabolisme oksidatif seluler sehingga terbentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang digunakan sebagai energi saat otot berkontraksi. Kebutuhan energi yang di perlukan otot berbeda-beda dan cenderung akan meningkat selama aktivitas fisik. Untuk menjaga fungsi dan kekuatannya otot harus selalu dilatih. Latihan yang dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang lama dan teratur akan menyebabkan irisan melintang otot akan membesar sehingga dapat meningkatakan massa otot dan kekuatan otot (Matoka, 2014).

Salah satu penelitian yang berhubungan dengan senam ergonomis yaitu (Komariah, 2015) dengan judul “Pengaruh senam ergonomis terhadap kadar asam urat pada lansia dengan gout di Pos Binaan Terpadu kelurahan Pisangan Ciputat Timur” di dapatkan hasil menggunakan uji parametrik paired t-test bahwa

(11)

terdapat pengaruh senam ergonomis terhadap penyakit gout di Pos Binaan Terpadu kelurahan Pisangan Ciputat Timur. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Agustus 2015 di Puskesmas II Denpasar Barat di dapatkan penderita DM tipe II yang hadir pada paguyuban DM sebanyak 25 orang. Paguyuban DM di Puskesmas II Denpasar Barat memiliki kegiatan rutin yang tergabung dalam Paguyuban Diabetes. Kegiatan yang dilaksanakan 2 minggu secara rutin terdiri dari pemeriksaan glukosa darah, senam lansia dan edukasi gizi. Paguyuban Puskesmas II Denpasar Barat belum terdapat senam berupa senam ergonomis sehingga peneliti melakukan penelitian berupa senam ergonomis di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.

Berdasarkan penelitian mengenai senam ergonomis yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan kebugaran fisik pada penderita DM tipe II, maka penulis melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Kebugaran Fisik pada penderita DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diangkat rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah Senam Ergonomis berpengaruh terhadap kadar glukosa darah dan kebugaran fisik pada penderita DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat?”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap kadar glukosa darah dan kebugaran fisik pada penderita DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.

(12)

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi kadar glukosa darah dan kebugaran fisik penderita DM tipe II diwilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat sebelum dan sesudah melakukan senam ergonomis pada kelompok perlakuan.

b. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah dan kebugaran fisik penderita DM tipe II pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Barat II.

c. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah dan kebugaran fisik DM tipe II antara kelompok perlakuan dan kontrol.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan informasi dalam bidang keperawatan mengenai manfaat senam ergonomis terhadap kadar glukosa darah dan kebugaran fisik pada penderita DM tipe II.

b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan kerangka pemikiran pada penelitian yang akan datang untuk meneliti pengaruh senam ergonomis pada jumlah sampel yang lebih luas.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu untuk di jadikan pedoman pada penderita DM tipe II di instansi kesehatan khususnya Puskesmas II Denpasar Barat sebagai salah satu aktifitas fisik agar terhindar dari komplikasi.

b. Pemberian senam ergonomis sebagai salah satu aktifitas fisik penderita DM tipe II dapat menjadi pedoman bagi penderita DM tipe II dalam menjalani latihan fisik sesuai dengan penatalaksanaan pengelolaan DM.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengkategorikan aktifitas terkait dengan pengelolaan lingkungan ke dalam empat kategori biaya kualitas lingkungan yaitu biaya pencegahan (prevention cost) ,

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya untuk paket pekerjaan Perencanaan Infrastruktur Jembatan Dalam Kabupaten Aceh Barat Daya dengan

Hasil pengujian di atas membuktikan bahwa antara pelaksanaan layanan orientasi dengan penyesuaian diri siswa di SMA Swasta Taman Siswa Kota Binjai memiliki kaitan yang

(jumlah) mahasiswa yang tercantum pada lampiran surat ini, telah menyelesaikan seluruh proses pembelajaran sesuai kurikulum program studi. Untuk selanjutnya, mohon agar

Berwujud merupakan “Penampilan fasilitas fisik, dan personal dalam pelayanan” ( Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam Tjitono, 2011: 174-175). Jika dimensi ini dirasakan oleh

Menurut pandangan tokoh masyarakat bahwa mekanisme transaksi jual beli tebu yang tergambar di atas merupakan transaksi yang tidak adil sebenamya karena lebih

Dilihat dari hasil penelitian terbukti dengan mengelola lahan secara agroforestry dengan sistem tumpangsari dapat meningkatkan produktifitas tanah, dapat meningkatkan upaya

Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini difokuskan pada bagaimana alam dan adat masyarakat Limbanang dapat menjadi sumber pembentukan