• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis ketimpangan wilayah menggunakan Indeks Williamson, diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis ketimpangan wilayah menggunakan Indeks Williamson, diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis transformasi struktural (struktur ekonomi) dengan menggunakan metode pengelompokan sektor berdasarkan AMS (primer, sekunder, dan tersier), untuk menganalisis status kinerja menggunakan rasio pertumbuhan dan rasio kontribusi, dan untuk menganalisis ketimpangan wilayah menggunakan Indeks Williamson, trend linear, One Sample T-test.Peneliti mengambil studi kasus empat Kabupaten/Kota di kawasan Ratubangnegoro pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

B. Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang berasal dari hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan beberapa instansi pemerintahan yang memiliki sumber data mengenai data-data yang berkaitan dalam penelitian ini.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai data sekunder yang berupa data runtut waktu (time series) selama kurun waktu tahun 2010-2014. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota di Kawasan Ratubangnegoro tahun 2010-2014.

(2)

2. Data PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota di Kawasan Ratubangnegoro tahun 2010-2014.

3. Data PDRB Kabupaten/Kota di Ratubangnegoro Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha tahun 2010-2014.

4. Data PDRB Kabupaten/Kota di Ratubangnegoro Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha tahun 2010-2014.

5. Data Jumlah penduduk masing-masing Kabupaten/Kota yang tergabung dalam kawasan Ratubangnegoro tahun 2010-2014.

6. Data Geografis dan data-data yang mendukung dalam penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dokumentasi data – data yang berkaitan dengan obyek yang diteliti yang diperoleh dari kantor statistik maupun literatur – literatur lainnya yang sesuai dengan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang telah dikumpulkan dari pihak lain serta telah diolah oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah persepsi dan pemahaman terhadap variabel - variabel yang akan dianalisis, maka akan diberikan batasan terhadap variabel - variabelnya. Berikut ini merupakan beberapa definisi operasional variabel yang digunakan di dalam penelitian ini :

(3)

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. Unit-unit tersebut dikelompokkan menjadi 17 sektor lapangan usaha. PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB Kabupaten/Kota yang termasuk dalam kawasan Ratubangnegoro atas dasar harga konstan 2010 dan atas dasar harga berlaku periode 2010-2014. Ukuran PDRB dalam penelitian ini dalam bentuk milyar rupiah.

2. PDRB per Kapita

PDRB per kapita merupakan hasil bagi antara pendapatan regional suatu daerah dengan jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah tersebut. Satuan yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk juta rupiah

3. PDRB Harga Konstan

PDRB atas dasar harga konstan merupakan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan karena adanya suatu kegiatan ekonomi dimana dalam proses perhitungannya menggunakan tahun tertentu yang digunakan sebagai dasar untuk harga berlaku.PDRB atas dasar harga konstan ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.Dalam penelitian ini menggunakan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 dengan satuan milyar rupiah.

(4)

4. PDRB Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan karena adanya suatu kegiatan ekonomi dimana dalam proses perhitungannya menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. PDRB atas dasar harga berlaku ini digunakan untuk mengetahui pergeseran struktur ekonomi.Dalam penelitian ini menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku dengan satuan milyar rupiah.

5. Ketimpangan Wilayah

Ketimpangan wilayah secara ekonomi menurut Forbes (1986) yakni kondisi ketimpangan yang mengacu pada distribusi pendapatan per kapita daerah yang kurang merata.Ketimpangan perkembangan wilayah mengacu pada kemajuan masing-masing wilayah berdasarkan pendapatan perkapita wilayahnya.Ketimpangan wilayah di dalam penelitian ini adalah

ketimpangan pendapatan yang terjadi di Kabupaten/Kota

Ratubangnegoro.Penghitungan tingkat ketimpangan wilayah dengan menggunakan angka Indeks Williamson.

6. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi merupakan struktur ekonomi suatu wilayah yang terdiri atas tiga sektor utama, yaitu: sektor primer ( agriculture), sektor sekunder (manufacture), dan tersier (service). Ketiga sektor utama tersebut dibagi menjadi 17 sektor, yaitu : Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Pengadaan Air,

(5)

Pengolahan sampah, Limbah dan Daur Ulang, sektor Konstruksi, sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, sektor Real Estat, sektor Jasa Perusahaan, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, sektor Jasa Pendidikan, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, serta sektor Jasa Lainnya.

7. Kinerja Sektoral

Kinerja sektoral digunakan untuk menilai status kinerja masing– masing sektor di wilayah tertentu.Kinerja sektoral memiliki empat kemungkinan status Kinerja yang meliputi: status prima, status berkembang, status potensial dan status terbelakang.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah: 1. Analisis Struktur Ekonomi

a. Analisis Kontribusi Sektor

Analisis kontribusi sektor digunakan untuk mengetahui gambaran kontribusi / peran / sumbangan masing – msing sektor terhadapa PDRB di suatu daerah.Sehingga dapat diindikasi sektor – sektor yang dominan membentuk PDRB serta sektor yang kurang berperan dalam PDRB. Kontribusi sektor PDRB dapat dihitung

(6)

dengan menggunakan data dasar PDRB ADHB menurut Lapangan Usaha yang dirumus sebagai berikut (Djarwanto, 2001 dalam Nugroho, 2015) :

Kontribusi Sektorᵢt =Sektor ᵢ PDRBt

PDRBt x 100 ..……….. (3.1)

Keterangan :

Kontribusi sektor ᵢt : Kontribusi sektor i tahun ke t

i : Sektor – sektor PDRB (Lapangan Usaha)

t : Tahun tertentu

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto

b. Analisis Kontribusi Kelompok Sektor

Untuk mengetahui gambaran strukur ekonomi berdasarkan kelompok sektor PDRB di suatu wilayah dengan menggunakan

pengelompokan AMS (Agriculture, Manufacture, dan

Service).Pengelompokan sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam penghitungan PDRB ke dalam 3 ( tiga ) kelompok sektor sebagai berikut ( Badan Pusat Statistik, 2015):

1) Sektor primer (Agriculture)

Sektor yang tidak mengolah bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber - sumber alam seperti tanah dan segala yang terkandung didalamnya.Terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan.

2) Sektor sekunder (Manufacture)

(7)

Primer maupun sektor sekunder itu sendiri, menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainnya. Terdiri dari sektor sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Pengadaan Air, Pengolahan sampah, Limbah dan Daur Ulang, sektor Konstruksi.

3) Kelompok sektor tersier (Service)

Sektor yang produksinya bukan dalam bentuk fisik. Terdiri dari sektor sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, sektor Real Estat, sektor Jasa Perusahaan, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, sektor Jasa Pendidikan, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, serta sektor Jasa Lainnya.

Djarwanto (2001, dalam Nugroho, 2015) menambahkan bahwa untuk melihat kontribusi kelompok sektor PDRB dapat dihitung dengan rumussebagai berikut:

Kontribusi Klpsektorᵢ =KlpSektor ᵢPDRB

PDRB x 100% ……….. (3.2)

Keterangan:

Kontribusi KlpSektorᵢ : Kontribusi kelompok sektor

i : Kelompok sektor i

(8)

Struktur ekonomi suatu daerah memiliki corak perekonomian agaris jika PDRB didominasi kelompok sektor primer.Suatu daerah memiliki corak perekonomian industri jika PDRB didominasi kelompok sektor sekunder.Serta suatu daerah memiliki corak perekonomian jasa jika PDRBdidominasi kelompok sektor tersier. 2. Analisis Kinerja Sektoral

Analisis status kinerja sektoral membangi status kinerja sektoral PDRB berdasarkan rasio pertumbuhan dan rasio kontribusi.Analisis ini bertujuan untuk menilai status kinerja masing–masing sektor di wilayah tertentu.Status kinerja sektoral meliputi empat status, yaitu prima, berkembang, potensial dan terbelakang. Maka untuk menggambarkan status kinerja sektoral di kawasan Ratubangnegoro dapat dihitung menggunakan rasio pertumbuhan sektor dan rasio kontribusi sektor yang dirumuskan sebagai berikut (Rahayu dkk, 2010) :

a. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)

𝐺𝑅 = Δ Xi

Δ Xtotal ………... (3.3)

Keterangan:

GR : Rasio Pertumbuhan

∆ Xi : Pertumbuhan nilai sektor i ∆ Xtotal : Total Pertumbuhan nilai sektor b. Rasio Kontribusi (Share Ratio)

𝑆𝑅 = Xi

(9)

Keterangan:

SR : Rasio Kontribusi Xi : Nilai sektor PDRB

X : Total PDRB

Terdapat empat kemungkinan status di analisis kinerja sektoral PDRB, yaitu (Rahayu dkk, 2010):

1) Apabila rasio pertumbuhan (GR) > 1 dan rasio kontribusi (SR) > 1, berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang prima karena mempunyai tingkat rasio pertumbuhan dan tingkat rasio kontribusi yang tinggi. Sektor ini layak mendapatkan prioritas dalam pembangunan.

2) Apabila rasio pertumbuhan (GR) > 1 dan rasio kontribusi (SR) < 1, berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang berkembang karena walaupun rasio kontribusinya rendah tetapi rasio pertumbuhannya tinggi. Sektor ini sedang mengalami perkembangan yang perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan kontribusinya dalam pembentukan PDRB.

3) Apabila rasio pertumbuhan (GR) < 1 dan rasio kontribusi (SR) > 1, berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang potensial karena walaupun rasio kontribusinya tinggi tetapi rasio pertumbuhannya rendah. Sektor ini menunjukkan sedang mengalami penurunan, sehingga perlu dipacu pertumbuhannya. 4) Apabila rasio pertumbuhan (GR) < 1 dan rasio kontribusi (SR) < 1,

(10)

berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang terbelakang karena merupakan rasio kontribusi dan rasio pertumbuhannya rendah. Sehingga tidak layak menjadi prioritas dalam pembangunan.

3. Analisis Ketimpangan Wilayah a. Indeks Williamson

Ketimpangan pembangunan antarwilayah dapat diukur dengan menggunakan Indeks Williamson yang menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapitasebagai data dasar.Alasannya jelas karena yang diperbandingkan adalah tingkat pembangunan antar wilayah dan bukan tingkat distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat (Sjafrizal, 2012 dalam, Noviana, 2014).Maka untuk menggambarkan ketimpangan di Kawasan Ratubangnegoro dapat dihitung menggunakan indeks Williamson. Rumus Indeks Williamson dapat diformulasikan sebagai berikut (Maksum, 2014) :

𝑉𝑊 =

∑(𝑌𝑖−𝑌)2(fi/n)

Y ……….. (3.5)

Keterangan:

VW : Indeks Williamson

Yi : PDRB per kapita di daerah i

Ῡ : PDRB per kapita rata - rata seluruh daerah(Kabupaten Blora, Kabupaten Tuban, Kabupaten Rembang, Kabupaten Bojonegoro)

(11)

fi : Jumlah penduduk daerahi

n : Jumlah penduduk seluruh daerah (Kabupaten Blora, Kabupaten Tuban, Kabupaten Rembang, Kabupaten Bojonegoro)

Indeks kesenjangan Williamson akan menghasilkan indeks antara 0 sampai dengan 1. Nilai indeks yang mendekati angka 1 menunjukkan kondisi ketidakmerataan yang relatif tinggi, sedangkan nilai indeks yang mendekati angka 0 menunjukkan kondisi yang relatif merata.Semakin besar nilai indeks yang dihasilkan, maka semakin besar tingkat disparitas pendapatan antar Kabupaten dalam suatu daerah.

Kriteria yang dipergunakan untuk menentukan taraf ketimpangan berdasarkan kriteria Oshima (Putra, dalam Wijaya, 2014) yaitu:

Iw < 0,35 : Ketimpangan taraf rendah 0,35< Iw < 0,50 : Ketimpangan taraf menengah Iw > 0,50 : Ketimpangan taraf tinggi b. Analisis Trend Linear

Analisis trend adalah suatu analisis model trend umum yang digunakan untuk data time series dan untuk memprediksi tahun yang akan datang. Analisis trend merupakan analisis yang digunakan untuk mengamati kecenderungan dari data secara menyeluruh pada suatu periode waktu yang cukup panjang. Dalam analisis trend, yang paling menentukan adalah kualitas dan keakuratan data-data yang dikumpulkan. Apabila data yang dikumpulkan semakin banyak, maka

(12)

peramalan yang diperoleh semakin baik.Persamaan regresi yang digunakan dalam model trend sebagai berikut (Priyatno, 2014):

Y = a+bX ………... (3.6) Keterangan:

Y : Variabel dependen (Indeks Williamson) X : Variabel independen (waktu)

a : Konstanta, yaitu besarnya nilai Y jika X = 0

b : Koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel Y yang didasarkan pada variabel X

c. Analisis Uji Beda Mean ( One Sample T-test)

Pengujian satu sampel pada prinsipnya ingin menguji apakah suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel.Nilai tertentu di sini pada umumnya adalah sebuah nilai parameter.Uji ini juga dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata populasi yang digunakan sebagai pembanding dengan rata-rata sebuah sampel apakah secara signifikan berbeda dengan rata-rata sebuah sampel atau tidak (Priyatno, 2014).

Penggolongan yang digunakan dalam One Sample T-Test mengacu pada kriteria Oshima dalam analisis Indeks Williamson (Putra, dalam Wijaya, 2014) yaitu:

Iw < 0,35 : Ketimpangan taraf rendah 0,35< Iw < 0,50 : Ketimpangan taraf menengah Iw > 0,50 : Ketimpangan taraf tinggi

Referensi

Dokumen terkait