III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat berdasarkan harga konstan dengan tahun dasar 2000 pada periode tahun 2005-2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, BPS Kabupaten Cirebon, instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, berbagai literatur, internet dan sumber-sumber lainnya.
Penulis menggunakan data tahun 2005 sampai tahun 2010 karena laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon dalam kurun waktu tersebut mengalami peningkatan daripada tahun sebelumnya. Kabupaten Cirebon pun mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,37 persen walaupun mengalami penurunan kembali pada tahun berikutnya dan 2010. Selama kurun waktu tersebut, PDRB Kabupaten Cirebon juga menunjukkan trend yang meningkat walaupun pada tahun 2008 dan 2010 mengalami sedikit perlambatan.
3.2. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode LQ (Location Quotient) dan analisis SS (Shift Share). Dalam penelitian ini, akan membahas sektor yang termasuk basis dan non-basis, juga membahas sektor-sektor mana saja yang termasuk ke dalam kategori sektor-sektor unggulan dan untuk mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di Kabupaten Cirebon. Maka dari itu, analisis yang tepat untuk penelitian ini yaitu
dengan metode LQ (Location Quotient) dan analisis SS (Shift Share) dan
pengolahan datanya menggunakan program Microsoft Excel 2007.
3.3.1. Analisis LQ (Location Quotient)
Metode ini digunakan untuk melihat sektor-sektor yang termasuk ke dalam kategori sektor unggulan. Selain itu analisis ini merupakan salah satu indikator yang mampu menunjukkan besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Secara matematis, rumus LQ dapat dituliskan :
LQ = Sib/Sb
Sia/Sa
Keterangan :
Sib = Pendapatan sektor i pada daerah bawah (Kabupaten Cirebon) Sb = Pendapatan total semua sektor daerah bawah (Kabupaten Cirebon) Sia = Pendapatan sektor i pada daerah atas (Provinsi Jawa Barat) Sa = Pendapatan total semua sektor daerah atas (Provinsi Jawa Barat)
Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor basis atau sektor unggulan. Nilai LQ yang lebih dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih besar dibanding daerah atasnya dan output pada sektor i lebih berorientasi ekspor. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian
Kabupaten Cirebon lebih besar daripada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat.
Sebaliknya, apabila nilai LQ < 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non-basis atau sektor nonunggulan. Nilai LQ yang kurang dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih kecil dibanding daerah atasnya. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih kecil dari pada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat.
Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis LQ yaitu :
1. Pola konsumsi rumahtangga di daerah bawah (Kabupaten Cirebon) identik
sama dengan pola konsumsi rumahtangga di daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat)
2. Selera dan pola pengeluaran di suatu daerah dengan daerah lain di seluruh
wilayah Provinsi Jawa Barat sama besarnya.
3. Setiap penduduk di Kabupaten Cirebon mempunyai pola permintaan terhadap
suatu barang dan jasa yang sama terhadap pola permintaan barang dan jasa pada tingkat provinsi Jawa Barat.
3.3.2. Analisis SS (Shift Share)
Pada umumnya analisis Shift Share (SS) ini dapat digunakan untuk melihat
pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama periode waktu tertentu. Selain itu, dapat juga melihat dalam daerah bawah (Kabupaten Cirebon) sektor-sektor ekonomi mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar terhadap perekonomian daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat) dan juga untuk mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang
paling cepat di masing-masing wilayah bawahnya. Kegunaan lainnya, yaitu dapat melihat perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya dan melihat perbandingan laju sektor-sektor perekonomian disuatu wilayah dengan laju pertumbuhan nasional serta sektor-sektornya.
Adapun langkah-langkah utama dalam analisis Shift Share (SS), yaitu
sebagai berikut :
1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah yang
akan dianalisis adalah wilayah Kabupaten Cirebon.
2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator
kegiatan ekonomi yang digunakan disini adalah pendapatan yang dicerminkan dari nilai PDRB Kabupaten Cirebon dan PDRB Provinsi Jawa Barat. Sedangkan periode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010.
3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor ekonomi yang akan
dianalisis dalam penelitian ini adalah terfokus pada semua sektor ekonomi berdasarkan lapangan usahanya yang terdiri dari 9 sektor, yaitu : sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan/konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa yang ada di Kabupaten Cirebon.
4. Menghitung perubahan indikator ekonomi.
a) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis.
Keterangan :
Yi = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar
analisis
b) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis.
Y’i = ∑𝑚𝑗=1Y’ij (3.2) Keterangan :
Y’i = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis
Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir
analisis
c) Perubahan indikator kegiatan ekonomi dirumuskan sebagai berikut :
∆ Yij = Y’ij - Yij (3.3)
d) Persentase perubahan PDRB
% ∆ Yij = [(Y’ij - Yij)/ Yij]* 100 % (3.4)
Keterangan :
∆Yij = perubahan PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir analisis
5. Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi
Rasio ini digunakan untuk melihat perbandingan PDRB sektor perekonomian di suatu daerah tertentu. Rasio tersebut terdiri dari ri, Ri dan Ra.
a) ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon)
Keterangan :
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis
Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir analisis
b) Ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat)
Ri = (Y’i-Yi)/Yi (3.6) Keterangan :
Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis
Y’i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis
c) Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat)
Ra = (Y’…-Y…)/Y… (3.7) Keterangan :
Y… = PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis
Y’… = PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis 6) Menghitung komponen pertumbuhan wilayah
a) Komponen Pertumbuhan Regional (PR)
PRij = (Ra) Yij (3.8) Keterangan :
PRij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis b) Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)
PPij = (Ri-Ra) Yij (3.9) Keterangan :
PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah
Kabupaten Cirebon
Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis Ketentuan setelah menghitung komponen PP, yaitu sebagai berikut :
a. Jika, PPij < 0 maka menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah
Kabupaten Cirebon laju pertumbuhannya lambat.
b. Jika, PPij > 0 maka menujukan bahwa sektor i pada wilayah
Kabupaten Cirebon laju pertumbuhannya cepat.
c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
PPWij = (ri-Ri)Yij (3.10) Keterangan :
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon
ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon
Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis
Jika :
PPWij > 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon mempunyai dayasaing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. PPWij < 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon mempunyai
dayasaing yang rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya. 7) Rumus-rumus lainnya yaitu sebagai berikut :
a. Perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j (Kabupaten Cirebon),
dirumuskan sebagai berikut :
∆ Yij = PRij + PPij + PPWij (3.11)
∆ Yij =Y’ij + Yij (3.12)
b. Dalam bentuk persamaan matematik menjadi :
∆ Yij = PRij + PPij + PPWij (3.13)
Y’ij + Yij = Yij(Ra)+Yij(Ri-Ra)+Yij(ri-Ri) (3.14)
c. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut :
%PR = Ra (3.15) %PP = Ri-Ra (3.16) %PPW= ri-Ri (3.17) atau %PR = (PRij)/Yij * 100% (3.18) %PP = (PPij)/Yij * 100% (3.19) %PPW = (PPWij)/Yij * 100 % (3.20)
8) Menentukan kelompok sektor ekonomi yang ditentukan berdasarkan pergeseran bersih (PB)
PPW PPW PPW
Kuadran III Kuadran II
PP
Jika :
PBij > 0, menunjukan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhan progressive
(maju).
PBij < 0, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhan tidak
progressive.
9) Menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian
Untuk menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya dapat dilakukan dengan cara menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu :
Kuadran IV Kuadran I
Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian
Sumber : Priyarsono,et al. (2007)
Pada gambar di atas, terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV yang membentuk 45°. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai pergeseran bersih.
Dalam gambar tersebut tedapat Kuadran I, II, III dan IV, maka penjelasannya sebagai berikut :
1. Kuadran I, merupakan kuadran dimana PP dan PPW sama-sama bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki petumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai PP-nya) dan memiliki dayasaing yang lebih baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya (dilihat dari nilai PPW-nya).
2. Kuadran II, menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP-nya bernilai positif), tetapi dayasaing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya kurang baik (dilihat dari PPW yang bernilai negatif).
3. Kuadran III, merupakan kuadran dimana PP dan PPW nya bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan dayasaing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain.
4. Kuadran IV, menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP yang bernilai negatif), tetapi dayasaing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari PPW yang bernilai positif).
3.3.3. Definisi Operasional
3.3.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tertentu. Menurut BPS Kabupaten Cirebon (2011) : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu data statistik yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan ekonomi.
Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah/wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer, yaitu sektor yang bergantung pada jenis lapangan usaha pertanian serta pertambangan dan penggalian kepada sektor sekunder (lapangan usaha industri pengolahan, listrik, gas,dan air minum, konstruksi/bangunan) serta sektor tersier (lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran, angkutan dan komunikasi, bank/lembaga keuangan, perusahaan persewaan, jasa pemerintahan dan jasa swasta.
Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu PDRB atas dasar harga berlaku yaitu menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga setiap tahunnya. Selain itu ada PDRB atas harga konstan yaitu menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya. PDRB yang akan dianalisis adalah PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha periode 2005-2010.
3.3.3.2. Manfaat Data PDRB
Ketersediaan data dan penyusunan PDRB ini secara berkala, bermanfaat untuk memperoleh informasi antara lain:
a. Tingkat pertumbuhan ekonomi
Apabila angka-angka statistik PDRB disajikan atas dasar harga konstan akan menunjukkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik keseluruhan maupun per sektor.
b. Tingkat kemakmuran suatu daerah
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjamin kemakmuran yang tinggi bagi masyarakat kalau perkembangan penduduk juga tinggi. Tingginya pertumbuhan pendapatan perkapita lebih menunjukan perkembangan kemakmuran sebab bila dilihat dari sudut konsumsi, berarti masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa yang lebih banyak atau lebih tinggi kualitasnya. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah harus tersedia angka pembanding dari daerah lainnya dan untuk mengetahui perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan pendapatan secara berkala. Adanya angka pembanding dari pendapatan perkapita dapat disimpulkan bahwa tingkat kemakmuran suatu daerah lebih baik dari daerah lainnya. Selain itu dapat dilihat peningkatan kemakmuran daerah tersebut dari tahun ke tahun.
c. Tingkat inflasi dan deflasi
Penyajian atas harga konstan dan atas harga berlaku dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi ataupun deflasi yang terjadi.
d. Gambaran struktur perekonomian
Angka-angka yang disajikan secara sektoral memperlihatkan tentang struktur perekonomian suatu daerah, apakah menunjukkan kearah daerah yang agraris atau industri. Berdasarkan data dari masing-masing sektor dapat dilihat peranan atau sumbangan tiap sektor terhadap jumlah pendapatan secara keseluruhan. Dengan adanya gambaran perekonomian suatu daerah, merupakan bahan bagi para perencana ekonomi, baik dikalangan
pemerintahan maupun swasta, untuk menentukan ke arah mana daerah tersebut akan dikembangkan.
3.4. Tahun Dasar dan Tahun Akhir Analisis
Dua hal ini sangat penting dalam penyusunan penelitian. Tahun dasar analisis merupakan tahun yang dijadikan titik awal sebagai acuan untuk menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian. Sedangkan, tahun akhir analisis merupakan tahun yang dijadikan titik akhir untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian.