PENGARUH PENGGUNAAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN DIFFERENTIATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
PADA SISWA SMP
(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kabupaten Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
oleh
Riska Darmayanti Sudarmat
1005159
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pengaruh Penggunaan Pendekatan
Pembelajaran
Differentiated Instruction
untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis
pada Siswa SMP
Oleh
Riska Darmayanti Sudarmat
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Riska Darmayanti Sudarmat 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PENGARUH PENGGUNAAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN DIFFERENTIATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
PADA SISWA SMP
(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kabupaten Bandung)
Oleh
Riska Darmayanti Sudarmat
1005159
Disetujui dan Disahkan
Pembimbing 1,
Entit Puspita, S.Pd, M.Si
NIP. 196704081994032002
Pembimbing 2,
Eyus Sudihartinih, M.Pd.
NIP. 198404282009122004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PENGARUH PENGGUNAAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN DIFFERENTIATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
PADA SISWA SMP
Riska Darmayanti Sudarmat (1005159)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk
menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan Differentiated Instruction dan
siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, dan untuk mengetahui sikap siswa
terhadap pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa pada salah satu SMP di kabupaten Bandung, dengan sampel dipilih dua
kelas dari tigabelas kelas. Untuk menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematis, dikumpulkan data pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif matematis
yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Data tersebut diolah secara statistik dengan
pengujian normalitas terlebih dahulu. Pada data pretes, data tidak berdistribusi normal
sehingga dilanjutkan uji Mann-Whitney. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kemampuan
awal berpikir kreatif matematis pada kedua kelas tidak berbeda secara signifikan. Adapun,
untuk melihat peningkatan yang terjadi, dilakukan uji indeks gain. Kesimpulan yang
diperoleh, bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran Differentiated Instruction lebih tinggi daripada peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Adapun untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan
Differentiated Instruction, diolah angket sikap siswa yang diperoleh dari penelitian yang
dilakukan. Kesimpulan yang diperoleh, siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap
pembelajaran matematika dengan pendekatan Differentiated Instruction.
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
This research is the experiments quasi research that aims to examine the difference
of increase mathematical creative thinking ability between the students who have learned
mathematics using Differentiated Instruction Aprroach and the students who have learned mathematics using conventional learning, and to know student’s attitudes against learning of Differentiated Instruction approach. The population of this research is all students on one
junior high school in Bandung district, with samples selected are two classes from thirteen
classes. For examining the difference of increase mathematical creative thinking ability,
collected pretest and posttest data of mathematical creative thinking ability that obtained from
the research has been done. The data processed statistically with normality test first. In
prestest data, the data is not normally distribution, so continued with Mann-Whitney test. The
result of statistic test shows that the beginning of mathematical creative thinking ability in
two classes is not different significantly. As for to know the increase that happened, using the
gain index test. The conclusions obtained, that the increase of mathematical creative thinking
ability in students who have learned mathematics using Differentiated Instruction Aprroach is
higher than the increase of mathematical creative thinking ability in students have learned mathematics using conventional learning. As for to know the student’s attitudes against learning of Differentiated Instruction approach, processed the students attitudes questionnaire
that obtained from the research has benn done. The conclusions obtained, students show
positive attitudes against mathematic learning with Differentiated Instruction approach.
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK.. ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...4
C. Tujuan Penelitian ...4
D. Manfaat Penelitian...4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Belajar, Pembelajaran, dan Matematika ... 6
B. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran ... 7
C.Pendekatan Differentiated Instruction (DI) ... 8
D.Berpikir Kreatif ... 12
E. Kaitan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pembelajaran Differentiated Instruction (DI) dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 14
F.. Definisi Operasional ... 16
G.Hipotesis Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 18
B. Desain Penelitian ... 18
C. Populasi dan Sampel ... 18
vi
E. Teknik Analisis Data ... 25
F. Prosedur Penelitian ... 31
G. Deskripsi Pembelajaran dengan Pendekatan Differentiated Instruction .... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Kuantitatif ... 37
B. Analisis Data Kualitatif ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
LAMPIRAN LAMPIRAN A (Intrumen Penelitian) ... 54
LAMPIRAN B (Data Penelitian) ... 76
LAMPIRAN C (RPP dan LKS) ... 109
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan berbagai
kemampuan peserta didik seperti yang tercantum dalam pasal 3 Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang secara tegas mengungkapkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam pasal 3 Undang-undang
tersebut di atas disebutkan bahwa salah satu kemampuan yang harus
dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah kemampuan kreatif.
Matematika merupakan mata pelajaran yang ditujukan untuk melatih
kemampuan berpikir dan bernalar siswa, menjadikan siswa sebagai pemecah
masalah yang baik, kreatif, dapat mengomunikasikan gagasan dan ide-idenya.
Prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan dalam pembelajaran matematika,
diantaranya adalah pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Matematika
memiliki fokus-fokus kajian dan “Pengembangan kemampuan berpikir kreatif
merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika” (Mahmudi, 2010:1).
Dengan belajar matematika, diharapkan terbentuk siswa yang kreatif yang
kemudian akan memberikan banyak manfaat bagi bangsa.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang merangsang siswa
untuk menemukan solusi yang beragam dari suatu masalah. Dengan begitu,
pengetahuan siswa dapat terus berkembang. Kemampuan berpikir kreatif
matematis merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi matematik
atau lebih dikenal dengan High Order Mathematical Thinking (HOMT).
Kemampuan berpikir kreatif siswa harus dilatih dengan diberikan
permasalahan-permasalahan menantang yang akan mengembangkan potensi
2
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
baik jika siswa selalu diberikan permasalahan-permasalahan yang rutin. Sabandar
(Astuti, 2011:1) mengemukakan bahwa dengan memberikan soal-soal atau
permasalahan matematika yang sifatnya menantang akan memberikan kesempatan
bagi siswa untuk memberdayakan keterampilan tingkat tinggi, atau dalam hal ini
adalah berpikir kreatif.
Pada kenyataannya masih banyak siswa yang kesulitan dalam
menyelesaikan masalah-masalah rutin. Ruseffendi (Astuti, 2011:4) menyatakan
bahwa terdapat anak-anak yang setelah belajar matematika yang sederhana pun
banyak yang tidak dipahami, banyak konsep yang dipahami secara keliru. Tentu
saja ini akan menjadi kendala bagi pendidik, karena jika
permasalahan-permasalahan nonrutin diberikan pada siswa, sedangkan dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan rutin saja siswa masih mengalami kesulitan, maka
tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik.
Berdasarkan hasil tes PISA (2009) tentang matematika, siswa Indonesia
berada pada peringkat 61 dari 65 negara, dimana aspek yang dinilai adalah
kemampuan pemecahan masalah, berpikir kreatif, kemampuan penalaran, dan
kemampuan komunikasi. Selain itu, penelitian mengenai tingkat kreativitas
siswa-siswa Indonesia oleh Jellen dan Urban (Nurhidayati, 2013) menyatakan bahwa
tingkat kreativitas siswa-siswa Indonesia menempati urutan terendah setelah
Filipina, Amerika, Inggris, Jerman, India, Cina, Kamerun, dan Zulu. Hal ini tentu
menjadi tugas guru untuk memperbaikinya.
Setiap metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan.
Tidak ada metode pembelajaran terbaik atas metode pembelajaran yang lain.
Karena metode pembelajaran A bisa lebih efektif di kelas X namun tidak efektif
dikelas Y. Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik setiap kelas, bahkan
terdapat perbedaan karakteristik setiap siswa dalam satu kelas. Untuk menyikapi
hal tersebut, maka diperlukan pembelajaran khusus yang dapat memenuhi
kebutuhan setiap siswa dalam belajar sesuai potensi atau kelebihannya. Siswa
diberikan permasalahan nonrutin untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa dengan tidak mengabaikan perbedaan karakteristik masing-masing siswa.
Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi hal
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2012:16) menyatakan bahwa Differentiated Instruction (DI) adalah cara untuk
menyesuaikan instruksi kepada kebutuhan siswa dengan tujuan memaksimalkan
potensi masing-masing pembelajar dalam lingkup yang diberikan.
Seperti yang telah diketahui bahwa setiap siswa adalah unik atau memiliki
karakteristik yang berbeda, dapat dipastikan di dalam satu kelas terdapat siswa
dengan berbagai karakteristik. Karakter yang berbeda tersebut mengindikasikan
bahwa siswa memiliki potensi yang berbeda dan harus disikapi dengan cara yang
berbeda. Jika disikapi dengan tepat, potensi yang dimiliki akan teroptimalkan
yang kemudian diharapkan sampai pada kemampuan berpikir kreatif.
Merujuk pada Munandar (Ramdan, 2010:10), bahwa ada empat komponen
berpikir kreatif matematis, yaitu fluency, flexibility, originality, dan elaboration.
Fluency meliputi kemampuan mencetuskan banyak ide. Ide akan muncul dari
potensi yang dimiliki masing-masing siswa. Namun jika potensi siswa tidak
disikapi dengan pembelajaran yang tepat, maka potensi itu tidak akan berkembang
dengan baik. Dalam kelas yang heterogen yang berarti beragamnya potensi siswa,
maka pembelajaran tidak bisa disamakan untuk semua siswa. Dalam hal ini
pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction diduga dapat mengatasi hal
tersebut, sehingga kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan.
Komponen lainnya dalam berpikir kreatif adalah flexibility. Flexibility
dicirikan diantaranya dengan kemampuan mencari banyak alternatif atau arah
yang berbeda-beda. Kemampuan ini akan berkembang dengan baik ketika minat
siswa diperhatikan dan diberi perlakuan yang sesuai. Karena ketika minat
diperhatikan, maka siswa akan belajar dengan nyaman dan menyenangkan,
sehingga siswa bisa bersungguh-sungguh terhadap apa yang sedang
dikerjakannya. Dengan itu potensi akan teroptimalkan dan muncullah
gagasan-gagasan dalam menemukan alternatif yang berbeda-beda pada setiap siswa.
Begitupun pada komponen berpikir kreatif lainnya yaitu kemampuan
originality dan elaboration. Kemampuan ini akan muncul tatkala potensi siswa
yang beragam diberikan perlakuan yang sesuai, yaitu pembelajaran yang mampu
memberi ruang pada siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Pembelajaran
yang berbeda pada tiap populasi potensi siswa akan dimungkinkan dengan
4
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction ini, guru memulai
pembelajaran dengan memerhatikan kebutuhan individual siswa, bukan terfokus
pada apa yang akan guru lakukan, tapi apa yang siswa butuhkan.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, diduga bahwa pendekatan
pembelajaran Differentiated Instruction (DI) akan menunjang terhadap
berkembangnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran Differentiated Instruction (DI) lebih tinggi
daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional?
2) Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan
Differentiated Instruction (DI)?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1) Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran Differentiated Instruction (DI) lebih
tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
2) Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
pendekatan Differentiated Instruction (DI).
D. MANFAAT PENELITIAN
1) Bagi Guru
Pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction (DI) ini dapat dijadikan
alternatif dalam meningkatkan kompetensi siswa SMP, khususnya
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction (DI) ini dapat menjadi
sarana belajar yang efektif dan menyenangkan dalam meningkatkan
kompetensi berpikir kreatif matematis siswa.
3) Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide baru untuk penelitian
lebih lanjut, sehingga hasil-hasil dari penelitian tersebut semakin berkembang
dan dapat memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat serta dapat
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian digunakan adalah kuasi eksperimen. Bentuk desain
eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang
sulit dilaksanakan (Sugiyono, 2013 : 114).
B. DESAIN PENELITIAN
Penelitian yang didesain berbentuk the nonequivalen control grup.
Menurut Ruseffendi (2010 : 52), desain penelitian ini melibatkan setidaknya dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok-kelompok ini tidak dipilih secara acak, namun dipilih Kelompok-kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang homogen.
Kelompok eksperimen yang dimaksud adalah kelas yang memperoleh
pembelajaran Differentiated Instruction, adapun kelompok kontrol yang
dimaksud adalah kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sebelum
diberikan perlakuan, masing-masing kelas diberikan pretes untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif awal siswa. Setelah diberikan perlakuan,
masing-masing kelas diberikan postes yang kemudian dibandingkan dengan pretes yang
sebelumnya telah dilakukan.
Adapun desain ekspreimen dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
X
0
Keterangan:
0 = pretes / postes
X = diberi perlakuan dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI)
= subyek tidak dipilih secara acak
(Ruseffendi, 2010 : 53)
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di
Sekolah Menengah Pertama Kartika XIX-1 Bandung. Dari populasi di atas dan
berdasarkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dipilih dua
kelas, yaitu untuk dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen adalah kelas yang akan diberikan perlakuan atau pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction (DI),
sedangkan kelas kontrol akan dijadikan sebagai pembanding dan diberikan
pembelajaran konvensional.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Untuk mendapatkan data atau untuk melakukan tes formatif pada siswa
dan sebagai alat evaluasi kegiatan pembelajaran, maka dibuat instrumen
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Tes
Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa terhadap materi yang diajarkan. Pada penelitian ini, tes yang
digunakan terbagi ke dalam dua macam tes, yaitu:
a. pretest yaitu tes yang diberikan sebelum perlakuan
b. posttest yaitu tes yang diberikan setelah perlakuan
Tipe tes yang akan diberikan berupa tes subyektif (bentuk uraian) karena
bentuk uraian cocok untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa, dimana setiap soal uraian dirancang agar mampu mengukur
kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Angket
Angket atau quisioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2013:199). Angket
digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa. Angket diberikan setelah
seluruh pembelajaran dilakukan atau pada pertemuan terakhir. Angket
bertujuan untuk mengetahui kesan siswa dalam pembelajaran yang telah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Differentiated
20
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk melengkapi informasi yang menunjang penelitian ini, dibuat
pedoman observasi sebagai rambu-rambu tertulis yang dipakai untuk mengamati
aktivitas dalam pembelajaran sehingga pelaksanaan observasi terarah pada aspek
yang direncanakan semula. Observasi kelas dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas, kinerja, partisipasi,
dan keterampilan siswa dan guru dalam pembelajaran apakah sudah sesuai
dengan pedoman model pembelajaran yang digunakan atau belum. Data ini
bersifat relatif, karena dapat dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas
pengamat. Pada penelitian ini, pedoman observasi sendiri di isi oleh observer dan
diisi setiap pertemuan saat pembelajaran berlangsung.
Sebelum instrumen tes diberikan terlebih dahulu dilakukan pengujian yang
bertujuan agar soal yang diberikan memiliki kualitas yang baik. Berikut ini
pengujian yang dilakukan diantaranya.
1. Validitas
Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya
tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan
fungsinya. Jadi, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu tes (Sari, 2008:1). Menurut Arikunto (Sari, 2008:1-2), untuk
menentukan koefisien validitas dapat menggunakan tiga cara, yaitu dengan
menggunaan rumus:
a. Korelasi Produk Moment dengan menggunakan simpangan,
dengan:
: koefisien korelasi antara variabel dan variabel
= : simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada kelompok
variabel
= : simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada
kelompok variabel
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan:
: koefisien korelasi antara variabel dan variabel
N : banyak subyek (testi)
= : simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada kelompok
variabel
= : simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada
kelompok variabel
c. Korelasi Metode Rank (Rank Method Correlation),
dengan:
: koefisien korelasi antara variabel dan variabel
d : selisih rank antara dan
N : banyak subyek (testi)
Nilai dalam rumus-rumus diatas diartikan sebagai koefisien validitas,
dengan kriteriumnya sebagai berikut:
validitas sangat tinggi; validitas tinggi; validitas sedang; validitas rendah;
validitas sangat rendah; dan
tidak valid.
Rumus korelasi produk moment dengan menggunakan simpangan atau
menggunakan angka kasar merupakan metode Pearson, sedangkan rumus
korelasi metode rank merupakan metode Spearman. Metode Spearman hanya
baik dipergunakan untuk mencari korelasi antara data-data yang berjumlah
kecil, sedangkan data-data yang berjumlah besar, metode Spearman ini kurang
teliti dan sukar dipergunakan. Kekurangtelitiannya antara lain disebabkan oleh
22
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kecil) antara suatu skor dengan skor berikutnya sehingga tidak seimbang
dengan peringkatnya. Oleh karena itu, untuk menghitung korelasi data yang
jumlahnya banyak seringkali dipergunakan metode lain seperti antara lain
metode Pearson (Purwanto, 1994 : 148). Maka, dalam perhitungan alat
evaluasi yang dibuat, digunakan metode Pearson yaitu rumus korelasi produk
moment dengan menggunakan angka kasar. Rumus ini dapat digunakan tanpa
merubah data mentah hasil evaluasi.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur apa
yang harus diukur (Priatna, 2008:15). Hasil evaluasi itu harus tetap sama
(relatif sama) jika pengukuran diberikan pada subjek yang sama meskipun
dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang
berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Alat
evaluasi yang reliabilitasnya tinggi disebut alat evaluasi yang reliabel.
Menurut Priatna (2008:15), ada tiga cara pelaksanaan untuk menguji
reliabilitas suatu tes, yaitu: (1) tes tunggal (single test), (2) tes ulang (test
retest), dan (3) tes ekuivalen (alternate test). Rumus yang digunakan untuk
mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Cronbach
dan Alpha (Priatna, 2008:19),
=
dengan
n = Banyak butir soal
= Jumlah varians skor tiap item
= Varians skor total
Kategori koefisien reliabilitas menurut Guilford (Priatna, 2008:16) adalah
sebagai berikut:
0,80 < ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 reliabilitas tinggi 0,40 < ≤ 0,60 reliabilitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 reliabilitas rendah
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Indeks Kesukaran
Suatu hasil dari alat evaluasi dikatakan baik yang menghasilkan skor
yang membentuk distribusi normal. Jika soal tersebut terlalu sukar, maka
frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor yang rendah, karena
sebagian besar mendapat skor yang jelek. Sebaliknya, jika soal yang diberikan
terlalu mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak pada skor yang
tinggi, karena sebagian besar siswa mendapat skor baik.
Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa
item soal adalah mudah, sedang, dan sukar (Suartini, 2012:1). Derajat
kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks
kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai
dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal
tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti
soal tersebut terlalu mudah.
Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal uraian, yaitu
IK =
dengan = rata-rata skor siswa pada suatu soal
SMI = Skor Maksimal Ideal (bobot)
Klasifkasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan adalah sebagai
berikut,
0,00 < IK < 0,30 Soal sukar
0,30 < IK < 0,70 Soal sedang
0,70 < IK < 1,00 Soal mudah (Suherman, 1990 : 212)
4. Daya Pembeda
Menurut Arikunto (Muslim, 2012:3), daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan
tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Suatu kelas biasanya terdiri
atas tiga kelompok siswa yaitu siswa pandai, rata-rata, dan tidak pandai,
sehingga suatu alat evaluasi tidak bagus jika hasilnya baik semua ataupun
24
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan
indeks diskriminasi yang bernilIai dari 0 sampai 1. Indeks diskriminasi
makin mendekati 1,00 berarti daya pembeda soal tersebut makin baik,
sebaliknya jika makin mendekati 0,00 berarti daya pembeda soal tersebut
makin buruk. Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda dan rumus yang
digunakan untuk menghitung daya pembeda menurut Karno To (Muslim,
2012:5) adalah:
0%-9% sangat buruk, harus dibuang
10%-19% buruk, sebaiknya dibuang
20%-29% agak baik atau cukup
30%-49% baik
50% ke atas sangat baik
Untuk menentukan daya pembeda dari soal uraian dapat menggunakan rumus
berikut,
dengan, = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
= Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
= Jumlah skor maksimum salah satu kelompok pada butir soal
yang diolah
Berikut pedoman penskoran kemampuan berpikir kreatif matematis yang
digunakan dalam menganalisis tes kemampuan berpikir kreatif matematis.
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Aspek yang
diukur Respon Siswa terhadap Soal/Masalah
Skor
Elaborasi (Elaboration)
Tidak menjawab/memberikan jawaban yang salah 0 Terdapat kekeliruan dalam memperluas situasi tanpa disertai perincian
2
Terdapat kekeliruan dalam memperluas situasi dan disertai perincian kurang detil
4
Memperluas situasi dengan benar dan merincinya kurang detil
8
Memperluas situasi dengan benar dan merincinya secara detil
10
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Fluency) relevan untuk pemecahan masalah
Memberikan sebuah ide yang relevan dengan pemecahan masalah tetapi pengungkapannya kurang jelas
8
Memberikan sebuah ide yang relevan dengan pemecahan masalah dan pengungkapannya lengkap serta jelas
10
Memberikan lebih dari satu ide yang relevan
dengan pemecahan masalah tetapi
pengungkapannya kurang jelas
20
Memberikan lebih dari satu ide yang relevan
dengan pemecahan masalah dan
pengungkapannya lengkap serta jelas
25
Keluwesan (flexibility)
Tidak menjawab/memberikan ide yang tidak relevan untuk pemecahan masalah
0
Memberikan jawaban hanya satu cara dan terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah
10
Memberikan jawaban dengan satu cara, proses perhitungan dan hasilnya benar
15
Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan
18
Tidak menjawab/memberikan jawaban yang salah 0 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi dapat dipahami
10
Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan sudah terarah tetapi tetapi tidak selesai
20
Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah
30
Memberi jawaban dengan cara sendiri dan proses perhitungan serta hasilnya benar
35
(Adaptasi dari Ismaimuza, 2010)
Adapun hasil analisis uji instrumen adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Hasil Analisis Uji Instrumen
No Soal Validitas Reliabilitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda
26
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian terdiri dari data kuantitatif dan
data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes, sedangkan
data kualitatif diperoleh dari hasil pengisian angket dilengkapi dengan lembar
observasi.
1. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi analisis data
pretes, analisis data postes, dan analisis data indeks gain. Data hasil tes yang
diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya dianalisis melalui
tahap-tahap berikut.
a. Analisis Data Pretes
Analisis tahap awal ini dilakukan setelah pretes pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
apakah kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau
tidak. Tahapan analasis yang dilakukan di antaranya:
1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan
pedoman penskoran yang digunakan.
2) Membuat tabel skor hasil tes siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol
3) Menentukan rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4) Menguji prasyarat analisis data hasil pretes dengan menggunakan
program SPSS.
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan yaitu :
H0 = Data berdistribusi normal;
H1 = Data tidak berdistribusi normal.
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Dengan kriteria
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a) Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas < 0,05 maka
distribusi adalah tidak normal.
b) Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas 0,05 maka
distribusi adalah normal.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau
tidak. Uji ini dilakukan setelah diketahui bahwa data berdistribusi
normal. Hipotesis yang digunakan adalah
H0 : =
H1 :
dengan,
: variansi kelas kontrol
: variansi kelas eksperimen
Kriteria pengujiannya adalah
a) Nilai signifikansi < 0,05 maka data berasal dari populasi yang
tidak memiliki varians yang sama (tidak homogen).
b) Nilai signifikansi 0,05 maka data berasal dari populasi yang
memiliki varians yang sama (homogen).
Nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel test of homogenity of
variance di baris based on mean. Jika data ternyata tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji t’.
Uji Kesamaan Dua Rerata
Analisis dengan menggunakan uji kesamaan dua rerata ini
berfungsi untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan awal
kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Uji ini dilakukan
setelah diketahui bahwa data berasal dari populasi yang memiliki
varians yang sama (homogen). Hipotesis yang digunakan adalah
H0 : μ1= μ2
28
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan,
μ1: rata-rata pada kelas eksperimen μ2: rata-rata pada kelas kontrol
Kriteria pengujiannya adalah
a) Nilai signifikansi < 0,05 maka ditolak
b) Nilai signifikansi 0,05 maka diterima
Bila data ternyata tidak berdistribusi normal, maka analisis untuk
persamaan rata-rata menggunakan statistika non-parametrik yaitu
menggunakan uji Mann whitney.
Uji Mann whitney
Uji Mann whitney dilakukan karena data pretes pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen menunjukkan tidak berdistribusi normal.
Hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : μ1= μ2 μ1: rata-rata pada kelas kontrol
H1 : μ1 μ2 μ2: rata-rata pada kelas eksperimen
Adapun kriteria pengujiannya adalah
a) Nilai signifikansi < 0,05 maka ditolak
b) Nilai signifikansi 0,05 maka diterima.
b. Analisis data indeks gain
Analisis data indeks gain dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar peningkatan yang terjadi akibat penerapan pendekatan pembelajaran
Differentiated Instruction pada kelas eksperimen dan penerapan model
pembelajaran konvensial pada kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah
peningkatan akibat penerapan pendekatan pembelajaran Differentiated
Instruction pada kelas eksperimen lebih tinggi dari peningkatan pada kelas
kontrol dengan pembelajaran konvensional, dilakukan pengolahan data
secara statistik dengan menggunakan program SPSS.
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan kelas
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H0 = Data berdistribusi normal;
H1 = Data tidak berdistribusi normal.
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujiannya adalah
a) Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi
adalah tidak normal.
b) Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas 0,05 maka distribusi
adalah normal.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen
dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau tidak. Uji ini
dilakukan setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal. Hipotesis
yang digunakan adalah
H0 : =
H1 :
dengan,
: variansi kelas control
: variansi kelas eksperimen
Kriteria pengujiannya adalah
a) Nilai signifikansi < 0,05 maka data berasal dari populasi yang tidak
memiliki varians yang sama (tidak homogen).
b) Nilai signifikansi 0,05 maka data berasal dari populasi yang
memiliki varians yang sama (homogen).
Nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel test of homogenity of
variance di baris based on mean. Jika data ternyata tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji t’.
Uji Perbedaan Dua Rerata
Analisis dengan menggunakan uji perbedaan dua rerata ini berfungsi
untuk mengetahui apakah rata-rata peningkatan kemampuan kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Uji ini dilakukan
setelah diketahui bahwa data berasal dari populasi yang memiliki
30
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H0 : μ1= μ2
H1 : μ1 μ2
dengan,
μ1: rata-rata pada kelas eksperimen μ2: rata-rata pada kelas kontrol
Kriteria pengujiannya adalah
a) Nilai signifikansi < 0,05 maka ditolak
b) Nilai signifikansi 0,05 maka diterima
Bila data ternyata tidak berdistribusi normal, maka analisis untuk
perbedaan rata-rata menggunakan statistika non-parametrik yaitu
menggunakan uji Mann whitney.
Uji Mann whitney
Uji Mann whitney dilakukan karena data pretes pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen menunjukkan tidak berdistribusi normal. Hipotesis
yang digunakan adalah
H0 : μ1= μ2 μ1: rata-rata pada kelas control
H1 : μ1 μ2 μ2: rata-rata pada kelas eksperimen
Adapun kriteria pengujiannya adalah
a) Nilai signifikansi < 0,05 maka ditolak
b) Nilai signifikansi 0,05 maka diterima.
Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik, berikutnya
diolah data indeks gain untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
yang terjadi akibat penerapan pembelajaran dengan pendekatan
Differentiated Instruction pada kelas eksperimen dan penerapan model
pembelajaran konvensial pada kelas kontrol. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan
pedoman penskoran yang digunakan.
2) Membuat tabel skor hasil tes siswa kelas eksperimen dan kelas
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Menentukan indeks gain dari setiap siswa pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen dengan perhitungan:
Indeks Gain (g) = –
(Hake, dalam Izzati, 2010: 71)
4) Menentukan indeks gain dari kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan kategori menurut Hake (1999) sebagai berikut.
Tabel 3.3
Tabel Interpretasi Indeks Gain Besarnya Indeks Gain (g) Interpretasi
g 0,7 Tinggi
0,3 g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Semakin tinggi indeks gain, maka semakin tinggi pula peningkatan
yang terjadi.
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari angket, dilengkapi dengan pedoman
observasi.
a. Angket
Angket digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa. Angket
diberikan setelah seluruh pembelajaran dilakukan. Angket bertujuan
untuk mengetahui kesan siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukan
dengan menggunakan pendekatan Differentited Instruction.
b. Pedoman Observasi
Pedoman observasi dianalisis untuk melihat kesesuaian antara
tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Differentiated
Instruction (DI) di kelas eksperimen. Hal-hal yang tidak terlaksana pada
proses pembelajaran diperbaiki pada proses pembelajaran selanjutnya.
F. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Perencanaan
32
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Melakukan observasi
c. Membuat rencana penelitian
d. Menyusun instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Menentukan kelas kontrol dan eksperimen dari sampel yang ada
b. Melakukan tes untuk mengetahui perbedaan individual siswa pada kelas
eksperimen, berupa tes untuk mengetahui gaya belajar siswa (visual
dominan, auditori dominan, atau kinestetik dominan), minat siswa, dan
kesiapan siswa.
c. Melakukan pretes pada kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen
d. Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran untuk
masing-masing kelas
e. Melakukan postes pada kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen
3. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan observasi partisipatif.
Menurut Susan Stainback (Sugiyono, 2013:311), dalam observasi partisipatif,
peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang
mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam kegiatan mereka.
G. DESKRIPSI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
DIFFERENTIATED INSTRUCTION
Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini diawali dengan deskripsi
pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI) untuk
mendapatkan gambaran terkait interaksi kegiatan dan hal-hal yang terjadi pada
saat pembelajaran DI berlangsung. Pembelajaran dengan pendekatan DI
dilaksanakan dari tanggal 7 April 2014 sampai dengan tanggal 17 April 2014
dengan materi balok dan kubus pada siswa SMP.
Sebelum dilakukan pembelajaran dengan pendekatan DI, dilakukan
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar siswa. Kesiapan siswa diidentifikasi melalui tes awal berupa soal
berjenjang, yang kemudian di analisis pada tahap mana siswa mampu
mengerjakan soal. Minat siswa diidentifikasi melalui pertanyaan tertulis yang
sebelumnya diberikan pada siswa terkait hobi yang paling mereka sukai diantara
pilihan hobi-hobi yang tercantum dalam lembar pertanyaan. Adapun tipe belajar
siswa dibedakan berdasarkan tipe belajar visual dominan, auditori dominan, dan
kinestetik dominan. Tes yang dilakukan untuk mengkondisikan siswa
berdasarkan tipe belajar visual dominan, auditori dominan, dan kinestetik
dominan adalah tes spektrum. Intrumen untuk mengumpulkan data kondisi awal
siswa dapat dilihat pada lampiran. Data kondisi awal siswa ini menjadi dasar
untuk melakukan pembelajaran dengan pendekatan DI. Dengan data tersebut,
LKS dan tugas untuk siswa disesuaikan berdasarkan kondisi masing-masing
siswa.
Pada pertemuan pertama, siswa masih cenderung beradaptasi dengan
pembelajaran dengan pendekatan DI. Peran guru sangat diperlukan dalam
mengkondisikan siswa. Materi yang disampaikan adalah bagian-bagian kubus dan
balok. Pada pertemuan pertama guru mengkondisikan siswa berdasarkan gaya
belajar visual dominan, auditori dominan, dan kinestetik dominan. Tempat duduk
siswa dirubah agar siswa dengan gaya belajar yang sama dapat duduk berdekatan.
Pada siswa dengan gaya belajar visual dominan, guru menyajikan alat peraga
sebatas untuk dilihat dan dibayangkan oleh siswa. Siswa diberi LKS visual dan
mengerjakannya secara mandiri. Pada siswa dengan gaya belajar auditori
dominan, guru menginstruksikan siswa agar berkelompok dan mengerjakan LKS
auditori dengan berdiskusi bersama kelompoknya. Pada siswa dengan gaya
belajar kinestetik dominan, guru menginstruksikan siswa agar berkelompok dan
mengerjakan LKS kinestetik dengan berdiskusi bersama kelompoknya dengan
bantuan alat peraga yang diberikan guru sehingga siswa dengan gaya belajar
kinestetik dominan tersebut dapat secara langsung mempraktekkan bagian-bagian
kubus dan balok. Dalam pengelompokkan pada pertemuan pertama guru harus
menjelaskan terlebih dahulu tujuan dilakukannya pengelompokkan berdasarkan
gaya belajar dominan. Guru juga menjelaskan terkait ciri-ciri dan kecenderungan
34
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dominan dalam belajar. Hal ini dilakukan karena banyaknya pertanyaan dari
siswa saat pembelajaran berlangsung terkait hasil tes spektrum yang
mengidentifikasikan gaya belajar dominan siswa dan mengapa pengelompokkan
ini dilakukan. Guru terus aktif memantau kegiatan siswa agar mereka melakukan
proses belajar yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Jika siswa telah
selesai mengerjakan LKSnya masing-masing, siswa mempresentasikannya di
depan kelas. Siswa yang maju untuk mempresentasikan hasil kerja LKSnya
adalah perwakilan siswa dari masing-masing kelompok gaya belajar. Siswa lain
menanggapi hasil kerja LKS temannya yang telah dipresentasikan tersebut.
Dalam hal ini, guru bertanggungjawab untuk mengarahkan diskusi kolosal yang
dilakukan siswa dan memastikan siswa mendapatkan kesimpulan yang sama,
meskipun proses yang dilakukan oleh siswa berbeda-beda.
Pada pertemuan kedua, guru melakukan pengelompokkan yang sama,
yaitu berdasarkan gaya belajar siswa. Materi yang dibahas adalah jaring-jaring
kubus dan balok. Pada pertemuan kedua ini, siswa sudah bisa beradaptasi dengan
pembelajaran DI sehingga siswa lebih mandiri dalam melakukan proses belajar
yang diinstruksikan guru. Pada pertemuan kedua semakin terlihat antusias siswa
dalam mengerjakan LKS, bahkan beberapa siswa mampu mengerjakan LKS
dengan cepat dan tepat. Siswa tanpa canggung bertanya pada guru jika ada hal
yang tidak mereka pahami, berdiskusi secara aktif dalam mengerjakan LKS, dan
berani untuk menanggapi hasil kerja LKS temannya yang dipresentasikan di
depan kelas saat temannya tersebut menjawab LKS dengan jawaban yang berbeda
dengan yang dikerjakannya. Dengan proses belajar yang tidak jauh beda dengan
pertemuan pertama, pembelajaran dengan pendekatan DI pada pertemuan kedua
berjalan dengan lancar.
Pada pertemuan ketiga, guru melakukan pengelompokkan berdasarkan
kesiapan siswa. Materi yang dibahas adalah luas permukaan kubus dan balok.
Sebelumnya guru telah melakukan pengumpulan kondisi awal siswa terkait
kesiapan siswa. LKS kesiapan terdiri dari empat jenjang. Siswa yang menguasai
materi prasyarat untuk materi yang akan dibahas mengerjakan LKS mulai dari
jenjang tiga. Adapun siswa yang lain mengerjakan LKS mulai dari jenjang
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertemuan ketiga ini, siswa yang masih belum mengerti atau lupa materi
prasyarat terpacu untuk segera memahaminya dan bertanya pada guru atau
temannya jika masih mengalami kesulitan. Hal ini sangat membantu guru dalam
memaksimalkan kegiatan belajar. Setiap siswa harus mengerjakan minimal
hingga jenjang ketiga. Adapun jenjang keempat merupakan jenjang yang cukup
rumit sehingga hanya sebagian siswa yang mampu mengerjakan. Perwakilan
siswa mempresentasikan hasil kerja LKSnya di depan kelas dan ditanggapi oleh
siswa lain. Guru memantau diskusi kolosal siswa dan memastikan kesimpulan
hasil diskusi siswa tepat.
Di akhir pertemuan yaitu pertemuan ke empat, guru mengelompokkan
siswa berdasarkan minatnya masing-masing. Guru mengubah posisi duduk siswa
agar siswa dengan minat yang sama dapat duduk berdekatan. Materi yang dibahas
adalah volume kubus dan balok. Siswa diberikan LKS sesuai dengan minatnya
masing-masing. Pada pertemuan ini siswa mengerjakan LKS secara mandiri.
Siswa mengerjakan LKS dengan senang dan antusias. Jika ada hal yang kurang
dimengerti, siswa tidak canggung untuk bertanya pada guru dan teman.
Perwakilan siswa mempresentasikan hasil kerja LKSnya di depan kelas dan
ditanggapi oleh siswa lain. Guru memantau diskusi kolosal siswa dan memastikan
kesimpulan hasil diskusi siswa tepat.
Secara keseluruhan, setiap pertemuan dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan DI berjalan lancar. Ditinjau dari aktivitas siswa, siswa belajar dengan
aktif dan antusias. Pengelompokkan yang dilakukan tidak membuat siswa merasa
dibedakan. Situasi kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Ditinjau dari
langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan DI yang dilakukan guru, guru
telah melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan tepat, hal ini dapat dikaji
dari pedoman observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan saat
pembelajaran berlangsung. Pernyataan-pernyataan yang tertera pada pedoman
observasi terkait aktivitas guru dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran
dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI) disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Tabel Pernyataan Aktivitas Guru Pada Pedoman Observasi
36
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A B C D E 1 Memberikan apersepsi atau membahas beberapa soal
PR/Tugas yang kurang dipahami/atau dirasakan sulit mengerjakannya bagi siswa
2 Memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat dan penerapan materi dalam kehidupan sehari-hari 3 Mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai
dengan kesiapan siswa
4 Menyampaikan materi pendahuluan kepada siswa 5 Memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang dijelaskan 6 Guru menginstruksikan pada siswa untuk berkelompok
berdasarkan kesiapannya masing-masing 7 Guru memberikan LKS pada masing-masing
kelompok untuk dikerjakan
8 Guru berperan sebagai fasilitator saat siswa berdiskusi dalam kelompok
9 Mengarahkan siswa untuk konsisten bekerja sesuai kesiapannya masing-masing berdasarkana data awal siswa.
10 Memberikan respon kepada sikap siswa yang tidak sesuai dengan aktivitas yang diharapkan dalam KBM 11 Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk
menyelesaikan soal terpilih dalam LKS
12 Memberikan apresiasi/penghargaan yang sama kepada setiap siswa/kelompok siswa yang mengemukakan pendapat atau hasil kerjanya
13 Mengarahkan diskusi hasil akhir siswa, agar mempunyai kesimpulan yang sama
14 Memberikan PR/Tugas 15 Melakukan tes formatif
16 Membagikan nilai hasil diskusi LKS siswa pada pertemuan sebelumnya
A = Sangat Baik, B = Baik, C = Sedang, D = Jelek, E = Sangat Jelek
Adapun hasil observasi observer terhadap aktivitas guru dalam melakukan
langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI) adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.5
Hasil Observasi Observer Terhadap Aktivitas Guru Pada Setiap Pertemuan dalam Melakukan Proses Pembelajaran Dengan Pendekatan Differentiated Instruction
No Observer Pertemuan Rincian Jawaban
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Baik), dan pernyataan 1 dan 16 tingkat aktivitas C (Cukup) 2 O2 2 Semua pernyataan kecuali pernyataan 2, 15, 16 tingkat
aktivitas B (Baik), dan pernyataan 15 dan 16 tingkat aktivitas C (Cukup)
3 O3 3 Pernyataan 1,7,8,9 tingkat aktivitas A (Sangat Baik), semua pernyataan kecuali pernyataan 1,7,8,9,11 tingkat aktivitas B (Baik), dan pernyataan 11 tingkat aktivitas C (Cukup) 4 O4 4 Pernyataan 7 tingkat aktivitas A (Sangat Baik), semua
pernyataan kecuali pernyataan 2 dan 7 tingkat aktivitas B (Baik), dan pernyataan 2 tingkat aktivitas C (Cukup)
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa guru sudah melakukan
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada BAB
sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran Differentiated Instruction (DI) lebih tinggi daripada peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional
2) Siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan
pendekatan Differentiated Instruction (DI).
B. SARAN
Berdasarkan hal-hal yang telah dibahas sebelumnya, maka secara keseluruhan dari hasil penelitian ini memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan
pertimbangan semua pihak. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :
1) Walaupun peningkatan kelas eksperimen lebih tinggi dariapada kelas kontrol,
namun peningkatanpada kelas eksperimen masih tergolong sedang. Oleh karena
itu, masih diperlukan upaya dari guru untuk mendapatkan hasil terbaik.
2) Pada hasil olah angket siswa secara keseluruhan, sikap siswa terhadap instrumen
tes kemampuan berpikir kreatif matematis masih negatif. Ini berarti diperlukan
upaya lebih oleh guru agar siswa dapat memberikan respon positif terhadap
instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang cenderung jarang siswa
temui dalam pembelajaran yang biasa dilakukan.
3) Terdapat beberapa siswa yang tidak mengalami peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematis walaupun sudah diberikan pembelajaran. Maka berdasarkan
analisis yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya, masih perlu upaya lebih
untuk dilakukan guru dalam memotivasi semangat belajar siswa dan memperbaiki
komunikasi guru dan siswa agar apa yang dibutuhkan siswa dapat terpenuhi
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, C.P. (2012). Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran
Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Butler, M & Kelly V.L. (2010). “Using Differentiated Instruction in Teacher
Education”. International Journal for Mathematics Teaching and Learning.
[Online]. Tersedia http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/default.htm. [30 Desember 2011].
Defri, M. (2013). Pengaruh Pendekatan Taktis dan Tradisional terhadap Motivasi
dan Hasil Belajar Keterampilan Sepak Bola. UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Gitta, M. (2012). Pengembangan Kreativitas di Sekolah Kejuruan. Tidak diterbitkan.
Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/`sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 April 2013].
Hatta, M. (2010). Uji Z. [Online]. Tersedia:
http://hatta2stat.wordpress.com/2010/12/29/uji-z-2/. [27 Februari 2013].
Ismaimuza, D. (2010). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif.
Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Kukuh, D. (2012). Kajian Teori Belajar. [Online]. Tersedia: eprints.uny.ac.id.
Mahmudi, A. (2010). “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”. Makalah Disajikan Pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010.
Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Muslim. (2012). Analisis Instrumen TK – DP – Analisis Pengecoh. Bahan Ajar
Minggu ke 13.
Nurhidayati, W. (2013). Implementasi Model LAPS (Logan Avenue Problem Solving)
–Heuristik dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa.
52
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Priatna, B.A. (2008). Intrumen Penelitian. Makalah.
Purwanto. (1994). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Delta Buku Yogyakarta.
Puspendik. (2011). PISA (Programme for International Student Assesment). [Online] Tersedia: http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=215. [30 November 2011].
Putri, H.E. (2011). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model SAVI
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Jurusan
Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ramdan, D. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Open-Ended Problems untuk
Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Matematika Siswa SMP Kelas IX.
Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rizqi, A.M. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan CABRI 3D Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Jurusan Pendidikan
Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Russefendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta
Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sari, I.M. (2012). “Validitas”. Bahan Ajar (Minggu ke 14) Analisis Instrumen (Validitas & Reliabilitas). [Online]. Tesedia http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/IKA_MUSTIKA_SA RI/EVALUASI_PENDIDIKAN/BAHAN_AJAR_%28MINGGU_KE_14%29_AN
ALISIS_INSTRUMEN_%28VALIDITAS_%26_RELIABILITAS%29.pdf. [8
Maret 2012].
Siahaan P. (2012). PP Analsis Butir Soal. Presentasi Kuliah.
Suartini, T. (2012). Evaluasi. Handout.
Subiantoro, A.W. (2011). “Menjadi Kreatif; Antara Potensi, Prosesi dan Eksistensi”. Makalah yang disampaikan pada kegiatan Training Motivasi untuk siswa kelas XII SMAN 1 Mlati, Sleman, Juli 2011.
Sudiono, L. (2012). “Pendidikan Membangun Karakter Bangsa”. Jurnal Ilmiah Kependidikan. 11, (3), 1.
Riska Darmayanti Sudarmat, 2014
Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suganda, A.M. (tanpa tahun). Hakikat pembelajaran Sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kompetensi Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. 89-97.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suherman, E. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Sunarya, S.W. (2013). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual dengan
Teknik SQ3R terhadap Peningkatan Kemampuan Matematis Siswa SMP. Jurusan
Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Tandiling, E. (tanpa tahun). Pengembangan instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik, pemahaman matematik, dan selfregulated learning siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah atas. Jurnal Penelitian
Pendidikan. 13, 26.
Windayana, H. (tanpa tahun). Pembelajaran matematika realistik dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis, kreatif, dan kritis, serta komunikasi matematik siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar.
Wulandari, I & Laela S. (2011). Pembelajaran Matematika dengan Differentiated
Instruction untuk Mengembangkan Karakter Positif Siswa. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 3 Desember 2011.
Yuliana, N. (2012). Pengaruh Pendekatan Differentiated Instruction (DI) terhadap
Kemampuan Pemahaman, Penalaran, dan Kecemasan Matematika (Math Anxiety) Siswa SMK (Study Eksperimen pada Siswa SMK di Kabupaten Bangka Tengah). Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak