• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi tentang Posyandu Usila terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Persepsi tentang Posyandu Usila terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI USILA TENTANG POSYANDU USILA TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN POSYANDU USILA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MARTOBA KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2010

Oleh :

BERTHA YANTY SIAHAAN NIM : 071000243

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PERSEPSI USILA TENTANG POSYANDU USILA TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN POSYANDU USILA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MARTOBA KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

BERTHA YANTY SIAHAAN NIM : 071000243

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH PERSEPSI USILA TENTANG POSYANDU USILA TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN POSYANDU USILA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MARTOBA KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : BERTHA YANTY SIAHAAN

NIM : 071000243

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripisi Pada Tanggal 21 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si dr. Heldy BZ, M.P.H NIP. 196803201993082001 NIP. 195206011982031003 Penguji II Penguji III

Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes dr. Fauzi, S.K.M NIP. 197308031999032001 NIP. 140052649

Medan, Juli 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Posyandu Usila merupakan salah satu bentuk program pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup usila agar mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Pemanfaatan posyandu usila di wilayah kerja Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar masih rendah, hal tersebut dapat dilihat bahwa yang mengikuti posyandu usila hanya 39 jiwa (3,6%) dari 1055 usila. Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh persepsi usila tentang posyandu usila (kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah) terhadap tingkat pemanfaatan posyandu usila di wilayah kerja Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010. Populasi adalah seluruh usila yang memanfaatkan posyandu usila di wilayah kerja Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar sebanyak 39 jiwa dan penetapan jumlah sampel menggunakan metode “total sampling” di mana seluruh populasi menjadi sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila yaitu persepsi usila tentang kegiatan posyandu (ρ = 0,002), persepsi usila tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu (ρ = 0,024), persepsi usila tentang fasilitas posyandu (ρ = 0,001) dan persepsi usila tentang lokasi posyandu (ρ= 0,000). Variabel yang tidak mempunyai hubungan signifikan dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila adalah persepsi usila tentang dukungan lurah (ρ= 0,385).

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada kader posyandu usila untuk meningkatkan penampilan kerjanya (performance) dan bekerjasama dengan masyarakat untuk meningkatkan keragaman kegiatan posyandu yang dapat meningkatkan kualitas hidup usila. Masyarakat juga diharapkan membentuk posyandu baru yang mudah dijangkau usila dan bekerjasama dengan Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan usila.

(5)

ABSTRACT

Posyandu (integrated health service post) for the elderly is one of health serviceprogram in order to increase the quality of life for the elderly to be healthy, happy, useful and productive in their age. The utilization of posyandu for the elderly in the work area of Martoba Health Center, Pematangsiantar, was still low that indicated by the elderly who used posyandu for the elderly only 39 people (3,6%) out of 1055 the elderly.

The type of research used explanatory approach that aimed to explain the influence of perception of the elderly about posyandu for the elderly (activities of posyandu, performance of cadre, posyandu facilities, location and support of the urban village head) on the utility level of posyandu for the elderly in the work area of Martoba Health Center, Pematangsiantar, in 2010. The population were all the elderly who used the posyandu for the elderly in Martoba Health Center, Pematangsiantar as 39 people and the sample was determined by total sampling. Data were collected by using questionnaire and were analyzed by using multiple linear regression.

The results of research showed that variables which had significant influence on the utility level of posyandu for the elderly were perception of the elderly about posyandu activity (ρ = 0,002), perception of the elderly about performance of cadre (ρ = 0,024), perception of the elderly about posyandu facilities (ρ = 0,001) and perception of the elderly about location of posyandu (ρ = 0,000). The variable which had not relationship with the utility of posyandu for the elderly was the support of the urban village head (ρ = 0.385).

It is expected to cadre of posyandu for the elderly to increase their perfomance and to cooperate with community in increasing variety of posyandu activity programthat can increase the quality of life for the elderly. Community is also expected to establish the new posyandu that is accessable for the elderly and to cooperate with Martoba Health Center, Pematangsiantar, to provide health facilities which is suitable with health need of the elderly.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Bertha Yanty Siahaan Tempat/Tanggal Lahir : Bandung /31 Januari 1979 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Anak ke : 1 dari 3 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Cendana No. 56 Pematangsiantar Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1984-1990 : SD. Negeri Antapani III Bandung 2. Tahun 1990-1993 : SMP Negeri 22 Bandung

3. Tahun 1993-1996 : SMA Negeri 12 Bandung

4. Tahun 1998-2001 : Akademi Perawat Abdi Florensia Pematangsiantar 5. Tahun 2007-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 2001-2004 : Staf Perawat di R.S. Gleneagles Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Persepsi tentang Posyandu Usila terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. dr. Heldy BZ, M.P.H, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, serta saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(8)

5. dr. Fauzi, S.K.M, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H, selaku Dosen Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

7. dr. Taufiq Ashar, M.K.M, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memperhatikan penulis selama penulis menjalani pendidikan.

8. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar yang telah memberikan izin tugas belajar di FKM USU kepada penulis.

10. Kepala Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar dan seluruh Staf yang telah membantu penelitian penulis.

11. Seluruh Usila yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini.

12. Teristimewa untuk Ibunda (Asnaria Sinaga) serta adik-adikku (Anton dan Andreas) yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada penulis. 13. Keluarga besar Siahaan dan Sinaga untuk doa dan teladan yang telah

diberikan kepada penulis.

14. Pdt. Bambang Yonan dan Ibu Santi atas bimbingan rohani yang memberikan kekuatan selama penulis menempuh pendidikan di FKM USU.

(9)

Joshua, Uli, Jhonson, Rika, Wiwik, Nelly, Cepti dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu untuk kenangan terindah selama menempuh pendidikan di FKM USU.

16. Teman-teman di FKM USU : Novel, Siska, Manna, Intan, Farida, Melva, Imelda dan Dewi yang selalu memberi semangat dan bantuan kepada penulis. 17. Teman-teman setia Heri, Irma, Budi, Epi, Mian, Mei, Lambok, Elvipson,

Nelvi, Inang Selly, Intan dan Dasni yang memberikan penghiburan kepada penulis.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan doa selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

(10)

DAFTAR ISI

2.3.1. Pengertian Posyandu Usila ... 12

2.3.2. Tujuan Posyandu usila ... 12

2.3.3. Sasaran Pembinaan Posyandu Usila ... 12

2.3.4. Pengorganisasian Posyandu Usila ... 13

2.3.5. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Posyandu Usila... 15

2.3.6. Penyelenggaraan Posyandu Usila ... 18

2.3.7. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Usila 19 2.3.8. Sarana dan Prasarana ... 20

2.3.9. Tingkat Perkembangan Posyandu Usila ... 20

2.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 21

(11)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.1.1. Letak Geografis ... 33

4.2.2. Persepsi tentang Penampilan Kerja (performance) Kader Posyandu ... 39

5.1. Pengaruh Variabel Persepsi tentang Kegiatan Posyandu terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila ... 53

5.2. Pengaruh Variabel Persepsi tentang Penampilan kerja (performance) Kader Posyandu terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila ... 55

5.3. Pengaruh Variabel Persepsi tentang Fasilitas Posyandu terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila ... 57

(12)

5.5. Pengaruh Variabel Persepsi tentang Dukungan Lurah

terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 61

6.1. Kesimpulan ... 61

6.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN :

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Statistik

(13)

ABSTRAK

Posyandu Usila merupakan salah satu bentuk program pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup usila agar mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Pemanfaatan posyandu usila di wilayah kerja Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar masih rendah, hal tersebut dapat dilihat bahwa yang mengikuti posyandu usila hanya 39 jiwa (3,6%) dari 1055 usila. Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh persepsi usila tentang posyandu usila (kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah) terhadap tingkat pemanfaatan posyandu usila di wilayah kerja Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010. Populasi adalah seluruh usila yang memanfaatkan posyandu usila di wilayah kerja Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar sebanyak 39 jiwa dan penetapan jumlah sampel menggunakan metode “total sampling” di mana seluruh populasi menjadi sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila yaitu persepsi usila tentang kegiatan posyandu (ρ = 0,002), persepsi usila tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu (ρ = 0,024), persepsi usila tentang fasilitas posyandu (ρ = 0,001) dan persepsi usila tentang lokasi posyandu (ρ= 0,000). Variabel yang tidak mempunyai hubungan signifikan dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila adalah persepsi usila tentang dukungan lurah (ρ= 0,385).

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada kader posyandu usila untuk meningkatkan penampilan kerjanya (performance) dan bekerjasama dengan masyarakat untuk meningkatkan keragaman kegiatan posyandu yang dapat meningkatkan kualitas hidup usila. Masyarakat juga diharapkan membentuk posyandu baru yang mudah dijangkau usila dan bekerjasama dengan Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan usila.

(14)

ABSTRACT

Posyandu (integrated health service post) for the elderly is one of health serviceprogram in order to increase the quality of life for the elderly to be healthy, happy, useful and productive in their age. The utilization of posyandu for the elderly in the work area of Martoba Health Center, Pematangsiantar, was still low that indicated by the elderly who used posyandu for the elderly only 39 people (3,6%) out of 1055 the elderly.

The type of research used explanatory approach that aimed to explain the influence of perception of the elderly about posyandu for the elderly (activities of posyandu, performance of cadre, posyandu facilities, location and support of the urban village head) on the utility level of posyandu for the elderly in the work area of Martoba Health Center, Pematangsiantar, in 2010. The population were all the elderly who used the posyandu for the elderly in Martoba Health Center, Pematangsiantar as 39 people and the sample was determined by total sampling. Data were collected by using questionnaire and were analyzed by using multiple linear regression.

The results of research showed that variables which had significant influence on the utility level of posyandu for the elderly were perception of the elderly about posyandu activity (ρ = 0,002), perception of the elderly about performance of cadre (ρ = 0,024), perception of the elderly about posyandu facilities (ρ = 0,001) and perception of the elderly about location of posyandu (ρ = 0,000). The variable which had not relationship with the utility of posyandu for the elderly was the support of the urban village head (ρ = 0.385).

It is expected to cadre of posyandu for the elderly to increase their perfomance and to cooperate with community in increasing variety of posyandu activity programthat can increase the quality of life for the elderly. Community is also expected to establish the new posyandu that is accessable for the elderly and to cooperate with Martoba Health Center, Pematangsiantar, to provide health facilities which is suitable with health need of the elderly.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan khususnya di bidang kesehatan berdampak pada peningkatan umur harapan hidup (UHH) dan jumlah usia lanjut (usila) dengan permasalahan kesehatan yang berpotensi menjadi “beban” masyarakat jika tidak dipersiapkan memasuki usia tuanya sejak dini. Dengan demikian program yang terjangkau dan bermutu harus diupayakan agar keberadaan usila mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif selama mungkin.

Proses penduduk menua (aging population) merupakan gejala yang akan dihadapi semua negara di dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dekade tahun 2005 sampai dengan tahun 2025 penduduk usila di dunia meningkat hingga 77,37%, sedangkan usia produktif hanya mencapai 20,95% (Depsos RI,2008).

Saat ini Indonesia memasuki negara berstruktur penduduk tua sebagaimana ketentuan dunia karena jumlah penduduk usila lebih dari 7%. Jika tahun 1990 UHH 59,8 tahun dan jumlah usila 11.277.557 jiwa (6,29%), maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta jiwa (8,90%) dan UHH 66,2 tahun. Pada tahun 2010 diperkirakan penduduk usila di Indonesia mencapai 23,9 juta (9,77%) dengan UHH sekitar 67,4 tahun (Situs Resmi Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,2005 ).

Indonesia merupakan negara tertinggi dalam pertumbuhan penduduk usila

(414% dalam kurun waktu 1990-2010) serta negara keempat dalam hal berpenduduk

struktur tua setelah Cina, India, Amerika Serikat. Ditinjau dari sudut pertambahannya

(16)

Setiap manusia akan mengalami proses penuaan secara alami dan disertai kemunduran fisik maupun psikologis. Secara fisik usila mengalami kemunduran sel-sel yang berakibat pada kelemahan organ dan timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif dan secara psikologis usila menjadi mudah lupa, mengalami rasa kebosanan apalagi jika kehilangan pekerjaan (Depkes RI,2005).

Usila termasuk kelompok yang rentan terhadap berbagai masalah psikososial dan rawan kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya sakit dan ancaman kematian. Jenis penyakit yang diderita usila umumnya penyakit degeneratif yang bersifat khronis dan kompleks yang membutuhkan biaya yang relatif tinggi untuk perawatannya (Depkes RI,2003).

Berdasarkan hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan usila yang dilaksanakan Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia) dari 10 provinsi di Indonesia tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita usila adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab utama disabilitas pada usila (Dinkes Kabupaten Banggai, 2008).

(17)

Sebagai negara yang terkenal santun pada orangtua, beberapa undang-undang secara khusus dibuat untuk upaya peningkatan kesejahteraan usila di Indonesia. Hal itu tertuang dalam UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, pasal 14 ayat 1, 2 dan 3 yang menyatakan bahwa pelayanan kesehatan ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan (Trihandini,2007).

Sesuai dengan konsep paradigma sehat yang dirumuskan dalam Visi “Indonesia Sehat 2010” maka pembinaan kesehatan usila di Indonesia menitikberatkan upaya promotif dan preventif. Salah satu bentuk kegiatan yang perlu digalakkan untuk upaya tersebut adalah menumbuh-kembangkan posyandu usila (Depkes RI,2003).

Sasaran langsung posyandu usila dalam pembinaan kesehatan usila, dikelompokkan sebagai berikut: kelompok pra usila (usia virilitas/ pra senilis 45-59 tahun), kelompok usila (60-69 tahun), kelompok usila risiko tinggi (usila lebih dari 70 tahun atau usila berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan) (Depkes RI, 2005).

Posyandu usila memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas hidup usila karena pemeriksaan kesehatan secara berkala dapat mendeteksi penyakit sedini mungkin sehingga mencegah risiko yang berat. Seharusnya para usila berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut sebaik mungkin.

(18)

Penelitian Henniwati (2008), di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur, menunjukkan cakupan pemanfaatan posyandu usila di daerah tersebut masih rendah yaitu sebanyak 505 jiwa (20,1%). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa variabel kualitas pelayanan, jarak tempuh, petugas kesehatan, berpengaruh dengan pemanfaatan pelayanan posyandu usila sedangkan variabel umur, pendidikan, jumlah kader tidak ada pengaruh dengan pemanfaatan pelayanan posyandu usila.

Penelitian Basuki (2009), di Puskesmas Tapian Dolok Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa cakupan pemanfaatan posyandu usila di daerah tersebut masih rendah yaitu sebanyak 362 jiwa (10,9%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan mengikuti kegiatan posyandu usila yaitu pengetahuan usila yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh dan kurangnya dukungan keluarga.

Penelitian lainnya yang berkaitan dengan pemanfaatan posyandu usila dilakukan oleh Suwarsono (2003), di Desa Kempoko Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah, diketahui bahwa usila yang belum datang secara teratur disebabkan kerena sering lupa jadwal pelaksanaan posyandu usila setiap bulannya dan adanya kesibukan bekerja diladang atau disawah.

(19)

Posyandu usila merupakan salah satu upaya kesehatan pengembangan puskesmas yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kota pematangsiantar. Penetapan upaya kesehatan pengembangan tersebut berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemuka n di masyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas (Laporan Cakupan Posyandu Usila DKK Pematangsiantar Tahun 2009).

Menurut Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar (2009), usila yang telah dibina melalui posyandu usila hanya sebanyak 1110 jiwa (6,7%). Adapun cakupan pelayanan usila di Kota Pematangsiantar dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini :

(20)

Jumlah 52 16400 1110 6,7 Sumber : Laporan Cakupan Posyandu Usila DKK Pematangsiantar Tahun 2009

Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar membina usila di 17 Puskesmas yang terdiri dari 52 posyandu usila. Dari Tabel 1.1. tercatat bahwa Puskesmas Martoba merupakan salah satu puskesmas dengan cakupan usila yang rendah memanfaatkan posyandu usila di Kota Pematangsiantar.

Menurut Profil Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar (2009), terdapat usila sebanyak 1055 jiwa sedangkan yang mengikuti posyandu usila hanya 39 jiwa (3,6%). Usila tersebut terbagi atas 4 (empat) posyandu usila. Posyandu Usila Jingga (11 jiwa), Posyandu Perlanu (11 jiwa), Posyandu Mentari (9 jiwa) dan Posyandu Senja (8 jiwa).

Berdasarkan survei pendahuluan pada Bulan Agustus Tahun 2009 di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar, kegiatan yang dilakukan di posyandu usila adalah pemeriksaan fisik, tekanan darah, gula, pengukuran berat badan, arisan, pengajian dan rujukan bagi yang membutuhkannya.

(21)

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan sangat tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Depkes, 2004).

Craig dan Mayo dalam Yustina (2008) mengatakan bahwa empowerment is road to participation. Dengan demikian, jika partisipasi masyarakat saat ini dirasakan masih relatif rendah berarti pemberdayaan masyarakat belum berhasil menumbuhkan inisiatif, rasa memiliki, serta mendorong kontribusi sumber daya terhadap pemanfaatan posyandu usila.

Menurut Green dalam Notoatmojo (2003), perilaku masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni : faktor predisposing (meliputi : pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan sebagainya);

faktor enabling (mencakup ketersediaan sarana dan prasarana); faktor reinforcing (meliputi : sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan petugas kesehatan).

Anderson dalam Notoatmojo (2003), mengungkapkan bahwa faktor predisposing dan faktor enabling dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposing dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) disini dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau perceived (subject assessment) dan evaluated (clinical diagnosis).

(22)

usila di daerah tersebut masih rendah dan hal ini dipengaruhi oleh persepsi usila tentang posyandu usila yang meliputi harapan terhadap pemeriksaan dan pengobatan yang lebih lengkap dan jam buka sesuai jam kerja.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi dapat berpengaruh langsung terhadap partisipasi usila dalam memanfaatkan posyandu usila. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penaksiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2008 ).

Adanya kenyataan bahwa partisipasi kehadiran usila dalam mengikuti posyandu usila dinilai masih kurang, mendorong penulis melakukan penelitian tentang pengaruh persepsi tentang posyandu usila terhadap tingkat pemanfaatan posyandu usila di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah : “Bagaimana Pengaruh Persepsi tentang Posyandu Usila (meliputi : kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah) terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010.”

1.3. Tujuan Penelitian

(23)

lurah) terhadap tingkat pemanfaatan posyandu usila di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010 ”.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak puskesmas, dinas kesehatan dan sektor terkait di dalam pembinaan usila, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pikiran dalam menetapkan kebijakan program posyandu usila.

2. Sebagai bahan masukan bagi petugas puskesmas, kader kesehatan dalam meningkatkan pemanfaatan posyandu usila.

(24)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usia Lanjut (Usila) 2.1.1. Konsep Menua

Menurut Contantinides dalam Nugroho (2000), menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

2.1.2. Batas Usila

Batas umur untuk usila dari waktu ke waktu berbeda. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usila meliputi usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usila (elderly) antara 60 sampai 74 tahun usila tua (old) antara 75 – 90 tahun, usila sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho,1995).

Departemen Kesehatan RI (2005) membuat pengelompokkan sebagai berikut : kelompok pra usila (usia virilitas/ pra senilis 45-59 tahun), kelompok usila (60-69 tahun), kelompok usila risiko tinggi (usila lebih dari 70 tahun atau usila berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan).

2.1.3. Permasalahan Usila

Untuk dapat meningkatkan kualitas hidup sehingga berpestasi di masa tua, perlu diketahui permasalahan yang dialami usila :

(25)

2. Keterasingan (loneliness), merasa tersisih dari masyarakat.

3. Masalah penyakit, misalnya diabetes melitus, hipertensi, penyakit infeksi, bronkopneumonia, penyakit paru obstruksi menahun, fraktur, dan lain-lain. 4. Post power syndrome.

5. Masalah ekonomi (Makara,2006).

2.2. Puskesmas

Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan terdepan yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan di wilayah kerjanya agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004).

Upaya kesehatan untuk tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat dan upaya pengobatan (Dinkes Provinsi Sumut,2004).

(26)

2.3. Posyandu Usila

2.3.1. Pengertian Posyandu Usila

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif. Pemberdayaan masyarakat dalam menumbuhkembangkan posyandu usila merupakan upaya fasilitas agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi kebutuhan setempat (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2007)

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembentukan posyandu usila, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang telah ada seperti kelompok arisan usila, kelompok pengajian, kelompok jemat gereja, kelompok senam usila dan lain-lain (Depkes RI,2004).

2.3.2 Tujuan dan Sasaran Posyandu Usila 2.3.2.1. Tujuan Umum Posyandu Usila

Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usila untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

2.3.2.3. Sasaran Pembinaan Posyandu Usila

Pembinaan kesehatan usila meliputi beberapa kelompok sasaran yaitu: 1. Sasaran langsung

(27)

b. Kelompok usila 60-69 tahun.

c. Kelompok usila risiko tinggi yaitu usila lebih dari 70 tahun atau usila berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

2. Sasaran tidak langsung

a. Keluarga di mana usila berada.

b. Masyarakat di lingkungan usila berada.

c. Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan usila. d. Petugas kesehatan yang melayani kesehatan.

e. Masyarakat luas (Depkes RI, 2005).

2.3.4. Pengorganisasian Posyandu Usila 2.3.4.1. Struktur organisasi

Direkomendasikan struktur organisasi posyandu usila sedikitnya terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan beberapa seksi dan kader. Struktur organisasi di setiap posyandu usila sepenuhnya ditentukan oleh posyandu usila itu sendiri, sesuai dengan aspirasi yang berkembang di posyandu usila (Depkes RI, 2005).

2.3.4.2. Kader Posyandu Usila

Kader posyandu dipilih oleh pengurus posyandu usila dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu usila atau bilamana sulit mencari kader dari anggota posyandu usila dapat diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader.

(28)

1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat.

2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela. 3. Bisa membaca dan menulis huruf latin. 4. Sabar dan memahami usila.

Peran kader usila antara lain :

Pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat.

1. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) bersama petugas untuk menelaah pendataan sasaran, pemetaan, mengenal masalah dan potensi.

2. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat untuk membahas hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas dan jadwal kegiatan.

3. Menggerakkan masyarakat yaitu dengan cara mengajak usila untuk hadir dan berpartisipasi di posyandu usila, memberikan penyebarluasan/penyuluhan informasi kesehatan, menggali dan menggalang sumber daya termasuk pendanan yang bersumber dari masyarakat.

4. Melaksanakan kegiatan di posyandu usila yaitu menyiapkan tempat, alat-alat dan bahan serta memberikan pelayanan usila.

5. Melakukan pencatatan (Depkes RI,2005).

2.3.4.3. Anggota Posyandu Usila

(29)

terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota suatu posyandu usila kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang (Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007).

2.3.4.4. Pembentukan posyandu usila

Pembentukan posyandu usila di tiap daerah bervariasi, namun pada prinsipnya didasarkan atas kebutuhan masyarakat khususnya usila, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan (Depkes RI, 2003) 2.3.5. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Posyandu Usila

Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan usila secara umum mencakup kegiatan pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk rujukannya.

2.3.5.1. Kegiatan Promotif

Dalam kegiatan ini berperan upaya penyuluhan mengenai perilaku hidup sehat, pengetahuan tentang proses degeneratif yang akan terjadi pada usila, upaya meningkatkan kesegaran jasmani serta upaya lain serta produktivitas usila.

2.3.5.2. Kegiatan Preventif

Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini kesehatan usila yang bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya komplikasi yang diakibatkan oleh proses degeneratif.

(30)

Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan bagi usila yang sakit dan dapat dilakukan melalui fasilitas pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas dan dokter praktek swasta.

2.3.5.4. Kegiatan Rehabilitatif

Upaya yang dilakukan bersifat medik, psikososial, edukatif dan pengembangan keterampilan atau hobi untuk mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan kepercayaan diri pada usila.

2.3.5.5. Kegiatan Rujukan

Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah sakit secara horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang mempunyai sarana yang lebih lengkap (Depkes RI, 2003).

2.3.5.6. Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan dan Kegiatan Lainnya yang Dapat Dilaksanakan dalam Posyandu Usila :

1. Pemeriksaan kesehatan menggunakan KMS (kartu menuju sehat) usila yaitu : a. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari yang meliputi kegiatan dasar dalam

kehidupan (makan, minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik/turun, tempat tidur, buang air besar/kecil dan lain-lain).

(31)

c. Pemeriksaan status gizi, melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, yang dicatat dicocokan pada grafik IMT (Indeks Massa Tubuh) pada KMS usila untuk dapat mengetahui berat badan usila lebih atau kurang atau normal.

d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stestokop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit yang dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu kader.

e. Pemeriksaan darah (butir darah merah = hb = haemoglobin) menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat yang dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu oleh kader.

f. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan dibantu oleh kader.

2. Penyuluhan kesehatan, disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan serta kondisi masing-masing.

3. Konseling, apabila diperlukan dilakukan petugas kesehatan.

4. Rujukan, dilakukan oleh kader kepada petugas kesehatan di puskesmas atau ke rumah sakit setempat.

(32)

6. Kegiatan lain-lain, seperti :

a. Kegiatan olahraga dilakukan untuk meningkatkan kebugaran jasmaninya, berupa : senam usila, gerak jalan santai, dll.

b. Pemberian makanan tambahan memberikan contoh menu makanan bagi usila yang memperhatikan aspek kesehatan dan gizi dengan menggunakan bahan setempat.

c. Rekreasi d. Kerohanian e. Arisan

f. Forum diskusi

g. Penyaluran dan pengembangan hobi

h. Kegiatan yang bersifat produktif seperti peningkatan pendapatan/ekonomi bagi usila.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (Depkes RI, 2003).

2.3.6. Penyelenggaraan Posyandu Usila 2.3.6.1. Waktu Penyelengaraan

(33)

2.3.6.2 Tempat Penyelengaraan

Tempat penyelengaran kegiatan posyandu usila sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelengaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang dapat disebut dengan nama “Wisma Posyandu” atau sebutan lainnya (Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007).

2.3.7. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Usila

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usila, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut :

1. Tahap pertama : pendaftaran anggota posyandu usila sebelum pelaksanaan pelayanan.

2. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

3. Tahap ketiga : pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental.

4. Tahap keempat : pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)

(34)

2.3.8. Sarana dan Prasarana

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan posyandu usila, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang antara lain :

1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka) 2. Meja dan kursi

3. Alat tulis

4. Buku pencatat kegiatan (buku register bantu)

5. Kit usila, yang berisi : timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer.

6. KMS (kartu menuju sehat) usila.

7. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) usila (Depkes RI, 2003).

2.3.9. Tingkat Perkembangan Posyandu Usila

Tingkat perkembangan kegiatan posyandu usila dapat digolongkan menjadi 4 (empat) tingkatan yaitu :

1. Posyandu usila pratama adalah posyandu yang belum mantap, kegiatan yang terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi < 8 kali. Jumlah kader aktif terbatas serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah.

(35)

3. Posyandu usila purnama adalah posyandu yang sudah mantap melaksanakan kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali setahun, dengan beberapa kegiatan tambahan di luar kesehatan dan cakupan yang lebih tinggi (>60 %). 4. Posyandu usila mandiri adalah Posyandu purnama dengan kegiatan tambahan

yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan dana sendiri (Depkes RI,2003).

2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Department of health education and welfare, dalam Azhari (2002) fakor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah :

1. Faktor sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu tipe organisasi, kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga kesehatan dengan masyarakat dan adanya asuransi kesehatan serta faktor adanya fasilitas kesehatan lainnya.

(36)

yang mencakup kebutuhan (mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan oleh yang bersangkutan dan lain sebagainya).

Menurut Green dalam Notoatmojo (2003), perilaku masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni : faktor predisposing (meliputi : pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan sebagainya); faktor enabling (mencakup ketersediaan sarana dan prasarana); faktor reinforcing (meliputi : sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan petugas kesehatan).

Anderson dalam Notoatmojo (2003), mengungkapkan bahwa faktor predisposing dan faktor enabling dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) disini dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau perceived (subject assessment) dan evaluated (clinical diagnosis).

2.5.Persepsi

2.5.1. Definisi persepsi

(37)

Persepsi pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, maupun penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penaksiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2008 ).

2.5.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Seseorang

Salah satu alasan mengapa persepsi demikian penting dalam hal menafsirkan dunia sekeliling kita adalah bahwa kita masing-masing membentuk persepsi, tetapi menghasilkan secara berbeda-beda apa yang dimaksud dengan sebuah situasi ideal. (Winardi, 2003).

Thoha (2008), mengatakan pembentukan persepsi tergantung pada berbagai faktor yang memengaruhinya, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, maupun faktor external, seperti lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik dan hayati seseorang itu bertempat tinggal.

Proses pembentukkan persepsi antar individu dengan individu lain berbeda-beda. Menurut Robbins (1991), faktor-faktor ini dapat terletak pada pelaku persepsi, objek/target persepsi dan dalam konteks situasi di mana persepsi itu dibuat.

1. Pelaku persepsi

(38)

tergantung oleh karakterisitik pribadinya, diantaranya adalah sikap, motif, minat, pengalaman dan harapannya.

2. Target persepsi

Persepsi seseorang akan tergantung pada sasaran yang dilihat oleh orang tersebut. Target dapat berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran tersebut biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihat.

3. Situasi persepsi

Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu perlu pula memperoleh perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan serta dalam pertumbuhan persepsi seseorang.

2.6. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan pengaruh persepsi tentang posyandu usila (variabel bebas) terhadap tingkat pemanfaatan posyandu usila (variabel terikat). Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.1. Kerangka konsep

Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila Persepsi tentang Posyandu Usila

Kegiatan posyandu usila Penampilan kerja (performance)

(39)

Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, dapat dijelaskan definisi dari konsep yaitu :

1) Persepsi sebagai variabel bebas (independent) adalah pandangan atau penilaian usila tentang posyandu usila yang meliputi kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah.

2) Tingkat pemanfaatan posyandu usila sebagai variabel terikat (dependent) adalah jumlah kunjungan usila ke posyandu usila dalam satu tahun terakhir.

2.7. Hipotesis Penelitian

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel yang diteliti melalui pengujian hipotesis (Singarimbun,1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di posyandu usila Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar. Adapun dasar pertimbangan penentuan lokasi penelitian ini adalah karena Puskesmas Martoba merupakan salah satu puskesmas dengan cakupan usila yang rendah memanfaatkan posyandu usila di Kota Pematangsiantar di mana dari 1055 usila, yang mengikuti posyandu usila hanya 39 jiwa (3,6%), disamping hal tersebut juga sehubungan dengan keterbatasan peneliti dalam hal sumber daya.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan terhitung selama Bulan April Tahun 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(41)

3.3.2. Sampel

Sehubungan dengan keterbatasan jumlah usila yang aktif di posyandu usila, maka penetapan jumlah sampel penelitian yang digunakan menggunakan metode “total sampling” di mana seluruh populasi menjadi sampel.

3.4. Metoda Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan 2 (dua) sumber data yakni :

1. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan.

2. Data sekunder diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, Laporan Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar dan instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5. Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas (independent) yaitu persepsi (pandangan atau penilaian) responden yang meliputi kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah dengan definisi sebagai berikut :

1. Persepsi tentang kegiatan posyandu yaitu pandangan atau penilaian responden mengenai pelaksanaan kegiatan posyandu yang meliputi : jadwal posyandu dan jenis pelayanan.

(42)

b. Jenis pelayanan adalah pandangan atau penilaian responden mengenai keragaman kegiatan posyandu yang meliputi: penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan, konseling dan pengembangan keterampilan/hobi. 2. Persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu yaitu

pandangan atau penilaian responden mengenai hasil kerja yang dilakukan oleh kader yang meliputi: konsistensi, loyalitas, inisiatif, kerjasama dan kepemimpinan.

a. Konsistensi adalah kemampuan kader untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

b. Loyalitas adalah kesediaan kader untuk meluangkan waktu dalam penyelesaian tugas posyandu.

c. Inisiatif adalah kemampuan kader untuk meningkatkan hasil kerja posyandu dalam bentuk pengembangan kegiatan posyandu.

d. Kerjasama adalah kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan anggota posyandu.

e. Kepemimpinan adalah kemampuan dalam membuat perencanaan, pengoordinasian, pelaksanaan dan mengendalikan/mengawasi untuk mencapai tujuan posyandu.

(43)

4. Persepsi tentang lokasi posyandu yaitu pandangan atau penilaian responden mengenai jarak pelayanan posyandu usila dengan tempat tinggal responden. 5. Persepsi tentang dukungan lurah yaitu pandangan atau penilaian responden

mengenai kehadiran lurah atau yang mewakili dalam pelaksanaan kegiatan posyandu usila yang meliputi: konsistensi, ketepatan waktu dan keikutsertaan dalam kegiatan posyandu usila.

a) Konsistensi : lurah atau yang mewakili selalu hadir dalam kegiatan posyandu usila.

b) Ketepatan waktu : lurah atau yang mewakili hadir ke posyandu usila tepat waktu.

c) Keikutsertaan dalam kegiatan posyandu : lurah atau yang mewakili selalu ikut serta dalam kegiatan-kegiatan posyandu usila.

3.5.2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat (dependent) yaitu tingkat pemanfaatan posyandu usila. Tingkat pemanfaatan posyandu usila adalah jumlah kunjungan responden ke posyandu usila dalam satu tahun terakhir.

3.6. Aspek pengukuran

3.6.1.Variabel Bebas (Independent)

(44)

beberapa tingkatan dan diberikan skor/nilai, di mana pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut :

(45)

3.6.2. Variabel terikat (Dependent)

Variabel terikat (dependent) tingkat pemanfaatan posyandu usila menggunakan skala interval. Variabel diukur berdasarkan jumlah kunjungan usila ke posyandu dalam satu tahun terakhir dan dikategorikan sebagai berikut :

1. Rendah, apabila responden berkunjung ke posyandu usila 1-4 kali dalam satu tahun terakhir.

2. Sedang, apabila responden berkunjung ke posyandu usila 5-8 kali dalam satu tahun terakhir.

3. Tinggi, apabila responden berkunjung ke posyandu usila 9-12 kali dalam satu tahun terakhir.

3.7. Teknik Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini meliputi kegiatan pengumpulan data, pengolahan data yang dilanjutkan dengan analisis data dengan menggunakan program SPSS (statistical product and service solution). Pengolahan data meliputi pemeriksaan data (editing), pemberian kode (coding) sehingga diperoleh data yang lengkap dari masing-masing objek untuk setiap variabel yang diteliti.

(46)

1. Analisa univariat dilakukan pada seluruh variabel untuk mendeskripsikan tiap variabel yang diteliti.

2. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas persepsi tentang posyandu usila (meliputi: kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah) dengan variabel terikat (tingkat pemanfaatan posyandu usila).

3. Analisa multivariat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas persepsi tentang posyandu usila (meliputi: kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah) terhadap variabel terikat (tingkat pemanfaatan posyandu usila) dengan menggunakan uji regresi linear berganda. Alasan menggunakan uji ini karena variabel bebas dab variabel terikat berskala interval dan variabel bebas lebih dari satu. Rumus regresi linier berganda : Y = a + b1X1 + b2X2 + … + b5X5

Keterangan :

Y = Variabel terikat X = Variabel bebas a = Konstanta

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar berlokasi di Jalan T.B. Simatupang No. 177 Kecamatan Siantar Utara. Wilayah Kerja Puskesmas terdiri dari tiga kelurahan yaitu Kelurahan Martoba, Kelurahan Sukadame, Kelurahan Sigulang-gulang dengan luas wilayah masing-masing kelurahan 0,320 km2, 0,510 km2, 0,580 km2. Secara geografis batasan wilayah kerja Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Kahean. 2. Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Bane. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Nagapita. 4. Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Melayu.

4.1.2. Data Demografi

(48)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No.

Umur (tahun)

Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

Jumlah Jumlah Jumlah

1. <1 199 163 362

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar Tahun 2009

4.1.3. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar terdiri dari puskesmas, praktik dokter swasta dan bidan swasta yang seluruhnya ada 7 (tujuh) unit. Sarana kesehatan tersebut dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Sarana Kesehatan di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No. Sarana Kesehatan Jumlah (unit)

1. Puskesmas 1 unit

2. Praktik dokter swasta 1 unit

3. Praktik bidan swasta 5 unit

(49)

4.1.4. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar terdiri dari dokter, perawat, bidan, farmasi, gizi, teknisi medis dan sanitasi yang bekerja di sarana kesehatan dan berjumlah 29 orang. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Medis 3

2. Perawat 13

3. Bidan 6

4. Farmasi 2

5. Gizi 2

6. Teknisi Medis 2

7. Sanitasi 1

Jumlah 29

Sumber : Profil kesehatan Kota Pematangsiantar Tahun 2009

4.1.5. Gambaran Posyandu Usila di Wilayah Kerja Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar

Puskesmas Martoba memiliki 4 kelompok posyandu usila yaitu Posyandu Jingga, Posyandu Perlanu, Posyandu Mentari dan Posyandu Senja.

1. Posyandu Jingga rutin dilaksanakan pada Hari Selasa minggu pertama setiap bulannya di Jalan Bah Biak Kelurahan Sigulang-gulang dan bertempat di rumah salah satu kader posyandu. Jumlah kader posyandu sebanyak 5 orang dengan jumlah anggota posyandu usila sebanyak 11 orang.

(50)

3. Posyandu Mentari dilaksanakan pada Hari Selasa minggu kedua setiap bulannya di Jalan Musyawarah Kelurahan Sukadame dan bertempat di rumah salah satu kader posyandu. Jumlah kader posyandu sebanyak 5 orang dengan jumlah anggota posyandu usila sebanyak 9 orang.

4. Posyandu Senja dilaksanakan pada Hari Kamis minggu kedua setiap bulannya di Jalan Singosari Kelurahan Martoba dan bertempat di rumah salah satu kader posyandu. Jumlah kader posyandu sebanyak 5 orang dengan jumlah anggota posyandu usila sebanyak 8 orang.

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada keempat posyandu usila adalah pemeriksaan kesehatan yang meliputi pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan, pengobatan, penyuluhan, rujukan, arisan dan perwiridan. Kegiatan di posyandu usila ini didukung dengan adanya sarana dan prasarana antara lain : meja dan kursi, timbangan, tensimeter, stetoskop, obat dan lain-lain.

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk melihat deskripsi frekuensi dari variabel bebas persepsi tentang posyandu usila (kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah) dan variabel terikat (tingkat pemanfaatan posyandu usila).

4.2.1. Persepsi tentang Kegiatan Posyandu

(51)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden tentang hari buka posyandu, sebanyak 2 orang (5,1%) menyatakan tidak setuju, 10 orang (25,7%) menyatakan kurang setuju, 16 orang (41,0%) menyatakan setuju dan 11 orang (28,2%) menyatakan sangat setuju. Berdasarkan persepsi tentang penyuluhan kesehatan, sebanyak 2 orang (5,1%) menyatakan tidak setuju, 10 orang (25,6%) menyatakan kurang setuju, 16 orang (41,0%) menyatakan setuju dan 11 orang (28,2%) menyatakan sangat setuju.

Berdasarkan persepsi tentang pemeriksaan kesehatan, sebanyak 2 orang (5,1%) menyatakan tidak setuju, 16 orang (41,0%) menyatakan kurang setuju, 12 orang (30,8%) menyatakan setuju dan 9 orang (23,1%) menyatakan sangat setuju. Berdasarkan persepsi tentang konseling, sebanyak 1 orang (2,6%) menyatakan tidak setuju, 25 orang (64%) menyatakan kurang setuju, 2 orang (5,1%) menyatakan setuju dan 12 orang (30,8%) menyatakan sangat setuju.

Berdasarkan persepsi tentang pelayanan pengobatan, sebanyak 1 orang (2,6%) menyatakan tidak setuju, 21 orang (53,8%) menyatakan kurang setuju, 12 orang (30,8%) menyatakan setuju dan 5 orang (12,8%) menyatakan sangat setuju. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi menurut Persepsi tentang Kegiatan Posyandu

No Pernyataan Jumlah %

1. Hari buka posyandu sesuai dengan harapan Bapak/Ibu

1. Tidak setuju 2 5,1

2. Kurang setuju 10 25,7

3. Setuju 16 41,0

4. Sangat setuju 11 28,2

(52)

Tabel 4.4. (Lanjutan)

2. Posyandu telah memberikan penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan

Jumlah %

3. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sangat memuaskan

4. Posyandu telah memberikan konseling (bimbingan kesehatan) bagi anggota posyandu yang membutuhkan

Jumlah %

5. Posyandu telah memberikan pelayanan pengobatan yang memuaskan bagi anggota posyandu yang membutuhkan

Berdasarkan persepsi responden tentang kegiatan posyandu diketahui sebanyak 2 orang (5,1%) termasuk kategori buruk, 23 orang (59,0%) termasuk kategori sedang dan 14 orang (35,9%) termasuk kategori baik.

(53)

Tabel 4.5. Distribusi Kategori Variabel Persepsi tentang Kegiatan Posyandu

No. Variabel Jumlah %

1. Persepsi kegiatan posyandu

1 Buruk 2 5,1

2. Sedang 23 59,0

3. Baik 14 35,9

Jumlah 39 100

4.2.2. Persepsi tentang Penampilan Kerja (performance) Kader Posyandu Pengukuran variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu dilakukan melalui 5 indikator, meliputi : konsistensi, loyalitas, inisiatif, kerjasama dan kepemimpinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden tentang konsistensi kader posyandu, sebanyak 3 orang (7,7%) menyatakan tidak setuju, 5 orang (12,8%) menyatakan kurang setuju, 21 orang (53,9%) menyatakan setuju dan 10 orang (25,6%) menyatakan sangat setuju.

Berdasarkan persepsi tentang loyalitas kader, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang (7,7%) menyatakan tidak setuju, 16 orang (41,0%) menyatakan kurang setuju, 8 orang (20,5%) menyatakan setuju dan 12 orang (30,8%) menyatakan sangat setuju. Berdasarkan persepsi tentang inisiatif kader, sebanyak 3 orang (7,7%) menyatakan tidak setuju, 16 orang (41,0%) menyatakan kurang setuju, 11 orang (28,2%) menyatakan setuju dan 9 orang (23,1%) menyatakan sangat setuju.

(54)

kader, sebanyak 3 orang (7,7%) menyatakan tidak setuju, 11 orang (28,2%) menyatakan kurang setuju, 20 orang (51,3%) menyatakan setuju dan 5 orang (12,8%) menyatakan sangat setuju. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi menurut Persepsi tentang Penampilan Kerja (performance) Kader Posyandu

No Pernyataan Jumlah %

1. Kegiatan posyandu dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan (konsistensi kader)

1. Tidak setuju 3 7,7

2. Kurang setuju 5 12,8

3. Setuju 21 53,9

4. Sangat setuju 10 25,6

Jumlah 39 100

2 Kader bersedia meluangkan waktu apabila ada tugas posyandu yang belum selesai ( loyalitas kader)

Jumlah %

3 Kader mampu mengembangkan kegiatan posyandu (inisiatif kader)

4. Kader mampu menjalin hubungan baik dengan anggota posyandu (kerjasama kader)

(55)

Berdasarkan persepsi responden tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu diketahui sebanyak 3 orang (7,7%) termasuk kategori buruk, 20 orang (51,3%) termasuk kategori sedang dan 16 orang (41,0%) termasuk kategori baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Kategori Variabel Persepsi tentang Penampilan Kerja (performance) Kader Posyandu

No Variabel Jumlah %

1. Persepsi penampilan kerja (performance) kader posyandu

1 Buruk 3 7,7

2. Sedang 20 51,3

3. Baik 16 41,0

Jumlah 39 100

4.2.3. Persepsi tentang Fasilitas Posyandu

Pengukuran variabel persepsi tentang fasilitas posyandu dilakukan melalui 5 indikator, meliputi : tempat kegiatan posyandu, meja dan kursi, alat penimbangan berat badan, tensimeter dan KMS (Kartu Menuju Sehat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden tentang tempat kegiatan posyandu, sebanyak 6 orang (15,4%) menyatakan tidak setuju, 14 orang (35,9%) menyatakan kurang setuju, 16 orang (41,0%) menyatakan setuju dan 3 orang (7,7%) menyatakan sangat setuju.

(56)

orang (5,1%) menyatakan tidak setuju, 18 orang (46,2%) menyatakan kurang setuju, 8 orang (20,5%) menyatakan setuju dan 11 orang (28,2%) menyatakan sangat setuju.

Berdasarkan persepsi tentang kondisi tensimeter, sebanyak 2 orang (5,1%) menyatakan tidak setuju, 14 orang (35,9%) menyatakan kurang setuju, 12 orang (30,8%) menyatakan setuju dan 11 orang (28,2%) menyatakan sangat setuju. Berdasarkan persepsi tentang Kartu Menuju Sehat (KMS), sebanyak 6 orang (15,4%) menyatakan kurang setuju, 13 orang (33,3%) menyatakan setuju dan 20 orang (51,3%) menyatakan sangat setuju. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi menurut Persepsi tentang Fasilitas Posyandu

No Pernyataan Jumlah %

1 Tempat kegiatan posyandu yang digunakan nyaman

1. Tidak setuju 6 15,4

2. Kurang setuju 14 35,9

3. Setuju 16 41,0

4. Sangat setuju 3 7,7

Jumlah 39 100

2 Meja dan kursi yang digunakan memadai untuk pelaksanaan posyandu

3 Kondisi alat penimbangan berat badan yang digunakan memadai untuk pelaksanaan posyandu

(57)

Tabel 4.8. Lanjutan

4 Kondisi tensimeter yang digunakan memadai untuk pelaksanaan posyandu

Berdasarkan persepsi responden tentang fasilitas posyandu usila diketahui sebanyak 2 orang (5,1%) termasuk kategori buruk, 21 orang (53,8%) termasuk kategori sedang dan 16 orang (41,0%) termasuk kategori baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Kategori menurut Persepsi tentang Fasilitas Posyandu

No Variabel Jumlah %

1. Persepsi fasilitas posyandu

1 Buruk 2 5,1

2. Sedang 21 53,8

3. Baik 16 41,0

Jumlah 39 100

4.2.4. Persepsi tentang Lokasi Posyandu

(58)

setuju, 6 orang (15,4%) menyatakan setuju dan 7 orang (17,9%) menyatakan sangat setuju.

Berdasarkan persepsi tentang waktu yang diperlukan ke posyandu, sebanyak 16 orang (41,0%) menyatakan tidak setuju, 12 orang (30,8%) menyatakan kurang setuju, 4 orang (10,3%) menyatakan setuju dan 7 orang (17,9%) menyatakan sangat setuju. Berdasarkan persepsi tentang sarana transportasi, sebanyak 14 orang (35,9%) menyatakan tidak setuju, 14 orang (35,9%) menyatakan kurang setuju, 5 orang (12,8%) menyatakan setuju dan 6 orang (20,5%) menyatakan sangat setuju.

Berdasarkan persepsi tentang kondisi jalan, sebanyak 15 orang (38,5%) menyatakan tidak setuju 14 orang (35,9%) menyatakan kurang setuju, 3 orang (7,7%) menyatakan setuju dan 7 orang (17,9%) menyatakan sangat setuju. Berdasarkan persepsi tentang biaya transportasi, sebanyak 15 orang (38,5%) menyatakan tidak setuju, 10 orang (25,7%) menyatakankurang setuju, 7 orang (17,9%) menyatakan setuju dan 7 orang (17,9%) menyatakan sangat setuju. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi menurut Persepsi tentang Lokasi Posyandu

No Pernyataan Jumlah %

1 Jarak tempat tinggal ke posyandu usila dekat.

1 Tidak setuju 11 28,2

2 Kurang setuju 15 38,5

3 Setuju 6 15,4

4 Sangat setuju 7 17,9

(59)

Tabel 4.10. Lanjutan 2 Waktu yang diperlukan dari tempat tinggal ke

posyandu sebentar.

3 Sarana transportasi mudah.

1 Tidak setuju 14 35,9

Berdasarkan persepsi responden tentang lokasi posyandu diketahui sebanyak 16 orang (41,0%) termasuk kategori buruk, 16 orang (41,0%) termasuk kategori sedang dan 7 orang (18%) termasuk kategori baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Kategori Persepsi tentang Lokasi Posyandu

No Variabel Jumlah %

Persepsi lokasi posyandu

1 Buruk 16 41,0

2. Sedang 16 41,0

(60)

Jumlah 39 100 4.2.5. Persepsi tentang Dukungan Lurah

Pengukuran variabel persepsi tentang dukungan lurah dilakukan melalui 3 indikator, meliputi : konsistensi, ketepatan waktu dan keikutsertaan dalam kegiatan posyandu usila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi tentang konsistensi lurah, sebanyak 34 orang (87,2%) menyatakan tidak setuju dan 5 orang (12,8%) menyatakan kurang setuju.

Berdasarkan persepsi tentang lurah datang ke posyandu tepat waktu, sebanyak 35 orang (89,7%) menyatakan tidak setuju dan 4 orang (10,3%) menyatakan kurag setuju. Berdasarkan persepsi tentang keikutsertaan lurah dalam kegiatan posyandu, sebanyak 28 (71,8%) menyatakan tidak setuju dan 11 orang (28,2%) menyatakan kurang setuju. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi menurut Persepsi tentang Dukungan Lurah

No Pernyataan Jumlah %

1 Lurah selalu hadir mengikuti posyandu (konsistensi lurah)

1. Tidak setuju 34 87,2

2. Kurang setuju 5 12,8

Jumlah 39 100

2 Lurah datang ke posyandu tepat waktu Jumlah % 1. Tidak setuju

2. Kurang setuju 4 10,3

Jumlah 39 100

3 Lurah selalu ikut serta dalam kegiatan Posyandu Jumlah % 1. Tidak setuju

2. Kurang setuju 11 28,2

(61)

Berdasarkan persepsi responden tentang dukungan lurah diketahui sebanyak 35 orang (89,7%) termasuk kategori buruk dan 6 orang (15,4%) termasuk kategori sedang. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Kategori Persepsi tentang Dukungan Lurah ]]

No Variabel Jumlah %

Persepsi dukungan lurah

1. Buruk 35 89,7

2. Sedang 14 15,4

Jumlah 39 100

4.2.6. Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila, sebanyak 10 orang (25,6%) termasuk kategori buruk, 16 orang (41,1%) dan 13 orang (33,3%) termasuk kategori baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Distribusi Kategori Variabel Tingkat Pemanfaatan Posyandu usila

No Variabel Jumlah %

Tingkat pemanfaatan posyandu usila

1 Buruk 10 25,6

2. Sedang 16 41,1

3. Baik 13 33,3

Jumlah 39 100

4.3. Analisis bivariat

(62)

1. Variabel persepsi tentang kegiatan posyandu usila (ρ = 0,000), variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu usila (ρ = 0,000), variabel persepsi tentang fasilitas posyandu usila (ρ = 0,032) dan variabel persepsi tentang lokasi posyandu usila (ρ = 0,000) menunjukkan hubungan secara signifikan dengan variabel tingkat pemanfatan posyandu

usila karena nilai ρ < 0,05.

2. Variabel persepsi tentang dukungan lurah tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila (ρ > 0,05). 3. Menurut Colton (Hastono,2001) melalui hasil uji statistik dari korelasi

Pearson dapat dilihat kekuatan hubungan dari dua variabel secara kualitatif sehingga ditarik kesimpulan sebagai berikut (Hastono,2001) :

a. Hubungan variabel persepsi tentang kegiatan posyandu dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,781) dan berpola positif, artinya semakin tinggi persepsi tentang kegiatan posyandu maka akan semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan posyandu usila. b. Hubungan variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader

posyandu dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,711) dan berpola positif, artinya semakin baik persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu maka maka akan semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan posyandu usila.

(63)

usila dengan tingkat pemanfaatan posyandu usila maka maka akan semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan posyandu usila.

d. Hubungan variabel persepsi tentang lokasi posyandu dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,719) dan berpola positif, artinya semakin tinggi persepsi tentang lokasi posyandu maka maka akan semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan posyandu usila.

Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson No Variabel Correlation Coefficient

(r)

Sig

(ρ)

1. Persepsi tentang kegiatan posyandu 0,781 0,000 2. Persepsi tentang penampilan kerja

(performance) kader posyandu 0,711 0,000 3. Persepsi tentang fasilitas posyandu 0,345 0,032 4. Persepsi tentang lokasi posyandu 0,719 0,000 5. Persepsi tentang dukungan lurah 0,143 0,385

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan untuk masuk pada uji analisis regresi linier berganda, variabel numerik terutama variabel terikat harus berdistribusi normal.

Apabila nilai uji statistik kolmogorv smirnov (ρ > 0,050) terutama variabel terikat,

maka data berdistribusi normal. Pada uji kolmogorov smirnov diperoleh data variabel

terikat (ρ =0,051 ) > 0,050 maka data berdistribusi normal.

4.4. Analisis Multivariat

Gambar

Tabel 1.1. Cakupan Program Posyandu Usila Kota Pematangsiantar  Tahun 2008
Gambar 2.1. Kerangka konsep
Tabel  3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independent)
Tabel 4.2. Sarana Kesehatan di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) memiliki beberapa pertimbangan yaitu: 1) berorientasi pada pendekatan ketrampilan proses; 2) mengutamakan keterlibatan

Because the spread changes over time and isn’t something we know a priori , we’ll use an EWMA control chart, which uses a EWMA to draw the limits based mostly on recent data

Kajian ini sangat perlu dijalankan kerana melalui kajian yang dijalankan oleh pengkaji mendapati pelajar-pelajar sangat memerlukan satu modul asas bahasa Arab untuk digunakan

Ruang lingkup pekerjaan meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan data terbaru yang akan dijadikan materi dalam Dokumen Standar Satuan Harga Barang dan Jasa Kota Banjarmasin

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah dengan

Daya dukung lahan dihitung dari total nilai produksi biohayati aktual yang ada pada lahan di wilayah tertentu, dibandingkan dengan kebutuhan lahan per hektar yang

Telekomunikasi Indonesia, Kandatel Pekalongan dilakukan dengan dua cara yaitu pertama, penyajian data pelanggan secara manual menggunakan Microsoft Excel dan yang