PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN BELANJA PEMELIHARAAN
DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
Brayen Markos Purba 117017074 / Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN BELANJA PEMELIHARAAN
DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Oleh
Brayen Markos Purba 117017074 / Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
TERHADAP ANGGARAN BELANJA PEMERINTAHAN DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Brayen Markos Purba
Nomor Pokok : 117017074
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Rasdianto, M.Si, Ak Ketua
) Anggota
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Ekonomi
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac, Ak, CA)
Telah diuji pada
Tanggal : 10 Februari 2014
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak
Anggota : 1. Drs. Rasdianto, M.Si, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Judul Tesis
PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN BELANJA PEMELIHARAAN
DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Pebruari 2014
Yang Membuat Pernyataan
PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN
BELANJA PEMELIHARAAN DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada pemerintahan daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah serta website Kementerian Keuangan yang terdiri dari 33 kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Namun yang memenuhi syarat untuk menjadi sampel adalah sebanyak 30 kabupaten dan kota. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah berpengaruh secara sigifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa nilai aset tetap yang akan dipelihara berpengaruh signifikan namun pendapatan asli daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD.
THE INFLUENCE OF FIXED ASSET VALUE WHICH WILL BE MAINTAINED AND LOCALLY GENERATED REVENUES
ON THE BUDGET FOR MAINTAINANCE IN DRAFTING APBD IN REGIONAL ADMINISTRATIONS OF
SUMATERA UTARA PROVINCE
ABSTRACT
The objective of the research was to find out the influence of fixed asset value which will be kept and locally generated revenues on the budget for the maintenance in drafting APBD (Regional Budget) in Regional Administrations of Sumatera Utara Province. The data consisted of secondary data which were obtained from the Regional Revenue and Financial Management Service and from the website of the Ministry of Finance which consisted of 33 districts/towns, and 30 of them were used as the samples. The data were analyzed by using multiple regression analysis. The result of the research showed that fixed asset value which would be kept and the locally generated revenues had significant influence on the budget for the maintenance. Partially, fixed asset value would be maintained had significant influence, but regional generated revenues did not have any significant influence on budget for maintenance in drafting APBD.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan padaMU ya Allah Bapa Sang Maha Pengasih dan Penyayang, atas berkat dan kasih karuniaMu sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan Dalam Penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah di Provinsi Sumatera Utara”. Penyusunan tesis ini merupakan sebagian syarat untuk dapat menyelesaikan studi Program Magister Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam rangka pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan tesis ini dengan tepat waktu. Dengan demukian, pada kesempatan ini dengan setulus hati, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
5. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak selaku Pembimbing Utama yang telah banyak mengarahkan penulis dengan memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si. Ak. selaku Anggota Pembimbing yang juga telah banyak mengarahkan penulis dengan memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan dalam penulisan tesis ini.
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
8. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
10. Seluruh rekan kerja di BPKP yang telah banyak memberi dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan magister akuntansi.
11. Rekan-rekan mahasiswa Magister Akuntansi 2011 dan 2012 (Novita, Happy, Christina, Dian, Suci, Amnah) serta seluruh staf pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.
12. Ayahanda Kartinus Purba (Alm) dan ibunda Sarinah Saragih yang telah banyak memberikan dukungan, nasehat, dan doa kepada penulis.
13. Istriku tercinta dr. Netty Yosefhin Damanik Sp.P dan putriku tersayang F.Y. Priscilla Purba yang telah banyak memberikan doa, dorongan, dan semangat kepada penulis.
Kami sangat menyadari bahwa tesis ini masih penuh dengan kekurangan dan keterbatasan. Namun demikian, kami tetap berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat kepada seluruh pembaca dan dengan lapang dada, kami menerima semua kritikan dan saran yang disampaikan. Akhirnya, kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga kita semua selalu dalam bimbinganNYA.
Medan, Pebruari 2014
RIWAYAT HIDUP Data Pribadi
Nama : Brayen Markos Purba, Ak, CA
Tempat/Tgl Lahir : P. Sipinggan, 18 Agustus 1970
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Katolik
Nama Istri : dr. Netty Yosefhin Damanik, Sp.P
Nama Anak : F.Y. Priscilla Purba
Alamat : Jl.Lizadri Putra, Perumahan Setiabudi Vista E-15 Simpang Selayang - Medan
No.HP : 081397141846
E-mail :
Pendidikan
2012-2014 : Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi USU Medan
1996-1999 : Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Program Studi Akuntan - Jakarta
1990-1993 : Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Program Studi DIII Akuntansi - Jakarta
1989-1990 : SMA Katolik Budi Mulia P. Siantar
1986-1989 : SMA Seminari P. Siantar
1983-1986 : SMP Katolik Bunda Mulia Seribudolok 1977-1983 : SD Negeri Purba Hinalang - Simalungun Pekerjaan:
2010 – sekarang : Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Sumut 2007 – 2010 : Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur
2002 – 2007 : Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur
1999 – 2002 : Auditor BPKP Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Originalitas Penelitian ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 8
2.1.1. Pengertian APBD ... 8
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah ... 9
2.1.3. Belanja Pemeliharaan ... 11
2.1.4. Aset Tetap ... 13
2.1.5. Penatausahaan dan Pemeliharaan Aset Tetap ... 16
2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 21
BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual ... 24
3.2. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 26
4.2. Lokasi Penelitian ... 26
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 28
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 28
4.5.1 Variabel Independen ... 28
4.5.2 Variabel Dependen ... 29
4.6. Metode Analisis Data ... 30
4.6.1 Statistik Deskriptif ... 31
4.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 31
4.6.2.1. Uji Normalitas ... 31
4.6.2.2. Uji Multikolinearitas ... 32
4.6.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 32
4.6.2.4. Uji Uji Autokorelasi ... 33
4.6.3 Uji Hipotesis ... 33
4.6.3.1. Uji F ... 33
4.6.3.2. Uji t ... 34
4.6.3.3. Koefisien Determinasi ... 35
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 36
5.1.1 Statistik Deskriptif Penelitian ... 36
5.1.2 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi... 37
5.1.2.1. Uji Normalitas ... 37
5.1.2.2. Uji Multikolinearitas ... 38
5.1.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 39
5.1.2.4. Uji Autokorelasi Sebelum Lag Variabel ... 39
5.1.2.5. Uji Autokorelasi Setelah Lag Variabel ... 40
5.1.3 Uji Hipotesis ... 41
5.1.3.1. Uji F ... 41
5.1.3.2. Uji t ... 41
5.1.3.3. Koefisien Determinasi ... 42
5.2. Pembahasan ... 43
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 47 6.3. saran ... 48
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1.1. Format APBD ... 9
2.1.2. Rekening Belanja Pemeliharaan ... 13
2.1.5. Kriteria Kondisi Barang ... 19
2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 22
4.1. Daftar Nama Sampel ... 27
4.5.2. Definisi Operasional ... 29
5.1.1. Stastistik Deskriptif... 36
5.1.2.1. Uji Kolmogorov-Smirnov ... 38
5.1.2.2. Uji Multikolinearitas ... 38
5.1.2.4. Uji Autokorelasi Sebelum Lag Variabel ... 40
5.1.3.4. Uji Autokorelasi Setelah Lag Variabel ... 40
5.1.3.1. Uji F ... 41
5.1.3.2. Uji t ... 41
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
Halaman
1 Jadwal Penelitian ... 52
2. Daftar Nama Sampel Penelitian ... 53
3. Uji Statistik Sebelum Transformasi ... 57
PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN
BELANJA PEMELIHARAAN DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada pemerintahan daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah serta website Kementerian Keuangan yang terdiri dari 33 kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Namun yang memenuhi syarat untuk menjadi sampel adalah sebanyak 30 kabupaten dan kota. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah berpengaruh secara sigifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa nilai aset tetap yang akan dipelihara berpengaruh signifikan namun pendapatan asli daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD.
THE INFLUENCE OF FIXED ASSET VALUE WHICH WILL BE MAINTAINED AND LOCALLY GENERATED REVENUES
ON THE BUDGET FOR MAINTAINANCE IN DRAFTING APBD IN REGIONAL ADMINISTRATIONS OF
SUMATERA UTARA PROVINCE
ABSTRACT
The objective of the research was to find out the influence of fixed asset value which will be kept and locally generated revenues on the budget for the maintenance in drafting APBD (Regional Budget) in Regional Administrations of Sumatera Utara Province. The data consisted of secondary data which were obtained from the Regional Revenue and Financial Management Service and from the website of the Ministry of Finance which consisted of 33 districts/towns, and 30 of them were used as the samples. The data were analyzed by using multiple regression analysis. The result of the research showed that fixed asset value which would be kept and the locally generated revenues had significant influence on the budget for the maintenance. Partially, fixed asset value would be maintained had significant influence, but regional generated revenues did not have any significant influence on budget for maintenance in drafting APBD.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sesuai dengan tuntutan otonomi daerah, maka peranan pemerintah daerah
dalam pelaksanaan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan menjadi semakin
penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin
besarnya wewenang dan tanggungjawab yang diberikan kepada pemerintah
daerah. Salah satu kewenangan pemerintah daerah adalah untuk merencanakan
pembangunan di daerahnya masing-masing. Dengan otonomi maupun
desentralisasi, Pemerintah Daerah dituntut untuk mewujudkan suatu bentuk
akuntabilitas dan transparansi publik yang merupakan bentuk
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada masyarakat.
Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah
secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan
pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Di samping itu,
penyelenggaraan otonomi daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara, sebagian kekuasaan Presiden diserahkan kepada Gubernur/
Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah yang diwujudkan dengan
adanya APBD. APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah.
APBD disusun dengan berpedoman pada rencana kerja Pemerintah Daerah dalam
rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Dalam rangka penyusunan Rancangan APBD, Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan
Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD). Rencana kerja dan
anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun dengan suatu pendekatan
berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Rencana kerja dan anggaran disertai
dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang
sudah disusun. Dengan demikian anggaran yang disusun oleh Pemerintah Daerah
harus berbasis kinerja. Dalam hal ini, pendekatan yang dilakukan bukan pada
output (keluaran) namun harus pendekatan outcome (hasil). Dengan penyusunan
rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang berbasis prestasi
kerja maka pengukuran akuntabilitas kinerja daerah akan dengan mudah
dilakukan.
Penerapan anggaran berbasis kinerja di sektor publik, dimaksudkan untuk
memudahkan pelaksanaan anggaran, memberikan gambaran yang objektif dan
proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan standar
akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan
kredibilitas statistik keuangan pemerintah.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintahan Daerah telah
memprioritaskan peningkatan anggaran belanja modal. Hal ini sejalan dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2012 yang menyebutkan bahwa
jumlah belanja modal pada tahun anggaran 2013 yang dialokasikan dalam APBD
sekurang-kurangnya 29 persen dari total belanja daerah. Namun kenyataannya,
belanja modal sampai batas minimal sebesar 29% dari total anggaran belanja
daerah.
Di sisi lainnya, anggaran belanja pemeliharaan tidak disesuaikan dengan
peningkatan atau penurunan aset tetap yang harus dipelihara agar tetap layak
digunakan dalam rangka pelayanan masyarakat dan penyelenggaraan
pemerintahan. Anggaran belanja pemeliharaan seharusnya menjadi salah satu
prioritas dalam belanja daerah untuk menjaga terpeliharanya aset tetap.
Pemerintahan Daerah dalam menyusunan anggaran belanja pemeliharaan untuk
tahun berjalan, seharusnya mengacu pada kondisi aset tetap pada tahun
sebelumnya. Pemerintahan Daerah juga harus mengetahui kondisi barang milik
daerah (rusak berat, rusak ringan atau baik) yang akan dipelihara sehingga dapat
dengan jelas mengetahui berapa jumlah dana yang akan dibutuhkan untuk
memelihara aset tetap agar dapat digunakan untuk kegiatan pemerintahan atau
penyelenggaraan pemerintahan.
Namun dalam penyusunan anggaran belanja pemeliharaan, Pemerintahan
Daerah kurang memperhatikan jumlah aset tetap yang akan dipelihara. Hal ini
terlihat dari data APBD Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Utara bahwa rata-rata anggaran belanja pemeliharaan tahun anggaran 2013 hanya
sebesar 0,74% dari total nilai aset tetap yang akan dipelihara serta untuk tahun
anggaran 2012 yakni sebesar 0,73%. Beberapa Pemerintahan Daerah juga hanya
memprioritaskan alokasi untuk anggaran belanja modal ataupun belanja yang
dapat menambah aset tetap dalam penyusunan APBD. Sehingga, pengadaan suatu
aset tetap (melalui belanja modal) pada Pemerintahan Daerah sering dilakukan
setiap tahun untuk jenis aset tetap yang sama.
Dalam penyusunan anggaran belanja pemeliharaan, pemerintahan daerah
dari pada pemeliharaan aset tetap yang bukan kendaraan bermotor. Seluruh
Satuan Kerja Perangkat Daerah pada pemerintahan daerah selalu menyediakan
anggaran belanja perawatan/pemeliharaan kendaraan bermotor. Namun anggaran
belanja pemeliharaan untuk aset tetap yang bukan kendaraan bermotor belum
tentu tersedia anggarannya walaupun terdapat aset tetap yang membutuhkan
pemeliharaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan daerah dalam menyusun
anggaran belanja pemeliharaan belum sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan aset
tetap. Data anggaran belanja pemeliharaan pada beberapa Pemerintahan Daerah
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya nilai aset tetap yang akan dipelihara,
belum tentu secara otomatis akan menambah anggaran belanja pemeliharaan. Hal
ini menggambarkan bahwa Pemerintahan Daerah dalam menyusun anggaran
belanja pemeliharaan tidak sepenuhnya berdasarkan rencana kebutuhan
pemeliharaan. Hal ini juga disebabkan oleh adanya Peraturan Menteri Dalam
Negeri yang menetapkan batasan minimal jumlah anggaran belanja modal yang
setiap tahunnya selalu meningkat.
Penentuan besaran anggaran belanja pemeliharaan dalam APBD sangat
sulit untuk ditetapkan. Pemerintahan Daerah seharusnya dalam menyusun
anggaran belanja pemeliharaan tahun berjalan, harus memperhatikan jumlah aset
tetap yang telah dimiliki pada tahun sebelumnya sehingga dapat memperkirakan
dan merencanakan pemeliharaan aset tetap. Dengan adanya anggaran belanja
pemeliharaan belum tentu dapat menjamin bahwa seluruh aset tetap akan
terpelihara dengan baik. Kondisi ini disebabkan oleh anggaran belanja
pemeliharaan sering digunakan tidak sesuai dengan peruntukannya. Namun di sisi
lainnya, anggaran belanja pemeliharaan selalu terealisasi 100% dari anggaran
yang telah dialokasikan. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa sering terlihat
dilakukan pemeliharaan agar aset tetap tersebut selalu siap digunakan untuk
pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintahan daerah kurang perhatian terhadap anggaran belanja
pemeliharaan juga disebabkan oleh sumber pendapatan daerah yang kecil. Dana
perimbangan yang menjadi sumber utama dalam pendapatan daerah telah
diprioritaskan dan diarahkan untuk belanja modal dan belanja pegawai. Dengan
demikian sumber dana untuk belanja pemeliharaan akan lebih banyak bersumber
dari pendapatan asli daerah. Dengan demikian, jumlah anggaran belanja
pemeliharaan dalam APBD sangat tergantung pada tinggi rendahnya pendapatan
asli daerah.
Kondisi ini dapat dilihat dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah pada Pemerintahan Daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Rata-rata
anggaran belanja pemeliharaan untuk tahun anggaran 2013 pada Pemerintahan
Daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara yakni sebesar 15,68% dari total
anggaran pendapatan asli daerah serta untuk tahun anggaran 2012 yakni sebesar
15,52%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anggaran belanja pemeliharaan
cukup siginifikan bila dibandingkan dengan jumlah anggaran pendapatan asli
daerah.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut, penelitian ini
bermaksud untuk melakukan analisis pengaruh nilai aset tetap yang akan
dipelihara dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan
dalam penyusunan APBD.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi rumusan
daerah berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap anggaran belanja
pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah di wilayah
Provinsi Sumatera Utara?.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli
daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada
Pemerintahan Daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk Peneliti: Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi
yang berguna bagi mereka yang ingin mengkaji dan meneliti lebih dalam
mengenai pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan
asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada pemerintahan daerah .
2) Untuk Para Praktisi: Dapat memberikan informasi khususnya kepada
Pemerintahan Daerah, sejauh mana pengaruh nilai aset tetap yang akan
dipelihara dan pendapatan asli daerah berpengaruh pada anggaran belanja
pemeliharaan dalam penyusunan APBD serta dapat menjadi masukan
dalam mengambil keputusan di masa yang akan datang.
3) Untuk Akademisi/Pengembangan Ilmu: Sebagai bahan masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan bidang akuntansi pemerintahan serta
membuktikan secara empiris tentang pengaruh nilai aset tetap yang akan
dipelihara dan pendapatan asli daerah mempengaruhi anggaran belanja
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini yakni tentang Pengaruh
Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara dan Pendapatan Asli Daerah terhadap
Anggaran Belanja Pemeliharaan dalam Penyusunan APBD pada Pemerintahan
Daerah sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Ide penelitian ini
didasarkan pada penelitian Sembiring (2009) yang meneliti tentang “Analisis
Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja
Pemeliharaan Dalam Realisasi Anggaran Pemerintahan Kabupaten dan Kota di
Propinsi Sumatera Utara”.
Hasil penelitian Sembiring menunjukkan bahwa belanja modal dan
pendapatan asli daerah secara simultan mempunyai pengaruh terhadap belanja
pemeliharaan. Belanja modal dan pendapatan asli daerah secara parsial
mempunyai pengaruh terhadap anggaran belanja pemeliharaan, namun belanja
modal memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap belanja pemeliharaan.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut di atas
adalah variabel independen yang digunakan. Penelitian Sembiring menggunakan
variabel independen yaitu Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan
variabel independen penelitian ini adalah nilai aset tetap yang akan dipelihara dan
pendapatan asli daerah.
Variabel belanja modal tidak digunakan dalam penelitian ini karena
penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan APBD. Hal ini juga yang
membedakan dengan penelitian sebelumnya, yakni Sembiring melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian APBD
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2005), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
APBD memuat rencana pendapatan dan rencana belanja untuk satu tahun yang
setiap tahunnya disusun oleh Kepala Daerah dan disampaikan kepada DPRD
untuk ditetapkan.
Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang
diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara
sistematis untuk satu periode. Anggaran merupakan rencana program/kegiatan
yang diukur dalam satuan uang yang berisikan perkiraan kebutuhan belanja dalam
satu periode tertentu serta sumber dana yang diusulkan untuk membiayai belanja
tersebut. Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.
Soetjipto dan Sudikdiono (2011) mendefiniskan anggaran sebagai
“rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanja; gambaran
strategi pemerintah dalam pengalokasian sumber daya untuk pembangunan; alat
Dengan demikian, APBD merupakan suatu rencana keuangan Pemerintah
Daerah yang memuat anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan anggaran
pembiayaan untuk satu periode tahun anggaran yang telah disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD serta ditetapkan melalui peraturan daerah.
Berdasarkan hal di atas, anggaran yang belum ditetapkan dengan peraturan daerah
tentu tidak akan bisa dilaksanakan kecuali terdapat ketetapan khusus yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengecualikannya.
Format APBD sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1.1. Format APBD
Pendapatan A
Belanja B
Surplus/Defisit C = A – B
Penerimaan Pembiayaan D
Pengeluaran Pembiayaan E
Pembiayaan Netto F = D – E
SILPA G = C + F
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah merupakan salah satu jenis pendapatan pada
Pemerintahan Daerah. Menurut standar akuntansi pemerintahan (KSAP, 2005)
pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Pendapatan Pemerintah Daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, pendapatan
transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Sedangkan dalam Peraturan Menteri
(PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah. Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan
yang terdiri dari:
a. Pajak daerah;
b. Retribusi daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diuraikan bahwa pendapatan asli daerah
adalah penerimaan daerah yang bersumber dari sumber ekonomi asli daerah yang
menambah ekuitas dana lancar yang menjadi hak pemerintah yang tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 disebutkan bahwa
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup: bagian
laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba
atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN; dan bagian laba
atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah merupakan pendapatan asli
daerah yang diperoleh Pemerintah Daerah di luar pajak daerah, retribusi daerah,
dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, seperti: hasil penjualan
kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan
atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk
lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan
denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan,
pendapatan dari pengembalian dan lain-lain.
2.1.3. Belanja Pemeliharaan
Belanja pemeliharaan merupakan salah satu rekening obyek belanja dalam
pengelolaan keuangan daerah. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP,
2005) belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Pemerintah Daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan
Nomor 59 Tahun 2007, beberapa pengelompokan belanja dalam penyusunan
APBD adalah sebagai berikut:
Belanja barang/jasa yang merupakan bagian dari belanja operasi
digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai
manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah. Belanja barang/jasa dapat berupa belanja barang
pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan
bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa sarana
minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan
hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan
pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, dan lain-lain pengadaan barang/jasa, dan
belanja lainnya yang sejenis.
Belanja pemeliharaan yang merupakan bagian dari belanja barang adalah
pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset
lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar
kecilnya jumlah belanja. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain: pemeliharaan
tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan
bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan irigasi,
peralatan mesin, dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pemerintahan.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
pedoman pengelolaan keuangan daerah, belanja pemeliharaan untuk aset tetap
telah ditetapkan dengan nomor dan nama rekening/akun belanja. Rekening
belanja pemeliharaan tersebut dikelompokkan dalam dalam dua objek rekening
belanja yakni belanja perawatan kendaraan bermotor untuk menampung seluruh
rekening belanja pemeliharaan yang terkait dengan kendaraan bermotor dan
belanja pemeliharaan yang menampung seluruh rekening belanja pemeliharaan
aset tetap selain dari belanja perawatan kendaraan.
Rincian obyek belanja yang terkait dengan belanja pemeliharaan aset tetap
dapat didilihat pada Tabel 2.1.3. Walaupun nomor dan nama rekening belanja
pemeliharaan telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri, hal ini
tidak menutup kemungkinan Pemerintahan Daerah untuk menambah nomor dan
nama rekening yang terkait dengan belanja pemeliharaan sesuai dengan
Tabel 2.1.3. Rekening Belanja Pemeliharaan
No Rekening Nama rekening (obyek dan rincian obyek belanja)
5.2.2.05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor
5.2.2.05.01 Belanja Jasa Service
5.2.2.05.02 Belanja Penggantian Suku Cadang dst………..
5.2.2.20 Belanja Pemeliharaan
5.2.2.20.01 Belanja Pemeliharaan Jalan 5.2.2.20.02 Belanja Pemeliharaan Jembatan dst………..
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12
(duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Nilai aset tetap
berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun aset
ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset
sampai aset tersebut siap digunakan. Dengan demikian istilah belanja dalam
akuntansi pemerintahan berbeda dengan istilah beban dalam akuntansi keuangan.
Belanja dalam akuntansi pemerintahan adalah merupakan pengeluaran kas yang
terjadi selama tahun anggaran sedangkan beban merupakan nilai perolehan
sumber daya yang telah digunakan.
2.1.4. Aset Tetap
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2005) Aset tetap adalah
digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Aset tetap terdiri dari: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya; dan konstruksi dalam pengerjaan.
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki
atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Dalam akun tanah termasuk tanah
yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.
Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat
bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio,
komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat
persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan,
dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit
peralatan proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan
dan dalam kondisi siap digunakan.
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang
dibeli atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Gedung dan bangunan di neraca
meliputi antara lain bangunan gedung; monumen; bangunan menara; dan
rambu-rambu.
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang
dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
digunakan. Jalan, irigasi, dan jaringan yang terdapat dalam neraca antara lain
meliputi jalan dan jembatan; bangunan air; instalasi; dan jaringan. Akun ini tidak
mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan.
Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud akan dimasukkan dalam akun
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan
ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap
lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang
bercorak seni/budaya/olah raga.
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam
proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun
seluruhnya.
Berdasarkan uraian di atas, barang milik daerah dapat dikelompokkan
sebagai aset tetap hanya bila diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan dengan masa manfaat
lebih dari dua belas bulan. Barang milik daerah dengan kondisi yang rusak berat
sehingga tidak siap digunakan atau dimanfaatkan, tidak dapat dikelompokkan
sebagai aset tetap. Barang milik daerah yang rusak berat akan kelompokkan
sebagai aset lainnya bila aset tersebut belum dihapuskan.
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, aset lainnya adalah aset
pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka
panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain terdiri dari: aset
tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti
rugi (TP/TGR), kemitraan dengan pihak ketiga, dan aset lain-lain. Aset lain-lain
digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan
ganti rugi, dan kemitraan dengan pihak ketiga. Sebagai contoh dari aset lain-lain
adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. Dengan
demikian suatu aset tetap dengan kondisi rusak berat harus direklasifikasi ke aset
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
disebutkan bahwa barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan
lainnya yang sah. Istilah Barang milik daerah berbeda dengan aset tetap. Dalam
barang milik daerah telah termasuk seluruh aset tetap, persediaan, aset lainnya,
dan barang milik daerah lainnya yang tidak dicatat dalam neraca.
2.1.5. Penatausahaan dan Pemeliharaan Aset Tetap
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
disebutkan bahwa penatausahaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Dalam menatausahakan barang milik daerah,
kuasa pengguna barang/pengguna barang harus melakukan pendaftaran dan
pencatatan barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna
(DBKP)/Daftar Barang Pengguna (DBP) menurut penggolongan dan kodefikasi
barang.
Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang
milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dalam Daftar Barang Milik Daerah
(DBMD) menurut penggolongan barang dan kodefikasi barang. Kuasa pengguna
barang/pengguna barang harus menyimpan dokumen kepemilikan barang milik
daerah selain tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.
Pengelola barang harus menyimpan dokumen kepemilikan tanah dan/atau
bangunan yang berada dalam pengelolaannya.
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 disebutkan bahwa pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan agar
guna dan berhasil guna. Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang
sedang dalam unit pemakaian, tanpa merubah, menambah atau mengurangi
bentuk maupun kontruksi asal, sehingga dapat dicapai pendayagunaan barang
yang memenuhi persyaratan baik dari segi unit pemakaian maupun dari segi
keindahan. Penyelenggaraan pemeliharaan dapat berupa:
a) Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan yang dilakukan sehari hari oleh
unit pemakai/pengurus barang tanpa membebani anggaran;
b) Pemeliharaan sedang adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
secara berkala oleh tenaga terdidik/terlatih yang mengakibatkan
pembebanan anggaran; dan
c) Pemeliharaan berat adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
secara sewaktu-waktu oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya tidak dapat
diduga sebelumnya, tetapi dapat diperkirakan kebutuhannya yang
mengakibatkan pembebanan anggaran.
Perencanaan kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah disusun dalam
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan
memperhatikan data barang yang ada dalam pemakaian. Perencanaan kebutuhan
dan pemeliharaan barang milik daerah berpedoman pada standarisasi sarana dan
prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Daerah dan standar harga yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah dijadikan acuan sebagai
dalam menyusun Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah
(RKPBMD).
RKPBMD tersebut menjadi dasar penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) masing-masing satuan kerja perangkat daerah yang pada
Pengelola barang bersama pengguna barang membahas usul Rencana
Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah masing-masing SKPD dengan
memperhatikan data barang pada pengguna dan/atau pengelola untuk ditetapkan
sebagai Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah. Setelah APBD
ditetapkan, pembantu pengelola menyusun Daftar Kebutuhan Pemeliharaan
Barang Milik Daerah (DKPBMD), sebagai dasar pelaksanaan pemeliharaan
barang milik daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 disebutkan bahwa
pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas
pemeliharaan barang milik negara/daerah yang ada di bawah penguasaannya.
Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB).
Biaya pemeliharaan barang milik negara/daerah dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Kuasa pengguna anggaran wajib
membuat daftar hasil pemeliharaan barang yang berada dalam kewenangannya
dan melaporkan/menyampaikan daftar hasil pemeliharaan barang tersebut kepada
pengguna barang secara berkala. Pengguna barang atau pejabat yang ditunjuk,
meneliti laporan dan menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan
dalam satu tahun anggaran sebagai bahan untuk melakukan evaluasi mengenai
efisiensi pemeliharaan barang milik negara/daerah.
Dalam penatausahaannya, barang milik daerah dikelompokkan dalam tiga
jenis kondisi yakni: baik, rusak ringan, dan rusak berat. Kondisi barang milik
daerah ini akan tercantum dalam daftar inventaris barang. Kriteria untuk
penentuan kondisi suatu barang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 01/KM.12/2001. Kriteria tersebut
dikelompokkan untuk barang bergerak dan barang tidak bergerak, yakni sebagai
Tabel 2.1.5. Kriteria Kondisi Barang
No Uraian
1 Barang Bergerak
a. Baik (B) Apabila kondisi barang tersebut masih dalam
keadaan utuh dan berfungsi dengan baik
B Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi barang tersebut masih dalam
keadaan utuh tetapi kurang berfungsi dengan baik. Untuk berfungsi dengan baik memerlukan perbaikan ringan dan tidak memerlukan penggantian bagian utama/komponen pokok.
c. Rusak Berat (RB) Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan
tidak berfungsi lagi atau memerlukan perbaikan besar/penggantian bagian utama/komponen pokok, sehingga tidak ekonomis untuk diadakan perbaikan/rehabilitasi.
2 Barang Tidak Bergerak
a. Tanah
1) Baik (B) Apabila kondisi tanah tersebut siap dipergunakan
dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
2) Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi tanah tersebut karena sesuatu sebab
tidak dapat dipergunakan dan/atau dimanfaatkan dan masih memerlukan pengolahan/perlakuan (misalnya pengeringan, pengurugan , perataan dan pemadatan) untuk dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya.
3) Rusak Berat (RB) Apabila kondisi tanah tersebut tidak dapat lagi
dipergunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya karena adanya bencana alam, erosi dan sebagainya.
b. Jalan dan Jembatan
1) Baik (B) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam
keadaan utuh dan berfungsi dengan baik
2) Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam
keadaan utuh namun memerlukan perbaikan ringan untuk dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
3) Rusak Berat (RB) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam
keadaan tidak utuh/tidak berfungsi dengan baik dan memerlukan perbaikan dengan biaya besar.
c. Bangunan
1) Baik (B) Apabila bangunan tersebut utuh dan tidak
No Uraian
2) Rusak Ringan (RR): Apabila bangunan tersebut masih utuh, memerlukan
pemeliharaan rutin dan perbaikan ringan pada komponen-komponen bukan konstruksi utama.
3) Rusak Berat (RB) Apabila bangunan tersebut tidak utuh dan tidak
dapat dipergunakan lagi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa barang milik
negara ataupun daerah dengan kondisi rusak berat, tidak akan dapat dimasukkan
atau digolongkan sebagai bagian dari aset tetap di neraca. Hal ini tentu sesuai
dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyebutkan bahwa
bahwa aset tetap harus dalam kondisi siap pakai untuk digunakan. Barang milik
negara ataupun daerah dengan kondisi rusak berat akan dikelompokkan atau
digolongkan sebagai aset lain-lain dalam neraca sepanjang barang tersebut belum
dilakuan penghapusan.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, disebutkan
bahwa penghapusan barang milik negara/daerah dilakukan dalam hal barang milik
negara/daerah sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna barang dan/atau
kuasa pengguna barang. Penghapusan dilakukan dengan penerbitan surat
keputusan penghapusan dari pengguna barang setelah mendapat persetujuan dari
pengelola barang untuk barang milik negara dan pengguna barang setelah
mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota atas usul pengelola barang untuk
barang milik daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka jenis aset tetap seperti: tanah, peralatan
dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, dan aset tetap yang
kondisinya rusak berat tidak dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan sebagai
aset tetap. Barang milik daerah yang rusak berat tersebut akan dicatat sebagai aset
lainnya sepanjang belum dilakukan penghapusan melalui keputusan Kepala
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian Sembiring (2009) tentang “Analisis Pengaruh Belanja Modal
dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemeliharaan Dalam Realisasi
Anggaran Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara”
menunjukkan bahwa belanja modal dan pendapatan asli daerah secara simultan
mempunyai pengaruh terhadap belanja pemeliharaan. Belanja modal dan
pendapatan asli daerah secara parsial mempunyai pengaruh terhadap belanja
pemeliharaan, namun belanja modal memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap
belanja pemeliharaan.
Penelitian Karo-Karo (2006) menemukan bahwa tidak terdapat korelasi di
antara belanja modal dengan belanja pemeliharaan. Dalam penelitiannya,
Karo-karo menggunakan sampel Kabupaten Kota di Pulau Jawa untuk anggaran
2003-2004 serta menemukan bahwa ketika Pemerintah Daerah membuat kebijakan
untuk mengalokasikan anggaran belanja modal, tidak diiringi dengan dengan
pengalokasian untuk belanja operasional dan pemeliharaan yang seimbang.
Penyebabnya adalah karena tidak akuratnya Pemerintah Daerah dalam
mengalokasikan anggaran terhadap proyek/kegiatan.
Rustiyaningsih (2012) meneliti pengaruh belanja modal terhadap belanja
pemeliharaan (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Jawa Timur). Hasil
penelitian menemukan bahwa belanja modal berpengaruh signifikan terhadap
belanja pemeliharaan pada tahun yang sama serta belanja modal tidak
berpengaruh signifikan terhadap belanja pemeliharaan dengan menggunakan
tahun yang berbeda. Kenaikan belanja modal berpengaruh signifikan terhadap
kenaikan belanja pemeliharaan.
Abdullah dan Halim (2004) menemukan bahwa terdapat hubungan yang
bersumber dari dana perimbangan berpengaruh terhadap anggaran belanja modal
yakni apabila terdapat kenaikan dalam dana perimbangan akan mengakibatkan
kenaikan dalam belanja modal.
Thomassen (1999) menyatakan bahwa setengah negara bagian (state) di
Amerika Serikat yang melaporkan pos belanja modal dan non belanja modal
secara terpisah telah gagal menggabungkan anggarannya untuk melakukan
evaluasi secara simultan dan komparatif untuk kedua pos belanja yang
bersangkutan.
Tabel 2.2. Review Penelitian Terdahulu
No
1. Belanja modal dan
pendapatan asli daerah
secara simultan mempunyai pengaruh terhadap belanja pemeliharaan.
2. Belanja modal dan
pendapatan asli daerah
pengaruh yang lebih
besar terhadap belanja belanja modal tidak diiringi dengan pengalokasian untuk
2. Belanja modal tidak
No
Timur) terhadap belanja
pemeliharaan dengan menggunakan tahun yang berbeda.
3. Kenaikan Belanja modal
berpengaruh signifikan
1. Terdapat hubungan yang
signifikan antara belanja anggaran belanja modal
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah penelitian dan landasan teori, maka
kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan gambar 3.1 di atas terdapat satu variabel dependen (Y) yaitu
Anggaran Belanja Pemeliharaan dan dua variabel independen yaitu Nilai Aset
Tetap yang Akan Dipelihara (X1) dan Pendapatan Asli Daerah (X2
Nilai aset tetap yang akan dipelihara yang dimiliki secara sah oleh
Pemerintah Daerah tentu seharusnya mempengaruhi anggaran belanja
pemeliharaan dalam penyusunan APBD. Semakin besarnya nilai aset tetap yang
akan dipelihara tentu berdampak pada semakin besarnya anggaran belanja
pemeliharaan yang harus disediakan dalam APBD. Hal in untuk menjaga agar aset ). Kedua
variabel independen tersebut diperkirakan akan mempengaruhi anggaran belanja
pemeliharaan yakni dapat menaikkan dan menurunkan anggaran belanja
pemeliharaan.
Anggaran Belanja Pemeliharaan (Y) Nilai Aset Tetap yang Akan
Dipelihara (X1)
tetap tersebut tetap terpelihara dan dapat digunakan untuk penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Aset tetap yang akan dipelihara oleh
Pemerintahan Daerah tidak termasuk aset tetap yang dimiliki Pemerintah Pusat
atau Pemerintahan Daerah lainnya yang terdapat pada wilayah Pemerintahan
Daerah yang bersangkutan.
Pendapatan asli daerah akan mempengaruhi anggaran belanja
pemeliharaan karena anggaran belanja pemeliharaan lebih banyak bersumber dari
pendapatan asli daerah. Semakin besar jumlah anggaran pendapatan asli daerah
akan berdampak pada semakin besarnya jumlah anggaran belanja pemeliharaan
yang dianggarkan dalam APBD. Pendapatan asli daerah yang meningkat setiap
tahunnya tentu menunjukkan semakin meningkatnya kinerja keuangan Pemerintah
Daerah.
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah
yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan maka
kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan hal di
atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:
“Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara (X1) dan Pendapatan Asli
Daerah (X2) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap
Anggaran Belanja Pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang
menggunakan metode ilmiah yang memiliki kriteria seperti: berdasarkan fakta,
menggunakan prinsip analisa, menggunakan hipotesa, menggunakan ukuran
objektif dan meggunakan data kuantitatif. Dalam mengumpulkan data dan
informasi yang diperlukan untuk penelitian, data yang digunakan adalah data
sekunder.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain
melalui dinas atau instansi yang terkait pada Pemerintahan Daerah seperti Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan Daerah serta web site Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan - Kementerian Keuangan.
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di seluruh Pemerintahan Daerah di wilayah
Provinsi Sumatera Utara yang dijadikan sebagai sampel. Waktu penelitian
dilakukan bulan Oktober 2013-Januari 2014.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah
Pemerintahan Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara yakni
sejumlah 33 Pemerintahan Kabupaten/Kota.
Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan
1) Neraca Pemerintahan Daerah untuk tahun buku 2011 dan 2012 telah
diaudit oleh BPK RI.
2) APBD dan Penjabaran APBD Tahun 2012 dan 2013 telah ditetapkan
dengan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.
Berdasarkan kriteria di atas, maka sampel yang memenuhi syarat dalam
penelitian ini berjumlah 30 Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Utara sehingga jumlah observasi dalam penelitian ini adalah 2 tahun observasi x
30 sampel = 60 sampel observasi. Berikut ini disajikan daftar nama sampel yang
dipilih berdasarkan purposive sampling tersebut.
Tabel 4.3. Daftar Nama Sampel Periode Tahun 2012-2013 NO KABUPATEN/KOTA
1 Asahan 2 Batubara 3 Dairi
4 Humbang Hasundutan
5 Karo 6 Langkat
7 Mandailing Natal
8 Serdang Bedagai 9 Simalungun 10 Tapanuli Selatan 11 Tapanuli Tengah
12 Tapanuli Utara 13 Toba Samosir 14 Labuhanbatu 15 Labuhanbatu Selatan 16 Labuhanbatu Utara
17 Padang Lawas 18 Pakpak Bharat 19 Kota Binjai
20 Kota Medan 21 Kota Sibolga 22 Kota Tebing Tinggi 23 Kota Pematang Siantar
24 Kota Gunung Sitoli 25 Nias Barat
NO KABUPATEN/KOTA 27 Kota Padang Sidempuan 28 Padang Lawas Utara
29 Samosir 30 Nias Utara
4.4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini adalah dengan
mendapatkan Neraca Pemerintahan Daerah untuk tahun anggaran 2011 dan 2012
yang telah diaudit BPK RI serta APBD dan Penjabaran APBD Tahun Anggaran
2012 dan 2013 pada seluruh Pemerintahan Daerah di wilayah Provinsi Sumatera
Utara. Data yang diambil adalah anggaran pendapatan asli daerah dan anggaran
belanja pemeliharaan dari APBD tahun 2012 dan 2013 serta data aset tetap dari
neraca yang telah diaudit BPK RI untuk tahun buku 2011 dan 2012.
4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang diajukan, maka
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.5.1. Variabel Independen (X)
Variabel independen (variabel bebas) yang digunakan dalam penelitian
adalah:
1) Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara (X1), yakni dengan menggunakan
jumlah nilai Aset Tetap dengan kondisi baik dan rusak ringan setelah
dikurang dengan Konstruksi Dalam Pengerjaan. Dalam hal ini, nilai Aset Tetap yang digunakan adalah: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan irigasi dan jaringan, serta aset tetap lainnya yang masuk
dalam kategori kondisi baik dan rusak ringan. Aset tetap berupa konstruksi
pemeliharaan. Data nilai aset tetap yang akan dipelihara yang digunakan
adalah data pada tahun 2011 dan 2012.
2) Pendapatan Asli Daerah (X2), yakni dengan menggunakan jumlah
anggaran pendapatan asli daerah pada APBD tahun 2012 dan 2013.
Pendapatan asli daerah meliputi pendapatan yang berasal dari: pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
4.5.2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah anggaran
belanja pemeliharaan. Anggaran belanja pemeliharaan merupakan jumlah
anggaran yang dialokasikan untuk belanja pemeliharaan aset tetap dalam APBD
yang dikelompokkan sebagai bagian dari belanja barang untuk tahun anggaran
2012 dan 2013.
Definisi operasional dari seluruh variabel dapat diuraikan dan dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.5.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala Pengukuran Anggaran Belanja tetap yang sudah ada atau yang telah dimiliki ke dalam kondisi normal tanpa
Nilai Aset Tetapyang Akan dipelihara
(X1
Merupakan aset berwujud dengan kondisi yang baik dan rusak ringan, setelah dikurangi dengan kontruksi dalam pengerjaan, yang )
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala Pengukuran mempunyai masa
manfaat lebih dari dua belas bulan untuk
dan tidak perlu lagi dibayar kembali oleh pemerintahan daerah. )
Jumlah anggaran pendapatan asli daerah dalam APBD Tahun 2012-2013
Rasio
4.6. Metode Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda (Multiple Regresion Analysis) yakni data sekunder tersebut akan
diolah dengan menggunakan SPSS 18.00 for windows. Berdasarkan uji tersebut,
selanjutnya akan dilakukan suatu persamaan regresi berganda yakni sebagai
4.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan
gambaran untuk profil dari sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan
statistik deskriptif variabel independen (nilai aset tetap yang akan dipelihara dan
pendapatan asli daerah) dan variabel dependen (anggaran belanja pemeliharaan)
yang terdiri dari rata-rata, standar deviasi, minimum, dan maksimum.
4.6.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik sangat diperlukan sebelum dilakukan pengujian
hipotesis. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan untuk dapat menentukan syarat
persamaan pada model regresi dan dapat diterima secara ekonometrik.
Dalam analisis ini perlu juga dilihat terlebih dahulu apakah data penelitian
yang tersedia bisa dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik
dapat dilakukan dengan pengujian normalitas, multikolinearitas,
heterokedastisitas, dan autokorelasi.
4.6.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal.
Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak normal, dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dimana bila nilai
signifikansi < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Pengujian juga dapat
dilakukan dengan analisis grafik atau dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya.
4.6.2.2Uji Multikolinearitas
Tujuan pengujian multikolinearitas ini adalah untuk melakukan
pengujian apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Jika ada, maka berarti terdapat multikolinearitas.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara
variabel independen (Santoso, 2001). Pengujian apakah terdapat multikolinearitas
dapat dideteksi dengan melihat besaran VIF (varians inflation faktor) dan nilai
tolerance. Jika nilai VIF > 10 atau nilai Tolerance < 0,10 berarti terdapat
multikolinearitas.
4.6.2.3Uji Heterokedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Jika varians dari residual satu ke residual pengamatan lain tetap maka disebut
homokedastisitas, jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang
baik adalah bahwa bila tidak terdapat heterokedastisitas, dengan kata lain bahwa
jika terdapat heterokedastisitas maka model tersebut kurang efisien (Santoso,
2001).
Salah satu cara atau metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat scatterplots. Jika membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang kemudian menyempit). Maka telah
terjadi heterokedastisitas, sedangkan jika titik-titik tersebut menyebar secara
tidak teratur dengan pola tidak jelas yang berada di atas dan di bawah nol pada
4.6.2.4. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut
waktu (time series). Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam penelitian
ini maka digunakan uji DW dengan melihat koefisien korelasi DW Test.
Pengujian terhadap adanya fenomena autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan Durbin-Watson Test dan Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
Syarat adanya autokorelasi antara lain:
a) Jika 0 < d < dl maka tidak ada autokorelasi positif sehingga
keputusan ditolak
b) Jika dl ≤ d ≤ du maka tidak ada autokorelasi positif sehingga tidak ada
keputusan
c) Jika 4-dl < d < 4 maka tidak ada korelasi negatif sehingga
keputusan ditolak.
d) Jika 4-du ≤ d ≤ 4 – dl maka tidak ada korelasi negatif sehingga tidak ada
keputusan.
e) Jika du < d < 4 – du maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif
sehingga tidak ditolak keputusan
4.6.3. Uji Hipotesis 4.6.3.1Uji F
Uji F (secara bersama-sama) tujuannya adalah untuk menilai
variabel-variabel independen yang secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
variabel dependen. Jika dalam ANOVA SPSS nilai signifikansinya < 0,05 maka
secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak Ha
simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
dan sebaliknya.
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak
dengan menggunakan Uji F ini, hipotesisnya adalah:
Ho : b1
H
= 0, maka nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli
daerah secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran
belanja pemeliharaan.
a : b1 ≠ 0, maka nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli
daerah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja
pemeliharaan.
4.6.3.2. Uji t
Uji t (parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen. Jika Coefficients SPSS, masing-masing
variabel independen signifikansinya < 0,05 maka secara parsial variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika t hitung > t
tabel maka Ho ditolak Ha
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dalam
uji t , hipotesisnya:
diterima sehingga secara parsial variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dan sebaliknya.
Ho : b1 = b2
H
= 0 maka nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli
daerah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran
belanja pemeliharaan.
a : b1 ≠ b2 ≠ 0 maka nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli
daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja
4.6.3.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Artinya menurut Ghozali (2005), nilai
yang mendekati satu berarti variabel variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen dan
sebaliknya jika mendekati nol. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien
determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka nilai R2 pasti
meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan