• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI : Studi Kasus di Taman Kanak-Kanak Salman Al Farisi Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI : Studi Kasus di Taman Kanak-Kanak Salman Al Farisi Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

(Studi Kasus di Taman Kanak-Kanak Salman Al Farisi Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

Wini Nurhasmah

1003395

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

Studi Kasus di Taman Kanak-Kanak Salman Al Farisi Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015

Oleh

Wini Nurhasmah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Wini Nurhasmah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

WINI NURHASMAH

1003395

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

(Studi Kasus di Taman Kanak-Kanak Salman Al Farisi Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd

NIP. 196510011998022001

Pembimbing II

Asep Deni Gustiana, M.Pd

NIP. 198409182001212001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd

(4)

WINI NURHASMAH

1003395

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

(Studi Kasus di Taman Kanak-Kanak Salman Al Farisi Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015)

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Penguji I Penguji II

Rudiyanto S. Pd., M.Si Heny Djoehaeni S. Pd., M. Si

NIP. 19740617999032001 NIP. 197007241998022001

Penguji III

dr. Nur Faizah Romadona M. Kes

NIP. 197011292003122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ocih Setiasih M. Pd

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pendidikan Seksual ... 10

1. Pengertian Pendidikan ... 10

2. Pengertian Seksual ... 11

3. Pengertian Pendidikan Seksual ... 12

B. Hakikat Anak Usia Dini ... 13

C. Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia Dini ... 15

1. Pengertian Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia Dini ... 15

2. Tujuan Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia Dini ... 17

3. Bentuk-bentuk Pendidikan Seksual untuk Anak Usia Dini ... 18

4. Strategi Penerapan Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini ... 21

D. Penelitian Terkait ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25

B. Metode Penelitian... 26

C. Tahapan-tahapan Penelitian ... 27

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28

E. Penjelasan Istilah ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 30

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

H. Teknik Pengumpulan Data ... 32

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 43 B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

1. Konsep Pendidikan Seksual di TK Salman Al Farisi Kota

Bandung ... 49 2. Implementasi Pendidikan Seksual di TK Salman Al Farisi Kota

Bandung ... ... 51 a. Implementasi Pendidikan Seksual Berkaitan Dengan

Pengenalan Jenis Kelamin Dan Menjaga Kebersihan

Anggota Tubuh ... 51 b. Implementasi Pendidikan Seksual Berkaitan Dengan

Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak ... 58 c. Implementasi Pendidikan Seksual Berkaitan Dengan

Pendidikan Normatif ... 59 3. Kendala dan Solusi Dalam menerapkan Pendidikan Seksual

Untuk Anak Usia Dini di TK Salman Al Farisi Kota

Bandung ... 73 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

1. Konsep Pendidikan Seksual di TK Salman Al Farisi Kota

Bandung ... 77 2. Implementasi Pendidikan Seksual di TK Salman Al Farisi Kota

Bandung ... ... 79 a. Implementasi Pendidikan Seksual Berkaitan Dengan

Pengenalan Jenis Kelamin Dan Menjaga Kebersihan

Anggota Tubuh ... 79 b. Implementasi Pendidikan Seksual Berkaitan Dengan

Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak ... 80 c. Implementasi Pendidikan Seksual Berkaitan Dengan

Pendidikan Normatif ... 81 3. Kendala dan Solusi Dalam menerapkan Pendidikan Seksual

Untuk Anak Usia Dini di TK Salman Al Farisi Kota

Bandung ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 87 B. Rekomendasi ... 89

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data Observasi Anak ... 34

Tabel 3.2 Instrumen Pengumpulan Data Observasi Guru ... 35

Tabel 3.3 Instrumen Pengumpulan Data Wawancara Kepala Tk ... 36

Tabel 3.4 Instrumen Pengumpulan Data Wawancara Guru ... 38

Tabel 3.5 Instrumen Pengumpulan Data Wawancara Orang Tua ... 40

Tabel 4.1 Aktivitas Pembelajaran ... 46

Tabel 4.2 Jadwal Program Pembiasaan TK Salman Al Farisi ... 53

Tabel 4.3 Tema dan Sub Tema TK Salman Al Farisi ... 59

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masa usia dini sering dikatakan sebagai masa keemasan atau golden

age. Masa keemasan adalah masa dimana anak memiliki kemampuan

penyerapan informasi yang sangat pesat, dibandingkan tahap usia

selanjutnya. Kepesatan kemampuan otak anak dalam menyerap berbagai

informasi di sekitarnya juga diiringi dengan rasa ingin tahu yang sangat

tinggi. Rasa ingin tahu yang sangat tinggi ditunjukkan anak dengan aktif

bertanya tentang berbagai hal yang mereka temui, serta mencari tahu

berbagai jawaban yang mereka inginkan dengan bereksplorasi.

Rasa ingin tahu anak meliputi beragam bidang termasuk hal yang

berkaitan dengan seksualitas. Menurut Andriana (2006: 81) perkembangan

gender dan seksualitas pada anak-anak dimulai dari hal yang paling

mendasar, antara lain pada usia tiga tahun anak sudah dapat membedakan

jenis kelamin dan perbedaan fisik yang menyertainya. Seksualitas

berkembang sejak masa anak-anak, remaja, sampai dewasa.

Perkembangan ini meliputi perkembangan fisik dan psikis, perkembangan

secara psikis berupa perkembangan psikoseksual yang terjadi pada masa

anak-anak (Rahmah, 2012: 59).

Sigmund Freud (Rahmah, 2012: 59) membagi perkembangan

psikoseksual pada masa anak-anak menjadi empat fase, yaitu fase oral,

fase anal, fase falik, dan fase laten. Pada fase oral berlangsung sejak bayi

lahir hingga usia 1-2 tahun. Pada fase ini, mulut merupakan pusat

kenikmatan bagi bayi, oleh karena itu bayi senang mengisap jari ke dalam

mulutnya. Adapun fase anak berlangsung mulai usia sekitar 2-4 tahun.

(9)

Sedangkan fase falus/falik, mulai dari usia 4-6 tahun, pada tahap ini anak

merasakan alat kelaminnya sebagi bagian yang menyenangkan. Oleh

karena itu, pada pada fase ini anak senang bereksplorasi dengan alat

genitalnya. Dan yang terakhir yaitu fase laten, yang berlangsung pada usia

sekolah. Pada bagaian awal fase ini, anak tidak lagi memusatkan perhatian

pada alat genitalnya.

Freud (Sumaryani, 2014: 17) menempatkan bahwa anak usia

prasekolah berada pada tahap falik, dimana selama tahap ini genital

menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif. Anak mengetahui

perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan

tersebut. Fase yang sangat penting pada perkembangan seksual pada masa

ini yaitu, mengenal identitas dan kepercayaan seksual individu secara

menyeluruh. Anak usia prasekolah menguatkan rasa identitas gender dan

mulai membedakan perilaku sesuai gender yang didefinisikan secara

sosial. Proses pembelajaran ini terjadi dalam perjalanan interaksi normal

orang dewasa dan anak dari boneka yang diberikan kepada anak, pakaian

yang dikenakan, permainan yang dimainkan, dan respon yang dihargai.

Anak juga mengamati orang dewasa, mulai untuk meniru orang tua yang

berjenis kelamin sama, dan mempertahankan atau memodifikasi perilaku

yang didasarkan pada umpan balik orang tua.

Pada tahap ini eksplorasi tubuh merupakan perkembangan yang sedang

dialami anak. Eksplorasi dapat mencakup mengelus diri sendiri,

memanipilasi genital, memeluk boneka, hewan peliharaan, atau orang di

sekitar mereka, dan percobaan sensual lainnya. Sementara mempelajari

bahwa tubuh itu baik dan bahwa stimulasi tertentu itu menyenangkan anak

dapat juga diajarkan perbedaan perilaku yang bersifat pribadi. Permainan

dengan pasangan jenis kelamin dapat ditangani dengan cara seperti apa

adanya. Orang tua dapat menginterpretasi rasa keingintahuan yang

ditunjukkan sebagai suatu indikasi yang menandakan bahwa anak telah

siap untuk belajar tentang perbedaan dan nama-nama yang sesuai untuk

(10)

Seiring dengan perkembangan peran seks anak yang mulai muncul

pada usia 3 tahun, membuat anak mulai terdorong untuk melakukan

eksplorasi genital dan apabila hal tersebut dibiarkan dapat menjadi

kebiasaan buruk hingga anak dewasa. Pengalaman seks yang keliru yang

diperoleh anak, serta anak-anak yang tidak memperoleh bimbingan dan

arahan yang tepat dapat mengembangkan persepsi yang keliru tentang alat

kelamin, proses reproduksi, dan seksualitas. Dari pengalaman seks yang

keliru yang diperoleh sejak anak usia dini, seseorang dapat berpotensi

mengalami penyimpangan seksual. Penyimpangan atau perilaku seksual

yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak dapat dikatakan sebagai

kekerasan seksual terhadap anak.

Kekerasan seksual pada anak (sexual abuse) merupakan salah satu

bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan trauma yang cukup berat

baik secara fisik mau psikis dan dapat bertahan dalam waktu yang cukup

lama. Beberapa perilaku seksual anak yang dianggap tidak wajar kerap

dijumpai dalam tayangan berita diberbagai media informasi, kolom

konsultasi psikologi, maupun laporan langsung para orang tua terhadap

guru di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sejumlah kasus

kekerasan seksual pada anak usia dini kian marak terjadi, salah satu kasus

yang terjadi di sekolah bertaraf internasional, yaitu kasus pelecehan

seksual yang dilakukan oleh petugas kebersihan sekolah dan guru terhadap

murid Taman Kanak-Kanak Jakarta International School (JIS), selanjutnya

kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh Emon di Sukabumi yang

mengorbankan lebih dari 100 anak di bawah umur.

Meskipun alasan terjadinya tindak kekerasan seksual bervariasi,

setidaknya terdapat dua penyebab utama yang dapat memicu seseorang

melakukan tindak pelecehan seksual kepada anak di bawah umur, yaitu

faktor utama yang dipercaya sebagai pemicu seseorang berperilaku seks

menyimpang dengan melibatkan anak sebagai korbannya adalah faktor

(11)

(http://nasional.sindonews.com/read/2014/05/13/18/863054/melacak-akar-kekerasan-seksual-terhadap-anak).

Lingkungan keluarga merupakan tempat individu bersosialisasi,

lingkungan keluarga dipercaya dapat memegang peranan yang penting

bagi individu dalam melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap

anak. Namun fatalnya, perilaku seksual kepada anak di bawah umur

adalah orang-orang terdekat anak itu sendiri. Minimnya kehangatan

hubungan emosional antar anggota keluarga dapat memicu seseorang

mengalami gangguan orientasi seksual.

Untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap anak perlunya

peran orang dewasa atau orang terdekat anak, dalam hal ini yaitu orang tua

agar dapat memberikan informasi mengenai pendidikan seks terhadap

anak. Banyak orang tua yang bersikap reaktif ketika mengetahui anaknya

melakukan eksplorasi genital. Padahal anak hanya ingin mengetahui dan

ingin mencoba hal yang baru mereka temukan dengan mengeksplorasi

bagian tubuh mereka. Seringkali kita temui ketika anak melakukan

eksplorasi genital dengan segera orang tua memberikan peringatan kepada

anak, dengan melarang anak mengulangi hal tersebut, bahkan tidak sedikit

yang membentak dan memberikan hukuman. Orang tua kerapkali menutup

rapat-rapat kesempatan anak untuk memperoleh jawaban akan rasa ingin

tahunya berkaitan dengan seksualitas dengan menganggap bahwa

pendidikan seks tidak perlu diberikan sejak dini karena hal tersebut masih

dianggap tabu untuk diberikan terhadap anak.

Pendapat seperti ini merupakan kekeliruan yang sudah mengakar kuat

dalam masyarakat kita. Mayoritas orang menganggap bahwa pendidikan

seks dimulai sejak anak menginjak remaja atau sedikit lebih awal. Akan

tetapi penelitian modern menyatakan bahwa anggapan itu salah dan

berlebihan. Sebenarnya pendidikan seks dimulai sejak anak usia dini.

Sejalan dengan itu Zuraiq (2004: 106) mengungkapkan bahwa:

(12)

memasuki masa kematangan seksual, kecuali persiapannya telah cukup dan dibekali informasi memadai, yang pada gilirannya ia mampu melewati masa ini dengan lancar”.

Maka dalam hal ini diperlukan bekal orang tua untuk menjadi lebih

terbuka serta informatif terhadap anak khususnya mengenai pendidikan

seksual agar dapat memberikan pendampingan yang baik bagi anak dan

diharapkan anak terhindar dari perilaku penyimpangan seksual.

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2009: 85) pada

salah satu TK di Mojokerto membuktikan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks

dini dengan perilaku seks pada anak usia 3 sampai 6 tahun. Oleh karena itu

peran orang tua sebagai pemberi informasi awal mengenai seks pada anak

menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi perkembangan dan

kehidupan anak pada masa yang akan datang. Pendapat lain dikemukakan

oleh Zuraiq (2004: 108) bahwa sebenarnya pendidikan seks bukanlah

masalah yanng harus dilaksanakan oleh orang tertentu dan hanya menjadi

tanggung jawab perseorangan. Namun ia merupakan tindakan saling

melengkapi yang melibatkan orang tua dan guru, tanpa membedakan

apakah anak itu laki-laki atau perempuan.

Hal ini nampaknya perlu mendapatkan perhatian khusus selain dari

para orang tua sebagai lingkungan pertama anak, kedua adalah lingkungan

sekolah anak dalam hal ini lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Inti dari

pembelajaran di PAUD, dalam hal ini adalah Kelompok Bermain dan

Taman Kanak-kanak adalah mengoptimalkan perkembangan anak dalam

setiap aspeknya, tidak terkecuali perkembangan anak pada aspek peran

seksnya. Serta peran guru dalam menerapkan pendidikan seksual di

sekolah pada anak usia dini.

Implementasi pendidikan seksual di sekolah memberikan peran

(13)

menanamkan nilai tanggung jawab pada anak dengan mengenalkan tugas

dan fungsi anggota tubuh berdasarkan jenis kelamin anak. Berdasarkan

hasil observasi di Taman Kanak-kanak Salman Al Farisi Kota Bandung

pendidikan seksual pada anak diberikan secara sederhana, salah satunya

seperti memisahkan toilet anak laki-laki dan perempuan, dari pemisahan

tempat tersebut secara tidak langsung guru telah mengenalkan dan

memberikan pemahaman tentang seks kepada anak, bahwa antara laki-laki

dan perempuan memiliki perbedaan. Pendidikan seksual di TK Salman Al

Farisi tidak tercantum menjadi program khusus dalam kurikulum, akan

tetapi pendidikan seksual yang diterapkan dilakukan secara terintegrasi

dengan pembelajaran melalui pembiasaan yang dilakukan secara

konsisten.

Berdasarkan permasalahan yang berkembang diatas, peneliti tertarik

untuk mengetahui bagaimana guru menerapkan pendidikan seksual di TK

Salman Al Farisi Kota Bandung. Maka penelitian ini memfokuskan pada “Implementasi Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia Dini”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Banyak orang tua yang bersikap reaktif ketika anak bertanya mengenai

hal yang berkaitan dengan seksualitas, dengan menganggap bahwa

pendidikan seks tidak perlu diberikan sejak dini kepada anak dan

masih dianggap tabu untuk diberikan kepada anak usia dini.

2. Informasi mengenai pendidikan seksual sangat penting untuk diberikan

kepada anak sejak usia dini, hal tersebut sebagai bekal pengetahuan

untuk menyiapkan anak menjadi bertanggung jawab, menjaga dan

mempergunakan fungsi seksnya dengan baik.

3. Pendidikan seksual belum menjadi program khusus akan tetapi

pendidikan seksual yang diterapkan di beberapa Taman Kanak-kanak

(14)

4. Taman Kanak-kanak Salman Al Farisi Bandung memiliki keberhasilan

dalam menerapkan pendidikan seksual untuk anak usia dini melalui

pembiasaan yang terintegrasi dengan pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan seksual untuk anak usia dini di TK

Salman Al Farisi Kota Bandung?

2. Bagaimana implementasi pendidikan seksual di Taman Kanak-kanak

Salman Al Farisi Kota Bandung?

3. Apa saja kendala dan solusi Taman Kanak-kanak Salman Al Farisi

Kota Bandung dalam menerapkan pendidikan seksual untuk anak usia

dini?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan seksual untuk anak usia dini di

TK Salman Al Farisi Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan seksual di Taman

Kanak-kanak Salman Al Farisi Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui kendala dan solusi Taman Kanak-kanak Salman Al

Farisi Kota Bandung dalam menerapkan pendidikan seksual untuk

anak usia dini.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Diharapkan dapat menambahkan wawasan serta memberikan

pengetahuan dalam upaya mengimplementasikan pendidikan

(15)

b. Bagi Lembaga Taman Kanak-Kanak

Diharapkan dapat menjadi rujukan yang dapat diterapkan disetiap

lembaga penyelenggara pendidikan khususnya Pendidikan Anak

Usia Dini sebagai upaya pencegahan terjadinya kekerasan seksual

pada anak.

c. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pendidikan

seksual dan cara mengimplementasikan pendidikan seksual di

Taman Kanak-kanak, yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan

dan motivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

d. Bagi Orang tua

Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya

pendidikan seks bagi anak usia dini kepada orang tua sebagai

pendidik awal bagi anak.

F. Struktur Organisasi Penelitian

Untuk memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan dibahas

secara keseluruhan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu

sistematika organisasi. Sistematika organisasi yang tercantum dalam

penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab 1 berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah

penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan struktur organisasi penelitian.

Bab II berisi tentang kajian pustaka, dan kerangka pemikiran, pada bab

ini diuraikan mengenai konsep pendidikan seksual untuk anak usia dini,

dan penelitian terkait pendidikan seksual untuk anak usia dini.

Bab III, pada bab ini penjabaran rinci mengenai metode penelitian,

yang berisi tentang, desain penelitian, metode penelitian, tahapan-tahapan

penelitian, lokasi dan subjek penelitian, penjelasan istilah, instrumen

penelitian, uji validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan

(16)

Bab IV, bab ini berisi tentang pengolahan atau analisis data untuk

menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan

penelitian, tujuan penelitian dan berisi tentang pembahasan atau analisis

temuan.

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Untuk mendapatkan gambaran dalam penelitian

studi kasus, peneliti melakukan beberapa tahapan yang harus dilaksanakan

dalam menggunakan penelitian studi kasus. Terdapat beberapa prosedur

untuk melakukan penelitian studi kasus, yaitu:

1. Peneliti menentukan apakah pendekatan penelitian kasus yang akan

dipergunakan telah sesuai dengan masalah penelitian. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan metode studi kasus menggunakan

pendekatan kualitatif, karena penulis menganggap bahwa pendekatan

tersebut cocok untuk digunakan dalam penelitian mengenai

implementasi pendidikan seksual untuk anak usia dini.

2. Peneliti mengidentifikasi kasus yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

peneliti mengidentifikasi kasus mengenai pendidikan seksual untuk

anak usia dini.

3. Peneliti melakukan pengumpulan data. Selanjutnya penulis melakukan

pengumpulan data dilapangan menggunakan teknik wawancara,

observasi dan studi dokumentasi mengenai implementasi pendidikan

seksual di TK Salman Al Farisi Kota Bandung.

4. Peneliti melakukan analisis terhadap kasus. Setelah melakukan

pengumpulan data penulis melakukan pengolahan dan penganalisaan

data dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap

masalah yang sedang diteliti yakni implementasi pendidikan seksual

(18)

5. Tahapan akhir, peneliti melaporkan makna-makna yang dapat

dipelajari. Dalam penelitian ini penulis melaporkan data yang telah

didapat di lapangan dalam upaya memahami maknanya yakni

implementasi pendidikan seksual untuk anak usia dini di TK Salman

Al Farisi Bandung. (Creswell, 2007)

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode studi

kasus bermaksud untuk mempelajari secara intensif mengenai latar

belakang keadaan sekarang dan interaksi sosial, individu, kelompok,

lembaga dan masyarakat (Aliah, 2013: 31).

Pendapat lain menurut Nasution (Nawawi, 2012: 68) mengemukakan

bahwa studi kasus merupakan bentuk penelitian yang mendalam tentang

suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Tujuan

penelitian studi kasus ini adalah untuk untuk mendapatkan informasi

secara mendalam mengenai pendidikan seksual untuk anak usia dini.

Penelitian ini juga berusaha mendeskripsikan begaimana implementasi

pendidikan seksual untuk anak usia dini di TK Salman Al Farisi Kota

Bandung.

Menurut Bogdan dan Taylor (Basrowi dan Suwandi, 2008: 21)

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang mulai diamati. Sedangkan menurut

Moleong (2007: 6) mengemukakan bahwa:

(19)

Penelitian kualitatif ini dipilih karena peneliti menganggap sangat

cocok dengan fokus masalah yang diambil yaitu mengenai imlementasi

pendidikan seksual untuk anak usia dini. Penelitian mengenai pendidikan

seksual lebih bersifat deskriptif, bertujuan untuk mendapatkan gambaran

mengenai upaya yang dilakukan oleh guru dan pengelola di TK Salman Al

Farisi dalam menerapkan pendidikan seksual pada anak.

C. Tahapan-tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan

tahapan-tahapan penelitian kualitatif yang terdiri dari tahap pra lapangan, tahap

pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Sebagaimana dikemukakan

oleh Moleong (2007:127) adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra Lapangan. Tahap ini merupakan tahap pengenalan atau

orientasi terhadap lingkungan penelitian. Tahap ini terdiri dari: a)

Menyusun rancangan penelitian; 2) Memilih lapangan penelitian; 3)

Mengurus perizinan; 4) menjajaki dan menilai lapanngan; 5) Memilih

dan memanfaatkan informan; 6) Menyiapkan perlengkapan penelitian;

7) Persoalan etika penelitian.

Tahapan-tahapan tersebut menjadi landasan bagi penulis dalam

melakukan penelitian, dimulai dari penyususnan proposal penelitian,

peneliti mengajukan perijinan penelitian sebagai dasar untuk turun ke

lapangan. Berbekal surat ijin penelitian, penulis melapor kepada Tk

Salman Al Farisi Kota Bandung dan menjajaki keadaan lapangan

sekaligus memilih dan menetapkan informan yang diperlukan.

2. Tahap pekerjaan lapangan terdiri dari tiga bagian, yaitu 1) Memahami

latar penelitian, dan persiapan diri, 2) Memasuki lapangan, 3) Berperan

serta sambil mengumpulkan data.

Pada tahap ini penulis mulai melibatkan diri pada latar penelitian

(setting) dan membina hubungan baik secara formal maupun informal

(20)

penelitian peneliti menjalin hubungan baik dengan responden,

mempelajari bahasa dan karakteristik responden serta berperan serta

sambil megumpulkan data.

Adapun yang menjadi fokus pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Menggali dan memahami konsep pendidikan seksual untuk anak

usia dini.

b. Mengamati proses implementasi pendidikan seksual untuk anak

usia dini di TK Salman Al Farisi Kota Bandung.

c. Mengamati pemahaman siswa mengenai pendidikan seksual di TK

Salman Al Farisi Kota Bandung.

3. Tahap analisis data. Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana

hasil-hasil penelitian berupa data-data hasil-hasil wawancara, pengamatan, dan

studi dokumentasi dituangkan dalam bentuk tulisan berupa catatan

lapangan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di TK Salman Al

Farisi Bandung yang beralamat di Jl. Tubagus Ismail VIII Kelurahan

Sekeloa Kecamatan Coblong Kota Bandung.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitiaan ini adalah guru, kepala TK, pengelola

lembaga, orang tua dan siswa/siswi di TK Salman Al Farisi Kota

Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

porposive sampling, menurut Sugiyono (2008: 218) porposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini yaitu orang yang

dianggap dapat memberikan informasi terhadap permasalahan yang

terjadi, yaitu 4 orang guru (2 orang guru kelompok A dan 2 orang guru

(21)

terkait, bagaimana guru, kepala sekolah mengimplementasikan

pendidikan seksual di sekolah untuk mencegah terjadinya kasus

kekerasan seksual pada anak usia dini.

E. Penjelasan Istilah

Penelitian ini terbagi menjadi 3 fokus pendidikan seksual untuk anak

usia dini. Penjelasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1).

Pendidikan seksual berkaitan dengan pengenalan jenis kelamin, 2).

Pendidikan seksual berkaitan dengan pencegahan kekerasan seksual, 3).

Pendidikan seksual berkaitan dengan pendidikan normatif.

1. Pendidikan Seksual Berkaitan Dengan Pengenalan Jenis Kelamin

Menurut Andika (2010: 13) pendidikan seks bertujuan untuk

mengenalkan anak tentang jenis kelamin dan cara menjaganya baik

dari sisi kesehatan dan kebersihan, keamanan serta keselamatan.

2. Pendidikan Seksual Berkaitan Dengan Pencegahan Kekerasan Seksual

Menurut El-Qudsy (Sumaryani 2014: 23) tujuan pendidikan seks

kepada anak menurut Islam adalah sebagai upaya preventif dalam

kerangka moralitas agama untuk menghindarkan anak dari pergaulan

bebas dan penyimpangan seksual.

3. Pendidikan Seksual Berkaitan Dengan Pendidikan Normatif (Agama)

Menurut El-Qudsy (Sumaryani, 2014: 28) salah satu strategi dalam

menerapkan pendidikan seks pada anak adalah dengan memperkuat

pendidikan agama, karena pendidikan agama sangat diperlukan oleh

anak dalam perkembangan seksualnya, sebagai benteng dalam

menghadapi masa depannya. Pendidikan seks yaitu mengajarkan

norma seks kepada anak, yaitu mengenalkan mengenai konsep aurat

dalam Islam, seperti menunjukkan bagian tubuh mana yang boleh

terlihat atau tidak bagi anak laki-laki atau perempuan, mengajarkan

cara berpakaian dan ia harus melepaskan pakaiannya harus dilakukan

(22)

mengajarkan menutup pintu kamar mandi atau kamar tidur (El-Qudsy

dalam Sumaryani, 2014).

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif disebut juga

sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,

menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas temuanya (Sugiyono, 2008: 222).

Dari pengertian di atas berarti bahwa peneliti secara langsung

mengamati dan menganalisis proses implementasi pendidikan seksual

untuk anak usia dini di TK Salman Al Farisi Bandung. Namun demikian

peneliti tidak hanya mengamati akan tetapi menginterprestasi dan

menganalisa berbagai temuan dan menyimpulkan peristiwa sehingga dapat

digali maknanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2007: 169)

bahwa manusia sebagai instrumen memiliki ciri/kelebihan antara lain:

1. Peneliti akan bersikap responsif terhadap lingkungan dan terhadap

pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan.

2. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan situasi lapangan

penelitian.

3. Mampu melihat persoalan secara utuh sesuai dengan suasana, keadaan

dan perasan.

4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan.

5. Mampu memproses data dengan cepat setelah diperolehnya,

menyusunnya kembali, merupah hipotesis sewaktu berada dilapangan,

dan mengetes hipotesis tersebut pada responden.

6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan

mengikhtisarkan, yaitu mampu menjelaskan sesuatu yang kurang

(23)

Pada penelitian ini penulis merancang instrumen penelitian wawancara

dan observasi sebagai acuan penulis dalam menetapkan fokus penelitian

dan mendapatkan informasi yang mendalam dari informan.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Agar nilai kebenaran secara ilmiah dapat teruji serta memiliki nilai

keajegan, maka dalam penelitian ini dilakukan uji validitas dan reabilitas

atas data yang ditemukan di lapangan.

1. Validitas

Menurut Gibbs (Creswell, 2010: 285) Validitas kualitatif

merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian

dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Validitas ini

didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari

sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum.

Dalam menguji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa strategi yang disarankan oleh Creswell (2010: 286) bahwa

terdapat delapan strategi dalam menguji validitas, yaitu sebagai

berikut:

a. Mentriangulasi (triangulate).

b. Menerapkan member checking atau mengecek ulang.

c. Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick

description).

d. Mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam

penelitian.

e. Menyajikan informasi “yang berbeda” atau “negatif” (negative or

discrepant information).

f. Memanfaatkan waktu yang relatif lama (prolonged time) di lokasi

penelitian.

g. Melakukan tanya jawab dengan sesama rekan peneliti (peer

debriefing) untuk meningkatkan keakuratan hasil penelitian.

h. Mengajak seorang auditor (external auditor) untuk mereview

(24)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan satu teknik saja yakni

member checking. Menerapkan member chekcing adalah mengetahui

akurasi hasil penelitian. Member checking ini dapat dilakukan dengan

membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi atau

tema-tema spesifik kehadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka

merasa bahwa laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat (Creswell,

2010: 287).

2. Reliabilitas

Menurut Gibbs dalam Creswell (2010: 285) reliabilitas kualitatif

mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten

jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain dan untuk proyek-proyek

yang berbeda. Para peneliti kualitatif harus mengetahui bahwa

pendekatan yang dipilih adalah pendekatan yang konsisten dan

reliabel.

Hal ini sejalan dengan pendapat Yin dalam Creswell (2010: 285)

menegaskan bahwa para peneliti kualitatif harus mendokumentasikan

prosedur-prosedur studi kasus mereka dan mendokumentasikannya

sebanyak mungkin langkah-langkah dalam prosedur tersebut. Untuk

meningkatkan tingkat reliabilitas dari penelitian ini, peneliti

menggunakan strategi yang digunakan dalam uji validitas, yakni

menerapkan member checking.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Menurut Syaodih (Komariah dan Satori, 2010: 105)

mengungkapkan bahwa, observasi (observation) atau pengamatan

merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan

(25)

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengamati implementasi pendidikan seksual untuk anak usia dini di

TK Salman Al Farisi Bandung. Adapun observasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif, artinya dalam

penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung tanpa

terlibat secara aktif dalam kegiatan sehingga tidak mempengaruhi

kealamian dari segala sesuatu yang terjadi di lokasi penelitian.

Tabel 3.1

Instrumen Pengumpulan Data Observasi Anak

No Indikator Hasil Observasi

1. Menjaga kebersihan anggota tubuh

2. Buang air besar/kecil di toilet sesuai dengan jenis kelaminnya

3. Menjaga area tubuh yang sensitif

(26)

Tabel 3.2

Instrumen Pengumpulan Data Observasi Guru

No Indikator Hasil Observasi

1. Kegiatan pembiasaan

berkaitan dengan

membangun pendidikan

seks untuk anak usia dini

di TK Salman Al Farisi

Kota Bandung

2. Pengelolaan kelas

berkaitan dengan

membangun pendidikan

seks untuk anak usia dini

di TK Salman Al Farisi

Kota Bandung

3. Pemberian materi dalam

pembelajaran tematik

yang bermuatan

pendidikan seks untuk

anak usia dini di TK

Salman Al Farisi Kota

Bandung

2. Wawancara

Menurut Moleong (2007: 186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang pengejukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

(27)

Menurut Patton dalam Moleong (2007: 187) Wawancara terbagi

menjadi tiga bagian: a). Wawancara pembicaraan informal, b).

Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan c).

Wawancara baku terbuka. Pada penelitian ini penulis melakukan

pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara (menggunakan

pedoman wawancara) dengan tujuan untuk memperoleh informasi

mengenai implementasi pendidikan seksual untuk anak usia dini di

Taman Kanak-kanak Salman Al Farisi Kota Bandung.

Tabel 3.3

Instrumen Pengumpulan Data Wawancara KepalaTK

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana konsep

pendidikan seksual

menurut ibu?

2. Apa saja bentuk-bentuk

pendidikan seksual yang

diberikan pada anak di

TK Salman Al Farisi

Kota Bandung?

3. Apa saja sarana dan

prasarana yang

digunakan untuk

menunjang pendidikan

seksual untuk anak usia

dini di TK Salman Al

Farisi Kota Bandung?

4. Apakah ibu pernah

mengikuti

(28)

pelatihan/workshop

mengenai pendidikan

seksual untuk anak usia

dini?

5. Pernahkah ibu

memberikan pembelakan

pada guru-guru mengenai

pendidikan seks, dan

bagaimana cara ibu

dalam membangun

pemahaman guru-guru

mengenai pendidikan

seks untuk anak usia

dini?

6. Bagaimana ibu

menyikapi permasalahan

seksual yang sering

terjadi? Dan apa tindakan

yang dilakukan dalam

menghadapi

permasalahan tersebut?

7. Adakah bentuk

kerjasama dengan orang

tua dalam menerapkan

pendidikan seks untuk

(29)

Tabel 3.4

Instrumen Pengumpulan Data Wawancara Guru

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana konsep

pendidikan seksual

menurut ibu?

2. Apa saja bentuk-bentuk

pendidikan seksual yang

diberikan pada anak di

TK Salman Al Farisi

Kota Bandung?

3. Apakah ibu pernah

mengikuti

pelatihan/workshop

mengenai pendidikan

seksual untuk anak usia

dini?

4. Kapan mulai

diterapkannya

pendidikan seksual untuk

anak usia dini di TK

Salman Al Farisi Kota

Bandung?

5. Adakah media

pembelajaran yang

digunakan untuk

menunjang pendidikan

(30)

dini?

6. Adakah sarana dan

prasarana yang dapat

menunjang pendidikan

seksual untuk anak usia

dini?

7. Adakah bentuk

sosialisasi terhadap orang

tua dalam menerapkan

pendidikan seks untuk

anak usia dini?

Bagaimana cara ibu

memberikan pendidikan

seksual pada anak usia

dini?

8. Pernahkah ibu

menemukan

permasalahan yang

berkaitan dengan

perkembangan seksual

anak?

9. Apa kendala yang

dihadapi saat

memberikan pendidikan

seks pada anak?

(31)
[image:31.595.168.518.141.743.2]

Tabel 3.5

Instrumen Pengumpulan Data Wawancara Orang Tua

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana pendapat ibu

mengenai program

pembelajaran di TK

Salman Al Farisi Kota

Bandung?

2. Bagaimana pendapat ibu

mengenai permasalahan

seksual yang sering

terjadi pada anak? Dan

apa yang ibu lakukan

untuk menghindari anak

dari kekerasan seksual?

3. Pernahkan TK Salman Al

Farisi mengadakan

kegiatan parenting

mengenai pendidikan

sekssual untuk anak usia

dini?

4. Apakah sarana dan

prasarana di TK Salman

Al Farisi sudah

menunjang/mendukung

dalam penerapan

pendidikan seksual untuk

(32)

5. Menurut ibu apakah TK

Salman Al Farisi sudah

menerapkan pendidikan

seks untuk anak usia

dini?

6. Menurut ibu pentingkah

pendidikan seksual

diterapkan

disekolah?mengapa?

7. Bagaimana peran ibu di

rumah dalam

menerapkan pendidikan

seksual pada anak?

3. Dokumentasi

Menurut Basrowi & Suwandi (2008: 158) dokumentasi merupakan

suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan

penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan

perkiraan.

I. Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (Moleong, 2007:

248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

(33)

Miles and Huberman (Sugiyono, 2008: 246) mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: data reduction (reduksi data),

data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification.

1. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

(Sugiyono, 2008: 247). Dalam mereduksi data pada penelitian

implementasi pendidikan seksual ini penulis memfokuskan pada

pertanyaan penelitian, yaitu konsep pendidikan seksual, implementasi

pendidikan seksual, dan kendala dan solusi dalam menerapkan

pendidikan seksual untuk anak usia dini di TK Salman Al Farisi.

Pertanyaan penelitian tersebut dikaitkan dengan hasil reduksi

wawancara dan observasi.

2. Penyajian data/display data. Dalam hal ini Miles and Huberman

(Sugiyono, 2008: 249) menyatakan bahwa yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif. Dalam penelitian ini penulis

menganalis data dengan mengkaitan antara hasil penelitian dengan

pembahasan penelitian mengenai konsep pendidikan seksual,

implementasi pendidikan seksual, dan kendala dan solusi dalam

menerapkan pendidikan seksual untuk anak usia dini di TK Salman Al

Farisi.

3. Conclusion drawing/verification. Langkah ketiga menurut Miles and

Huberman (Sugiyono, 2008: 252) adalah penarikan kesimpulan dan

dan verifikasi. Dalam tahap ini penulis menarik kesimpulan yang

mungkin dapat menjawab rumusan masalah, yaitu mengenai konsep

pendidikan seksual, implementasi pendidikan seksual, dan

kendala/solusi dalam menerapkan pendidikan seksual di TK Salman Al

(34)

Proses analisis dan interpretasi dalam penelitian ini dimulai dengan

menelaah seluruh data yang berhasil dikumpulkan, baik dari hasil

wawancara, pengamatan, maupun dari studi dokumentasi yang sudah

tertuang dalam catatan lapangan untuk kepentingan pengembangan teori

atau penemuan teori.

Pengolahan dan penganalisaan data dimaksudkan untuk meningkatkan

pemahaman peneliti terhadap masalah yang sedang diteliti dan upaya

memahami maknanya yakni implementasi pendidikan seksual untuk anak

usia dini di TK Salman Al Farisi Bandung.

Setelah data dianalisis dan diinterpretasikan peneliti kemudian

memadukan data dengan teori-teori yang relevan dan konsepsi penulis

tentang permasalahan yang menjadi fokus penelitian yakni implementasi

pendidikan seksual untuk anak usia dini di TK Salman Al Farisi Kota

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan

pemahaman secara mendalam mengenai implementasi pendidikan seksual

untuk anak usia dini di TK Salman Al Farisi Kota Bandung. Merujuk pada

pada bab IV, maka secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Konsep pendidikan seksual untuk anak usia dini menurut TK Salman

Al Farisi, pendidikan seksual adalah suatu bentuk pendidikan pada

anak, dalam rangka memagari anak agar terhindar dari kekerasan

seksual, melalui pendekatan akhlak Islami dalam kegiatan dan

pembisaan sehari-hari secara alami, disampaikan dengan

menggunakan bahasa yang sederhana seperti menjelaskan anggota

tubuh, menjaga anggota tubuh, menjaga kebersihan anggota tubuh, dan

menutup aurat.

2. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pelaksanaan program

pembelajaran di TK Salman Al Farisi sudah menggambarkan suatu

proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendidikan seksual

untuk anak usia dini. Implementasi pendidikan seksual di TK Salman

Al Farisi telah sesuai dengan teori, menerapkan pendidikan seks

dengan memfokuskan pada 3 bagian, yaitu: 1) pendidikan seksual

berkaitan dengan pengenalan jenis kelamin dan membersihkan anggota

tubuh, dalam pengenalan jenias kelamin guru melakukan segregasi

seks dalam berbagai aktifvitas, seperti: pemisahan anak laki-laki dan

perempuan dalam kegiatan berbaris, kegiatan fisik motorik, circle

(36)

seperti: pembiasaan mencuci tangan sebelum makan, mencuci tangan

dan kaki setelah melakukan kegiatan di luar kelas, dan menggosok gigi

sebelum tidur. 2) pendidikan seksual berkaitan dengan pencegahan

kekerasan seksual pada anak, dan 3) pendidikan seksual berkaitan

dengan pendidikan normatif. Pada implementasinya, TK Salman Al

Farisi mulai menerapkan pendidikan seksual untuk anak usia dini sejak

awal, dimulai dari tahun pelajaran baru, di bulan pertama kegiatan belajar mengajar berlangsung melalui “program pembiasaan”. Pendidikan seksual untuk anak usia dini di TK Salman Al Farisi

dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran

melalui materi pembelajaran tematik atau kegiatan pembiasaan dengan

menanamkan nilai-nilai Islami. Pendidikan seksual yang diterapkan

pada anak diberikan secara terus menerus dan berkesinambungan,

didukung dengan kerjasama yang dilakukan antara pihak TK dengan

orang tua, dan didukung dengan sarana prasarana yang dapat

menunjang terlaksananya pendidikan seksual untuk anak usia dini.

3. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat kendala dalam

menerapkan pendidikan seksual untuk anak usia dini, yaitu kendala

berkaitan dengan penggunaan bahasa yang sederhana ketika akan

menyampaikan informasi kepada anak berkaitan dengan pendidikan

sek, kendala berkaitan dengan adanya perbedaan kondisi di sekolah

dan di rumah dalam menerapkan pendidikan seksual untuk anak usia

dini, dan kendala berkaitan dengan media pembelajaran berkaitan

dengan pendidikan seks untuk anak usia dini. Meskipun demikian, TK

(37)

B. Rekomendasi

Saran yang disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala TK Salman Al Farisi

Diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dengan orang tua dalam

memberikan pendidika seks untuk anak usia dini melalui kegiatan

sosialisasi/ seminar yang berkaitan dengan pendidikan seks untuk anak

usia dini.

2. Lembaga pendidikan anak usia dini

Diharapkan dapat mengintegrasikan pendidikan seks dengan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan anak

dalam meningkatkan pentingnya memberikan pendidikan seks sejak

dini.

3. Orang Tua

Diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dengan pihak sekolah

berkaitan dengan memberikan pendidikan seks untuk anak usia dini.

4. Bagi peneliti selanjutnya.

Perlu diadakannya penelitian yang lebih mendalam mengenai

implementasi pendidikan seksual untuk anak usia dini di lembaga

pendidikan anak usia dini dalam waktu yang lebih lama dan

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.5

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Studi efektivitas biaya antibiotik pada pasien Community-Acquired Pneumonia di RSUD Dr.Soetomo Surabaya”.. ini disusun untuk memenuhi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas media pembelajaran berbasis web dengan materi Autodesk Inventor 2012 dalam hal tampilan, isi, bahasa dan

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Penawaran Teknis Nomor: 04 /Survey/PTPBJ/BPPDA/2012 tanggal 28 Maret 2012 untuk pekerjaan pekerjaan Survey Kepuasan Publik Terhadap

Demikian Penetapan ini, apabila ternyata terdapat kekeliruan akan dilakukan perubahan. Probolinggo, 20

Panti asuhan yang bergerak dalam bidang sosial, sangatlah tepat dijadikan sebagai lembaga dakwah yang efektif dan efisien karena kegiatan dakwah dilakukan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertanyaan guru ditinjau dari aspek kognitif dan afektif dalam kegiatan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran IPS di kelas IV

Ekstrak metanol dan fraksi kloroform dari simplisia daun sirsak bersifat antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Untuk mengetahui informasi