BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
E. Dukungan Lurah
2. Lurah datang ke posyandu tepat waktu
2. Kurang setuju 5 12,8
Jumlah 39 100
2 Lurah datang ke posyandu tepat waktu Jumlah % 1. Tidak setuju
2. Kurang setuju 4 10,3
Jumlah 39 100
3 Lurah selalu ikut serta dalam kegiatan Posyandu Jumlah % 1. Tidak setuju
2. Kurang setuju 11 28,2
Berdasarkan persepsi responden tentang dukungan lurah diketahui sebanyak 35 orang (89,7%) termasuk kategori buruk dan 6 orang (15,4%) termasuk kategori sedang. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Distribusi Kategori Persepsi tentang Dukungan Lurah ]]
No Variabel Jumlah %
Persepsi dukungan lurah
1. Buruk 35 89,7
2. Sedang 14 15,4
Jumlah 39 100
4.2.6. Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila, sebanyak 10 orang (25,6%) termasuk kategori buruk, 16 orang (41,1%) dan 13 orang (33,3%) termasuk kategori baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Distribusi Kategori Variabel Tingkat Pemanfaatan Posyandu usila
No Variabel Jumlah %
Tingkat pemanfaatan posyandu usila
1 Buruk 10 25,6
2. Sedang 16 41,1
3. Baik 13 33,3
Jumlah 39 100
4.3. Analisis bivariat
Untuk menjelaskan hubungan variabel bebas persepsi tentang posyandu usila (meliputi: kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah) dengan variabel terikat (tingkat pemanfaatan posyandu usila) digunakan uji statistik korelasi Pearson Product Moment dengan hasil sebagai berikut:
1. Variabel persepsi tentang kegiatan posyandu usila (ρ = 0,000), variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu usila (ρ = 0,000), variabel persepsi tentang fasilitas posyandu usila (ρ = 0,032) dan variabel persepsi tentang lokasi posyandu usila (ρ = 0,000) menunjukkan hubungan secara signifikan dengan variabel tingkat pemanfatan posyandu
usila karena nilai ρ < 0,05.
2. Variabel persepsi tentang dukungan lurah tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila (ρ > 0,05).
3. Menurut Colton (Hastono,2001) melalui hasil uji statistik dari korelasi Pearson dapat dilihat kekuatan hubungan dari dua variabel secara kualitatif sehingga ditarik kesimpulan sebagai berikut (Hastono,2001) :
a. Hubungan variabel persepsi tentang kegiatan posyandu dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,781) dan berpola positif, artinya semakin tinggi persepsi tentang kegiatan posyandu maka akan semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan posyandu usila. b. Hubungan variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader
posyandu dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,711) dan berpola positif, artinya semakin baik persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu maka maka akan semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan posyandu usila.
c. Hubungan variabel persepsi tentang fasilitas posyandu dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,345) dan berpola positif, artinya semakin tinggi persepsi tentang fasilitas posyandu
usila dengan tingkat pemanfaatan posyandu usila maka maka akan semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan posyandu usila.
d. Hubungan variabel persepsi tentang lokasi posyandu dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,719) dan berpola positif, artinya semakin tinggi persepsi tentang lokasi posyandu maka maka akan semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan posyandu usila.
Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson No Variabel Correlation Coefficient
(r)
Sig
(ρ)
1. Persepsi tentang kegiatan posyandu 0,781 0,000 2. Persepsi tentang penampilan kerja
(performance) kader posyandu 0,711 0,000 3. Persepsi tentang fasilitas posyandu 0,345 0,032 4. Persepsi tentang lokasi posyandu 0,719 0,000 5. Persepsi tentang dukungan lurah 0,143 0,385
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan untuk masuk pada uji analisis regresi linier berganda, variabel numerik terutama variabel terikat harus berdistribusi normal.
Apabila nilai uji statistik kolmogorv smirnov (ρ > 0,050) terutama variabel terikat, maka data berdistribusi normal. Pada uji kolmogorov smirnov diperoleh data variabel
terikat (ρ =0,051 ) > 0,050 maka data berdistribusi normal.
4.4. Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji yang digunakan dalam analisis multivariat adalah uji regresi linier berganda. Berdasarkan hasil uji statistik bivariat, dapat diketahui
bahwa variabel persepsi tentang kegiatan posyandu, variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu, variabel persepsi tentang fasilitas posyandu dan variabel persepsi tentang lokasi posyandu dapat dilanjutkan ke analisis
multivariat regresi linier berganda karena menunjukkan ρ-value<0,25. Hasil uji statistik regresi linier berganda dengan tingkat kepercayaan 95% (α =0,05) menunjukkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel persepsi tentang kegiatan
posyandu (ρ=0,002), variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu usila (ρ = 0,024), variabel persepsi tentang fasilitas posyandu usila (ρ = 0,001) dan variabel persepsi tentang lokasi posyandu usila (ρ = 0,000) terhadap variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila.
2. Nilai koefisien determinan (R Square) menunjukkan nilai 0,812 ini berarti variabel persepsi tentang kegiatan posyandu, variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu, variabel persepsi tentang fasilitas posyandu dan variabel persepsi tentang lokasi posyandu memberikan pengaruh terhadap variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila sebesar 81,2% dan sisanya 19,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
3. Hasil uji anova mengungkapkan nilai F hitung (F = 36,832) dan
ρ=0,000<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang kegiatan posyandu, variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader
posyandu usila, variabel persepsi tentang fasilitas posyandu usila dan variabel persepsi tentang lokasi posyandu usila secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila pada tingkat kepercayaan 95%.
4. Model persamaan regresi yang terbentuk adalah:
Y = -0,130 (konstanta) + 0,649 X1 + 0,391 X2 + -0,449 X3 +0,484 X4 Keterangan:
Y = Variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila. X1 = Variabel persepsi tentang kegiatan posyandu.
X2 = Variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu.
X3 = Variabel persepsi tentang fasilitas posyandu. X4 = Variabel persepsi tentang lokasi posyandu.
Berdasarkan persamaan di atas dapat dideskripsikan bahwa :
1. Apabila dinaikkan satu poin variabel persepsi tentang kegiatan posyandu maka variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila akan meningkat sebesar 0,649 kali
2. Apabila dinaikkan satu poin variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu maka variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila akan meningkat sebesar 0,391 kali.
3. Apabila dinaikkan satu poin variabel persepsi tentang fasilitas posyandu maka akan diikuti penurunan nilai variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila sebesar -0,449 kali.
4. Apabila dinaikkan satu poin variabel persepsi tentang lokasi posyandu maka variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila akan meningkat sebesar 0,484 kali.
Hasil analisis regresi tersebut sesuai dengan tabel 4.16 berikut ini: Tabel 4.16. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel
Persepsi tentang Posyandu Usila terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila
No Variabel Taraf Signifikan B R Adjusted R quare P Value 1. Konstanta -0,130 0,812 0,790 0,000 2. Persepsi tentang kegiatan posyandu 0,002 0,649 3. Persepsi tentang penampilan kerja kader 0,024 0,391 4 Persepsi tentang fasilitas posyandu 0,001 -0,449 5 Persepsi tentang lokasi posyandu 0,000 0,484
BAB V PEMBAHASAN
Hasil analisis uji statistik regresi linier berganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang kegiatan posyandu, variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu, variabel persepsi tentang fasilitas posyandu, dan variabel persepsi tentang lokasi posyandu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemanfaatan posyandu usila, sedangkan variabel persepsi tentang dukungan lurah tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila.
5.1. Pengaruh Variabel Persepsi tentang Kegiatan Posyandu terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila
Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang kegiatan posyandu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila, ρ= 0,002 < α = 0,05.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Permatasari (2007) di Desa Lempur Tengah Kabupaten Kerinci, bahwa persepsi ibu bayi/balita tentang pelayanan posyandu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan posyandu. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jadwal posyandu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan posyandu. Hal ini didukung oleh penelitian Suwarsono (2003) di Dusun Klowok Lor Kabupaten Temanggung, bahwa usila yang belum datang secara teratur karena sering lupa jadwal pelaksanaan posyandu setiap bulannya dan adanya kesibukan bekerja di sawah.
Menurut Thadeus dan Maine dalam Laili (2008), faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah kualitas pelayanan. Hal ini didukung oleh penelitian Henniwati di Puskesmas Kabupaten Aceh Timur (2008), bahwa kualitas pelayanan kesehatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu usila.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aswan (2006) di Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah, bahwa persepsi usila tentang posyandu usila yang meliputi harapan terhadap pemeriksaan dan pengobatan yang lebih lengkap dan jam buka sesuai jam kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan posyandu usila.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sorkin dalam Hasibuan (2008) yang mengatakan bahwa kemampuan institusi menciptakan kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan keragaman pelayanan memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Menurut Notoatmojo (2003), kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Katz dalam Notoatmojo (2003), seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.
Menurut Tjitoherijanto (1994), pemanfaatan pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan tersebut. Dari sudut pandang demand, masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya yang lebih tinggi, sehingga mereka
memerlukan pelayanan kesehatan sebagai salah satu untuk mencapai status kesehatan yang lebih tinggi.
Pembentukan posyandu usila pada prinsipnya harus didasarkan atas inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usila. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan posyandu usila, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang telah ada seperti kelompok arisan usila, kelompok pengajian, kelompok jemat gereja, kelompok senam usila dan lain-lain (Depkes RI,2004).
Berdasarkan hasil wawancara, responden menyatakan membutuhkan posyandu usila sebagai salah satu sarana untuk menjaga kesehatan. Menurut responden, selain dapat memeriksakan kesehatan secara gratis, dengan menghadiri kegiatan posyandu pengetahuan tentang kesehatan meningkat. Hal inilah yang menjadi dasar pembentukan sikap dan mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu usila. Alasan lain responden ikut serta dalam kegiatan posyandu karena posyandu usila memberikan tempat untuk berinteraksi sehingga menambah wawasan baru dan semangat karena adanya perasaan senasib dengan sesamanya.
5.2Pengaruh Variabel Persepsi tentang Penampilan Kerja (performance) Kader Posyandu terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila
Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila, ρ = 0,024 < α =
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kristiani (2006) di Kota Denpasar, bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh peran kader sebagai motor penggerak. Hal tersebut dikarenakan salah satu tugas utama kader adalah menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu.
Kader mempunyai peranan sentral dalam program integrasi di masyarakat dalam konsep posyandu yaitu pelayanan dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat. Agar penampilan kerja kader posyandu dapat meningkat maka perhatian terhadap variabel kemampuan kader posyandu dan motivasi kerja kader merupakan prasyarat untuk meraih prestasi kerja yang optimal sebagaimana konsep yang diajukan oleh Heider (1958) dalam teori attributasi, bahwa performance atau penampilan kerja adalah hasil interaksi antara kemampuan dan motivasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yulfar (1998) di Provinsi Riau, yang membuktikan secara nyata terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan kader dengan penampilan posyandu, motivasi kader dengan penampilan posyandu, serta faktor kemampuan dan motivasi secara bersama-sama terhadap penampilan posyandu.
Peningkatan kualitas kader posyandu baik melalui peningkatan pengetahuan teknis kesehatan maupun keterampilan, khususnya keterampilan manajemen pengelolaan posyandu berperan besar dalam upaya peningkatan fungsi posyandu. Di samping itu pemberian motivasi kepada kader posyandu mempunyai dampak yang positif guna memacu semangat dan gairah kerja posyandu.
5.3. Pengaruh Variabel Persepsi tentang Fasilitas Posyandu terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila
Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang fasilitas posyandu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila, ρ= 0,001 < α = 0,05.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Silalahi (2009) di Puskesmas Padang Bulan Medan, bahwa variabel fasilitas kesehatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Buchari dan Dever yang dikutip oleh Azhari (2002), bahwa kepercayaan terhadap fasilitas kesehatan merupakan salah satu fungsi yang memengaruhi seseorang dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green dalam Notoatmojo (2003) di mana faktor ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor yang memengaruhi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Fasilitas sarana dan prasarana mendukung ikut berperan serta membentuk terjadinya perilaku seseorang/masyarakat. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan fasilitas untuk memungkinkan/mendukung perilaku tersebut.
Hasil wawancara dengan responden menunjukkan, tingkat fasilitas kesehatan dinyatakan baik karena pada umumnya responden menyatakan bahwa dengan adanya pelayanan pemeriksaan kesehatan meliputi : pengukuran tekanan darah, penyuluhan kesehatan serta konseling yang diberikan oleh petugas kesehatan, mereka dapat mengontrol kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit yang diderita serta berperilaku sehat.
Berdasarkan pengamatan penulis, fasilitas kesehatan (sarana dan prasarana) posyandu usila yang ada tidak sebanding dengan tuntutan kebutuhan kesehatan usila yang mengalami proses degeneratif. Menurut Azwar (1996), tuntutan kesehatan berkaitan dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, dengan demikian perkembangan teknologi harus selalu diperhatikan agar kegiatan pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan bermutu terhadap konsumen.
5.4. Pengaruh Variabel Persepsi tentang Lokasi Posyandu terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila
Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang lokasi posyandu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila, ρ= 0,000 < α = 0,05.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rivai (2004) di Puskesmas Binjai, bahwa persepsi masyarakat tentang lokasi posyandu mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai juga dengan penelitian Adri (2008) di provinsi NAD, bahwa variabel jarak tempuh, variabel waktu tempuh dan variabel sarana transportasi dari tempat tinggal responden ke pelayanan kesehatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Menurut Notoatmojo (2007), jarak dari tempat tinggal ke sarana kesehatan mendukung usila dalam mengakses pelayanan kesehatan. Hasil pengkajian WHO di negara-negara berkembang menyatakan bahwa meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi, apabila tidak didukung oleh keterjangkauan sarana kesehatan maka akan sulit untuk mewujudkan perilaku sehat tersebut.
Hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa jarak posyandu yang dekat membuat responden merasa aman/merasa mudah untuk menjangkau tanpa harus menimbulkan kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan tubuh/kekuatan fisik sehingga menimbulkan motivasi usila untuk mengikuti posyandu usila. Hal ini sesuai dengan pendapat Erfandi (2008), bahwa kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan bagi usila.
5.5. Pengaruh Variabel Persepsi tentang Dukungan Lurah terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila
Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang dukungan lurah tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tingkat pemanfaatan posyandu usila (ρ=0,385 < α = 0,05.).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Laili (2008) di Kabupaten Tapanuli Tengah, bahwa variabel dukungan lurah mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori Green dalam Notoatmojo (2003) yang menyatakan bahwa sikap dan perilaku yang positif dari kelompok referensi antara lain lurah/kepala desa memperkuat terbentuknya perilaku kesehatan.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam menumbuhkembangkan posyandu usila merupakan upaya fasilitas agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi kebutuhan setempat (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2007)
Craig dan Mayo dalam Yustina (2008) mengatakan bahwa empowerment is road to participation. Dengan demikian, jika partisipasi masyarakat saat ini dirasakan masih relatif rendah berarti pemberdayaan masyarakat belum berhasil menumbuhkan inisiatif, rasa memiliki, serta mendorong kontribusi sumber daya terhadap pemanfaatan posyandu usila.
Menurut Depkes RI (2007), lurah adalah pihak yang bertanggungjawab dalam terselenggaranya Lurah diharapkan dapat memberikan dukungan kebijakan, saran dan dana penyelenggaraan posyandu usila serta mengoordinasikan penggerakkan masyarakat dan kader posyandu untuk berperan aktif dalam posyandu usila.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, responden menyatakan bahwa keterlibatan pemerintah/lurah sangat jarang, hanya datang untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Mengingat kegiatan posyandu merupakan kegiatan masyarakat setempat, maka diharapkan Pemerintah setempat (Lurah) untuk terlibat dan memberi dukungan terhadap penyelenggaraan posyandu usila serta menumbuhkan kesadaran semua warga agar menyadari bahwa posyandu adalah milik warga setempat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
1. Diketahui dari 39 responden di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar bahwa tingkat pemanfaatan posyandu usila sebanyak 10 orang (25,6%) termasuk kategori baik, 16 orang (41,0%) termasuk kategori sedang dan 13 orang (33,3%) termasuk kategori buruk.
2. Variabel persepsi tentang kegiatan posyandu usila (ρ = 0,002), persepsi tentang penampilan kerja (performance) kader posyandu usila (ρ = 0,024), persepsi tentang fasilitas posyandu usila (ρ = 0,001) dan persepsi tentang lokasi posyandu usila (ρ = 0,000) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemanfaatan posyandu usila.
3. Variabel persepsi tentang dukungan lurah tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat pemanfaatan posyandu usila (ρ =0,385).
6.2. Saran
1. Diharapkan kerjasama antara kader posyandu dengan masyarakat untuk meningkatkan keragaman kegiatan posyandu yang dapat meningkatkan kualitas hidup usila serta disesuaikan dengan kebutuhan usila dan potensi masyarakat setempat, seperti program olahraga yakni senam usila atau gerak jalan santai, program peningkatan keterampilan dan program kunjungan rumah (home care) bagi usila yang tidak mampu berjalan sendiri ke posyandu usila
2. Diharapkan kepada kader posyandu usila untuk meningkatkan penampilan kerja (performance) dan lebih berperan aktif sebagai penggerak masyarakat dalam memanfaatkan posyandu usila.
3. Diharapkan kerjasama antara Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar dan masyarakat untuk meningkatkan penyediakan fasilitas kesehatan yang dapat mendeteksi dini penyakit usila seperti pemeriksaan gula darah, pemeriksaan air seni dan lain-lain.
4. Diharapkan kepada masyarakat untuk membentuk posyandu-posyandu usila baru yang lebih mudah dijangkau usila.
5. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar mengadakan penelitian yang lebih kompleks dan akurat dalam membahas mengenai usila yang tidak memanfaatkan posyandu usila.
DAFTAR PUSTAKA
Adri, 2008. Faktor yang Mempengaruhi Cakupan Program Pemeriksaan Kehamilan (K1 dan K4) di Puskesmas Runding Kota Subulussalam Provinsi NAD. Tesis, Program Magister Administrasi Rumah Sakit, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana USU, Medan.
Agustina, Ida. Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling dan Need Usila terhadap pemanfaatan Posyandu Usila di Kelurahan Sekip Wilayah Kerja Puskesmas Petisah Kecamatan Medan Petisah Tahun 2008. Skripsi, FKM, USU.
Aswan,2006. Upaya Meningkatkan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Usila (Usia Lanjut) di Puskesmas Banggai Kabupaten Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi Tenggah. http://www.adln.lib.unair.ac.id.
Azhari, 2002. Pengaruh Sosio Demografi terhadap Pemanfaatan Posyandu di Kelurahan Kisaran Timur Kabupaten Asahan. Skripsi, FKM, USU.
Basuki, 2009. Posyandu Lansia Sebagai Solusi Kepedulian Pemerintah terhadap Para Lanjut Usia di Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun. http://hargo-b.blog.friendster.com.
BPS Kota Pematangsiantar, 2009. Siantar dalam Angka 2009. Pematangsiantar.
Depkes RI, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 1957/ Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota . Jakarta.
...,2003. Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.
..., 2003. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di kelompok Usia Lanjut. Jakarta.
..., 2004. Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Jakarta
..., 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.
Depsos, 2008. Sambutan Menteri Sosial Republik Indonesia pada Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional Tahun 2008 di Seluruh Indonesia. http://www.depsos.go.id
Dinkes Kabupaten Banggai, 2008. Jumlah Penduduk Lanjut Usia Meningkat. http://dinkesbanggai.wordpress.com.
Dinkes Kota Pematangsiantar, 2009. Laporan Cakupan Posyandu Usila DKK Pematangsiantar Tahun 2008. Pematangsiantar.
..., 2009. Profil Kesehatan Kota Pematangsiantar Tahun 2008. Pematangsiantar.
Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Medan.
………., 2007. Pelatihan Bagi Petugas Puskesmas untuk Revitalisasi Posyandu. Medan.
Erfandi, 2008. Pengelolaan Posyandu Usila. http : / www. puskesmas oke blog spot.com.
Gemari, 2008. Gerakan Nasional Pemberdayaan Lanjut usia. http//gemari.or.id. Hasibuan, Tihar, 2008. Pengaruh Persepsi Pasien tentang Mutu Pelayan Kesehatan
terhadap Pemanfaatan Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea. Tesis, Program Magister Administrasi Rumah Sakit, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana USU, Medan. Hastono, S,P, 2001. Modul Analisa Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Henniwati, 2008. Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur.
Lalili, Ewiya, 2008. Pengaruh Karakteristk Masyarakat Miskin dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Pelayanan R.S.U. Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Tesis, Program Magister Administrasi Rumah Sakit, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana USU, Medan.
Katrin, Christina, 2001. Persepsi Masyarakat tentang Puskesmas dan Pengaruhnya terhadap Pemanfaatan Puskesmas di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. Skripsi FKM. USU, Medan.
Makara, 2006. Sehat di Usia Tua
Nasution, Iswadi, 2007. Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pengguna Askeskin di Puskesmas Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu. Skripsi FKM. USU, Medan.
Notoatmojo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Nugroho, Wahjudi., 1995. Perawatan Usia Lanjut. Penerbit EGC Edisi 2. Jakarta. ..., 2000. Keperawatan Gerontik. Penerbit EGC Edisi 2. Jakarta. Permatasari, (2007). Pengaruh Persepsi Ibu Bayi / Balita tentang Posyandu
terhadap pemanfaatan Posyandu di desa Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci. Tesis, Program Magister Administrasi Rumah Sakit, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana USU, Medan.
Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar, 2009. Profil Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2009. Pematangsiantar.
Riduwan, 2002. Skala Pengukuran variabel-variabel penelitian. PT.Alfabeta. Bandung.
Rivai, Achmad, 2005. Pengaruh Persepsi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Pelayanan Pengobatan di Puskesmas Binjai. Tesis, Program Magister Administrasi Rumah Sakit, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana USU, Medan.