MAKARA,
SOSIAL
HUMANIORA,
VOL. 14,
NO.
1,JULI
2010.. 65-74
STRATEGI PEMBELAJARAN, TIPE KEPRIBADTAN
DAN
HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA
SISWA
SEKOLAH
MEI{ENGAH PERTAMA
Heni Mularsih
Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum (LIPT
MKU),
Universitas Tarumanagara, Jakartall440,Indonesia
E -mail : hhheni@y aho o. c o.
id
Abstrak
Tujuan penelitian
ini
adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran (kooperatif dan individual) dan tipekepribadian (ekstrover dan introver) terhadap
hasil
belajar Bahasa lndonesia. Penelitianini
menggunakan metodeekperimental dengan desain
faktorial
2
x
2
dengan sampel48
siswa Sekolah Menengah Perlama(SMP)
di
kotaTangerang.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa(1)
hasil belajar
siswayang mengikuti
strategi pembelajarankooperatif lebih tinggi daripada yang mengikuti pernbelajaran individual, (2) tidak ada perbedaan yang signifftan antara
hasil belajar siswa yang
berkepribadian
ekstrover dan introver,(3)
terdapat interaksi yangpositif
antara strategipembelajaran dan tipe kepribadian siswa pada hasil belajar bahasa Indonesia, (4) hasil belajar siswa yang ekstrover,
yang mengikuti strategi pembelajaran kooperatif lebih
tinggi
daripada mengikuti strategi pembelajaran individual, (5)hasil belajar siswa yang introver, yang mengikuti strategi pernbelajaran
individual
lebihtinggi
daripada mengikutistrategi pembelajaran
kooperatif.
Simpulannya, strategi pembelajaran dapat meningkatkanhasil belajar
bahasa Indonesia siswa dengan mempertimbangkan tipe kepribadian siswa.Instructional
Strategies,
Personality
Types and the Outcome of
Junior High
School Students
on
Learning
Bahasa
Indonesia
Abstract
The objective of the research is
to
study the effect of the instructional strategies (cooperative and individual leaming) and personality types(extrovefi
andintrovert) on the
outcomeof
studentson
leaming Indonesian language. The research employed the experimental methodwith 2 x 2
factorial design on a sampleof
48 students, conducted at thesecondary school
in
TangerangCity.
The resultof
the
research showsthat: (1) the
outcomeof
students leamingfollowing the instruction
with
cooperative strategy are higher than thosefollowing
individual instruction, (2) there areno
significant differencesof
learning outcome betweenthe
studentshaving
extroverttype
andintrovert
tlpe
of
personality, (3) there is a significant interaction effect between the instructional strategy and the personality type on thesecondary school outcome
of
the students learning Indonesian language, (4) the outcomeof
extroverttlpe
studentslearning, following the instruction
with
cooperative strategy are higher than thosefollowing
individual instruction, (5) the outcome of introvert type students learning, following the instructionwith
individual strategy are higher than thosefollowing cooperative instruction. In conclusion, the instructional strategy can increase the outcome of students learning Indonesian language by considering the students' personality type.
Keyword : instructional strategy, learning outconxe, p ers onality typ es
1.
Pendahuluan
Hasil
survei The Political
and
Economic
RiskConsultancy (PERC) menyimpulkan
bahr.va sistempendidikan
di
Indonesia berada pada peringkat terakhirdari 12 negara dan
di
bawah Vietnam yang menenrpatiperingkat
11
(Hayat: 2004).
Bukti lain
hasil
studiInternational
Institute.for
Management Developntent menempatkan Indonesia pada peringkatpaling
rendahdari
49
negara dalamhal
pencapaian CompetitivenessIndex (Q11 yang merupakan salah satu indikator tentang
66 MA
KARA,
S O S TAL
HU
MANI
OR4, VOL. 14.
NO.
I.
JLTLI
2010:
65-74
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada umunmya (Supriyoko, 2004).
Mutu pendidikan atau k-ualitas pendidikan yang
diwakili
oleh hasil belajar
siswatidak
dapat dilepaskan darifaktor-faktor
yang
mempengaruhinya,yaitu
faktor ekstemal danfaktor
intemal (Soekamto, 1992). Faktorinternal adalah
faktor
yang berasaldari
dalam
siswayang
meliputi
kernampuan, perhatian, motivasi, sikap,retensi, dan kepribadian siswa. Faktor ekstemal adalah
faktor yang
berasaldari luar
siswa, yang
meliputistrategi mengajar, alat evaluasi, lingkurgan beiajar, dan media pengajaran.
Studi ini membatasi diri pada salah satu faktor ekstemal
sebagai variabel bebas,
yaitu
"strategi pembelajaran"yang
terdiri
atas strategi pembelajaran kooperatif danstrategi pembelajaran
individual
denganmodul.
Salahsatu
faktor
internal berfungsi sebagai variabel atribut,yaitu
"tipe
kepribadian"
yang terdiri
atas
tipekepribadian ekstrover dan introver. Pilihan
ini
didasarioleh
suatll
dugaan
bahwa
kedua
faktor
tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa.Terjadi
peningkatan angka ketidaklulusan pada tahun200312001,
SMP/MTs
dari
6,96Yomenjadi
13,62%,tingkat SMAA,{A dari
9,22ohmenjadi
20,19oh, dantingkat
SMK
dari
12,21%menjadi
22,48To (Azra, 2005). Pembelajaran bahasa Indonesiadi
sekolah, salahsatu mata
ujian
untuk
kelulusan, dipandang belum berhasil. Kemampuan bahasa siswa rendah karena gurutidak mengajarkan bahasa, tetapi hanya "tentang bahasa"
(Dadang, 2005). Yulisma (2005)
juga
mengatakanbahwa perr,belajaran bahasa Indonesia
tidak
menarik,terjadi kekakuan pembelajaran, pengelolaan kelas tidak
tercapai, kelas menjadi ribut, dan berbagai problematika
lain. Hal
tersebut menunjukkan adanya masalah dalampembelajaran.
Indikator
adanya masalah
tersebutditunjukkan dengan menumnnya
nilai
hasil belajar dantidak
tepatnya penerapan metode/strategi pembelajarandalam
penyampaianmateri
ajar.
Dengan
ketepatanpemilihan strategi pembelajaran diharapkan dapat lebih
memudahkan siswa dalam belajar.
Dengan demikian, pemasalahamya adalah: pefiama,
apakah terdapat perbedaan
hasil
beiajar
bahasa Indonesia pada siswa yang dibelajarkan dengan strategipernbelajaran
kooperatif
dan
individual.
Di
antarakeduanya, manakah
yang
memberikanhasil
belajarlebih
tinggi,
strategi
pembelajarankooperatif
atauindividual dalam mata pelajaran Bal.rasa Indonesia pada
siswa SMP? Kedua, apakah terdapat perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia antara siswa yang
berkepriba-dian
ekstrover dengan siswa
yang
berkepribadianintrover?
Ketiga,
apakah terdapat pengaruh interaksiantara strategi pembelajaran dengan
tipe
kepribadianterhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa? Keempat,
Apakah
hasil
belajar siswa
yang
berkepribadianekstrover lebih tinggi
jika
dibelajarkan dengan strategipembelajaran kooperatif daripada dengan
strategipembelajaran
individual
dalam mata pelajaran BahasaIndonesia
pada siswa SMP? Keiima, Apakah
hasilbelajar siswa yang berkepribadian introvefi lebih tinggi
jika
dibelajarkan
dengan
strategi
pembelajaranindividual
daripada dengan strategi
pembelajaranindividual dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa SMP?
Belajar dan Hasil
Belajar.
Hergenhahndan
Olson(1993)
berpendapatbahwa belajar adalah
sebagaiperubahan
yang
relatil
tetap
di
dalamperilaku
atauperilaku potensial sebagai hasil dari proses pengalaman
dan bukan atribut
dari
perubahan atau peftumbuhankondisi
fisik
yang diakibatkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan.Hasil belaiar adalah perolehan sisrva setelah mengikuti
proses
belajar
dan
perolehan tersebutmeliputi
tigabidang
kemampuan,
yaitu
kognitif, afektif,
danpsikomotor
(Bloom,
1974).Hasil
belajarmemiliki
ciri (1) tingkah laku baru berupa kemampuan vang aktual,(2) kemampuan baru tersebut berlaku dalam waktu yang
larna,
dan
(3)
kemampuanbaru
tersebut diperolehmelalui suatu peristiwa belajar
(Snelbecker, 1914).Perbuatan dan hasil belajar
itu
dapat dimanifestasikandalam wujud (1) perlambahan materi pengetahuan yang berupa flakta; informasi, prinsip atau hukum atau kaidah prosedur atau pola kerja atau teori sistem
nilai-nilai
dan sebagainya,(2)
penguasaan pola-pola perilakukognitif
(pengamatan) proses berpikir; mengingat atau mengenal
kembali, perilaku
afektif
(sikap-sikap
apresiasi.penghayatan,
dan
sebagainya);periiaku
psikomotorik (keterampilan-keterampilanpsikomotorik
termasukyang
bersifat ekspresit), dan (3) perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang tangible maupun intangibl.e (Syamsudin, 2001).Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang merrpergunakan
simbol-simbol yang bersifat
arbitrer,i manasuka,yang
dapatdiperkuat
dengan gerak--eerik badaniahyang
nyata.Simbol
adalah tanda 1'ang diberikan makna teftentu,yaitu
mengacu pada sesuatu 1'ang dapat diserap olehpancaindera
(Keraf, 1993).
Secararinci,
bahasa itumempunyai
ciri-ciri
tertentlr.
vaitn
(1)
merupakanseperangkat
bunyi, yang
urutallnvataat
pada kaidahteftentu,
(2)
bersilat
arbitrer. hubr-rngan antara bunyi atau urutan objeknya bersifhtalbitler
dantidak
dapatditerka, (3) bersifat sistematis. setiap bahasa mempunyai
sistem
sendiri-sendirilang
berbedadengan
sistem bahasa manapun, (4)
bahasa merupakan seperangkatsimbol,
bunyi
bahasa vang dihasilkan oleh alat bicaramanusia yang berwujud kata-kaia. sebenarnya simbol
yang mewakili suatu
benda. l,-rriSes.
peristiwa
atauMAKAR
,SOSIAL HUA.L4NIORA, VOL. 14,
l{O.
l,
JULI
2010:
65-74
67Secara
umum,
bahasaitu
mempunyaisuatu
fungsi tertentu,yaitu (1)
alat r.mtuk menyatakan ekspresi diri,menyatakan secara terbuka segala sesuafu yang tersirat
di
dalam dadakita,
(2)
alat komunikasi, merupakansaluran perumusan maksud
kita yang
memungkinkankita
menciptakankerja
sarna,(3)
alat
mengadakanintegrasi
dan
adaptasi sosial, bahasa merupakan alatyang memungkinkan
tiap
oranguntuk
merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, sefta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan denganmenghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya,
(4)
alatmengadakan kontrol sosial (Keraf, 1993).
Mengingat
betapapentingnya
bahasa, pembelajaran bahasa harus dilakukan secara tepat. Berkaitan denganmembelajarkan bahasa secara
formal kepada
siswa drperlukan teori pembelajaran bahasa yang melandasinya.Daiam
teori
pembeiajaran bahasa, Kumaravadivelu(2006) berpendapat bahwa ada
4
karakteristik bentukaktivitas guru
di
dalam kelas,yaitu
(1)
guru
harusmelakukan aktivitas yang berfokus pada makna. Dalam pembelajaran, guru membuat siswa beraktivitas supaya
pernbelajaran menjadi bermakna. Contoh pembelajaran berdasarkan masalah dan pemecahan masalah Qtroblem
solving/problem based learning), (2) guru menyediakan
materi yang dapat
dipahami.Dalam
rnenyampaikan materi, gunr merancang materi yang sesuai dengan tingkat pemahamansiswa,
(3)
guru
dapat mengintegrasikanketerampilan berbahasa
yang meliputi
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, ('1)guru
membuat penilaian.
Guru
hartts
memberikanpenilaian sesuai dengan
proporsi
kesalahan. Contoh,dalam kalimat,
jika
yang salah hanya kosa kata, makakosa
kata
itu
yang
disalahkan bukankalimat
secara keseluruhan.Berkaitan dengan pembelajaran bahasa, Kumaradivelu (2006) menielaskan bahwa ada prosedur
di
dalam kelasyang
perlu
diterapkanoleh
gru'u,yaitu
memodifikasimateri
dan
memfasilitasi aktivitas interaksi
sisrva.Modifrkasi materi berkaitan dengan cara gunr menyajikan
materi yang mampu membuat siswa termotivasi unnrl<
belajar. Daiam
hal
ini
guru perlu menerapkan strategipembelajaran yang tepat.
Aktivitas
interaksi berkaitandengan cara
guru
menyampaikan tugas kepada siswauntuk dibahas dengan memberikan kesempatan kepada
siswa tersebut agar berinteraksi dengan teman rnelalui
bentuk kerja sama.
Larsen (2000) betpendapat bahwa guru dapat
menerap-kan
strategi pembelajarankooperatif
sebagai upayauntuk membuat siswa tetmotivasi belajar dan mampu
berinteraksi dengan teman untuk bekeqa sama. Esensi
pembelajaran dengan strategi kooperatif menekankan
aktivitas belajar siswa
dari
siswa
lain
di
dalamkelompok. Gruu membelajarkan bagaimana siswa dapat
berkolaborasi dan terampil bersosialisasi sehingga para
siswa dapat bekerja
bersama-samasecara
efektif.Strategi kooperatif, tidak hanya menekankan bagaimana
cara belajar, tetapi
juga
cara
berkomunikasi untuk bekerja sama.Strategi Pembelajaran.
Pembelajaran adalah upayauntuk membelajarkan siswa. Dalam definisi
ini
terkan-dung makna bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan
memilih,
menetapkan,dan
mengembangkan metodeatau
strategi
yang
optimal
unhrk
mencapai
hasilpembelajaran yang diinginkan (Degeng, 1997). Metode pembelajaran mengacu pada cara yang digunakan dalam
kondisi tertentu untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan, sedangkan strategi pembelajaran mengacu
pada
penataan cara-caramemilih,
menetapkan, dan mengernbangkan strategi pembelajaran sehingga terwujudsuatu urutan langkah yang prosedural yang dapat dipakai untuk mencapai hasil yang diinginkan (Degeng, 1997).
Strategi pernbelajaran adalah rencana
dalam
rangka membantu siswa dalam usaha belajamya untuk mencapaisetiap
tujuan
belajarnya.Dalam
hal
ini,
guru
dapat menggunakan bahan ajar atau satu unit produksi sebagai media pembelajaran (Gagne, Briggs,&
Warger, 1991).Strategi
Pembelajaran
Kooperatif.
Pembelajarankooperatif adalah variasi metode pembelajaran
di
manasiswa bekerja pada kelompok-kelompok
kecil
untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami suatupokok pernbahas anlmateri pembelaj aran. S iswa
diharap-kan
saling
membantu,berdiskusi, dan
berargumen dengan yang lairmya sehingga dapat menekan perbedaan pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari suatupokok
bahasan tersebut(Slavin,
1995). Pembelajarankooperatif
adalahbentuk
pembelajaranyang
berupakelompok kecil
yang bersifat heterogen dan biasanyaberanggotakan
4
atau
5
orang. Anggota
kelompok tersebut saling bekerja sama untuk menyelesaikan suatutugas dan setiap anggota mempunyai tanggung jawab
secara individuL dalam kelompoknya. Dengan kata lain
antaranggota terjadi saling ketergantungan yang
positif
(Durnas,2007).Kunci utama pembelajaran kooperatif adalah peran guru
dalam
pengorganisasiankelas karena
pembelajarankooperatif berbeda
dengan pembelajaran kelompokkonvensional.
Hal ini
ditandai dengan
adanyakarakteristik pembelajaran kooperatif,
yaitu (1)
tujuankelompok (group goals'),
(2)
tanggungjawab
individu (individual accountabiliQ),(3)
kesempatan yang samauntuk
meraih
kesuksesan(equal
opportunities/or
success),
(4)
kompetisitim
(teant competitional), (5)spesialisasi tugas (task specialization), dan
(6)
adaptasi terhadap kebutuhan individual (adaptation to individualneed) (Slavin,1995).
Dalam strategi pembelajaran kooperatif dikenal banyak
68
MAKARA,
SOSIAL
HUMANIORA,
VOL. 14,
NO.
I, JULI2010:
65-74
Tournament
(TGT),
(2)
Student Teams-AchievementDivision (STAD),
(3)
Group Investigation,(4)
TeamAccelererated Instruction
(TAI),
dan (5) Jigsaw (Slavin,lees).
Dalam penelitian
ini,
teknik pembelajaran yangdipilih
adalah teknik
jigsaw.
Alasannya, dari berbagai teknikdalam
pembelajarankooperatif, teknik Jigsaw
lebih menuntut keterampilan berkomunikasi secara dominan dalam bentuk kerja sama dalam rangka menjadi "guru"bagi teman
sekelompotrorya.Selain
itu,
kemampuankomunikasi
juga
dituntut dalam
kemampuannyaberinteraksi sosial
baik
dengan anggota dalam maupunluar kelompoknya. Dominasi kemampuan berkomunikasi
ini
cukup
relevan dengan pembelajaran bahasa yangpada dasarnya adalah belajar berkomunikasi, termasuk
pembelaj aran bahasa Indonesia.
Penerapan
teknk
iigsaw
dalam belajar
memiliki
gwnbarwrumum
sebagaiberikut:
(l)
Setiap a'nggotakelompok
mempelajari sebagian
informasi
yang berbeda dengan informasi anggota laintnya,(2)
Setiapanggota kelompok dituntut
untuk
menguasai danmenjadi "pakat" informasi yang menjadi bagiannya (3)
Setiap
anggotakelompok
bergantungpada
anggotakelompok
lain
dan saling berbagi informasi
dengan anggota kelompok yang lain dalam rangka memperolehinformasi
secarautuh. Dalam
membelajarkan bagianmateri yang menjadi
tugasnya kepada anggota lain,mereka harus bertanggung jawab dan dapat menghargai
pendapat anggota
kelompok
yang
lain,
(4)
Setiapanggota kelompok akhirnya menjadi "pakar" informasi
secara
utuh. Dalam
tahapmenjadi "pakar"
informasitersebut,
siswa diberikan
kebebasanberpikir
dalam rangka berpikir kreatif. Siswa harus berani melontarkanide-idenya tanpa
takut
salah ataukritikan
orang lain(Johnson
&
Johnson, 1991).Langkah-langkah pembelaiaran dengan tekntk
iigsaw
adalah
(l)
tahap
kooperatif,
yaitu
setiap
siswaditempatkan dalam
kelompok
kecil
(misalnya empatorang) dan siswa menerima
informasi
(berupa tugas)yang merupakan bagian dari suatu paket informasi yang
harus
dibahas
atau
dipecahkan
dalam
kelompokkooperatif tersebut,
(2)
tahap expert (tahap ahli), yaitusetelah mendapat informasiltugas tertentu, siswa harus
menjadi
'tahli"
atau
menguasaiinformasi
tersebut.Misalnya, siswa
B
harus mencari siswa dari kelompoklain yang memperoleh tugas yang sama dan melakukan
hal-haI:
(a)
belajar
bersamadan menjadi
"ahli'
dibidang
informasi tersebut
dan
(b)
merencanakanbagaimana "mengajarkan"
informasi
tersebut kepada anggota "kooperatif-nyd', dan (3) tahap lima serangkai,yaitu
siswa
B
tadi
harus kembali pada
kelompok"kooperatifrtya" dan mengajarkan kepada empat orang
anggota dalam kelompoknya. Pada tahap
ini
tiap-tiapanggota kelompok
telah
menguasaiinformasi
secarautuh (sudah menjadi ahli). Akhimya, kelompok tersebut
mengerjakan tugas
yang telah
disediakan,(4)
tahap evaluasi (Johnson&
Johnson, 1991).Strategi
Pembelajaran
Individual.
Pembelajaranindividual
adalah pembelajaran yang menekankan pada carabelajar siswa yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuannya(Woolfolk,
1993). Dalam praktikpembelajaran individual di kelas, ada dua hal yang perlu diperhatikan,
yaitu: (1)
guru harus menyadari adanyatingkat perkembangan kognitif anak sehingga guru harus
memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuannya,
(2)
orientasi perhatianguru
lebih kepada siswa secaraindividual daripada kelompok karena adanya perbedaan
perkembangan kognitifrrya,
(3)
adanyakontrol
siswaterhadap
cara
belajarnyasendiri.
Ada
kemungkinanwaktu yang diperlukan berbeda unflrk setiap siswa pada tugas yang sama (Ginsburg, 1988).
Dalam
sistem pembelajaranindividual,
siswa belajarmateri dalam
unit-unit kecil
dalam bentuk suatu teksyang
disertai dengan petunjuk.
Penguasaan materi berdasarkanurutan
unr
ara siswa
secara individudapat mengoreksi kesalahan dari tugas yang dikerjakan.
Jika
belum
menguasai
materi, siswa
diberikan kesempatanuntuk
mengulangitugas yang
diberikansampai menunjukkan penguasaannya (Gagne, I 998).
Pembelajaran
individual
merupakanbentuk
belajar tuntas yang sering digunakandi
sekolah. Pembelajaranindividual yang
sering disebut denganbelajar
tuntasberdasarkan pada asumsi dengan memberikan waktu
yang cukup dan pembelaj aran yang tepat, siswa akan dapat menguasai materi pembelaj aran (Woolfolk, 1 993).
Pembelajaran dengan
prinsip belajar tuntas
mampumeningkatkan
minat siswa dalam
mencapai prestasibelajar
sampaipada taraf yang
memwlskan (Joyce, 1996). Kriteria belajar tuntas, yaitu(l)
berorientasi pada siswa dalam penguasaan materi, (2) mengajarkan materipembelajaran,
(3)
memberikan
tes
formatif,
(4) memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukankoreksi
tugasnya
untuk
mengetahui
penguasaanmaterinya dan memberikan aktivitas pengayaan pada siswa yang sudah menguasai materi lebih cepat, dan (5) memberikan tes sumatif pada siswa
(Slavia
1996). Adalima variabel yang penting dalam pelaksanaan progmm
belaj ar tuntas, yaitu (1) menekankan kualius pembelajaran,
(2)
kemampuan memahamimateri
pembelajaran, (3) ketekunan dalam belajar, (4)wahr
yang sesuai dengankecepatan belajar,
(5)
sikap dalam menennrkan materi belajar yang sesuai (Januszesky,2ml)-Dalam
kenyataanya,guru mengalmi
kesulitan besaruntuk melayani minat,
kebrfiftm,
irm
betajarmasing-masing siswa yang berbeda-beda
iul
Lhlk
mengatasikesulitan
irrri, paraahli pendidikm
tlah
memikirkan jalan keluar,di
arfiaratyaoelalui pedelaja'an
denganmodul
(Vembriarto, 1981).MofuI
r'brrh
suatu paketMAKARA,
S O SIAL
H U MA]\TI
ORA,
VOL. 14,
I{O. I,
JULI20l0:
65-74
69peiajaran. Pembelajaran
modul
itu
merupakan usahapenyelenggaraan pembelajaran
individual
yangmemungkinkan
siswa
menguasai
satu
unit
bahanpelajaran sebelum
dia
beralih kepadaunit
berikutnya (Russel dalam Vembriafio, 1981).Modul
itu
disajikandalam bentuk
yang
bersifatself-instructional
dimanasetiap siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas
belajamya sendiri.
Dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran individualdengan modul, langkah-langkah yang
dilalui
oleh sisrva adalah sebagai berikut: (1) Mempelajari lembar kegiatansiswa. Mempelajariimembaca
lembar
kegiatan untuk mengetahuiinti
pelajaran sesuai dengantopik
yangdisebutkan pada
modul. (2)
Mengerjakan tugas padalembaran
kerja.
Tugasyang
dikerjakan siswa dalamlembaran
kerja bisa
bermacam-macam, mungkinmembaca suatu
bab
dari buku
sumber, mengadakanpercobaan
atau
mengerjakansoal.
(3)
Mencocokkandengan
kunci
lembarankerja.
Setelahsiswa
selesaimengerjakan tugas-tugas pada lembar kerja,
berati
iasudah
selesai
mempelajari lembaran
kegiatan.Kemudian siswa
diberi kunci
lembar
kerja
agar digunakan unhrk koreksi terhadap hasil pekerjaanya. Untukpekerjaan yang salah, siswa harus mempelajarinya lagi.
(4)
Mengerjakan lembaran
tes. Jika
siswa
telah mengerjakan dengan benar lembar kerja, maka ia dapatmelanjutkan mengerjakan lembaran
tes.
Sebagairealisasi
dari prinsip maju
berkelanjutan (con.tin.uousprogress),
pelaksanaantes
ini
dilakukan
secara perseorangan dan tes ini merupakan tes fotmatif, dan (5)mencocokkan
hasil
tes
dengankunci
lembaran tes. Setelah siswa selesai mengerjakan lembaran tes dengan sepengetahuan guru, maka kepadanya diberikan kunciiembar tes untuk mencocokkan pekerjaannya. Jika siswa
tadi memperolehT5% dari seluruh skor yang ditetapkan,
siswa tersebut dinyatakan selesai mempelajari modul tersebut. Jika siswa belum memperoleh l5o/o dari skor
yang
ditetapkan, maka harus mengulanglagi
modulyang bersangkutan (Suryosubroto, I 983).
Tipe
Kepribadian.
Kepribadian adalah
kesatuanorganisasi yang dinamis sifatnya dari sistem psikhofisis
individu yang menentukan kemampuan penyesuaian
diri
yang
unik
sifatnya terhadap lingkungannya(Allport
dalam Kafiono,
1980).
Jadi,
setiap
individu
itumempunyai kepribadian yang khas yang
tidak
identikdengan
orang
lain
dan tidak
dapat
diganti
ataudisubstitusikan oleh orang
lain.
Jadi adaciri-ciri
atausifat-sifat individu pada aspek-aspek psikisnya yang bisa
membedakan
dirinya
dengan oranglain.
Kepribadianmencakup struktur dan proses yang mencenninkan
sifat-sifat bawaan dan pengalaman. Kepribadian dipengaruhi
oleh masa lalu dan saat
ini
(Pervin, 1996).Karakteristik
Tipe
Kepribadian Ekstrover
danIntrover.
Ekstrover adalah suafu kecendenlngan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripadakedalam dirinya. Karakteristik ekstrover adalah banyak
bicara, ramah, suka bedemu dengan orang-orang, suka
mengunjungi tempat
baru,
aktif,
menurutikata
hati,suka berpetualang, mudah bosan, dan tidak suka hal-hal
yang rutin dan monoton (Larsen, 2002).
Menuut Hall
dan Lindzey (1998), orang ekstroveritu
mudah
bersosialisasi, senang hura-hura, mempunyaibanyak teman, membutuhkan orang untuk diajak bicara,
tidak
suka
membaca
atau belajar
sendiri,
butuhkegembiraan, berani ambil risiko, selalu mempertahankan pendapatnya,
berlindak
tanpadipikir
dulu, menurutkankata
hati (impulsif),
suka melawak, selalu mempunyaijawaban
yang
segar
dan
umumnya
menyukai perubahan, periang, supel, optimis,dan senag tertawa.Dia
lebih
suka bergerak dan
melakukan kegiatan, cenderung agresif, mudah kehilangan kesabaran. Secara keseluruhan, perasaanya sulit untuk dijaga dan dia tidakselalu dapat dipercaya.
Introver
adalah suatu orientasike
dalamdiri
sendiri.Orang introver
cenderungmenarik
diri
dari
kontaksosial. Menurut Jung dalam Naisaban, perilaku introver
sebagai
orang yang
pendiam, menjauhkandiri
dari kejadian-kejadian luar, tidak mau terlibat dengan duniaobjektil"
tidak
senang beradadi
tengah kerumunanbanyak orang (Naisaban, 2003).
Hall
dan
Lindzey (1998)
menambahkan bahwakarakteristik
inffover
adalah pemalu,
introspektif,menlukai buku-buku daripada manusia, suka menyendiri
dan tidak
ramahkecuali
pada teman dekatnya. Diacenderung merencanakan segala sesuatu dengan
berhati-hati sebelum melangkah dan tidak mudah percaya kata
hati.
Dia
tidak
menyukai
kegembiraan/keramaian,menanggapi semua masalah dalam hidup dengan serius,
dan
menlukai kehidupan yang teratur.
Dia
selalumenyembunyikan
perasaannya,jarang
bertingkahagresif dan tidak
mudah kehilangan kesabaran. Diaorang
yang
dapat dipercaya, agak pesimis.
Baikindividu yang
ekstrover maupun orangintrover
tidakberbeda dalam tingkat aktivitas intelektualnya.
Tipe kepribadian ekstrover dan introver merupakan dua
kelompok sikap yang berbeda, yang
dimiliki
individu sehinggamenjadi
ciri
khas individu
tersebut yangtampak dalam aktivitas (activity),
kesukaan bergaul(s o c i ab il ity), keberanian mengambil risiko (rzik t akin g),
penurutan dorongan
hati
(impulsiveness), pemyataanperasaan (expressiveness), kedalaman
berpikir
(reJlec-tiv enes s'), dan tanggung jaw ab (r esp on,s ibitliy)
(Eysensk&
Wilson, 1980).Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa
SMP yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajarankooperatif lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan
70
MAKARA,
SOSIAL
HUMANIORA,'I/OL.
T4,NO.
1,JULI2OlO:
65-74
siswa yang
berkepribadian ekstrover
lebih
tinggidaripada hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia
siswa SMP yang berkepribadian
introver;
3)
terdapatinteraksi yang
positif
antara strategi pembelajaran dantipe
kepribadian terhadaphasil belajar dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa SMP; 4) hasil belajarsiswa yang berkepribadian ekstrover
lebih tinggi jika
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif
daripada dibelajarkan dengan strategi
pembelajaranindividual dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
siswa SMP; 5) hasil belajar siswa yang berkepribadian
introver lebih tinggi
jika
dibelajarkan dengan strategipembelajaran
individual
daripada dibelajarkan denganstrategi strategi pembelajaran
kooperatif
dalam matapelajaran Bahasa Indonesia pada siswa SMP.
2.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan metode eksperimental kuasidengan rancangan faktorial 2
x2.Yariabel
terikat dalampenelitian
ini
adalahhasil belajar
bahasa Indonesia.Variabel
perlakuan
adalah strategi
pembelajarankooperatif, sedangkan variabel
kontrol
adalah strategipembelajaran
individual. Variabel atribut
adalah tipe kepribadian siswa yang meliputi kepribadian ekstroverdan introver.
Definisi
Operasional.Hasil
belajar Bahasa Indonesiadalam penelitian
ini
adalahnilai
yang
dilambangkan dengan angka atau skor yang dicapai oleh setiap siswamelalui
tes hasil belajar Bahasa dan Sastra Indonesiasetelah mengikuti proses
pembelajaran berdasarkansubpokok bahasan (menyampaikan pesan/informasi dari
berbagai media, menguasai dan menggunakan imbuhan,
pembentukan
kalimat berita
negatif,kata
sapaan dankata acuan, mendengarkan dan menangkap
puisi,
dan membaca cerita anak).Tipe kepribadian adalah skor yang diperoleh dari segala
benhrk perilaku yang terorganisasi dan
relatif
menetapdalam
diri
seseorang yang digunakan untuk meresponstimulus
dari
dalamdan dari luar dan
dapat diukur melalui kecenderung an activity, so ciability,
ris k t aking,impulsiveness,
expressiveness,re/lectiveness,
danresponsibility.
SampeL Teknik pengambilan sampel adalah multi stage
random sampling,
yaitu
pengambilan sampel dengancara
acaklrandom
dan
melalui
tahapan-tahapan.Tahapan pengambilan sampel adalah sebagai berikut. Pertama, mengambil secara acak
21
SMP negeri
di Tangerang.Hasil
acak diperoleh SMP
Negeri
07 Tangerang. Kedua, mengambil secara acak 2 kelas dari8 kelas 1
SMP Negeri07
Tangeranguntuk
dijadikansampel dan
untuk
menentukan kelas eksperimen dankelas kontrol. Ketiga, dari 2 kelas sebagai sampel yang
sudah diperoleh secara
acak
tersebut,
dilakukan pengundianlagi
secara acakuntuk
menentukan kelaseksperimen yang akan diterapkan strategi kooperatif dan satu kelas lainnya sebagai kelompok kontrol yang akan
diterapkan strategi individual dengan modul. Keempat,
melalekan tes kepribadian pada siswa dari kedua kelas
tersebut. Tes kepribadian
ini
untuk
mengetahui siswayang berkepribadian ekstrover dan introver. Tes yang
digunakan adalah tes kepribadian yang
diuji
validitasdan reliabilitasnya.
Instrumen
Penelitian. Penelitianini
menggunakan duajenis
instrumen,yaitu
instrumen teshasil
belajar daninskumen
tes
kepribadian. Masing-masing instrumen dikembangkansendiri oleh peneliti
dan diujicobakanguna mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya.
Perhitungan validitas instrumen hasil belajar
mengguna-kan statistikpoint biserial correlation (rpuir) antara butir
item
dengan skortotal
diperoleh hasil berkisar antara0,327-0,501. Angka
ini
telah memenuhi syarat validitas unhrk menjaring data. Sedangkan reliabilitas instrumenhasil
belajar dihitung dengan
menggmakan Kuder Richardson Formula20
W-20),
dan diperoleh hasilsebesar
0,892.
Angka
ini
menunjukkanbahwa
tesmemiliki tingkat reliabilitas tinggi.
Perhitungan validitas insf,umen kepribadian menggunakan
statistik korelasi Product Moment Pearson. Antara butir item dengan skor total. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa validitas instrumen berkisar antara 0,321-0,681.
Angka
ini
telah
memenuhi syarat validitas
unhrk menjaring data penelitian Reliabilitasnya dihitung denganmenggwtakan
Alpha
Cronbach.
Hasil
perhitungan menunjukkan tingkat reliabilitas 0,92, afiinyamemiliki
tingkat reliabil itas tinggi.3.
Hasil
dan Pembahasan
Uji
Persyaratan. Berdasarkan perhitungan melaluiuji
Liliefors,
kedelapan
kelompok data
berasal
dari populasi yang berdistribusi normal dan berdasarkanuji
Bartllet, keseluruhan kelompok data
memiliki
variansiyang homogen.
Uji
Hipotesis Penelitian.
Berdasarkan perhitunganAnava
duajalur
(Tabel 1),
diketahui bahwa terdapat perbedaanyang signifftan
antarahasil belajar
siswayang mengikuti
strategi pembelajarankooperatif
danhasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran
individual (Fr,i*.* > F h6g1
:
4,06).Selain
itu,
terjadi
interaksi strategi pembelajaran dantipe kepribadian (F1,: 21,31 > Ft
mr:
4,06)- Oleh karenaitu,
uji
Tukey dilakukan rmtuk mengeahui keunggulanmasing-masing kelompok siswa.
Hipotesis
pertamateruji
benar
setehh data
diolahmelalui
perhitunganArava
danuji
lmjut
denganuji
MA
KARA,
S O SIAL H U
A,L4NI O RA,roL.
14, LrO.
1,JULI
2010.
65_74Tabel 1. Hasil Uji Tukey
71
FAr
'
PAz pBr
< LLBzo.
o.daripada hasil belajar siswa ekstrover yang dibetajarkan
dengan strategi pembelajaran
individual dalam
mata pelaj aran Bahasa Indonesia.Hipotesis kelima teruji kebenarannya setelah data diolah
melalui
uji
lanjut
denganuji
Tukey. Rerata skor hasilbelajar siswa
yang
berkepribadian
introver
yangdibelajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif (ArBz
:
28,58) lebih rendah daipada rerata skor hasilbelajar siswa
yang
dibelajarkan dengan
strategipembelajaran
individual
(A:Bz
33,25).
Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Bahasa
Indonesia
siswa
yang
berkepribadianintrover
yangdibelajarkan dengan strategi pembelajaran individual lebih
tinggi
daripada hasil belajar siswa introver yang dibelaj arkan dengan strate gi pembelaj aran kooperatif.Hasil
belajar siswa
yang
mengikuti
strategipembelajaran
kooperatif
lebih tinggi
daripada hasilbelajar siswa yang mengikuti
strategi pembelajaranindividual. Hal
ini
menunjukkan bahwa hasil penelitiansejalan dengan teori. Pembelajaran bahasa menekankan
bahwa siswa mempelajari bahasa sebagai alat
komuni-kasi,
lebih dari
sekedar pengetahuan tentang bahasa.Pembelajaran
bahasa,
selain
untuk
meningkatkanketerampilan
berbahasa,juga
untuk
meningkatkan kemampuanberpikir
dan bemalar, serla kemampuanmemperluas wawasan. Mengingat karakteristik materi
ajar
bahasayang
menuntutsiswa untuk
melakukanbanyak latihan berkomunikasi daripada sekedar teori,
guru
pun dituntut untuk
mampu menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tersebut.Strategi pembelajaran kooperatif yang diterapkan guru
sebagai salah satu pelengkap terhadap strategi
pembela-jaran yang lain dirasa cukup sesuai dengan karakteristik materi aj ar. Karakteristik strate gi pembelaj aran
koopera-tif
sangat memrntut adanya interaksi sosial yang tinggiantarsiswa dalam bentuk kerja sama untuk mempelajari
materi ajar yang diberikan oleh guru. Bentuk interaksi
sosial
itu
merupakanlatihan
bagi para
siswa untukberkomunikasi dengan
baik, dan
hal
itu
merupakantujuan pembelaj aran bahasa.
Selain
kesesuaian karakteristik
materi ajar
dankarakteristik
strategi pembelajaran kooperatif,keber-hasilan
pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatifpun
juga
dipengaruhi oleh karakteristik siswa. Subjekdalam penelitian
ini
adalah siswa SMP yang usianyasekitar 13 tahun dan usia tersebut termasuk dalam usia
remaja
(Hurlock,
1980). Dalam perkembangan sosial,remaja
mempunyai
kecenderung-an
membentukkelompok dengan teman sebaya.
Pengaruh temansebaya
dalam
hal
sikap,
pembicaraan,
minat,penampilan,
dan perilaku
sangat besar selama masaremaja
dan lebih
dominan
daripada
pengaruh keluarganya.2,88 1,97
2,86 2,86 2,86
pArBr
>pAzBr
7,25Tabel2.
IIasiI
PerhitunganData
llasil
Belajar
dengan Anava Dua JalurSumber Varians
Strategi Pembelajaran
(A) 1
105,02
tO5,O2Tipe Kepribadian
(B)
1
50,02
50,02 Interaksi (A XB)
I
691,69
697,69Kekeliruan dalam sel
(D) 44
1124,08
25,55Total
47
t9j6.B1JK
:jumlah kuadrat RJK: rerata jumiah kuadratmengikuti strategi pembelajaran kooperatif (33,42) lebih
tinggi
daripada reralaskor
hasil belajar siswa
yangmengikuti strategi
pembelajaranindividual
(30,46). Dengan demikian, dapat distmpulkan bahwa hasil belajarsiswa
yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yangrnengikuti strate gi pembelaj aran individual.
Hipotesis kedua
tidak teruji
benar setelah data diolahmeialui
perhitungan Anava danuji
lanjut
denganuji
Tukey.
Rerata
skor hasil
belajar siswa
yangberkepribadian ekstrover (32,96) berbeda dengan rerata
skor
hasil
belajar siswa yang berkepribadian introver(30,92). Meskipun ada
perbedaanrerata skor
hasilbelajar siswa, namun
setelahditakukan
uji
Anava,ternyata perbedaan tersebut
tidak signifikan.
Dengandemikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
vang
berkepribadian ekstrovertidak
berbeda dengan hasil belajar siswa yang berkepribadian introver.Hipotesis
ketiga
teruji
kebenarannya.
Hal
ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan melaluiuji
Anava, yaifuF6i*,*:
27 ,1 > F,ur"r 1o.os.1:
4,06. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi
antarastrategi pembelajaran dengan tipe kepribadian terhadap
hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas
I
di SMp.Hipotesis
keempatteruji
kebenarannya setelah datadiolah melalui
uji
lanjut denganuji
Tukey. Rerata skorhasil belajar siswa yang berkepribadian ekstrover yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif
(A1Br
:
38,25) lebihtinggi
daripada rerata skor hasilbelajar siswa
yang
dibelajarkan dengan
strategi pembelajaran individual (A:Br:
27,61).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang berkepribadian ekstrover yang dibelajarkan
dengan strategi pembelajaran
kooperatif lebih
tinggiR.iK
JK
72
MAKARA,
SOSIAL
HUMANIORA,
VOL. 14,
NO.
1,JULI
2010:
65-74
Pemyataan tersebut memrnjukkan bahwa ada kesesuaian
antara
karakteristik
strategi pembelajaran kooperatif,karakteristik
materi
ajar,
dan
karakteristik
siswa,merupakan landasan
yang
kuat
untuk
menjawabhipotesis yang menyatakan bahwa
hasil
belajar siswayang
mengikuti
pembelajaran
dengan
strategipembelajaran
kooperatif
lebih
tinggi
daripada hasilbelajar siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan strategi individual.Hasil belajar siswa yang berkepribadian ekstrover tidak
berbeda dengan hasil belajar siswa yang berkepribadian
introver (Fr,it*g
:
1,96 < Ftub"l:
4,06). Tipe kepribadian ekstrover dan introver merupakan dua kelompok sikapyang berbeda (orientasi
ke luar
danke
dalam), yangdimiliki
individu
sehingga menjadiciri
khas individu tersebutdalam
beradaptasi dengan lingkungan yangtampak dalam aktivitas, kesuakaan bergaul, keberanian
mengambil
risiko,
penurutan dorongan
kata
hati, pemyataan perasaan, kedalaman berpikir, dan tanggungjawab. Menurut Larsen (2002),
baik
individu
yangekstrover maupun
yang
introvertidak
berbeda dalamtingkat aktivitas intelektualnya.
Oleh karena itu, perbedaan antara kepribadian ekstrover
dan
introver
hanyalah
pada
penekanan
orientasisikapnya terhadap lingkungannya bukan pada perbedaan
kemampuan
kognitifnya.
Siswayang
ekstrover tidakberarti lebih cerdas daripada siswa yang introver dalam
menerima,
memikirkan, dan
menyelesaikan masalahdalam
membangun pengetahuannya terhadap semuainformasi/stimulus yang dihadapinya. Ada kemungkinan siswa yang ekstrover berbeda hasil belajamya dengan
kelompok siswa yang introver, tetapi
perbedaanitu
terjadi
karena
kecenderungan
mereka
untukmemfokuskan
perhatian
dalam
mempelajari
danmengolah bahan
ajar
dengan memanfaatkan stimulasi yang sesuai dengan karakteristik dirinya.Ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan
tipe kepribadian terhadap hasil belajar bahasa Indonesia
(Fr,i*e
:
21 ,27>
Ftub"t:
4,06). Kelompok siswa yangberkepribadian
ekstrover dengan
karalcteristik sukabergaul/bersoasialisasi dengan orang
lain
dirasa lebihcocok
jika
mengikuti
pembelajaran dengan strategikooperatif
yang
karakteristiknya
menuntut
adanyainteraksi dan keterampilan berkomunikasi yang cukup
dominan.
Sebaliknya,
kelompok
siswa
yangberkepribadian
introver
dengan
karakteristik
sukamenyendiri/tidak suka bersosialisasi dirasa lebih cocok
jika
mengikuti pembelajaran dengan strategi individualyang karakteristiknya menuntut adanya keaktifan secara
individual untuk belajar yang disesuaikan dengan irama
ke c epatan b elaj amy a sendiri.
Dengan demikian
dapat
diinterpretasikan
bahwa pengaruh tiap-tiap strategi pembelaj aran baik kooperatifmaupun
individual
berkaitan
erat
dengan
tipekepribadian setiap siswa. Dengan
mengetahui tipekepribadian siswa,
guru
dapat
menentukan strategipembelajaran yang tepat bagi siswa.
Hal
ini
dilakukandalam rangka
optimalisasi proses pembelajaran danhasil belajar.
4.
Simpulan
Pertama, secara keseluruhan terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar Bahasa Indonesia antara siswa
yang
dibelajarkan
dengan strategi
pembelajarankooperatif
dan
strategi
pembelajaran
individual.Perolehan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
strategi pembelajaran kooperatif
lebih
tinggi
daripadasiswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran
individual.
Kedua,
secara keseluruhantidak
terdapat perbedaanyang signifikan
perolehanhasil belajar
antara siswayang berkepribadian ekstrover dan introver. Meskipun
ada perbedaan rerata hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa yang berkepribadian ekstrover dan introver, tetapi
perbedaan tersebut tidak signifikan.
Ketiga.
secara keseluruhanterdapat interaksi
yangpositif
antara strategi pembelajaran dengan
tipekepribadian terhadap
hasil belajar
bahasa Indonesiapada siswa. Interaksi
tersebuttampak bahwa
hasilbelajar siswa
yang
berkepribadianekstrover
yangdibelajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif lebih
tinggi
daripada yang dibelajarkan dengan strategipembelajaran
individual.
Hal ini
berarti
bahwapenerapan strategi pembelajaran kooperatif pada siswa
yang
berkepribadian ekstroverlebih
efektif
daripadastrategi
pembelajaranindividual. Sebaliknya,
hasilbelajar siswa
yang
berkepribadian
introver
yaflg dibelajarkan dengan strategi pembelajaran individual lebihtinggi
daipada yang dibelajarkan dengan strategipembelajaran kooperatif.
Hal ini
berarti
bahwapenerapan strategi pembelajaran individual pada siswa
yang
berkepribadianintrover
lebih efektif
daripada strategi pembelaj aran kooperatif.Guru dianjurkan untuk menerapkan strategi pembelajaran
kooperatif
sebagaisalah
satu strategi
pembelajarandalam pembelajaran bahasa Indonesia
di
SMPdi
antarastrategi pembelajaran ceramah
yang
selamaini
masih dominan diterapkan. Penetapan strategi pembelajaranini
tentu saja juga mempertimbangkan karakteristik materi
dan karakteristik siswa.
Kepala sekolah perlu mempertatrkm kesulitan-kesulitan
yang
dihadapi
guru
dalam
pembelajarary terutamadalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
di
kelas. strategi pembelajaran kooperatif sebagai salahsatu strategi pembelajaran dalam pemtrelalaran bahasa
Indonesia
di
SMP
di
mma
shategi
pembelajaranceramah
yang
selamaini
macih dominan diterapkan.l
r
MAKARA,
S O SIAL HU
MAI'II
ORA,
VOL.
14,1{O.
1,JULI
2010:
65-74
t)
Penetapan strategi pembelajaran
ini
tentu
saja jugamempertimbangkan karakteristik materi dan karakleristik
siswa.
\'lengingat penelitian
ini
dilak-ukan pada jenjang SMP,lang
subjek penelitiannya adalah siswa kelasI,
yangmemilki
kisaran usia 12-13 tahun, maka kemungkinanbesar dalam
pengukuran
tipe
kepribadian
masihdipengaruhi
oleh
faktor usia.
Perbedaan jenjangpendidikan
dan usia
subjek penelitianyang
berbedamungkin akan menunjukkan hasil penelitian yang berbeda pu1a. Selain itu, sarana dan prasarana pembelajaran juga
masih
terbatas, sehingga dimturgkinkan
penerapanstrategi pembelajaran
kooperatif
ini
kurang
optimal.Oleh
karenaitu,
disarankan kepadapeneliti
lanjutanuatuk lebih
memperhatikan
segala
keterbatasan-t'eterbatasan dalam penelitianini
demi lebih optimalnya hasil penelitian lanjutan.Daftar
Acuan
-{zra.
A.
(2005). Krisis Pendidlkan. Republika, JLLli.Bloom.
B.S.
(1914).
Taxonomi
of
edttcationalt:.i ectives
:
The classification of educational goals . New\-ork:
David McKay Company, Inc.Dadang. (2005). Reformasi
Pembelajaran Bahasa,Brlerin Puspendik, 2 (1
),
18.Degeng.
I.N.S.
(1991).
Strategi
pembelajaran:)[engot'ganisasi
isi
dengan model elaborasi. Malang: IKIP Malang.Dumas.
A.
(2001).
Cooperativeleaming:
Teachingsnrdents
in
small
groups.Full
Document CaliforniaDepr.
of
Educatio.
Diambil
8
Desember2007
dari( hftp :,', u-ww. cde.ca. gov/iasa/cooplmg2.html).
E1 senck, H.J.
&
Wilson, G.D. (1980). Knowyour
ownpersonali4t. Terjemahan
D.H.
Gulo. Jakafta: Sungguh Bersaudara.Gagne,
R.M.
(1998).
Essential
of
learning
for
instruction. New Jersey: Prentice Hall.Gagne,
R.M.,
Leslie,
J.B.
&
Walter,
W.
(1992).Principles of instructional design. USA: Harcout Brace Javanovich.
Ginsburg,
H.P.
(1989).Piaget's
theoryof
intellektualtlevelopntent (3'd ed.). Nerv Jersey: Prentice Hall.
Hail,
C.S., Lindzey,
G.
&
Campbell,J.B.
(1998). Theories ofpersonali4
(4'h ed). NewYork:
John Wiley&
Sons, Inc.Hayat,
B.
(2004).
Penilaiankelas dalam
penerapanstandar kompetensi.
Buletin
Puspendik,
Jakarta, Deparlemen Nasional 1, halaman 5.Hergenhahn,
B.R.
&
Olson,
M.H.
(1993).
Anintroduction
to
theoriesof
learning. EnglewoodCliff,
New Jersey: Prentice Hall Inc.Hill, A.A.
(1958). Introductionto
linguistic structures. New York: Harcout Brace Javanovich, IncHurlock, E.E. (1980). Development psychology:
A
lifespan approaclz (5th ed.). New yok: McGraw-Hill.
Januszewski,
A.
(2001). Educational technology: Thedevelopment
of a
concept. Englewood,
Colorado; Libraries Unlimited, lnc.Johnson,
D.W.
&
Johnson,R.T.
(1991).
What
isCooperative Learning?
dalam Cooperation
in
tlteclasssroom.
Revised
Edition. Edina,
Minosta: Interaction Book.Joyce,
B.
(1996).Modet
of
reaching (5th ed.). USA:Allln
&
Bacon.Kaftono,
K.
(1980).
Teori
kepribadian.
Bandung: Penerbit Alumni.Keraf,, G. (1993). Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.
Kumaradivelu,
B.
(2006).
Understanding longuageteaclting. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Larsen,
D.
(2000).
Techniqttesand principles
inlanguage teaching. Second Edition. New York: Axford.
Naisaban,
L.
(2003). PsikologiJung:
Tipe kepribadianmanusia
dan
rahasia
suksesdalam hidup.
Jakarla: Gramedia Widiasarana.Pervin,
L.A.
(1996). The science of personali4,. USA:John Wiley, Inc.
Reigeluth,
C.M.
(1983).Instructional
design theoriesand
models:
An
overview
of
their
current
status.Volume
I.
New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisers. Inc.Slavin,
R.E.
(1995).
Cooperativelearning:
Theoryt,research, ancl practice (2'd ed.) Boston, London:
Allyn
and Bacon.Snelbecker, G.E. (1974). Learning theory, instructional
74
MAKARA,
SOSIAL
HUMANIORA,
VOL.
14,
NO.
1,JULI20t0:
65-74
S.oek1lto,
T.
(1992). Teori belajar, teori instrulcsional,(a1 faktor-faktor
y{tng.mempengaruhi proses belajar.
Jakarta: Pusat Antar Universiias.
Supriyoko.
Q004).
Studi aspirasi masyarakat tentangle ry:
!?
g g ar aqn
uj ian
n a s i o nal. y
o gy akarta: LaporanPenelitian Lembaga Studi pembangunan Indonesia.
Suryosubroto.
(1983).
Sistem pengajaran
modul. Jakarta: Bina Aksara.Vembriarto. (1931).
pengantar Yo gyakarta : Pendidikan p ar amita.Yulisma.
(2005).
IJpayameningkatkan kompetensi
guru pembelajaran: bidang studi bahasaJarnal Mimbar Pendidikon,24, 42.
pengajaran
modul.memperbaiki
dandalam
mengeloladan sastra Indonesia.
Yi"F},
A.jE.
(1993). Educationat psychotog,,