• Tidak ada hasil yang ditemukan

Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

106 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

PENGARUH LATIHAN MEDICINE BALL TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

OLEH:

MUHAMMAD ISHAK )*

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan medicine ball terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswi FIK UNM dengan jumlah sampel penelitian 20 orang yang dipilih secara random sampling, kemudian dilanjutkan pembagian kelompok dengan menggunakan machid ordinat. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis uji-t dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) ada pengaruh yang signifikan latihan medicine ball terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis, terbukti nilai t0 = 12,075 > tt = 2,262 atau (P < α0,05); dan (2) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan medicine ball dan kelompok kontrol terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis, terbukti nilai t0 = 10,273 > tt = 2,101 atau (P < α0,05).

Kata Kunci: Medicine Ball, Pukulan Lob Bulutangkis

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of exercise medicine ball to lob the ability to blowthe game of badminton. This study includes the type of research experiments. This is theentire study population FIK UNM college student with a sample of the study 20 people chosen atrandom sampling, then continued division of the group by using machid ordinate. Data analysis technique used is the t-test analysis techniques using SPSS system version15:00 on 95% or a significant level of 0.05. Starting from the results of data analysis,the study concluded that: (1) no significant effect on the ability of exercise medicine ballhit a lob in the game of badminton, proved the value of t0 = 12.075 > tt = 2.262 or (P < α0,05) and (2) there are significant differences between the effects of medicine ball training and control groups on the ability of stroke lob in the game of badminton, proved the value of t0 = 10.273 > tt = 2.101 or (P < α0,05). Keywords: Medicine Ball, Lob Blow Badminton

(2)

107 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

PENDAHULUAN

Pembinaan olahraga bulutangkis sudah merupakan bagian integral dari pembinaan bangsa dan pembangunan nasional. Bulutangkis bagi bangsa Indonesia sudah merupakan cabang olahraga yang membawa nama harum bagi bangsa Indonesia. Keberhasilan yang diraih oleh pemain bulutangkis kita dalam suatu pertandingan akan dirasakan sebagai keberhasilan dan kemenangan bangsa Indonesia, sebaliknya kegagalan pemain bulutangkis dalam setiap turnamen akan dirasakan pula sebagai kegagalan bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Oleh karena itu pengembangan dan pembinaan bulutangkis di tanah air selalu mendapat perhatian yang lebih besar dibanding dengan cabang-cabang olahraga lainnya.

Pengembangan dan pembinaan bulutangkis, seperti halnya dengan cabang-cabang olahraga lainnya, ditentukan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Di samping faktor pemain, keberhasilan pengembangan dan pembinaan prestasi dipengaruhi pula oleh tersedianya pelatih yang baik, fasilitas dan alat yang baik dan bermutu, organisasi yang baik dan efektif, serta adanya suasana dan dorongan dari masyarakat dan pemerintah.

Teknik dasar permainan bulutangkis terdiri dari beberapa teknik dasar, menurut James Poole (1982) bahwa: “Teknik dasar permainan bulutangkis terdiri dari pukulan servis, netting, drive, lob dan smash”. Dari sekian teknik dasar yangdikemukakan di atas, maka teknik dasar yang menjadi titik fokus atau obyek dalam penelitian adalah pukulan lob. Pukulan lob adalah pukulan yang dilakukan dengan kekuatan terletak pada daya

ledak lengan untuk menghasilkan pukulan keras dan akurat ke belakang garis lapangan lawan, dengan tujuan untuk merusak pertahanan lawan. Pukulan lob jika diperhatikan pola geraknya, nampak bahwa bahwa daya ledak otot lengan pada saat mengayunkan raket akan menghasilkan pukulan yang keras atau kuat jauh ke arah belakang lapangan lawan, sehingga lapangan bagian depan kosong. Dengan demikian mudah untuk mematikan lawan dengan menjat-uhkan shuttlecock di daerah kosong.

Agar dapat meningkatkan kemampuan pukulan lob, seorang pemain selain teknik dasar yang ahrus dikuasai, juga didukung oleh kemampuan fisik yang baik. Kemampuan fisik biasanya disebut dengan stamina, dimana diartikan sebagai kapasitas penggunaan daya otot-otot untuk melaksanakan aktivitas jangka pendek maupun jangka panjang. Kemapuan fisik atau kemampuan berprestasi dibatasi oleh musculature yang sesuai untuk tranformasi energi dengan bantuan oksigen. Dengan demikian, untuk dapat menghasilkan suatu kemampuan pukulan lob keras diperlukan latihan beban. Latihan beban yang dimaksudkan agar menghasilkan kemampuan daya ledak otot pada lengan, yang nantinya sangat bermanfaat pada saat melakukan pukulan lob pada permainan bulutangkis.

Daya ledak merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan. Untuk memberikan tenaga pada lengan dengan kuat pada waktu yang sangat singkat serta memberikan momentum sebaik mungkin pada tubuh. Daya ledak lengan sangat penting disetiap aktivitas pada cabang olahraga

(3)

108 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

terutama yang menggunakan lengan, seperti bulutangkis. Harsono (1988) bahwa: “Power adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan dengan kontraksi yang sangat cepat, power sangat penting untuk cabang-cabang olahraga yang eksplosif”. Untuk mendapatkan kemampuan daya ledak otot lengan yangd imaksud, harus dilatih dengan latihan medicine ball. Medicine ball merupakan salah satu bentuk tes untuk mengukur daya ledak lengan. Selain itu melempar bola medicine juga merupakan bentuk latihan fisik untuk meningkatkan kemampuan daya ledak lengan. Melempar bola medicine dikatakan sebagai alat tes apabila dilakukan sekali saja, namun apabila dilakukan berulang-ulang kali maka melempar bola medicine merupakan bentuk latihan. Menurut Moch. Sajoto (1995), mengemukakan bahwa: setelah dimodifikasi adalah dilakukan dengan sikap awal berdiri, lalu mendorong ke atas dengan kedua lengan lurus ke atas. Dengan melihat pola melempar bola medicine, maka diasumsikan akan dapat meningkatkan daya ledak lengan pada otot-otot anterior deltoids, upper dan midle pectoralis mayor, latissimus mayor, dan triceps. Kesimpulannya bahwa latihan medicine ball akan memberikan pengaruh terhadap daya ledak otot lengan.

Teknik Lob Bulutangkis

Dalam cabang olahraga bulu tangkis mempunyai teknik dasar yang perlu diketahui oleh seorang pemain. Pada dasarnya pemberian teknik dasar tersebut diharapkan dapat dikuasai oleh seorang pemain bulutangkis. Penguasaan teknik dasar yang dimaksudkan adalah:

cara memegang raket dan serve, serta latihan teknik memukul bola.

Pukulan lob adalah salah satu bentuk pukulan permainan bulutangkis yang biasanya banyak digunakan dalam permainan partai tunggal. Pukulan lob adalah pukulan yang mengarahkan bola ke arah belakang dengan ketinggiannya sukar untuk dijangkau atau diraih oleh pihak lawan, pukulan lob merupakan pukulan yang mengandalkan kekuatan dan kelentukan, biasa juga disebut pukulan yang mematikan dalam permainan bulutangkis partai tunggal. Pukulan lob ini terdiri dari dua jenis yaitu pukulan lob tinggi dan pukulan lob serang.

Pukulan lob tinggi yang di lakukan dengan sempurna menyulitkan lawan memukul kembali dengan pukulan dengan pukulan yang mematikan, juga dapat mendesak lawan untuk mundur ke garis belakang sehingga pertahanan di muka lebih terbuka serta kesempatan memperbaiki posisi lebih terbuka. Selain itu di gunakan untuk memperlambat tempo permainan, sehingga dapat mengembalikan posisi yang baik. Pukulan melambung ini yang diutamakan adalah mengenai kedalam jatuhnya bola. Sedangkan Pukulan lob serang, bila dilihat arahnya bola, jenis pukulan ini berbeda dengan pukulan lob tinggi. Pelaksanaan pukulan lob serang yaitu bola yang dilambungkan lebih rendah dari pada lob tinggi dan kecepatan bola yang dihasilkan pada pukulan lob menyerang lebih cepat dibandingkan dengan pukulan lob tinggi. Pukulan lob menyerang ini bila dilakukan dengan sempurna akan merusak posisi lawan dan bisa membuat lawan menjadi terkecoh dengan bergerak ke depan atau terpaku di tempat. Naim Sulaiman

(4)

109 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

(1980) bahwa pukulan lob adalah: Pukulan yang dilakukan dengan tujuan melambungkan jauh tinggi kebelakang dan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: lob penuh dan lob serang. Pukulan harus dilakukan dari segala arah dan dari setiap posisi seperti: forehand, atas, tengah dan bawah.

Pukulan lob selain dapat digunakan sebagai pukulan untuk bertahan atau lazim disebut deffensif lob, artinya pukulan dilakukan dengan cara menerbangkan shuttle cock setinggi-tingginya dan jatuh di bagian belakang lapangan lawan. Sehubungan dengan pendapat di atas, maka dalam suatu rangkaian unit latihan pada permainan bulutangkis khususnya pukulan lob, juga dikenal dua macam lob yaitu: 1. Lob passif yang tinggal di

lakukan seorang pemain bulu tangkis yang tinggal diam di tempat menunggu datangnya bola dari arah permainan lawan, kemudian ia melakukan pukulan lob. Dalam pukulan lob passif ini, yang nampak berperanan dalam melakukan gerakan ini adalah kekuatan lengan.

2. Lob aktif adalah lob yang dilakukan seorang pemain yang aktif menunggu datangnya bola dari arah permainan lawan. Seorang pemain yang akan melakukan pukulan lob, setelah bola dilambungkan dari arah permainan lawan, pada waktu ia mundur ke belakang untuk melakukan pukulan lob, maka

pemain tersebut akan

membengkokkan badan untuk mengembalikan bola. Otot-otot yang bekerja pada saat melakukan pukulan lob adalah otot perut, pinggang, pergelangan tangan dan lain sebagainya.

Menurut James Poole, (1982) bahwa untuk melakukan pukulan lob, maka harus diketahui petunjuk sebagai berikut: (1) Pukulan shuttle dengan arah layang ke atas sehingga lebih tinggi dari ukuran raket lawan, (2) Rentangkan lengan ke atas dan sentulah shuttle pada saat berada di muka tubuh, (3) Bidang raket harus tegak lurus daerah sasaran, (4) Sentulah shuttle setinggi mungkin (tanpa dipaksakan), (4) Lengan bawah dan pergelangan tangan harus berputar pada saat raket menyentuh shuttle, dan (5) Shuttle harus dipukul dengan keras

Latihan medicine ball

Latihan medicine ball termasuk latihan plyometrik. Radcliffe (1985) mengemukakan bahwa : “this drill requires virlually a full body power movement and is varticulary applicable to weight lifting, football, volleyball and wrestling”. Artinya bahwa latihan ini memberikan arti bagi gerak power tubuh secara lengkap dan dapat diaplikasikan dalam angkat besi, sepakbola, bulutangkis dan gulat. Abraham Razak (1993) sebagai berikut : Latihan pliometrik adalah bentuk latihan daya ledak dengan karakteristik kontraksi otot yang sangat kuat dan cepat serta kombinasi latihan isometrik eksentrik, isotonik dan isokenetik yang pembebananya adalah dinamik tau refleks (regangan) yang cepat dari otot-otot yang terlibat. Pliometrik merupakan latihan yang memanfaatkan refleks regangan sehingga terjadi kontraksi yang kuat. Refleks regangan yang dimaksud adalah refleks yang tercepat dibandingkan dengan refleks lainnya dalam tubuh. Didalam otot terdapat banyak kumparan otot. Kumparan otot

(5)

110 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

terdiri atas unsur-unsur motorik dan sensorik. Dalam kumparan otot terdapat serabut otot yang disebut : serabut intrafusal, selanjutnya di tengah terdapat inti yang berbentuk kantong yang disebut; nuclear bag fiber atau sering juga disebut nuclear chain fiber. Dari kedua serabut ini terdapat dua macam syaraf pengantar rangsangan ke pusat syaraf.

Medicine ball ialah suatu alat semacam bola yang mengandung pengertian sebagai berikut: suatu alat semacam bola yang dipergunakan dalam latihan. Khusus dalam latihan pada cabang olahraga bulutangkis dijelaskan oleh Agus Budiarto (1989) bahwa : “Medicine ball sebagai suatu alat semacam bola yang dapat membantu meningkatkan kekuatan lengan, throw adalah gerakan melempar yang dimulai dari belakang kepala ke atas depan”. Dari pengertian tadi, latihan medicine ball dalam permainan bulutangkis khususnya passing atas merupakan suatu bentuk latihan yang terdiri dari rangkaian gerakan melempar bola medicine yang dimulai dari belakang kepala ke atas dan badan tegak, kedua tangan memengang bola dibelakang kepala dengan gerakan cepat bola di lemparkan ke depan. Medicine ball dalam penelitian ini dilakukan dengan posisi berdiri. Dari pendapat tentang pliometrik dengan pengertian medicine ball, dapat disimpulkan bahwa latihan pliometrik khususnya medicine ball adalah mengembangkan otot-otot lengan untuk mendapat rangsangan yang sama berupa berat bola medicine 3 kg. Bentuk latihan ini merangsang berbagai perubahan pada otot dan meningkatkan kemampuan kelompok otot agar dapat merespon dengan cepat dan kuat.

METODE PENELITIAN

Metodologi pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untukmencapai tujuan. Oleh karena itu tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah, maka perlu ditempuh langkah-langkah yang relevan dengan masalah yang telah dirumuskan. Selanjutnya dengan hal tersebut di atas, Winarno Surahman (1982), menerapkan bahwa: “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalanya untuk serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat bantu”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Suharsimi Arikunto (1992) yang mengatakan bahwa “variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Adapun varibel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu latihan medicine ball dan variabel terikat yaitu pukulan lob. Dalam penelitian eksperimen perlu dipilih suatu desain yang tepat dan sesuai dengan tuntutan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan penelitian. Desain dalam penelitian ini adalah: “Randomized Sampel Pretest dan Posttest Group Design”. Populasi dalam penelitian ini merupakan keseluruhan individu yang dijadikan objek penelitian atau seluruh penduduk yang mencakup ruang lingkup penyelidikan. Namun populasi tersebut mempunyai sifat hal tersebut di kemukakan oleh Sugiyono (2005) yang memberikan pengertian sebagai berikut: Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

(6)

111 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi adalah seluruh individu yang akan dijadikan sasaran penyelidikan dan mempunyai karakteristik atau kesamaan sifat. Populasi dalam penelitian adalah mahasiswi

FIK UNM yang telah

memprogramkan mata kuliah bulutangkis. Dengan demikian kesamaan sifat dari populasi dalam penelitian ini yakni mempunyai jenis kelamin yang sama. Pengertian tentang sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi, yang sudah merupakan sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain istilah sampel bisa dinyatakan sebagai bagian dari populasi untuk mewakili seluruh individu. Batasan tentang sampel ini dilandasi oleh pandangan dari Sugiyono (2005) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sedangkan Ating Sumantri (2006) bahwa; “Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.” Nana Sudjana (2005:73) mengungkapkan tentang jumlah yang layak untuk menjadi sampel secara minimal, sebagai berikut: “Minimal sampel yang digunakan dalam suatu penelitian sebanyak 20 subjek ini berdasarkan atas perhitungan atau syarat penguji yang lazim digunakan dalam statistik.” Penggunaan sebagai dari populasi disebut sampel menghadapi kenyataan ini perlu redukasi atau penggunaan sebagian saja dari populasi, yang dipandang representatif dapat diwakili populasi. Adapun sampel yang dipergunakan adalah sebanyak 20 orang mahasiswi FIK UNM. Teknik pengambilan sampel dilakukan secarah random dan dipilih

sebanyak 20 orang kemudian selanjutnya membentuk kelompok penelitian. Kelompok penelitian dibentuk atas dasar hasil Prestest dengan teknik Machid ordinal. Pengumpulan data merupakan tahap yang menentukan dalam proses suatu penelitian untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Pelaksanaan pengumpulan data perlu dipersiapkan dan direncanakan secara matang sehingga data yang diperoleh diharapkan mempunyai tingkat realibitas yang tinggi. Sesuai dengan kebutuhan dan jumlah pelaksanaan test, maka telah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya oleh peneliti pelaksana test tersebut adalah terdiri dari dosen pembimbing, mahasiswa FIK UNM yang telah memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup tentang teknik pelaksanaan dengan tugas masing-masing.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah test keterampilan bermain bulutangkis dari Verducci badminton skill test yang dikutip oleh Abraham Razak (1988) yang terdiri dari servis pendek, servis panjang, lob tinggi dan smash. Sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian maka rangkaian tes yang dimaksud antara lain adalah test lob tinggi.

Dalam penelitian disusun dan dianalisa menggunakan statistik inferesial. Statistik deskriptif memberikan gambaran umum data penelitian maupun penyajian dalam bentuk grafik. Statistik inferensial yang digunakan adalah untuk pengujian Pengujian hipotesis penelitian. Teknik analisis yang dipakai uji t berpasangan pada taraf siknifikan 95% ( t 0,05 ).

(7)

112 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan data statistik deskriptif, maka dapat diuraikan berikut:

1) Dalam analisis deskriftif data tes awal latihan medicine ball (kelompok A) diperoleh nilai rata-rata sebesar 202,00 dan standar deviasi adalah 2,25093. Sedangkan jumlah skor yang dicapai dari 10 sampel adalah 202,00 dengan jumlah skor kuadrat adalah 4126,00. Untuk hasil data minimal 16,00 dan maksimal 24,00.

2) Dalam analisis deskriptif data tes akhir latihan medicine ball (kelompok A) diperoleh nilai rata-rata sebesar 24,70 dan standar deviasi adalah 2,11082 sedangkan jumlah skor yang dicapai dari 10 sampel adalah 247,00 dengan jumlah skor kuadrat adalah 6141,00. Untuk hasil data minimal 21,00 dan maksimal 28,00.

3) Dalam analisis deskriptif data tes awal kelompok kontrol (kelompok B) diperoleh nilai rata-rata 20,10 dan standar deviasi adalah 1,91195. Sedangkan jumlah skor yang dicapai dari 10 sampel adalah 201,00 dengan jumlah skor kuadrat adalah 4073,00. Untuk hasil data minimal 17,00 dan maksimal 23,00.

4) Dalam analisis deskriptif data tes akhir kelompok kontrol (kelompok B) diperoleh nilai rata-rata sebesar 21,50 dan standar deviasi adalah 2,06828. Sedangkan jumlah skor yang dicapai dari 10 sampel adalah 215,00 dengan jumlah skor kuadrat 4661,00. Untuk hasil data minimal 19,00 dan maksimal 25,00.

Urutan hipotesis yang di uji kebenarannya dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Pertama

Ada pengaruh latihan medicine ball terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada mahasiswi FIK UNM. Hasil analisis data pada lampiran diperoleh nilai t observasi = 12,075 lebih besar dari nilai t tabel pada taraf signifikan 95% = 2,262. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada perbedaan antara tes awal dan tes akhir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan latihan medicine ball terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada mahasiswi FIK UNM. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa dengan memberikan latihan berpasangan secara terprogram dengan sistematis selama 24 kali pertemuan dengan perincian tiga kali seminggu, maka akan dapat meningkatkan kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis bagi mahasiswa atau bagi pemain. Dapat dijelaskan bahwa dalam melaksanakan latihan medicine ball dapat memberikan pengaruh yang positif pada kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis. Latihan medicine ball merupakan bentuk latihan fisik untuk meningkatkan kemampuan daya ledak otot lengan. Kemampuan dalam melakukan latihan medicine ball mengakibatkan kontraksi otot lengan dapat bekerja dengan maksimal dalam menopang kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis. Kontraksi

(8)

113 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

otot lengan yang terjadi yaitu anterior deltoids, upper dan midle pectoralis mayor, latissimus mayor, dan triceps. Dengan demikian hasil kontraksi tersebut mengakibtakan adanya pengaruh yang signifikan latihan medicine ball terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis.

2. Hipotesis kedua

Ada perbedaan pengaruh antara latihan medicine ball dan kelompok kontrol terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada mahasiswi FIK UNM. Hasil analisis data pada lampiran diperoleh nilai t observasi = 10,273 lebih besar dari nilai t tabel pada taraf signifikan 95% = 2,101. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada perbedaan pengaruh antara latihan invidu dan kelompok kontrol terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada mahasiswi FIK UNM. Dan kelompok yang mendapatkan latihan medicine ball yang lebih efesien dalam meningkatkan kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa latihan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan medicine ball dan kelompok kontrol terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada mahasiswi FIK UNM. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa kedua kelompok memberikan pengaruh atau peningkatan yang positif terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis,

namun bila dibandingkan dengan melihat hasil yang diperoleh pada rata-rata tes akhir serta pengujian statistik uji-t tidak berpasangan, maka latihan medicine ball lebih produktif dan efesien. Sebab dalam melakukan latihan memiliki tingkat kemampuan kinerja otot lengan untuk berkontraksi dalam meningkatkan kondisi fisik yang dibutuhkan yaitu daya ledak lengan. Proses pelaksanaan latihan medicine ball memiliki alat bantu berupa bola medicine. Sehingga pada latihan ini dituntut untuk lebih aktif untuk bergerak dan kemampuan fisik pada bagian lengan lebih berkontraksi untuk menopang dalam melakukan pukulan lob. Teknik pukulan lob bertujuan untuk mengarahkan bola sedekat mungkin dari garis belakang. Dengan demikian latihan medicine ball memiliki efesiensi dalam meningkatkan pukulan lob. Sedangkan kelompok kontrol (tanpa latihan) memberikan perkembangan positif pada teknik itu sendiri. Hanya saja kontraksi lengan yang terjadi kurang maksimal, sebab tidak adanya suatu perlakukan khusus. Akan tetapi peningkatan yang terjadi dalam kelompok kontrol karena adanya aktivitas yang dimiliki oleh mahasiswi.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan latihan medicine ball terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada mahasiswi FIK UNM.

(9)

114 *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan medicine ball dan kelompok kontrol terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis pada mahasiswi FIK UNM.

Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan, maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Diharapkan untuk dapat

meningkatkan kemampuan

pukulan lob dalam permainan bulutangkis bagi pemain melalui pembina atau pelatihan secara intensif dengan penerapan bentuk latihan yang lebih mengarah pada teknik itu sendiri.

2. Hendaknya latihan medicine ball dapat dijadikan sebagai indikator atau suatu masukan untuk meningkatkan kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis dengan memasukkan dalam program latihan.

3. Perlu adanya verifikasi lebih lanjutan tentang latihan medicine ball dalam meningkatkan kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis dengan menambah bentuk latihan yang ain sebagai bahan perbandingan, agar dapat diketahui tingkat keterampilan yang lebih menyakinkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi 1992. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktis. Penerbit Rineka Cipta. Ateng, Abdul Kadir. 1992. Asas dan

landasan pendidikan jasmani. Jakarta: Depdikbu Dirjen Dikti. Dwijonowinoto Kasiyo, 1993.

Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP: Semarang.

Halim, Nur Ichsan. 1991. Tes pengukuran dan penyusunan

alat evaluasi dalam bidang olahraga. Ujung Pandang : FPOK IKIP Ujung pandang. Harsono, 1988, Coaching dan

Aspek-aspek dalam Coaching, Dirjen Perguruan Tinggi, Jakarta.

Kiram Yanur, 1992, Belajar Motorik, Penerbit Dep. P & K Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Kosasih Engkos, 1994, Olahraga Teknik dan Program Latihan, Penerbit Akapres, Jakarta. Poole James, 1982, Belajar

Bulutangkis, Penerbit Pioner, Bandung.

Sajoto, Moch. 1988, Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Jakarta. Sudjana Nana 1988 . Metode

statistika. Bandung : Penerbit Tarsito Bandung.

Sugiyono. 2000. Statistika dalam penelitian. Bandung : Penerbit CV. Alfabeta.

Sulaiman Naim, 1980, Pedoman pembinaan dan peraturan pemain bulutangkis, Skripsi FPOK IKIP Ujung Pandang. Tohar, 1992, Olahraga Pilihan

Bulutangkis, Departemen P & K, Dirjen Dikti.

Yahya Kasmad. M, 1988, Materi dan Sajian Latihan Bermain Bulutangkis, dikutip oleh Sudiardarma, FPOK IKIP Ujung Pandang.

---, 1985, Pola Pembinaan Bulutangkis Nasional, Bagian A dan B, Ditetapkan oleh PB. PBSI, Jakarta.

---, 1989, Pola Pembinaan Bulutangkis, Dikutip oleh ABRAHAM Razak, FPOK IKIP Ujung Pandang.

Referensi

Dokumen terkait

Pelkat Persekutuan Teruna GPIB Paulus Jakarta menyelenggarakan BASIL (Bincang Asik Seputar Iman dan Lingkungan) yang diselenggarakan secara daring melalui aplikasi zoom pada:

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dian Anggraeni, “Pada aspek kemampuan karyawan mutasi penempatan jabatan karyawan saat ini sebagian besar sudah sesuai dengan kompetensi

Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Kosa kata khusus terkait dengan technology.. Peserta didik kemudian diberi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 5 Januari 2018 di ke-las II salah satu SD negeri di Surakarta dapat diketahui bahwa keterampilan menghitung perkalian

Pada tahun yang sama, Puspita dan Prastowo (2018), meneliti perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan strategi pembelajaran tipe Index Card Match

adalah bukti yang menunjukkan bahwa beberapa dari komponen struktural tersebut mengikuti sebuah pola tertentu pada saat organisasi berkembang

Melalui model pembelajaran return berpasangan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dasar dalam permainan bulutangkis teruatama gerak dasar pukulan dropshoot dan pukulan lob...

Terdapat perbaedaan pengaruh latihan Dumbbell Kickbacks dan latihan One-Arm Overhead Dumbbell Extension terhadap kemampuan Backhand Lob dalam permainan Bulutangkis