• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut gambar hiasan, kata tambahan untuk memperindah, penyebutan tandatanda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menyebut gambar hiasan, kata tambahan untuk memperindah, penyebutan tandatanda"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Bunga diartikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai bagian dari tumbuhan yang akan menjadi buah, memiliki warna yang elok dan harum. Bunga diartikan pula sebagai kata untuk menyebutkan jenis bunga tertentu, menyebut gambar hiasan, kata tambahan untuk memperindah, penyebutan tanda-tanda baik, dan kata yang digunakan untuk menyebut sesuatu yang elok atau cantik.

Bunga atau dalam bahasa Korea disebut kkot (꽃) diartikan melalui kamus Naver sebagai bagian dari tumbuhan yang tersusun dari putik, benang sari, mahkota, kelopak, serta memiliki bentuk dan warna yang beragam. Bunga diartikan pula sebagai sesuatu dari bagian tumbuhan yang mekar. Kemudian, bunga digunakan pula untuk menyebut perempuan cantik atau memiki popularitas.

Bunga secara umum, digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang indah dan berwarna, serta dikaitkan untuk menyebut sesuatu yang dianggap cantik atau indah. Bunga dan keindahan seperti telah melekat sehingga bunga digunakan untuk menyebut suatu keindahan. Bunga lekat dengan makna indah, digunakan sebagai sesuatu yang dimaknai melalui karya sastra yang dianggap memiliki keindahan melalui makna dan bahasa.

Keindahan dalam karya sastra, diungkapkan sebagai suatu yang menyentuh hati atau perasaan yang memiliki syarat keutuhan, keselarasan, dan kejelasan (Noor,

(2)

2005: 22). Karya sastra, disusun sedemikin rupa untuk mencapai suatu keutuhan, keselarasan, dan kejelasan yang menyentuh hati atau perasaan. Penyusunan suatu karya penuh dengan kesengajaan untuk mencapai suatu keindahan dalam karya sastra. Puisi kerap disebut sebagai hasil suatu karya yang memiliki keindahan dilihat dari makna dan susunan bahasanya.

Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra, sukar untuk dideskripsikan pengertiannya. Namun, sesuatu yang mampu membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, dan dapat menimbulkan keharuan dapat dikategorikan sebagai puisi (Pradopo, 1987: 13). Pengertian puisi seperti yang dinyatakan oleh Teeuw ini, sering kali berubah mengingat hakekatnya sebagai suatu karya seni yang kerap mengalami ketegangan antar konveksi dan pemabaruan (Pradopo, 1987: 3).

Lirik lagu sebagai karya sastra, memiliki unsur penyusun yang sama seperti puisi karena memperhatikan makna dan susunan bahasanya untuk mencapai suatu keindahan. Penelitian ini menggunakan lirik lagu karena adanya pembacaan yang tetap terhadap kata-kata dalam susunan lirik lagu.

Pembacaan suatu puisi memunculkan unsur-unsur yang melebihi puisi itu sendiri. Perbedaan gaya pengucapan, penekanan, tempo, dan tinggi rendah suara ditentukan oleh kepribadian pembaca, dan menunjukkan interpretasi pembaca terhadap puisi yang dibacanya (Wellek dan Warren, 2014: 162). Lirik lagu memiliki pembacaan kata dengan nada sehingga ketetapan dalam pembacaannya tidak berubah. Terlebih, lirik lagu memiliki nada yang diciptakan sehingga dapat

(3)

menghidupkan setiap kata yang ingin dipaparkan dan mempermudah dalam pemahaman terhadap penekanan yang ingin disampaikan.

Karya sastra tercipta dari pemikiran kreatif yang diupayakan memiliki keindahan sehingga sastra dapat dikatakan sebagai hasil dari suatu karya seni. Sastra adalah sebuah kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 2014: 3). Suatu pemikiran kreatif yang melahirkan karya yang memiliki suatu seni, mementingkan keindahan dan makna yang ingin disampaikan karena fungsi sastra sebagai suatu alat untuk menyampaikan maksud terhadap pembaca.

Keindahan dalam lirik lagu sebagai karya sastra, kerap mengalami pemadatan untuk memenuhi keindahan secara susunan bahasa. Namun, hal ini tidak dapat dikesampingkan untuk memenuhi keindahan karena puisi ataupun lirik lagu memiliki tujuan untuk dapat dipahami sehingga makna menjadi hal penting yang harus diutamakan sehingga kejelasan, keselarasan, dan keutuhan menjadi keindahan yang menyeluruh dan mendapat perhatian yang sama.

Karya sastra memanfaatkan sarana-sarana bahasa secara lebih sistematis dan dengan sengaja (Wellek dan Warren, 2014:15). Hal ini dilakukan untuk mencapai keindahan yang padat makna. Hasil karya sastra disusun sedemikian rupa untuk memaksimalkan penggunaan bahasa yang sistematis dan penuh kesengajaan sehingga hal yang dikemukakan dalam suatu karya bukan suatu kebetulan, tetapi hal yang telah dipikiran dan memiliki maksud tertentu.

Penelitian ini meneliti sembilan lagu berjudul bunga atau dalam bahasa Korea disebut dengan kkot (꽃). Bunga yang secara umum diartikan sebagai suatu keindahan, digunakan dalam karya sastra yang memiliki keindahan secara makna

(4)

dan bahasa. Penggabungan bunga sebagai simbol keindahan dan lirik lagu sebagai karya sastra yang indah, menimbulkan pertanyaan tentang tema yang terdapat dalam lagu berjudul bunga. Tema yang mencakup keseluruhan makna dalam mengemukkan bunga, menjadi hal yang menarik karena menggunakan simbol keindahan untuk menyusun suatu makna dengan memperhatikan faktor keindahan secara susunan bahasa dan makna.

Makna menyeluruh atau tema yang berusaha dikemukakan, akan memperhatikan konflik dan karakter. Konflik sebagai sarana sastra, lebur dan berperan sebagai tema, sehingga pembahasan konflik dapat digunakan untuk menentukan tema. Kemudian, karakter menjadi hal yang penting karena menjalankan konflik. Karakter dihidupkan dengan pemaparan konflik yang ditimbulkan, karena itu untuk dapat memahami konflik maka karakter penting untuk mempermudah pemahaman tentang hal yang ingin disampaikan dengan memperhatikan cara berfikir dan penyelesaian suatu permasalahan yang dialami oleh suatu karakter.

Penentuan tema pokok mencakup berbagai hal karena tema pokok mewakili keutuhan dari suatu karya. Apabila tema telah ditemukan, maka makna bunga pada lagu dapat dengan mudah dipaparkan.

Bunga memiliki tempat khusus dalam masyarakat Korea, salah satunya mugunghwa (무궁화) yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bunga sharon. Bunga ini dijadikan sebagai bunga nasional. Mugunghwa tidak memiliki wangi atau warna yang mencolok, tetapi memiliki kemampuan untuk mekar yang

(5)

lama yaitu sekitar 100 hari. Bunga ini merepresentasikan keadaan masyarakat Korea tentang ketekunan, kelembutan, dan keteguhan.

Bunga banyak digunakan pula sebagai judul lagu, penelitian ini menggunakan sembilan lagu berjudul bunga pada periode waktu 2011 hingga 2015. Periode ini digunakan tidak untuk membatasi periode karya sastra namun untuk mempermudah pengumpulan data karena lirik lagu sebagai bagian dari puisi merupakan karya sastra yang tidak terkurung oleh waktu, dapat dibandingkan semua zaman, walaupun bentuknya selalu berubah, berkembang, dan penuh dengan kemungkinan. Kesusasteraan bukan suatu seri karya yang unik dan tak punya kesamaan satu sama lain, dan bukan pula sejumlah karya yang terkurung oleh lingkungan waktu. Sebaliknya, sastra juga bukan suatu “semesta yang sudah tercetak” serba sama dan tidak berubah. Pendapat tersebut berdasarkan sudut pandang perspektivisme (Wellek dan Warren, 2014: 41).

Penelitian dilakukan terhadap sembilan lagu berjudul bunga yang dirilis pada 2011-2015. Berikut daftar lagu yang akan dianalisis:

Judul dan Penyanyi dalam Hangeul (한글)

Judul dan Penyanyi Tanggal Rilis 1. 꽃 - 하와이 1. Bunga - Hwaaii 17 Agustus 2011 2. 꽃 - 아이비 2. Bunga - Ivy 27 April 2012 3. 꽃 - 김동현 3. Bunga - Kim Dong Hyun 17 Februari 2014 4. 꽃 - 타이미 4. Bunga - Tymee 10 Juli 2014 5. 꽃 - 준수 feat Tablo 5. Bunga - Junsu feat Tablo 3 Maret 2015 6. 꽃 - 스웨덴 세탁소 6. Bunga - Sweden Laundry 20 Maret 2015 7. 꽃 - 이루판트 7. Bunga - Eluphant 8 Juli 2015 8. 꽃 - 조수미 8. Bunga - Jo Su Mi 27 Agustus 2015 9. 꽃 - 개인 플레이 9. Bunga - Gainplay 15 Desember 2015

(6)

Sembilan lagu dipilih berdasarkan waktu rilis untuk mempermudah pencarian terhadap penggunaan bunga sebagai judul lagu dan untuk keterfokusan dalam penelitian terhadap tema dalam lagu berjudul bunga.

Lagu bunga yang dipopulerkan oleh Sumi Jo(조수미) pada 2015, pertama kali dipopulerkan oleh penyanyi Kim Gwang Seok (김관석) pada 1991, kemudian pada 2012 dipopulerkan kembali oleh penyanyi IU (아이유). Ketiga penyanyi menyampaikan maksud dengan susunan lirik yang berbeda dan menggunakan penekanan nada yang berbeda pula. Perbedaan tersebut membuktikan bahwa susunan dalam lirik merupakan kesengajaan yang memiliki makna dan maksud tertentu, serta penekanan pada nada baca mempengaruhi maksud dalam lirik.

Fungsi sastra menurut sejumlah teoretikus, adalah untuk membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspresikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu (Wellek Warren, 2014: 32). Mengucapkan penekanan yang sama seperti yang disampaikan oleh penyanyi, merupakan cara peluapan emosi dengan menempatkan diri pada posisi penyanyi sehingga penekanan terhadap isi dapat lebih mudah dipahami oleh diri. Mengikuti cara baca penyanyi dalam pembacaan lirik menjadi ketetapan yang dapat membatasi fungsi lirik untuk dinikmati secara bebas. Hal ini merupakan kekurangan dan kelebihan yang dianggap sebagai sesuatu yang melekat pada penilaian lirik lagu. Penulis menganggap hal tersebut sebagai kelebihan karena dengan pembacaan yang konsisten dapat mempermudah penangkapan maksud melalui penekanan yang ditegaskan dan ditonjolkan untuk diungkapkan.

(7)

Penelitian sastra sewajarnya bertolak dari interpretasi dan analisis karya sastra itu sendiri sebab ketertarikan untuk membahas pengarang, lingkungan sosial, dan proses sastra karena adanya karya sastra (Wellek dan Warren, 2014: 156). Pembahasan tema berdasarkan keunikan pada bunga sebagai kata yang telah lekat dengan makna keindahan, kemudian dimaknai secara indah dan menggunakan susunan bahasa yang indah pula.

1.2 Rumusan Masalah

Bunga sebagai sesuatu yang diartikan sebagai keindahan, dianalisis melalui lirik lagu sebagai hasil dari karya sastra yang indah dilihat dari makna dan susunan bahasanya. Dua keindahan yang dipadukan menjadi kesatuan utuh sebagai hasil karya sastra, menimbulkan pertanyaan tentang tema lagu.

Rumusan masalah penelitian meliputi pertanyaan tentang : 1. Apa tema pokok dari lagu berjudul bunga?

2. Apakah bunga selalu diekspresikan sebagai keindahan?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penggunaan judul lagu dengan kata bunga atau dalam bahasa Korea disebut sebagai kkot (꽃) memiliki jumlah yang banyak dan mencakup jangkauan waktu yang luas pula. Penelitian ini membatasi periode penggunaan lagu berjudul kkot (꽃) atau bunga, terhitung dari tahun 2011 hingga 2015. Hal ini dilakukan untuk membatasi jumlah lagu yang digunakan sebagai objek penelitian agar fokus penelitian dapat tercapai.

(8)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Bunga sebagai salah satu simbol yang umum digunakan untuk menyatakan keindahan, diteliti melalui lirik lagu yang merupakan salah satu dari hasil karya sastra yang memiliki unsur indah. Penelitian ini, mencoba menghubungkan pengertian tentang bunga sebagai keindahan melalui pernyataan suatu karya sastra, sehingga bertujuan untuk mengemukakan makna bunga melalui analisis tema.

Penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan manfaat praktis dalam mengemukakan makna melalui tema lagu yang berkaitan dengan bunga, serta memberikan manfaat teoretis dalam perkembangan penelitian tentang makna bunga melalui tema.

1.5 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan terhadap skripsi yang berjudul "Makna Bunga Sakura dalam Tiga Lirik Lagu AKB48" yang ditulis pada 2014 oleh Fath Yustia Hendrawan. Pemaknaan bunga dengan jenis karakter bunga sakura tersebut memiliki kesimpulan bahwa bunga sakura mereprentasikan akhir dari masa lalu dan awal dari masa depan. Skripsi ini dianalisis dengan memanfaatkan teori semiotika riffaterre. Fath Yustia Hendrawan melihat keunikan dalam lirik lagu yang memiliki periode waktu peluncuran yang hampir bersamaan antara Februari-Maret yang merupakan rentang waktu yang mendekati kelulusan sekolah dan universitas di Jepang.

(9)

Skripsi tersebut menganalisis tentang makna bunga sakura dan karakteristik bunga sakura. Fath Yustia Hendrawan meneliti tiga lagu milik AKB48 yang menggunakan kata sakura dalam judul lagu. Berbeda dengan hal tersebut, analisis yang akan dilakukan penulis adalah pada tema dari sembilan lagu yang berjudul "bunga" dan dengan penyanyi yang beragam. Selain itu, kedua skripsi pun memanfaatkan kajian yang berbeda.

Tinjauan Pustaka dilakukan pula dalam skripsi karya Agfinia Ika Puspita yang berjudul "Makna Simbol Kehidupan Wanita Korea dalam Novel Grafis ' 황 토빛 이야기 1' ( Hwangthobit Iyagi 1 ) Karya Kim Dong Hwa : Kajian Semiotika Pierce". Puspita meneliti simbol kehidupan wanita Korea yang terdapat dalam novel. Skripsi ini menyimpulkan bahwa terdapat makna simbol kehidupan wanita Korea yang direpresentasikan dalam hujan dan tujuh jenis bunga.

Kedua penelitian meneliti tentang makna bunga. Puspita dalam skripsinya menyimpulkan bahwa simbol kehidupan wanita dalam novel tersebut direpresentasikan melalui hujan dan tujuh jenis bunga. Ketujuh jenis bunga tersebut dipaparkan berdasarkan karakteristik tertentu yang merepresentasikan kehidupan wanita Korea, sedangkan penulis akan meneliti tema pada sembilan lagu berjudul bunga.

Skripsi berjudul “Analisis Tema dan Fakta Cerita dalam Cerita Anak Dangnakwi Areul San Nongbu” oleh Intan Ekapratiwi pada 2012, meneliti tentang tema dan fakta cerita sebagai dua dari tiga bagian unsur intrinsik yang dibagi oleh Robert Santon. Penulis, memanfaatkan teori tentang tema untuk mengemukakan tema yang terdapat pada sembilan lagu berjudul bunga. Analisis yang dilakukan

(10)

oleh penulis bertujuan untuk mengemukakan tema pokok pada lagu berjudul bunga melalui analisis konflik, karakter, dan tema-tema yang dipaparkan dalam lirik lagu. Hal ini dimanfaatkan untuk mengemukakan tema pokok dengan metode yang lebih terperinci untuk mengurangi kesalahan terhadap pemahaman tema pokok. Kemudian, hubungan antara tema pokok dan bunga sebagai judul, akan dianalisis untuk mengemukakan keterkaitan antar keduanya demi mencapai keseluruhan yang harus dimiliki oleh suatu tema pokok. Perbedaan dua skripsi ini terdapat dalam jenis karya sastra yang diteliti serta metode yang berbeda pula sehingga diasumsikan memiliki perbedaan pula dalam hasil yang akan ditemukan.

1.6 Landasan Teori

Sastra diartikan sebagai tulisan, kemudian pengertian itu ditambah dengan kata su yang berarti indah atau baik sehingga susastra berati tulisan yang indah (Fananie, 2002: 4). Sastra yang diartikan sebagai tulisan yang indah, berkaitan dengan teks. Berkaitan dengan teks, melibatkan pula bahasa sebagai material penyususn suatu teks.

Suatu teks digolongkan sebagai teks sastra apabila didalamnya mengandung nilai estetik. Teks sastra menggunakan bahasa secara lebih bebas dan tidak dominan sebagai sarana komunikasi sehingga bahasa yang digunakan dalam sastra sering bersifat ambigu, abstrak, simbolis, dan inkonvensional. Demi menjelmakan aspek estetik, bahasa disusun melalui permainan kata yang direfleksikan dengan ungkapan makna yang bersifat imajinatif (Fananie, 2002: 2-3).

(11)

Kata merupakan sarana terwujudnya bangunan cerita, kata merupakan sarana pengucapan sastra (Nurgiyantoro, 1998: 22). Kata memiliki peran penting dalam terciptanya suatu karya sastra. Kata dipilih dan disusun untuk menciptakan makna dalam karya sastra. Makna dalam karya sastra disusun dan membentuk suatu kesatuan sehingga karya sastra dapat dianggap sebagai suatu kesatuan dari unsur-unsur pembentuk.

Struktur secara etimologis berasal dari kata structura (Latin), berarti bentuk, bangunan, sedangkan system berasal dari kata systema (Latin), berarti cara. Struktur dengan demikian menunjuk pada kata benda, sedangkan sistem menunjuk pada kata kerja. Pengertian-pengertian struktur telah digunakan untuk menunjuk unsur-unsur yang membentuk totalitas pada dasarnya telah mengimplikasikan keterlibatan sistem (Ratna, 2011: 91). Suatu sistem memiliki keterkaitan yang membentuk keutuhan sehingga dapat dikatakan pula bahwa struktur merupakan hasil dari unsur-unsur yang dipadukan menjadi suatu kesatuan utuh.

Struktur berarti bentuk keseluruhan yang kompleks (complex whole). Setiap objek atau peristiwa adalah pasti sebuah struktur yang terdiri dari berbagai unsur, yang setiap unsurnya tersebut menjalin hubungan. Puisi dianggap sebagai sebuah objek , karena itu pasti sebuah struktur (Siswantoro, 2010:13). Puisi tersusun menjadi suatu kesatuan yang disusun menggunakan pilihan kata yang membentuk makna-makna dan keseluruhan.

Hawks berpendapat bahwa setiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya melainkan maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu (Pradopo, 1987:

(12)

119-120). Setiap unsur yang berdiri sendiri, tidak dapat memiliki arti tanpa keterkaitannya dengan unsur lain. Keterkaitan yang menghubungkan suatu unsur dengan unsur lainnya, membentuk suatu kesatuan sehingga memiliki suatu makna. Pentingnya hubungan dalam keterkaitan ini menjadi suatu pengikat yang menyatukan unsur-unsur yang tanpa makna menjadi suatu kesatuan makna yang menyeluruh.

Ide kesatuan dalam suatu struktur harus bulat dan utuh, serta tidak dapat berdiri sendiri sehingga unsur-unsurnya saling berkaitan. Struktur dalam ide transformasi struktur itu tidak statis tapi dinamis sehingga sebuah struktur mampu melakukan prosedur-prosedur transformasi dalam arti bahan-bahan baru dapat diolah melalui prosedur tersebut, kemudian struktur itu mengatur dirinya sendiri sehingga tidak memperlukan bantuan dari luar dirinya untuk mengesahkan prosedur transformasinya. Ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri harus dimiliki untuk membentuk keseluruhan makna yang padu dan bulat (Sulistyowati dan Tarman Effendi, 2010: 90).

Struktur itu padu dan bulat, dinamis, dan mengatur dirinya sendiri sehingga dapat dinyatakan bahwa struktur merupakan bagian-bagian dalam yang menyatukan sesuatu menjadi suatu kesatuan utuh dan membentuk makna dari hubungan antar unsur yang dipadukan. Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan dan menunjukkan keterkaitan antar fungsi setiap unsur demi mencapai makna keseluruhan (Nurgiyantoro, 1998: 37).

(13)

Puisi memiliki kepadatan komposisi dengan konveksi ketat, ditandai dengan pemakaian sedikit kata tetapi mengungkapkan lebih banyak hal (Siswantoro, 2010: 23). Puisi sebagai karya seni itu puitis. Kata puitis sudah mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi. Sesuatu dinyatakan puitis apabila hal itu membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, secara umum apabila hal itu menimbulkan keharuan disebut puitis. Kepuitisan dapat dicapai dari bermacam cara, dapat melalui visual, bunyi, dan orkestrasi (Pradopo, 1987: 13).

Puisi sebagai karya sastra yang terdiri dari susunan kata pilihan yang membentuk makna, memiliki suatu keindahan dalam kata puitis. Sesuatu yang dinyatakan puitis, dimiliki oleh lirik lagu sebagai sesuatu yang dapat diartikan sebagai puisi. Kepuitisan yang dicapai menggunakan kesengajaan dan pemikiran sehingga penyusunan suatu karya sastra yang dapat disebut sebagai puisi, memiliki struktur yang disusun demi mencapai suatu kemenyeluruhan yang utuh.

Puisi disusun dari kata-kata pilihan yang membangun suatu makna yang terikat dari suatu unsur dengan unsur lainnya. Kata merupakan sarana terwujudnya bangunan cerita, kata merupakan sarana pengucapan sastra (Nurgiyantoro, 1998: 22).

Teori adalah alat, kapasitasnya berfungsi untuk mengarahkan sekaligus membantu memahami objek secara maksimal. Teori memiliki fungsi statis sekaligus dinamis. Aspek statisnya adalah konsep-konsep dasar yang membangun sekaligus membedakan suatu teori dengan teori yang lain. Aspek dinamisnya adalah konsep-konsep dasar itu sendiri sesudah dikaitkan dengan hakikat objeknya.

(14)

Konsep inilah yang berubah secara terus-menerus, sehingga penelitian yang satu berbeda dengan penelitian yang lain (Ratna, 2011:95)

Penelitian ini memanfaatkan kajian-kajian tentang tema yang meneliti puisi melalui struktur penyusun tema. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan (Pradopo, 1987: 3).

Karya sastra sebagai suatu hasil dan ada, sehingga karena kehadirannya-lah yang memunculkan ketertarikan untuk membahas pengarang, lingkungan sosial, dan proses sastra (Wellek dan Warren, 2014:156). Ketertarikan dalam meneliti suatu karya karena karya yang telah ada sebagai suatu hasil dari pemikiran yang telah terwujud.

Strukturalisme dianggap sebagai mementingkan objek, dengan konsekuensi menolak, bahkan “mematikan” subjek pencipta sehingga dianggap antihumanis. Strukturalisme dianggap pula melepas karya dari sejarah sastra dan sosial budaya yang justru merupakan asal-usulnya (Ratna, 2011: 92). Struktural sebagai suatu kesatuan dari unsur-unsur yang tidak bermakna, kemudian menjadi bermakna karena unsur-unsur yang saling dikaitkan.

Struktur dalam karya sastra dibangun oleh unsur-unsur penyusun yang lebih kecil. Tema merupakan salah satu unsur penyusun karya sastra. Tema dalam sebuah karya sastra merupakan salah satu dari unsur pembangun cerita yang secara bersama membentuk kemenyeluruhan. Tema disampaikan secara tersurat dan mengikat unsur tokoh, plot, latar, dan cerita sehingga tema memaknai dan memadukan unsur tersebut (Nurgiyantoro, 1998: 74).

(15)

Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat sehingga tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa beragam (Fananie, 2002:84). Ragam tema memuat sesuatu yang umum karena makna khusus dipaparkan di dalam karya sastra secara lebih terperinci. Tema pokok harus dapat memuat keseluruhan makna khusus dengan mengungkapkannya dalam sesuatu yang bersifat umum.

Di dalam karya sastra, tema merupakan hasil dari pemikiran yang imajinatif. Tema sebagai suatu karya imajinatif, dapat diungkapkan melalui dialog tokoh-tokohnya, melalui konflik yang dibangun, atau melalui komentar secara tidak langsung. Kemudian watak tokoh yang diungkapkan pengarang mengalir seirama dengan situasi yang dihadapi oleh para tokoh (Fananie, 2002: 84).

Tokoh membawa tema, sehingga detail yang terdapat dalam penjelasan dalam penokohan membawa makna-makna penting. Konflik sengaja diciptakan untuk dijalankan oleh tokoh. Penyikapan tokoh dalam menghadapi konflik menyimpan makna yang dapat diungkapkan sebagai hal khusus dan dapat digunakan untuk mendapatkan tema dengan lebih mudah melalui pemahaman terhadap konflik yang dijalankan oleh karakter.

Tema membentuk kebersatuan pada cerita dan memberi makna pada setiap peristiwa (Stanton, 2007: 8). Tema menjelaskan hal-hal khusus yang dipadukan menjadi suatu tema pokok yang lebih general, sehingga lebih menyatu dan membentuk kepaduan dengan tema tertentu yang melingkupi tema-tema khusus yang ada.

(16)

Tema adalah makna yang dapat merangkum semua elemen dalam cerita dengan cara paling sederhana (Stanton, 2007: 41). Tema berfungsi menyatukan semua elemen khusus yang terdapat dalam pemaparan, mendapatkan tema berarti telah mendapatkan makna penting dalam karya. Tema yang telah didapatkan, kemudian disatu-padukan untuk mendapatkan tema pokok karena tema mencakup hal-hal khusus dan tema pokok merupakan sesuatu yang umum melalui penjelasan makna-makna khusus tersebut. Tema memberi kekuatan dan menegaskan kebersatuan kejadian-kejadian yang sedang diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang paling umum (Stanton, 2007: 7).

Cara paling efektif mengenali tena sebuah karya adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada didalamnya (Stanton, 2007: 42). Konflik mencakup permasalahan yang dimunculkan untuk dihadapi oleh karakter. Konflik menyediakan suatu permasalahan yang akan dihadapi dan diselesaikan oleh karakter. Konflik dan penyikapan karakter, memunculkan tema karena terdapat maksud khusus dari permasalahan yang dimunculkan serta cara penyikapan yang disampaikan melalui karakter.

Konflik merupakan unsur pokok dalam pembangunan ide cerita dan plot, pada umumnya erat berkaitan dengan tema. Memahami konflik yang dihadapi oleh tokoh, merupakan cara khusus yang dapat digunakan untuk menemukan tema (Nurgiyantoro, 1998: 85-86). Memahami konflik dapat melalui cara pandang tokoh dalam melihat permasalahan tersebut, sehingga makna penting dalam adanya konflik dapat mudah untuk dipahami.

(17)

Konflik (conflict) yang notabene adalah kejadian yang terglong penting dan esensial dalam pengembangan plot (Nurgiyantoro, 1998: 122). Konflik mengembangkan alur yang merupakan punggung dari suatu karya sastra. Alur sebagai penegak dalam cerita yang dipaparkan, kemudian konflik dapat dianggap sebagai cabang dari tongkat penegak yang memusat pada ikatan alur.

Wellek dan Warren berpendapat bahwa konflik adalah sesuatu yang dramatic, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Nurgiyantoro, 1998: 122). Konflik sebagai suatu permasalahan, tidak ingin ditemui dalam kehidupan. Konflik sengaja dimunculkan dalam cerita sebagai sarana mengadukan dua kekuatan seimbang. Aksi dan reaksi yang seimbang dalam suatu pertarungan menimbulkan pemikiran yang beragam terhadap penilaian permasalahan. Kemudian, dimunculkan penyelesaian konflik untuk meredakan pertarungan yang seimbang dengan makna-makna khusus yang dapat ditemukan melalui analisis konflik tersebut. Penyelesaian konflik dapat dipahami melalui sudut pandang karakter dalam menyikapi permasalahan. Konflik dan tokoh dapat digunakan sebagai sarana pemahaman makna khusus dalam karya sastra.

Tokoh cerita menunjuk pada orangnya, sedangkan watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap tokoh. Karakter dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan. Antara tokoh dengan perwatakan yang dimiliki, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh (Nurgiyantoro, 1998: 165). Karakter mencakup sikap suatu tokoh dalam menyikapi konflik sehingga melalui

(18)

pemahaman karakter, permasalahan akan lebih mudah dipahami melalui sudut padang tokoh dalam melihat suatu permasalahan.

Tema memberikan koherensi dan makna pada fakta-fakta cerita (Stanton, 2007: 39). Tema mencakup keseluruhan dalam suatu karya sehingga berfungsi mengikat keseluruhan yang ada.

Judul sering dianggap memiliki hubungan yang relevan dengan karya yang diampunya namun judul dapat pula mengacu pada detail yang tidak menonjol sehingga menjadi petunjuk terhadap makna cerita bersangkutan (Stanton, 2007: 52). Judul merupakan bagian dari fakta cerita, tema memberikan koherensi pada fakta cerita. Hal ini membuktikan bahwa ada kepaduan antara tema dan judul yang saling memberikan makna satu sama lain karena keterikatan keduanya. Judul dan tema saling berkaitan dan memberikan makna sehingga saling terikat dan membentuk makna. Mengemukakan tema memerlukan pembahasan lewat isi dan judul demi menemukan kepaduan yang lebih detail untuk mendapatkan tema pokok dalam suatu karya sastra.

Tema dipaparkan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan makna penting dalam suatu karya sastra. Tema berisikan hal-hal khusus yang mendetail. Tema terangkum dalam konflik dan diperankan oleh karakter. Tema dalam karya sastra dapat ditemukan melalui pembahasan konflik dan karakter. Tema-tema yang telah ditemukan, kemudian dapat disimpulkan melalui pembahasan untuk mendapatkan tema pokok. Keterkaitan tema pokok dalam pembahasan isi, tidak dapat dilepaskan dari judul karena keduanya yang saling berkaitan dan saling memberikan makna.

(19)

Keseluruhan yang dimiliki tema pokok, harus mencakup pembahasan isi dan judul sebagai suatu kesatuan dalam suatu karya sastra.

1.7 Metode Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data

Penentuan objek material dilakukan dengan menggunakan lirik lagu yang memiliki judul kkot (꽃) atau bunga. Sembilan lagu diperoleh dari ketentuan objek material yang dibutuhkan, kemudian dilakukan proses penerjemahan dan pemahaman.

2. Metode Analisis Data

Analisis terhadap tema pokok pada sembilan lagu berjudul kkot (꽃) atau bunga melalui konflik, karakter, tema, dan judul.

1.8 Sistematika Penulisan • BAB I - Pendahuluan

(Latar Belakang - Rumusan Masalah - Ruang Lingkup Penelitian - Tujuan dan Manfaat Penelitian - Tinjauan Pustaka - Landasan Teori - Metode Penelitian - Sistematika Penulisan)

Berisi latar belakang yang mendasari adanya pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Ruang lingkup penelitian ada untuk mendapatkan data yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini dan agar penelitian tidak terlalu melebar sehingga menjadi tidak fokus pada satu tujuan. Tujuan dan manfaat penelitian akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terurai

(20)

dalam rumusan masalah. Pembuktian keaslian penelitian akan diuraikan dalam tinjauan pustaka. Landasan teori akan mendasari pemanfaatan kajian dalam penelitian ini. Metode analisis data akan menguraikan langkah-langkah kerja penulis dalam menyusun penelitian ini.

• BAB II – Tema melalui Konflik dan Karakter

Analisis tema terhadap sembilan lagu melalui konflik, karakter, dan tema dalam lagu. Tiga unsur tersebut memunculkan tema pokok.

• BAB III – Tema Pokok dan Judul

Penentuan tema pokok dan menganalisis keterkaitannya dengan bunga yang diposisikan sebagai judul lagu.

• BAB V – Simpulan

Simpulan dari analisis yang telah dilakukan. Berisi jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan terdapat pengaruh nyata varietas tanaman yang diuji terhadap tinggi tanaman, namun tidak terdapat pengaruh nyata

menunjukkan teknik aplikasi dengan penyemprotan di Kabupaten Sampang terlihat bahwa lebih rendah bila dibandingkan dengan metode umpan dimana mortalitas pada rayap tanah

Pada musim barat dengan skenario 1 (debit 0.05 m 3 /det), dominan arah sebaran TSS adalah timur-barat dengan konsentrasi TSS sebesar 20 mg/L masih melewati 500 m dari

Pantas Hasibuan, MKed(Paru), Sp P(K) sebagai Sekretaris Departemen Pulmonolgi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/ SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan dan pembimbing penelitian

Diikuti dengan alat pengendali dan pengaman pengguna jalan dengan nilai bobot terburuk (9) pada empat lokasi ruas jalan disusul rambu lalu lintas dengan nilai bobot 9

Skripsi yang berjudul “TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL” ini diajukan untuk melengkapi syarat ujian

Sehubungan dengan hal tersebut di atas Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional sebagai organisasi pengawasan yang mempunyai komitmen sangat tinggi dalam hal

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul