PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 17.504 buah pulau, dengan luas laut sekitar 3,544 juta km2. Potensi sumberdaya ikannya sangat besar dengan beraneka ragam ikan bernilai ekonomi tinggi. Potensi lestari sumber daya perikanan sebesar 6,26 juta ton per tahun, sedangkan tingkat pemanfaatannya baru sekitar 57% (Direktorat Jenderal Kelautan dan Perikanan, 2010). Hal ini menandakan bahwa masih terbuka peluang untuk mengembangkan sektor perikanan agar dapat meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap pembangunan nasional.
Ikan nila merupakan salah satu komoditas penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia (Khairuman dan Amri, 2003). Budidaya ikan nila disukai karena
ikan nila mudah dipelihara, laju
pertumbuhan dan
perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Salah satu daerah yang potensial untuk budidaya ikan nila di Indonesia adalah Provinsi Jawa Tengah, khusunya Kabupaten Klaten (Laporan PPUK Bank Indonesia, 2012).
Budidaya ikan nila di wilayah Kabupaten Klaten, dilakukan di lahan kolam maupun lahan non-kolam. Sementara itu luas lahan kolam di Kabupaten Klaten yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan mencapai 483,3 ha (Bappeda Kabupaten Klaten, 2011). Sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan air kolam adalah berupa mata air (umbul). Produksi ikan nila di Kabupaten Klaten menempati posisi pertama (Tabel 1).
Tabel 1. Produksi Ikan Konsumsi Segar, Harga Rata-Rata, dan Nilai Produksi Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Klaten Tahun 2012
Jenis Ikan Produksi (kg) Harga rata-rata (Rp/kg) Nilai Produksi (Rp.000) Karper 65,500 16,000 1,048,000 Tawes 42,200 12,000 506,400 Nila 10,445,990 14,000 146,243,860 Mujahir 7,900 10,500 82,950 Lele 3,213,200 11,000 35,345,200 Gabus 3,600 10,500 37,800 Belut 27,400 21,000 575,400 Gurameh 413,300 26,000 10,745,800 Katak Hijau 17,500 12,500 218,750 Wader 32,800 10,000 328,000 Udang Kali 17,700 14,500 256,650 Udang Lobster 1,300 55,000 71,500 Bawal 510,300 17,000 8,675,100 Patin 5,000 18,000 90,000 Lain-lain 19,400 10,000 194,000 Jumlah 14,823,090 204,419,410
Di Kabupaten Klaten, permintaan ikan nila semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani. Tingkat permintaan ikan nila di Kabupaten Klaten sebesar 20.945,5 ton (Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2012). Produksi ikan nila di Kabupaten Klaten sebesar 10.445,99 ton pada tahun 2012 (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa angka produksi ikan nila masih dibawah standar kecukupan untuk memenuhi permintaan ikan nila di Kabupaten Klaten.
Selain itu, data menunjukkan bahwa Kecamatan Polanharjo merupakan Kecamatan penghasil ikan nila terbesar di Kabupaten Klaten. Oleh karena itu, perlu adanya strategi pengembangan agribisnis budidaya pembesaran nila merah strain Janti (Larasati sp.) di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten yang bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan nila merah khususnya dan ikan nila pada umumnya di Kabupaten Klaten. Apabila produksi ikan nila meningkat, maka secara perlahan namun pasti, dapat menutup kesenjangan yang terjadi antara jumlah produksi dengan jumlah permintaan. Sehingga kedepannya diharapkan permintaan terhadap ikan nila dapat dipenuhi dari produksi lokal di Kabupaten Klaten. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang berpengaruh, merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan, serta untuk menentukan prioritas strategi yang
dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha budidaya pembesaran nila merah strain Janti
(Larasati sp.) di Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten.
METODE PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di Kecamatan Polanharjo karena merupakan sentra budidaya ikan nila merah strain Janti (Larasati sp.) di Kabupaten Klaten. Metode penentuan key informant untuk identifikasi faktor internal dan eksternal, perumusan alternatif strategi, serta penentuan prioritas strategi dilakukan secara purposive, yaitu orang-orang yang telah cukup lama dan masih terlibat secara penuh/ aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Key informant yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani pembudidaya, Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten,
supplier, pedagang pengepul,
konsumen, dan lembaga keuangan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT, Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, Matriks SWOT, dan Matriks QSP.
Analisis faktor internal dan eksternal (analisis SWOT) digunakan untuk mengenali dan mengevaluasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di dalam pengembangan agribisnis budidaya pembesaran nila merah strain Janti (Larasati sp.) di
Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
Matriks SWOT menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Ancaman). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal (Kearns dalam David, 2009). Empat kotak ini merupakan kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies), strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies).
Matriks QSPM adalah matriks yang digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total daya tarik terbesar merupakan strategi yang paling baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Usaha Budidaya Pembesaran
Ikan Larasati sp.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dalam menjalankan usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. tidak semua petani memiliki kolam sendiri. Beberapa diantara petani, ada yang menyewa kolam budidaya milik desa. Hal ini ditunjukkan dengan persentase kepemilikan kolam, bahwa 68,75% petani memiliki kolam budidaya sendiri,
sedangkan sebesar 25% petani menyewa kolam budidaya milik desa, dan sisanya sebesar 6,25% petani menjalankan usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp.
menggunakan kolam milik sendiri dan sewa.
Jumlah kolam yang dimiliki petani pembudidaya sebagian besar 1-4 petak, hal ini ditunjukkan dengan persentase 78,125%. Sebesar 12,5% petani pembudidaya memiliki kolam sebanyak 5-8 petak. Sebesar 6,25% petani pembudidaya memiliki kolam sebanyak 9-12 petak. Serta sisanya 3,125% petani pembudidaya memiliki kolam sebanyak 21-24 petak.
Luas kolam yang dimiliki oleh setiap petani pembudidaya berbeda-beda. Sebesar 50% dari petani pembudidaya memiliki kolam seluas 50-399 m2. Sebesar 21,875% dari petani pembudidaya memiliki kolam seluas 400-749 m2. Sebesar 6,25% petani pembudidaya memiliki kolam seluas 750-1099 m2. Sebesar 9,375% petani pembudidaya memiliki kolam seluas 1100-1449 m2. Sebesar 3,125% petani pembudidaya memiliki kolam seluas 1450-1799 m2. Dan sisanya sebesar 9,375% petani pembudidaya memiliki kolam seluas 1800-2149 m2.
Adanya perbedaan jumlah dan luas kolam budidaya yang dimiliki oleh setiap petani, menyebabkan jumlah ikan Larasati sp. yang dihasilkan oleh setiap petani juga berbeda. Sebagian besar petani pembudidaya menghasilkan ikan Larasati sp. 500-4499 kg setiap kali panen, hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 65,625%. Sebesar 6,625%
dari petani pembudidaya, menghasilkan ikan Larasati sp.
4500-8499 kg setiap kali panen. Sebesar 12,5% dari petani pembudidaya, menghasilkan ikan
Larasati sp. 8500-12499 kg setiap kali panen. Sebesar 3,125% dari petani pembudidaya, menghasilkan ikan Larasati sp. 12500-16499 kg setiap kali panen. Sebesar 9,375% dari petani pembudidaya, menghasilkan ikan Larasati sp.
16500-20499 kg setiap kali panen. Dan sisanya sebesar 3,125% dari petani pembudidaya, menghasilkan ikan Larasati sp. 20500-24499 kg setiap kali panen.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. pada lahan kolam di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten meliputi :
penebaran benih dan pengaturan kepadatan populasi kolam, pemberian pakan, pencegahan hama dan penyakit, serta pemanenan
Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Faktor Internal
Lingkungan internal yang dianalisis dalam usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten meliputi aspek keuangan, aspek sumber daya manusia, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek produksi dan operasi, serta aspek teknologi.
Aspek Keuangan
Berdasarkan hasil penelitian pada usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, diperoleh hasil bahwa sumber modal petani adalah modal
perseorangan atau modal sendiri. Rata-rata petani tidak meminjam modal pada lembaga keuangan seperti bank. Mereka merasa tidak nyaman meminjam modal di bank karena prosesnya berbelit-belit/ rumit.
Petani pembesaran ikan
Larasati sp. di Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten belum menerapkan sistem pencatatan keuangan yang benar. Hal ini membuat petani tidak dapat melihat perkembangan usaha budidaya mereka, selanjutnya berdampak pada ketidakmampuan petani dalam menentukan rencana kegiatan produksi ataupun peningkatan laba usaha budidaya.
Aspek Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa tingkat pendidikan petani pembesaran ikan
Larasati sp. di Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten adalah SMA. Tingkat pendidikan ini termasuk dalam kategori cukup tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi, diharapkan petani memiliki wawasan yang cukup luas serta mudah menerima dan menerapkan inovasi teknologi yang datang dari Dinas maupun pihak swasta.
Aspek Pemasaran
Kondisi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa selama ini sistem penjualan/ pemasaran yang berlaku adalah pedagang pengepul datang kepada petani untuk menebas ikan Larasati sp. Sistem pembayaran yang biasa dilakukan adalah secara tunai. Selanjutnya ikan Larasati sp. didistribusikan kepada konsumen di pasar lokal, pemancingan dan rumah makan di
sekitar Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten serta ke luar kota, misalnya ke Solo, Jogja, Sragen, dan Wonosobo. Kisaran harga ikan
Larasati sp. per kg adalah Rp 17.000,00 - Rp 18.000,00 dimana setiap kg nya berisi 3-5 ikan
Larasati sp. ukuran konsumsi.
Aspek Manajemen
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa petani pembesaran ikan
Larasati sp. di Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten telah melaksanakan manajemen usaha dengan baik. Salah satu bentuk manajemen usaha yang dilaksanakan adalah adanya pengontrolan kualitas pakan dan benih. Selain itu, petani juga telah melaksanakan sistem pengawasan dengan baik yaitu melalui cara saling bertukar informasi atau saling berkonsultasi antara petani dengan pedagang pengepul.
Aspek Produksi dan Operasi
Ada beberapa kegiatan yang harus diperhatikan dari aspek produksi dan operasi dalam menjalankan usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp.
Kegiatan tersebut adalah penggunaan benih ikan yang berkualitas, pembersihan saluran air pada kolam budidaya, serta kualitas pakan yang diberikan kepada ikan
Larasati sp. harus baik.
Aspek Teknologi
Teknologi yang dianalisis dalam faktor internal ini adalah teknologi yang telah dimanfaatkan oleh petani pembesaran ikan
Larasati sp. di Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten. Selama ini petani telah memanfaatkan beberapa teknologi
seperti kincir air dan probiotik. Kelemahan yang ada pada usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten dalam aspek teknologi adalah tidak semua petani mampu menerapkan teknologi yang ada secara optimal.
Faktor Eksternal Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi dimana suatu usaha beroperasi dan bersaing. Pada umumnya kondisi perekonomian suatu daerah memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan usaha yang terdapat pada daerah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa kondisi perekonomian di Kabupaten Klaten mendukung keberadaan usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
Kondisi Sosial Budaya
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa kondisi lingkungan sosial budaya di sekitar lokasi usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. sangat mendukung. Pengaruh warisan nenek moyang terhadap pelaksanaan usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten sangat sedikit. Petani sudah mendapatkan banyak inovasi dari Dinas maupun pihak swasta seperti BBI Janti dan PT Aquafarm dalam menjalankan usaha budidayanya. Selain dari Dinas dan pihak swasta, para petani juga sering bertukar informasi yang sifatnya
membangun demi kemajuan usaha bersama.
Kondisi Alam
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa kondisi alam di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten sangat cocok untuk budidaya pembesaran ikan Larasati sp. Awal mula terbentuknya “Kawasan Minapolitan Kalungharjo” adalah karena kondisi sumber daya alam yang sangat mendukung. Di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten air melimpah sepanjang tahun. Air yang terus mengalir sepanjang tahun ini merupakan kunci utama untuk usaha budidaya pembesaran ikan nila merah strain Janti (Larasati sp).
Kondisi Politik
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa peran Pemerintah sangat baik dalam mendukung usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Peran pemerintah tersebut meliputi koordinasi yang baik antar Dinas terkait seperti Dinas Pertanian dengan DPU dan Disperindagkop dalam melakukan pendampingan, pelatihan-pelatihan dan pembinaan di tingkat petani, pendelegasian tugas melalui Pokja Minapolitan, bantuan sarana dan prasarana budidaya seperti kolam budidaya, bantuan induk ikan yang akan dibudidayakan.
Kondisi Teknologi
Aspek teknologi yang ditinjau dari faktor eksternal ini merupakan teknologi yang belum mampu dijangkau oleh petani. Hal ini mungkin terjadi karena harga teknologi yang terlalu mahal
sehingga tidak terjangkau oleh petani. Sebagai contoh adalah mesin pembuat pelet, secara teknis petani mampu untuk mengoperasikannya. Yang menjadi kendala adalah harga mesin pembuat pelet yang terlalu mahal sehingga tidak terjangkau oleh petani.
Kondisi Persaingan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pesaing utama usaha budidaya pembesaran ikan
Larasati sp. di Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten adalah usaha budidaya ikan nila merah di waduk Kedung Ombo. Yang menjadi kekuatan utama pesaing adalah harga ikan dari waduk Kedung Ombo relatif lebih murah. Sedangkan yang menjadi kelemahan dari pesaing adalah kualitas ikan yang dihasilkan. Ikan hasil produksi waduk Kedung Ombo tekstur dagingnya tidak padat dan berbau lumpur.
Waduk Kedung Ombo merupakan pesaing yang berasal dari luar daerah, dan dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap usaha budidaya pembesaran ikan
Larasati sp. di Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten. Sedangkan yang menjadi pesaing di daerah sekitar lokasi usaha adalah PT Aquafarm. Kekuatan yang dimiliki PT Aquafarm adalah telah menggunakan teknologi canggih berupa mesin untuk memisahkan tulang dengan daging ikan, sehinga mereka dapat memasok ikan dalam bentuk filet.
Kondisi Pasar/ Konsumen
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasar ikan Larasati sp. terbuka cukup lebar. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi
usaha budidaya pembesaran ikan
Larasati sp. di Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten. Sedangkan yang menjadi acaman adalah harga jual ikan Larasati sp.
yang tidak stabil.
Matriks IFE (Internal Factor
Evaluation) dan Matriks EFE
(External Factor Evaluation) Matriks IFE
Faktor yang dianalisis dalam matriks IFE adalah faktor-faktor strategis internal yaitu kekuatan dan kelemahan usaha budidaya
pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, dan selanjutnya dilakukan pemberian bobot dan rating. Hasil matriks IFE usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Matriks IFE Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten
Faktor-Faktor Strategis Internal Rataan
Bobot Rating
Skor Terbobot KEKUATAN
1 ) Petani mendapatkan bantuan fisik dan skill dari Bidang Perikanan Dinas Pertaian Kabupaten Klaten 2 ) Kegiatan budidaya sudah cukup terjadwal
3 ) Adanya kerjasama yang baik antara petani dengan stakeholder perikanan lainnya
4 ) Kualitas ikan Larasati sp. tinggi
5 ) Tidak membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak dalam usaha budidaya ikan Larasati sp.
0,1333 0,0833 0,1167 0,1667 0,0500 4 4 3 4 3 0,5332 0,3332 0,3501 0,6668 0,1500 KELEMAHAN
1 ) Petani tidak dapat mengendalikan biaya operasional yang semakin meningkat
2 ) Belum ada pemanfaatan lahan potensial secara optimal
3 ) Petani kurang telaten dalam manajerial keuangan 4 ) Petani masih mengandalkan modal sendiri 5 ) Petani tidak telaten dalam pengaplikasian probiotik
0,1500 0,1000 0,0833 0,0500 0,0667 1 2 1 2 2 0,1500 0,2000 0,0833 0,1000 0,1334 JUMLAH 1,0000 2,7000
Sumber : Data Primer, diolah
Skor bobot total faktor-faktor strategis internal pada usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo,
Kabupaten Klaten adalah 2,7000. Hal ini secara signifikan mengindikasikan posisi internal usaha yang kuat.
Matriks EFE
Faktor yang dianalisis dalam matriks EFE adalah faktor-faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh petani dalam menjalankan usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten
Klaten. Untuk membuat matriks EFE dilakukan dengan memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor strategis eksternal, kemudian diberikan bobot dan rating. Hasil skor terbobot pada matriks EFE
usaha budidaya pembesaran ikan
Larasati sp. di Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Matriks EFE Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Larasati sp. di
Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten
Faktor-Faktor Strategis Eksternal Rataan
Bobot Rating
Skor Terbobot PELUANG
1 ) Budidaya ikan Larasati sp. merupakan budidaya unggulan di Kabupaten Klaten
2 ) Daya beli konsumen baik, mencakup konsumen lokal dan luar daerah
3 ) Sumber daya alam di Polanharjo sangat cocok untuk budidaya ikan Larasati sp.
4 ) Mulai beroperasinya Koperasi Klaster Minapolitan 5 ) Adanya pemodal yang mau bekerjasama dengan petani
0,1167 0,1167 0,1500 0,1166 0,0500 4 3 4 2 1 0,4668 0,3501 0,6000 0,2332 0,0500 ANCAMAN
1 ) Pemerintah tidak dapat membantu dalam menentukan dan menstabilkan harga ikan Larasati sp.
2 ) Adanya pesaing (dari segi produk dan tekonologi) 3 ) Adanya siklus tahunan untuk pemasaran ikan Larasati
sp.
4 ) Harga pakan terus meningkat
5 ) Teknologi yang diberikan Dinas belum terjangkau oleh petani 0,0833 0,0834 0,0833 0,1500 0,0500 2 2 2 4 1 0,1666 0,1668 0,1666 0,6000 0,0500 JUMLAH 1,0000 2,8501
Sumber : Data Primer, diolah
Hasil analisis matriks EFE untuk peluang dan ancaman diperoleh total nilai sebesar 2,8501. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten diatas rata-rata dalam merespon peluang dan mampu menghindari ancaman.
Matiks IE (Internal-Eksternal)
Hasil analisis matriks EFE diperoleh total nilai tertimbang sebesar 2,8501 dan total nilai tertimbang dari matriks IFE adalah sebesar 2,7000, menempatkan perusahaan pada sel V dalam matriks IE. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 2,0-2,99, yang menunjukkan nilai sedang. Serupa dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE total 2,0-2,99 dianggap sedang. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi
Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara), pengembangan pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan pada divisi ini.
Perumusan Alternatif Strategi (Matriks SWOT)
Berdasarkan hasil perhitungan matriks IE posisi usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten berada pada posisi pertahankan dan pelihara, dengan demikian dapat dirumuskan strategi berdasarkan posisi usaha tersebut.
Strategi S-O
Strategi SO yang dapat
diterapkan meliputi
mempertahankan kualitas produk dan memperkuat hubungan dengan
stakeholder perikanan agar dapat mempertahankan kontinuitas
produksi dan dapat bertahan di pasaran, melakukan pengawasan terhadap resiko usaha budidaya ikan
Larasati sp. dan meningkatkan jaringan pemasaran, serta mengoptimalkan penggunaan bantuan fasilitas dan pinjaman modal dari Pemerintah melalui pemanfaatan jasa Koperasi Kluster Minapolitan.
Strategi W-O
Strategi WO yang dapat diterapkan adalah meningkatkan pengelolaan usaha dan menciptakan kesinergisan antara pelaku usaha (petani pembudidaya ikan Larasati sp.) dengan Pemerintah dalam rangka menambah daya saing produk, serta memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan dari Pemerintah maupun pihak swasta untuk meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi, pemanfaatan lahan secara optimal, pengakses pasar, dan manajemen keuangan dengan baik.
Strategi S-T
Strategi ST yang dapat diterapkan pada usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten meliputi mempertahankan kualitas produk dan menciptakan alternatif pakan yang lebih murah, mengembangkan usaha pengelolaan ikan dan memperkirakan waktu tebar benih agar tidak panen di masa penurunan penjualan, serta meningkatkan pengelolaan sumber daya alam secara maksimal yang melibatkan masyarakat dan Pemerintah.
Untuk menciptakan alternatif pakan yang lebih murah, dapat digunakan bahan-bahan yang ada di sekitar tempat tinggal petani seperti
daun singkong, kedelai, dan bekicot. Bahan-bahan tersebut dihaluskan kemudian direkatkan dengan menggunakan tepung tapioka dan dibentuk seperti pelet. Dengan demikian dapat dihasilkan alternatif pakan yang lebih murah, namun tetap memiliki kandungan protein yang hampir sama dengan kandungan protein yang ada dalam pelet.
Strategi W-T
Strategi WT yang dapat diterapkan pada usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten meliputi mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya petani untuk memaksimalkan produksi dan menambah daya saing produk. Selain itu dapat juga dilakukan strategi dengan meningkatkan kerjasama dengan masyarakat sekitar dalam rangka menjaga kehamonisan dan sinergi dengan masyarakat serta menambah kesempatan kerja.
Berdasarkan hasil analisis Matriks QSP, diperoleh hasil bahwa 3 strategi utama yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut: Strategi1: Mempertahankan kualitas produk dan memperkuat hubungan dengan stakeholder perikanan agar dapat mempertahankan kontinuitas produksi dan dapat bertahan di pasaran
Strategi 2: Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan dari Pemerintah maupun pihak swasta untuk meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi, pemanfaatan lahan secara optimal, pengaksesan pasar, dan manajemen keuangan dengan baik
Strategi 3: Mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya petani untuk memaksimalkan produksi dan menambah daya saing produk
Berdasarkan Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix), maka diperoleh prioritas strategi terbaik yang dapat dilakukan petani pembesaran ikan
Larasati sp. di Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten adalah mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya petani untuk memaksimalkan produksi dan menambah daya saing produk dengan nilai TAS sebesar 5,5665.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Faktor internal yang menjadi kekuatan utama usaha budidaya pembesaran ikan nila merah strain Janti (Larasati sp.) di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten adalah kualitas ikan Larasati sp.
tinggi. Kelemahan utamanya adalah belum ada pemanfaatan lahan potensial secara optimal.
Faktor eksternal yang menjadi peluang utama usaha budidaya ikan nila merah strain Janti (Larasati sp.) di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten adalah sumber daya alam di Polanharjo sangat cocok untuk budidaya ikan Larasati sp.
Ancaman utama yang dihadapi adalah harga pakan terus meningkat.
Alternatif strategi utama yang dapat diterapkan dalam usaha budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten yaitu : Mempertahankan kualitas produk
dan memperkuat hubungan dengan
stakeholder perikanan agar dapat mempertahankan kontinuitas produksi dan dapat bertahan di pasaran, Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan dari Pemerintah maupun pihak swasta untuk meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi; pemanfaatan lahan secara optimal; pengaksesan pasar; dan manajemen keuangan dengan baik, Mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya petani untuk memaksimalkan produksi dan menambah daya saing produk.
Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan agribisnis budidaya pembesaran ikan Larasati sp. di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten yaitu mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya petani untuk memaksimalkan produksi dan menambah daya saing produk.
Saran
Untuk petani pembesaran ikan nila merah strain Janti
(Larasati sp.) di Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten, sebaiknya petani secara individu maupun kelompok lebih giat dalam memanfaatkan fasilitas yang disediakan Pemerintah.
Untuk Pemerintah (Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten), diharapkan dapat berperan aktif dalam kegiatan yang bersifat pembinaan bagi petani untuk meningkatkan kualitas sumber daya petani dalam rangka memaksimalkan produksi dan menambah daya saing produk. Langkah yang dapat dilakukan guna menunjang keberhasilan prioritas
strategi ini adalah Pemerintah dapat menambah jumlah PPL atau Pokja Minapolitan dalam membina petani.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Kabupaten Klaten. 2011.
Luas Lahan Kolam di
Kabupaten Klaten. Klaten:
Bappeda.
Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. 2012.
Produksi Ikan Konsumsi Segar, Harga Rata-Rata, dan Nilai Produksi Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Klaten Tahun 2012.
Klaten: Dinas Pertanian.
David, F. R. 2009. Manajemen Strategis: Konsep. Edisi kedua belas. Jakarta: Salemba Empat. Direktorat Jenderal Kelautan dan Perikanan. 2010. Potensi
Sumberdaya Perikanan.
Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia. 2012. Pola
Pembiayaan Usaha Kecil
(PPUK) Budidaya Pembesaran
Ikan Nila. Jakarta: Bank
Indonesia
Khairuman dan Amri. 2003.
Budidaya Ikan Nila Secara
Intensif. Cetakan pertama.