• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY TERHADAP HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN

METODE

COURSE REVIEW HORAY

TERHADAP

HASIL BELAJAR IPA

1

Ni Made Aryastuti,

2

Ni Ketut Suarni,

3

Nyoman Kusmariyatni

1,3

Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

2

Jurusan Bimbingan Konseling, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: madearyastuti@yahoo.com

1

, niketut.suarni@undiksha.ac.id

2

,nym_kusmariyatni@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah penelitian semu (quasi eksperimen), dengan rancangan non equivalent posttest only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo. Sampel penelitian ini adalah kelas V SDN 3 Yehembang, SDN 7 Yehembang, SDN 1 Yehembang dan kelas V SDN 2 Yehembang Kauh. Sampel ditentukan menggunakan teknik random sampling. Data hasil belajar dikumpulkan menggunakan tes pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo. Hal ini ditunjukkan oleh thitung (6,381) >

ttabel (2,000). Selanjutnya, rata-rata (mean) kelompok eksperimen (24,32) lebih besar

daripada rata-rata (mean) kelompok kontrol (19,10). Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Menoyo tahun pelajaran 2016/2017.

Kata kunci:Course Review Horay, Hasil Belajar

Abstract

The research aims to find out the significant difference of Science learning outcome between the group of students who studied using cooperative learning model with the course review horay method and the group of students who studied using conventional learning model. The research design was quasi experiment, with non-equivalent posttest only control group design. The population of this study was all of the students from grade V Elementary school of Cluster IV in sub-district of Mendoyo. The sample of this research was grade V students of SDN 3 Yehembang, SDN 7 Yehembang, SDN 1 Yehembang, and SDN 2 Yehembang Kauh. The sample was classified using random sampling technique. The data of the learning outcome was collected using multiple choice test and was analyzed using statistical descriptive analysis technique and statistical inferential (t-test). The result of study shows that there is difference on the Science learning outcome between the group of students who studied using cooperative learning model with the course review horay method and the group of students who studied using conventional learning model on the students of grade V Elemnetary school of Cluster IV in sub-district of Mendoyo. This is showed by tvalue(6,381) > ttable (2,000). And then, the mean of experiment group

(2)

model with the course review horay method has a positive effect to the Science learning outcome of the grade V Elementary school of Cluster IV in sub-district of Mendoyo, school year 2016/2017.

Key word: Course Review Horay, Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Trianto (2009:4) menyatakan bahwa, “memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global”. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian tentang pendidikan di atas, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada peserta didik agar nantinya dapat menciptakan generasi yang berkualitas yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah telah menyelenggarakan berbagai upaya. Adapun upaya yang telah dilakukan pemerintah yaitu, mulai dari pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, sampai pada penyempurnaan kurikulum. Kurikulum yang pernah dipakai yaitu mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan yang

terbaru Kurikulum 2013. Adanya perubahan kurikulum diharapkan terjadi perubahan pola pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student centered).

Salah satu komponen yang penting dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah guru. Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam merancang dan mengelola keadaan kelas agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan menyenangkan dan pada akhirnya dapat mencapai tujuan pendidikan.

Sejalan dengan pendapat Sanjaya (2010:13) yang menyatakan bahwa,

Guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna.

Berdasarkan penjelasan di atas, ini berarti bahwa dalam menjalankan suatu proses pembelajaran, seorang guru perlu memiliki kemampuan dalam merancang proses pembelajaran dan mampu mengimplementasikannya kepada siswa. Guru bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, tetapi perlu adanya hubungan timbal balik dengan siswa. Guru harus mampu mendorong siswa untuk dapat menggali pengetahuannya sendiri, sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna.

Proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan harus diterapkan oleh guru pada semua mata pelajaran di sekolah. Proses pembelajaran dikatakan efektif jika di dalam proses pembelajaran terjadi

(3)

proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan siswa, dan hubungan timbal balik antara siswa dengan siswa lainnya serta melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran yang efektif guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, salah satunya melalui penerapan model pembelajaran serta metode yang cocok dengan karakteristik siswa SD. Apabila guru dapat memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran serta metode yang sesuai dengan karakteristik anak dan materi yang dipelajari, maka tujuan pembelajaran akan tercapai.

Proses pembelajaran yang demikian harus dilaksanakan pada semua mata pelajaran di sekolah. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar dan memberikan pengaruh penting untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA memiliki peran yang sangat penting bagi siswa dalam memahami lingkungan sekitar. IPA bukan hanya menekankan pada penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sudana & Kusmariyatni (2013:5) menyatakan bahwa,

Ada beberapa alasan pentingnya pembelajaran IPA di sekolah dasar yaitu sebagai berikut, 1) IPA dapat membantu secara positif pada anak-anak untuk dapat memahami mata pelajaran lain terutama bahasa dan matematika, 2) IPA di banyak negara, terutama pendidikan IPA di sekolah dasar merupakan pendidikan terminal untuk anak-anak, dan ini berarti hanya selama di SD itulah mereka dapat mengenal lingkungannya secara logis dan sistematis, 3) IPA SD benar-benar dapat menyenangkan. Anak-anak dimanapun diam-diam tertarik dengan masalah-masalah kecil, baik masalah buatan maupun masalah kebetulan di alam sekitar. Apabila pembelajaran IPA dapat

dipusatkan kearah masalah-masalah seperti itu, melakukan eksplorasi menjadi jalan untuk mengungkap apa yang diminta siswa, maka tidak ada pelajaran lain yang menggiurkan dan menakjubkan selain IPA.

Tujuan pelaksanaan pembelajaran IPA saat ini belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan masih banyak kendala-kendala yang dihadapi. Salah satu kendala yang paling mempengaruhi adalah guru. Susanto (2013) menyatakan masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, dan siswa hanya dipaksa untuk mengingat dan menimbun informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini juga terjadi pada pembelajaran IPA yaitu memperlihatkan bahwa selama ini proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar masih banyak yang dilaksanakan secara konvensional. Pembelajaran konvensional menekankan pada belajar ingatan (menghafal) dan metode ceramah mendominasi kegiatan belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran konvensional hanya berpusat pada guru dan tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang dan menggali pengetahuannya sendiri.

Permasalahan pembelajaran yang telah dipaparkan di atas, mengakibatkan anak tidak mampu untuk mengembangkan pola berpikir. Selain itu, daya kreativitas, imajinasi, seta inovasi siswa akan terkekang, dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran tersebut akan berkurang, sehingga mengakibatkan situasi pembelajaran yang membosankan bagi siswa. Jika situasi pembelajaran IPA dilaksanakan seperti kondisi tersebut, maka akan mengakibatkan rendahnya hasil belajar IPA siswa, sehingga pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

Pemaparan di atas diperkuat dengan observasi yang telah dilakukan pada

(4)

tanggal 05-09 Januari 2017 di kelas V SD Gugus IV Kecamatan Mendoyo, terlihat bahwa dalam pembelajaran IPA di kelas yaitu (1) guru dalam mengajar masih menggunakan model pembelajaran konvensional dengan didominasi oleh metode ceramah, yaitu guru hanya menjelaskan materi tanpa memberikan kesempatan siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari, (2) situasi pembelajaran cenderung pasif, karena saat guru memberikan pertanyaan, tidak ada siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru, (3) pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya seputar materi yang dibahas, tidak ada siswa yang bertanya, (4) siswa tampak merasa malu dan takut sehingga mereka memilih diam, (5) terlihat ada siswa yang mengantuk saat proses pembelajaran berlangsung, hal ini disebabkan karena tidak adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa, siswa hanya mendengar apa yang diberikan oleh

guru sehingga siswa merasa bosan dan mengantuk di dalam kelas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SD Gugus IV Kecamatan Mendoyo diperoleh bahwa, dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan dikarenakan metode tersebut dipadang mudah diterapkan karena tidak tidak terlalu banyak memerlukan persiapan, alasan lainnya yaitu sebagaian besar guru sekarang ini adalah guru kelas yang harus mengajar lima mata pelajaran wajib, mengingat setiap harinya guru selalu ada jam mengajar sehingga tidak ada cukup waktu untuk memilih model serta metode pembelajaran yang inovatif.

Situasi pembelajaran yang demikian berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, terutama hasil belajar ranah kognitif (pengetahuan). Berdasarkan hasil pencatatan dokumen hasil belajar IPA di kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo, dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Rata-rata Nilai UAS IPA Kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo Tahun

Pelajaran 2016/2017

No Sekolah Rata-rata Nilai

UTS KKM 1 SDN 1 Yehembang 63,41 65 2 SDN 2 Yehembang 68,45 70 3 SDN 3 Yehembang 64,33 65 4 SDN 4 Yehembag 64,30 65 5 SDN 6 Yehembang 65,13 65 6 SDN 7 Yehembang 69,06 70 7 SDN 1 Yehembang Kauh 64,25 65 8 SDN 2 Yehembang Kauh 64,23 65 9 SDN 3 Yehembang Kauh 63,13 65 10 SDN 4 Yehembang Kauh 64,00 65 11 SDN 5 Yehambang Kauh 64,25 65

(Sumber: Data Nilai UAS IPA Kelas V di Gugus IV Kecamatan Mendoyo) Berdasarkan table 1 di atas, terlihat

bahwa nilai hasil belajar IPA siswa kelas V di gugus IV kecamatan Mendoyo masih terbilang rendah, karena sebagian besar rata-rata nilai UAS IPA masih berada di bawah KKM.

Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa, maka perlu adanya solusi yang dapat mengubah proses

pembelajaran yang awalnya belajar hanya berpusat pada guru menjadi belajar berpusat pada siswa. Salah satu cara yang efektif dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan pada

(5)

kepentingan bersama, yaitu dengan cara bekerja dalam kelompok-kelompok saling membantu antara satu dengan yang lain, dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mampu mencapai tujuan dan menyelesaikan tugas yang telah ditentukan demi keberhasilan kelompok. Karakteristik dari metode course review horay yaitu suatu metode yang berbasis permainan dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang menjawab benar langsung berteriak “horay” (Kurniasih & Berlin, 2015). Model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay ini memiliki kelebihan yaitu, semua siswa akan terlibat secara aktif, hal ini dapat terlihat dari kerjasama kelompok dalam menjawab soal-soal yang dibacakan oleh guru dan akan berteriak “horay” apabila berhasil menjawab dengan benar soal yang diberikan, dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan siswa lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay dapat dilaksanakan dengan benar, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Course Review Horay Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo Tahun Pelajaran 2016/2017”.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Dikatakan eksperimen semu karena tidak memungkinkan untuk mengadakan kontrol/manipulasi terhadap semua variabel luar yang mempengaruhi eksperimen dengan ketat. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian non-equivalent posttes only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo Tahun Pelajaran 2016/2017 yang

berjumlah 139 orang. Sampel ditentukan dengan teknik random sampling.

Untuk mengetahui setara atau tidaknya kemampuan siswa kelas V masing-masing SD, terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan. Uji kesetaraan ini dilakukan dengan menganalisis nilai hasil belajar IPA, analisis yang digunakan dalam uji kesetaraan yaitu analisis varians satu jalur (ANAVA A).

Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,95 dan nilai

Ftabel pada dbantar = 10 dan dbdalam = 128

adalah 1,91. Dengan demikian, Fhitung lebih

kecil dari Ftabel (Fhitung < Ftabel), maka H0

diterima. Jadi tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas V di Gugus IV Kecamatan Mendoyo atau dengan kata lain kemampuan siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo adalah setara. Berdasarkan hasil pengundian, sampel dalam penelitian ini adalah kelompok siswa kelas V di SDN 3 Yehembang yang berjumlah 15 orang dan SDN 7 Yehembang yang berjumlah 18 orang sebagai kelompok eksperimen. Kelas V di SDN 1 Yehembang yang berjumlah 22 orang dan SDN 2 Yehembang Kauh yang berjumlah 13 orang sebagai kelompok kontrol.

Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif dengen metode course review horay dan model pembelajaran konvensional. Variabel terikat adalah hasil belajar IPA.

Instrumen pengumpulan data merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk tes pilihan ganda (objektif). Tes pilihan ganda ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran IPA yang mereka peroleh di kelas. Melalui tes pilihan ganda dapat mengukur ranah kognitif dari yang sederhana sampai kompleks, dan penskoran dapat dilakukan secara objektif. Tes ini diberikan pada saat posttest. Tes ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pembelajaran IPA yang mereka peroleh di kelas V. Setiap soal disertai dengan empat alternatif

(6)

jawaban yang dipilih oleh siswa (alternatif a, b, c, dan d) setiap item akan diberikan skor 1 bila siswa menjawab dengan benar (jawaban dicocokan dengan kunci jawaban) serta skor 0 untuk siswa yang menjawab salah.

Setelah instrumen tersusun, agar instrumen itu memenuhi syarat instrument yang baik, maka dilakukan uji validitas tes, uji reliabilitas tes, uji daya beda tes, dan uji tingkat kesukaran tes. Namun, sebelum melakukan uji coba instrumen, terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi oleh para ahli (expert judgement) di bidang IPA. Selanjutnya, instrumen yang telah mendapat pertimbangan pakar kemudian diujicobakan untuk mendapatkan gambaran secara empirik tentang kelayakan instrumen tersebut dipergunakan sebagai instrumen penelitian.

.Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk meliputi: mean, median, modus, standar deviasi, dan varians. Sebelum melakukan uji hipotesis maka, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan uji Chi-Kuadrat (x

2

) pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk = (k-2-1). Rumus yang digunakan, yaitu sebagai berikut.

(dalam Koyan, 2012:90) Keterangan:

2

= chi kuadrat

fo = frekuensi yang diperoleh dari hasil

penelitian

fe = frekuensi harapan

Kriteria pengujian, data berdistribusi normal jika

2

hit

2, dengan taraf signifikasi 5% dan derajat kebebasannya dk = (k–2–1) dan apabila > maka data tidak berdistribusi normal. Selanjutnya dilanjutkan dengan uji homogenitas varians kelompok menggunakan uji F dengan rumus sebagai berikut.

terkecil Varians terbesar Varians Fhit  (dalam Koyan, 2012:34) Kriteria pengujian, jika jika Fhitung>

Ftabel maka sampel tidak homogen dan jika

Fhitung < Ftabel maka sampel homogen.

Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1–1 dan derajat kebebasan

untuk penyebut n2–1.

Setelah data diketahui normal dan variannya homogen maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkolerasi). Dalam penelitian ini rumus t-test yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah polled varians dengan rumus sebagai berikut.





2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1

1

1

2

1

1

n

n

n

n

S

n

S

n

X

X

t

(dalam Koyan, 2012:33) Sesuai dengan hipotesis penelitian yang telah diajukan, maka dapat dirumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut.

H0 = tidak terdapat perbedaan yang

signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IV kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2016/2017.

H1 = terdapat perbedaan yang signifikan

hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IV kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2016/2017

e e o

f

f

f

2 2

(

)

2 hitung

2 tabel

(1) (2) (3)

(7)

Hipotesis statistik yang diajukan dan yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H : H : Keterangan:

μ1 = rata-rata hasil belajar IPA

siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay

μ2 = rata-rata hasil belajar IPA

siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil belajar IPA kelompok eksperimen diperoleh melalui posttest terhadap 33 orang siswa. Hasil post-test menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 18. Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan, yaitu mean (M) = 24,32, median (Md) = 24,67, modus (Mo) = 26,30, varians (s2) = 11,41,

dan standar deviasi (s) = 3,38.

Data hasil belajar IPA kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk grafik poligon seperti pada gambar 1.

Gambar 1

Grafik Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen

Berdasarkan grafik poligon di atas, maka dapat diketahui modus lebih besar

dari median dan median lebih besar dari mean (Mo > Md > M), sehingga kurva di atas adalah kurva juling negatif. Artinya, skor yang diperoleh adalah cenderung tinggi.

Data hasil belajar IPA kelompok kontrol diperoleh melalui post-test terhadap 35 orang siswa. Hasil post-test menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 26 dan skor terendah adalah 13. Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan, yaitu mean (M) = 19,10, median (Md) = 18,42, modus (Mo) = 17,70, varian (s2) = 11,29, dan

standar deviasi (s) = 3,36.

Selanjutnya data hasil belajar IPA kelompok eksperimen disajikan ke dalam grafik polygon seperti pada gambar 2.

Gambar 2

Grafik Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol

Berdasarkan grafik poligon di atas, maka dapat diketahui modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo < Md < M), sehingga kurva di atas adalah kurva juling positif. Artinya, skor yang diperoleh adalah cenderung rendah.

Selanjutnya sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas sebaran data dan homogenitas kelompok varians. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, data berdistribusi normal dan homogen sehingga bisa dilanjutkan pada pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis H0 dan H1 dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi). Karena

n

1

n

2 dan hasil perhitungan varians menyatakan homogen, maka dalam 0

1

2

(8)

pengujian digunakan rumus polled varians, dengan db =

n

1

n

2

2

. Kriteria untuk pengujian hipotesis adalah

adalah terima H

0

jika t

hitung

t

tabel

dan tolak H

0

jika t

hitung

>

t

tabel. Rangkuman hasil perhitungan uji-t

antar kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungam Uji-t

Data Hasil Belajar

Mean

Varians

N Db thitung ttabel Kesimpulan

Kelompok Eksperimen 24,32 11,41 33

66 6,381 2,000 thitung > ttabel H0 ditolak

Kelompok Kontrol 19,10 11,29 35 Berdasarkan Berdasarkan tabel hasil

perhitungan uji-t di atas diperoleh thitung

sebesar 6,381, sedangkan

t

tab dengan db = (33+35) – 2 = 66 dan taraf signifikansi 5%. Adalah 2,000. Karena thitung> ttabel

(6,381>2,000) maka H0 ditolak dan H1

diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo Tahun Pelajaran 2016/2017.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menemukan bahwa model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD. Penyebab tingginya hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor pertama, model pembelajaran course review horay memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk kelompok dan berdiskusi serta meningkatkan interaksi sosial diantara siswa. Hal tersebut mengarahkan siswa untuk mengeluarkan kemampuannya dalam memecahkan sebuah permasalahan dan menyebabkan siswa terlatih berpartisipasi dalam kelompoknya secara demokratis. Yanti (2013) mengatakan pembelajaran secara kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga menjadikan

siswa tidak lagi bertindak pasif, menerima dan menghafal konsep yang diberikan oleh guru.

Faktor kedua, minat siswa untuk belajar sudah mulai meningkat. Minat siswa berdampak positif saat pembelajaran di kelas, salah satunya dapat dilihat saat guru selesai menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa langsung sigap membuka buku dan mencari materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini tentu berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Slameto (dalam Sofyani, 2013) mengatakan minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Faktor ketiga, siswa diberikan kesempatan untuk membuat kotak sesuai dengan kebutuhan dan setiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa. Hal ini membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih meriah, sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar dan proses pembelajaran tidak monoton. Kondisi belajar yang seperti ini dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk membantu siswa mempelajari konsep-konsep IPA, yang pada akhirnya siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal karena pembelajaran bermakna. Sardiman (dalam Lisdayanti, 2014) mengatakan aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dalam proses

(9)

pembelajaran, siswa aktif harus aktif berbuat. Tanpa aktivitas proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan pembelajaran akan kurang bermakna.

Faktor keempat, keterlibatan guru dalam permainan dapat membuat suasana belajar di kelas menjadi lebih hidup dan memberikan kesan yang berbeda pada pembelajaran. Hal ini karena siswa dan guru dapat berinteraksi satu dengan yang lain, sehingga terjadinya sebuah ikatan diantara mereka. Suasana belajar seperti ini menjadikan hubungan guru dengan siswa lebih dekat (akrab) dan menjadi lebih ikatan secara sosial. Hal ini sangat membantu pemecahan berbagai masalah yang dihadapi anak dalam proses pembelajaran, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Arends (2008) mengatakan interaksi guru pada saat pembelajaran, baik antar siswa maupun antar guru dan siswa, membuat permasalahan siswa bisa diatasi, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa.

Faktor kelima, kegiatan bermain memberikan kesan yang menyenangkan pada diri siswa, karena kegiatan tersebut sesuai dengan salah satu karakteristik siswa sekolah dasar. Melalui kegiatan bermain, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan memperoleh pengetahuan melalui pengalaman bermain yang dilakukannya. Suasana belajar yang seperti ini akan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga tidak mudah bosan untuk mempelajari IPA. Hal ini dapat memupuk minat dan perhatian siswa untuk mempelajari IPA, yang pada akhirnya dapat berpengaruh baik terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Azizah (2016) mengatakan metode bermain memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar kognitif siswa dan mampu menciptakan kegiatan pembelajaran menyenangkan.

Berbeda halnya dalam pembelajaran konvensional yang merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Dalam proses pebelajaran terlihat bahwa guru memberikan materi pelajaran melalui metode ceramah, latihan soal-soal

kemudian pemberian tugas pada siswa. Dalam pembelajaran konvensioanal yang menjadi pusat pembelajaran adalah guru, sehingga pandangan siswa hanya tertuju pada guru. Kegiatan pembelajaran tidak diimbangi dengan aktivitas siswa, sehingga siswa terlihat bosan dalam menerima materi yang diajarkan, dan setiap materi yang diberikan oleh guru akan cepat dilupakan oleh siswa. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA siswa.

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk tahu manfaat dari materi yang dipelajari bagi kehidupan dan pembelajaran menjadi lebih bermakna, siswa akif dalam pembelajaran, serta dapat menumbuhkan sikap sosial dalam bekerja sama dengan siswa lainnya. Siswa akan senang dalam mengkuti kegiatan pembelajaran karena dalam proses pembelajaran siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok untuk untuk menjawab soal yang diajukan oleh guru, dalam menjawab soal inilah menimbulkan nuansa persaingan positif antar kelompok karena setiap kelompok tentunya menginginkan untuk menang dan mendapat skor tertinggi. Sehingga setiap kelompok antusias dalam mendengarkan setiap pertanyaan yang dibacakan oleh guru. Dengan demikian hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay dilakukan oleh Pujayanti (2013) hasil penelitainnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media gambar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV Semester Genap SD Gugus VIII Munduk tahun pelajaran 2012/2013. Firdaus (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa penggunaan model

(10)

pembelajaran aktif Course Review Horay berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Payani (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Sangsit antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran course review horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Widyani (2014) hasil penelitinnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay berbantuan media audio visual terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Saraswati 2 Denpasar.

Gillies (2016) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif secara luas diakui sebagai praktek pedagogis yang mempromosikan sosialisasi dan pembelajaran antar siswa dari pra-sekolah hingga tingkat tersier dan lintas mata pelajaran yang berbeda domain. Hal ini melibatkan siswa yang bekerja sama untuk mencapai kesamaan tujuan atau tugas kelompok tidak bisa diselesaikan sendiri. Isik dan Tarim (2009) menemukan bahwa pembelajaran kooperatif yang didukung oleh multiple intelligence memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap prestasi akademik dibandingkan metode tradisional. Ebrahim (2012) menemukan bahwa strategi pembelajaran kooperatif secara signifikan memberikan dampak positif pada prestasi siswa dan keterampilan sosial daripada strategi yang berpusat pada guru. Parveen (2012) menemukan bahwa metode pembelajaran kooperatif lebih unggul dari metode tradisional. Sunhaji (2016) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kompetensi kemampuan berpikir siswa karena pembelajaran kooperatif bisa memotivasi kemampuan berpikir kognitif, mengembangkan solidaritas dan membantu memecahkan suatu masalah.

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay lebih tinggi dibandingkan kelompok

siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo Tahun Pelajaran 2016/2017. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung 6,381 dan ttabel dengan taraf

signifikansi 5% dan db = 66 adalah 2,000. Ini berarti thitung>ttabel, sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima. Artinya model

pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2016/2017.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu (1) disarankan kepada kepala sekolah agar memberi kesempatan kepada guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif salah satunya model pembelajaran kooperatif dengan metode course review horay serta menyediakan alat-alat yang mendukung proses pembelajaran dikelas untuk meningkatkan hasil belajar, (2) disarankam kepada ketua gugus atau pihat terkait untuk menyelenggarakan KKG bagi guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran yang inovatif untuk dibelajarkan sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, (3) disarankan kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif dengan

(11)

metode course review horay agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach (Terjemahan Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Cetakan Ke-5. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koyan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif, Cetakan Pertama. Singaraja: Undiksha Press.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Cetakan Ke-1. Kata Pena.

Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Laporan SabbaticalLeave Model-Model Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi

Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan Ke-3. Jakarta: Kencana Perdana Media Grop.

Sudana, Dewa Nyoman dan Nyoman Kusmariyatni. 2013. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Undiksha.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Cetakan Ke-1. Jakarta: Kencana. Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif Progresif. Cetakan Ke-1. Jakarta: Kencana Padma Media Group.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Sidiknas.

Yanti, Md Ari Krisna. 2013. “ Pengaruh Model Course Review Horay Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD di Gugus V Kecamatan Kediri”. e-journal Mimbar PGSD. Sofyani, Irene. 2013. “Peningkatan Minat

Dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Course Review Horay Dengan Lks”. e-journal Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Lisdayanti, N.P.,dkk.2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus IV Baturiti. e-jornal Mimbar PGSD. Volume 2, Nomor 1.

Azizah, Ilza Ma’azi.2016. “Efektifitas Pembelajaran Menggunakan Permainan Tradisional Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Materi Gaya di Kelas IV Min Nyronggot Nganjuk”. e-journalSTAI Miftaful Ula Nganjuk. Volume 16, Nomor 2. Pujayanti.2013.”Pengaruh Model

Pembelajaran Course Review Horay Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus VIII Munduk”. e-journal Mimbar PGSD.

Firdaus, Ramses. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Course Review Horay Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Batam”. e-Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau. Volume 3, Nomor 2.

Payani, Ni Md Dwi. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sangsit”. e-journal Mimbar PGSD.

(12)

Widyani, Made. 2014.”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Saraswati 2 Denpasar”. e-jornal Mimbar PGSD. Volume 2, Nomor 1. Ebrahim, Ali. 2012. The Effect Of

Cooperative Learning Strategies On Elementary Students’ Science Achievement And Social Skills In Kuwait. International Journal of Science and Mathematics Education

(2012) 10: 293Y314.

Gillies, Robyn M. 2016. “Cooperative Learning-Review of Reseacrh And Practice”. Australian Journal of Teacher Education. Volume 41, Nomor 3.

Isik, D & Tarim,K. 2009. The effects of the cooperative learning method supported by multiple intelligence theory on Turkish elementary students’ mathematics achievement. Asia Pacific Educ. Education Research Institute, Seoul National University, Seoul, Korea Rev. (2009) 10:465–474 DOI 10.1007/s12564-009-9049-5.

Parveen, Qaisara. 2012. Effect of Cooperative Learning on Achievement of Students in General Science at Secondary Level. International Education Studies Vol. 5, No. 2; April 2012.

Sunhaji. 2016. “Implementation Of Cooperative Learning Strategy In Forming The Student About Thinking Skill Of The Whole Of State Islamic Senior High Schools In Purwokerto City Indonesia”. International Journal of Education and Research. Volume 4, Nomor 10.

Gambar

Grafik Poligon Data Hasil Belajar IPA  Kelompok Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah pengusaha lemang makanan khas Tebing Tinggi semakin berkurang bahkan dari pengusaha lemang yang masih berproduksi, valome penjualannya semakin menurun.

Fair trade membantu produsen kecil untuk memperoleh kehidupan yang layak melalui peningkatan pendapatan, melindungi hak produsen kecil untuk akses ke pasar, menyalurkan

Dapat disimpulkan jumlah akhir kualitas keefektifan media tersebut “Sangat Efektif” dengan presentasi 87,19%, sehingga media Logico Piccolo Kosakata Bahasa Indonesia Berbasis

PT Chevron Indonesia untuk wilayah kerja meliputi Region Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Bagian Indonesia Timur yang dilaksanakan di Departement of Human Resources Development

Hal ini terlihat pada lebar koridor yang lebih lebar dibandingkan dengan area hunian, cahaya pada bukaan jendela yang lebar lebih banyak masuk ke area podium, ruang

Musabaqah Hifzhil Qur’an Battle adalah jenis lomba pelantunan ayat-ayat suci al-Quran dengan metode hafalan yang dipertandingkan, sehingga yang akan diujikan adalah

1) Imitasi, adalah suatu tindakan meniru orang lain yang dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, seperti gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, serta apa saja