HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN
KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DUSUN
CELUNGAN SUMBERAGUNG MOYUDAN
SLEMAN YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
DESI FATMASARI201410201018
PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN
KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DUSUN
CELUNGAN SUMBERAGUNG MOYUDAN
SLEMAN YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Disusun oleh :
Desi Fatmasari
201410201018
PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR
PADA LANSIA DIDUSUN CELUNGAN SUMBERAGUNG
MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh : DESI FATMASARI
201410201018
Telah Disetuji Oleh Pembimbing Pada Tanggal :
24 Juli 2018
Pembimbing,
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR DI DUSUN CELUNGAN SUMBERAGUNG
MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA
Desi Fatmasari¹, Tiwi Sudyasih²
ABSTRAK
Latar Belakang: Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik fisik, fisiologis maupun psikologis. Masalah psikologis seperti kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia adalah kecemasan. Rasa cemas yang dialami oleh lansia yang tidak dapat diatasi akan mengganggu kualitas tidur lansia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia di dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode deskriptif korelasi dengan rancanagan Cross Sectional.
Penelitian ini dilakukan pada 14 April 2018 di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta dengan jumlah responden 69 lansia diambil dengan teknik total sampling.Analisa data yang digunakan yaitu uji statistik Kendall- Tau dan Instrumen yang digunakan kuesioner.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan Ada Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada lansia. Hasil uji Kendal –tauu diperoleh nilai signifikan p-Value sebesar 0,001 (p-value < 0,005).
Kesimpulan: penelitian menunjukan ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia di Dusun Celungan Moyudan Sumberagung Sleman Yogyakarta.
Saran : lansia dapat mengidentifikasi tingkat kecemasan sehingga tidak memperburuk kualitas tidurnya.
Kata kunci :Tingkat kecemasan, Kualitas tidur, lansia
Kepustakaan :30 Judul Buku (2007 - 2014), 2 website,9 skripsi,3 jurnal
Jumlah Halaman :X, 76 Halaman, 5 Pustaka, 7 Lampiran
¹Judul Penelitian
THE RELATION BETWEEN ANXIETY LEVEL AND SLEEPING QUALITY AT CELUNGAN VILLAGE SUMBERAGUNG
MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA
Desi Fatmasari¹, Tiwi Sudyasih²
ABSTRACT
Background: As the age increases, there will be decrease of body function in physical, physiology, and psychology at elderly. The psychology problem like mental health that often occurs in elderly is anxiety. The anxiety that is experienced by elderly will disturb the sleeping quality of elderly if it is not treated well.
Aim: This research aims to reveal the relation between anxiety level and the sleeping quality in elderly at Celungan village Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
Method: This research was non experimental quantitative research with correlation descriptive method and cross sectional design. This research was done on April 14th 2018 at Celungan village Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta, and there were 69 elderly who became respondents. They were taken with total sampling technique. The data analysis used was Kendall - Tau statistic test, and the instrument that was used was questionnaire.
Result: The research result showed that there was relation between anxiety level and sleeping quality in elderly. The Kendall - Tau result showed the significant value of p for 0.001 (p-value < 0.005).
Conclusion: The research shows that there was relation between anxiety level and the sleeping quality in elderly at Celungan village Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
Suggestion: Elderly can identify the anxiety level, so it will not worsen the sleeping quality.
Keywords :Anxiety level, Sleeping quality, elderly
Bibliography :30 books (2007 - 2014), 2 websites,9 thesis,3 journals
Pages :X, 76 pages, 5 divining manuals, 7 appendixes
¹Title of the Thesis
PENDAHULUAN
Lansia (elderly) adalah kelompok usia 60 sampai 74 tahun, yang merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Menua merupakan suatu proses yang tidak bisa dihindari
menurunnya imunitas sehingga
memunculkan berbagai macam penyakit (Kemenkes 2013). Proses penuaan kesehatan karena semakin bertambahnya usia fungsi organ tubuh semakin menurun baik itu karena faktor ilmiah maupun faktor penyakit (Kadir, 2007).
Berdasarkan sensus data Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia pada tahun 2014, jumlah lansia di Indonesia mencapai 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010 diperkirakan menjadi 23,90 juta jiwa (9,77%). Tahun 2020 diprediksi akan berjumlah 28,8 juta orang (11,34%). Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah paling tinggi jumlah lansianya yaitu berkisar 14,04%. Berdasarkan hasil pemutakhiran Data dari Badan Pusat Statistik jumlah lansia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015 yaitu sebanyak 719.335 orang yang terdapat pada setiap Kabupaten di DIY dengan rincian yaitu di Kota Yogyakarta ada 30.064 lansia. Kabupaten
Kulon Progo sebanyak 50.202 lansia, di kabupaten Bantul 83.162 lansia,di kabupaten Gunung Kidul 90.074 lansia, tentang penyelenggaraan pelayanan Geriatri di Rumah Sakit.(Kemenkes, 2013)
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik fisik, fisiologis maupun psikologis. Masalah psikologis seperti kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia adalah kecemasan, depresi, paranoid, dan demensia, jika lansia mengalami masalah tersebut, maka kondisi itu dapat mengganggu kualitas tidur pada lansia dan kegiatan sehari-hari lansia (Maryam dkk,2011).
Foundation mengemukakan bahwa sekitar 67% dari 1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun keatas mengalami kualitas tidur buruk dan sebanyak 7,3% lansia
mengeluhkan gangguan tidur
(Agustin,2012). Hasil data didapatkan prevalensi gangguan kualitas tidur pada lansia usia 65 tahun keatas di Indonesia sekitar 49% atau 9,3 juta lansia.
Di pulau jawa dan bali prevalensi gangguan kualitas tidur tersebut sekitar 44% dari total lansia. Tidur yang baik dialami seseorang dalam siklus tidurnya. Kualitas tidur pada lansia merupakan kepuasan individu terhadap tidurnya yang meliputi waktu, latensi tidur, waktu yang dibutuhkan untuk tidur, lama waktu tidur, frekuensi, kepuasan tidur, rasa lelah saat bangun tidur, dan perasaan tidak segar saat bangun (Modjod, 2007). diinginkan, gangguan tidur yang kronis secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek - efek seperti pelupa, konfusi dan disorientasi (Stanley,2007).
Kualitas tidur jika tidak segera
ditangani dapat mempengaruhi
kesehatan pada lanjut usia baik pada hari itu maupun dalam jangka panjang. Kebugaran dalam bangun tidur ditentukan oleh kualitas tidur sepanjang
malam. Namun pada lanjut usia terdapat penurunan pada tahap tidur. Selain itu lansia juga sering terbangun pada malam hari sehingga bangun pagi terasa tidak segar, siang hari merasa lelah, dan lebih sering tertidur dalam waktu yang singkat ( Siregar, 2011 ). Seseorang memiliki kualitas tidur yang baik maka ia akan merasa puas dengan tidurnya dan merasa segar dipagi harinya serta tidak terganggu pada aktifitas di siang hari. (Azizah, 2011).
Penyebab yang mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas tidur yaitu Penyakit, Lingkungan, Motivasi, Gaya Hidup, Stres psikologis seperti depresi dan kecemasan, Obat-obatan, dan alkohol.Pengaruh prosses penuaan mengakibatkan berbagai macam masalah yaitu baik secara fisik, psikologis, sosial ekonomi.Pada lanjut usia gangguan psikologis yang sering dijumpai yaitu kecemasan.
Kecemasan merupakan respon psikologis dari ketegangan mental yang menggelisahkan serta ketidakmampuan menghadapi masalah.Perasaan ini pada umumnya menimbulkan gejala - gejala fisiologis seperti gemetar,berkeringat, kerja jantung meningkat, dan gejala psikologis seperti panik, tegang, bingung, tidak dapat berkonsentrasi (Pratiwi, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 25 Oktober 2017 didapatkan data jumlah lansia sebanyak 122 lansia dan yang berusia 60 - 74 tahun sebanyak 69 lansia. Dari hasil wawancara terhadap 10 lansia didapatkan 8 atau (80%) lansia
mengatakan mengalami masalah
gangguan tidur .
yang jarang pulang kerumah, sehingga masalah tersebut menyebabkan lansia
mengalami kecemasan. Lansia
mengatakan upaya untuk menangani masalah tersebut dengan cara berdzikir, melakukan aktifitas sehari - hari , dan peneliti berminat untuk meneliti lebih lanjut tentang kualitas tidur dengan judul
“Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional
yang dianalisis dengan menggunakan analisis Kendall tau. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 69 lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner. Tingkat kecemasan
menggunakan kuesioner PSQI
(Pittsburgh sleep quality index) yaitu suatu skor atau nilai yang didapatkan dari pengukuran kualitas tidur seseorang yang pengukurannya dicari dengan cara mengsi kuesioner PSQI dengan
1. Gambaran umum lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 April 2018 dengan responden lansia dengan cara mengunjungi rumah responden satu persatu yang sebelumnya telah ditentukan. Secara geografis Dusun
Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta merupakan daerah pedesaan. Sekeliling dusun merupakan lahan persawahan sehingga sebagian lanjut usia juga bekerja sebagai petani dan penggarap sawah.Pemukiman di daerah ini cukup teratur tata dusunya.
Lansia di daerah ini berjumlah 122 jiwa dan usia 60-74 berjumlah 69 jiwa. Lansia di dusun ini sebagian tinggal bersama anak atau keluarga mereka. Dusun ini mempunyai posyandu lansia yang aktif digunakan akan tetapi lansia didusun ini tidak aktif dalam mengikuti kegiatan diposyandu dikarenakan mereka sibuk dengan pekerjaannya yaitu menggarap sawah mereka.
Posyandu dilaksanakan stiap bulan sekali yaitu setiap tanggal 20. Kegiatannya berupa cek kesehatan pengukuran BB dan pengukuran tekanan darah yang bertempat di Balai Dusun Celungan Sumberagung Moyudan. Posyandu lansia di dusun ini kesehatan lansia didusun tersebut cukup baik hanya saja mereka jarang mengikuti posyandu lansia dengan alasan mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing - masing. Lansia di dusun ini masih banyak yang bekerja sebagai petani, buruh, wiraswasta dan lain-lain. Lansia biasanya mengisi waktu disiang hari dengan mengunjugi tetangga dekat rumah untuk sekedar berbagi cerita, sedangkan lansia yang masih bekerja jarang melakukanya dan lansia biasanya pergi ke masjid atau gereja untuk beribadah.
2.Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian
a. Kecemasan pada lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi tingkat kecemasan di Dusun Celungan beragung Moyudan
Sleman Yogyakarta
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta mendapatkan tingkat kecemasan paling tinggi yaitu panik sebanyak 23 responden (33,3%) dan yang terendah yaitu tidak kecemasan 5 responden (7,2%).
b. Kualitas tidur pada lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi kualitas tidur Dusun Celungan Sumberagung Moyudan
Sleman Yogyakarta.
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta memiliki karakteristik kualitas tidur tertinggi masuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 45 responden (65,2%) dan kualitas tidur
terendah masuk dalam kategori ringan yaitu 24 responden (34,8).
c. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Lansia di Dusun Celungan Sumberagung
Moyudan Sleman Yogyakarta.
Tabel 4.4
Hasil Pengukuran Tingkat kecemasan terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia di
Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
Tingkat Kecemasan
Kualitas Tidur Jumlah
Ringan Sedang Sumber : Data Primer 2018
Tabel 4.5 telah dilakukan, lalu diadakan pengujian hipotesis dengan uji Kendall -Tau dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman Yogyakarta.
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada usia 65-69 tahun sebanyak sebanyak 28 responden (40,6%). Berdasarkan data diatas disimpulkan bahwa faktor usia mempengaruhi kualitas tidur semakin tua umur seseorang maka kualitas tidur seseorang akan terganggu dari pada sewaktu muda.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 42 responden (60,9%). Responden jenis kelamin perempuan menempati prosentase tertinggi dikarenakan lansia perempuan seringkali tidak dapat melakukan koping dengan baik terhadap suatu masalah yang mereka hadapi saat memasuki usia senja. Sehingga mereka lebih sensitif dibandingkan dengan lansia laki - laki (Anisa, 2008).
Responden yang memiliki tingkat kecemasan panik yang paling banyak mengalami kualitas tidur sedang sebanyak 20 respoden (87,0%) dan kualitas tidur ringan sebanyak 3 responden (16,7%). Setelah dilakukan uji hipotesis dengan diketahuinya hasil tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia ditolak dan Ha yang menyatakan ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia diterima. Jadi, dapat
Semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami lansia maka lansia tersebut akan mengalami gangguan kualitas tidur. Begitupula sebaliknya jika tingkat kecemasan rendah maka lansia tersebut tidak akan mengalami gangguan kualitas tidur.Tingkat kecemasan yang dialami oleh lansia diakibatkan oleh berbagai hal diantaranya gangguan fisik, kematian orang yang dicintai dan kehilangan menunjukkan hampir setengahnya
(43,5%) responden mengalami
kecemasan, dan sebagian besar (65,2%)
maksimal misalnya obat-obatan dan faktor lingkungan sehingga masih
banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas tidur lansia.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Diketahuinya tingkat kecemasan lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan paling banyak mengalami kecemasan Yogyakarta tahun 2018.
B. SARAN
1. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan lebih khususnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama keperawatan Gerontik mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia. 2. Bagi Lansia
Diharapkan bagi lansia lebih aktif lagi dalam mengikuti posyandu lansia diDusun Celungan Sumberagung Moyudan sleman, lebih memperbanyak
Memberikan pengetahuan kepada perawat khususnya pada
keperawatan gerontik mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai data dasar bagi peneliti khususnya tentang tingkat kecemasan dengan kulaitas tidur pada lansia.
5. Bagi masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masayarakat di Dusun Celungan Sumberagung Moyudan Sleman tentang Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Krakatau Tirta Industri Cilegon (Skripsi). Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Penduduk Lansia di Indonesia Tahun 1980-2020. Dalam situasi dan Analisis Lanjut Usia. 2014. Jakarta Selatan.
Bandiyah S. 2009. Lanjut Usia dan
Keperawatan Gerontik.
Yogjakarta : Nuha Medika.
Kadir . (2007). Proses Menua. Graha Ilmu.Jakarta.
Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.Jakarta
Keliat. WAP.(2011).Manajdemen Kasus
Gangguan Jiwa.CMHN.
inttermediiate
Course.Jakarta.EGC
Maryam, Siti dkk. (2011). Mengenai Usia Lanjut Dan Perawatannya, hal 32. Salemba Medika.
Modjod, D. (2007). Insomnia Eksperience, Management Strategies, and Outcomes in ESRD Patient Undergoing Hemodialysis.
Notoatmodjo ,2012.Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta Remaja Jakarta
Pratiwi , R.P, (2010). Pengertian Kecemasan. Last update: 05 April 2018. Available on:
http://psikologi.or.id
Siregar, Mukhlidah Hanun. (2011).
Mengenal Sebab-Sebab, Akibat-Akibat, dan
Cara Terapi Insomnia. Yogyakarta:
Stuart G.W. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta Widya,G. (2010). Mengatasi Insomnia