• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul : Kepemimpinan Transformasional dan Supervisi Klinis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam SMA dan SMK di Kota Magelang Tahun 2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Judul : Kepemimpinan Transformasional dan Supervisi Klinis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam SMA dan SMK di Kota Magelang Tahun 2017 - Test Repository"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN

SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH TERHADAP

KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SMA DAN SMK DI KOTA MAGELANG

TAHUN 2017

Oleh : SITI ALWIYAH NIM: 12010150067

Tesis Diajukan Sebagai Pelengkap Persyaratan Untuk Gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(

IAIN) SALATIGA

(2)

ii

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

DAN SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH

TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SMA DAN SMK DI KOTA MAGELANG

TAHUN 2017

Oleh

SITI ALWIYAH

NIM: 12010150067

Tesis Diajukan Sebagai Pelengkap Persyaratan

Untuk Gelar Magister Pendidikan

Salatiga, 22 September 2017

(3)

iii

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

Nama : SITI ALWIYAH

NIM : 12010150067

Program Studi : Pendidikan Agama Islam Konsentrasi : S2-Supervisi Pendidikan Tanggal Ujian : 27 September 2017

Judul Tesis : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Supervisi Klinis Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam SMA/SMK di Kota Magelang Tahun 2017

Panitia Munaqosah Tesis

1. Ketua Penguji : Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag ___________

2. Sekretaris : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag ___________ 3. Penguji I : Prof. Dr Mansyur, M.Ag ___________

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”

Salatiga, 22 September 2017 Yang membuat pernyataan

(5)

v ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA DAN SMK DI KOTA MAGELANG TAHUN 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru,2) Pengaruh supervisi klinis terhadap kinerja guru dan 3) Pengaruh kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis terhadap kinerja guru.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 30 orang dengan tehnik total sampling. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan angket. Sedangkan tehnik analisanya adalah dengan cara menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan 1) Kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PAI dengan nilai sig 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung 5,046 > 2,052. 2) Supervisi klinis menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru PAI dengan nilai sig 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung 4,237 > 2,052. Kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis berpengaruh terhadap kinerja guru PAI dengan f hitung 13,465 > 2,052. sementara besarnya pengaruh Kepemimpinan transformaional dan supervisi klinis terhdap kinerja guru sebesar 49,9% sedangkan sisanya 50,1% dipengaruhi oleh variabel lain

(6)

vi ABSTRACT

THE EFFECT OF TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP AND CLINICAL SUPERVISION OF HEAD OF SCHOOL TO TEACHER PERFORMANCE OF ISLAMIC RELIGIOUS EDUCATION SMA and SMK IN MAGELANG CITY IN

2017

This research aims to know: 1) Influence of transformational leadership on teacher performance, 2) Influence of clinical supervision on teacher performance and 3) Influence of transformational leadership and clinical supervision on teacher performance.

This research uses quantitative method. The population in this study amounted to 30 people with total sampling technique. Data collection using documentation and questionnaires. While the analytical technique is by using multiple regression analysis.

The results showed 1) Transformational leadership has significant effect on teacher performance of PAI with sig value 0,000 <0,05 and t value 5,046> 2,052. 2) Clinical Supervision showed a positive and significant effect on teacher performance of PAI with sig 0,000 <0,05 and t value 4,237> 2,052. Transformational leadership and clinical supervision affect the performance of PAI teachers with f count 13,465> 2,052. while the influence of transformaional leadership and clinical supervision on teacher performance is 49.9% while the remaining 50.1% is influenced by other variables

(7)

vii

Motto dan Persembahan

Motto :

“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang

lain”

“ Setelah kesulitan akan ada kemudahan”

“Setiap orang merupakan pemimpin yang akan dimintai pertanggung

jawaban atas jalan kepemimpinannyan”

Persembahan Tesis ini Kepada :

Orang Tua Kami bapak H.Muh Dhori dan ibu Hj.Asriyah

Suami tercinta H.Edi Sunyoto serta anak-anakku yang memberikan semangat

:

Salwa Mahdiyyah

(8)

viii PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan ridho-Nya, sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Supervisi Klinis Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam SMA dan SMK di kota Magelang Tahun 2017 dapat penulis selesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata – kata maupun pembahasan materi tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran, kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan tesis ini.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan Jazzakumullah khairan katsira kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

(9)

ix

4. Para staf pengajar Program Beasiswa Supervisi Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah membimbing dan memberi kemudahan selama penulis mengikuti kuliah.

5. Teman-teman Program Beasiswa Supervisi Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

6. Kepada Guru PAI SMA dan SMK kota Magelang yang telah berkontribusi dalam penelitian.

7. Kepada Pengawas PAI SMA dan SMK kota Magelang yang selalu mendampingi dalam penelitian

8. Kepada keluarga Bapak,Ibu,Suami dan anak-anak yang telah memberikan suport, perhatian dan dukungan dan kasih sayangnya.

9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Hanya doa yang penulis panjatkan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak,Ibu, Saudara dan teman-teman sekalian.Akhir kata semoga penelitian ini bermanfaat bagi yang berkepentingan.

Salatiga, 22 September 2017

Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASILAN TESIS... iv

ABSTRAK ... v

C. Signifikansi Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kepemimpinan Transformasional ... 12

1. Definisi kepemimpinan ... 12

2. Kepemimpinan Transformasional ... 13

3. Ciri – ciri kepemimpinan transformasional ... 15

4. Fungsi kepemimpinan transformasional kepala sekolah ... 17

B. Supervisi Klinis ... 18

1. Pengertian supervisi ... 18

2. Tujuan Supervisi ... 20

(11)

xi

4. Langkah-langkah Supervisi klinis ... 23

C. Kinerja Guru ... 26

D. Perumusan Hipotesis ... 31

B. Kerangka Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Variabel dan Indikator Penelitian ... 36

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

E. Sumber Data ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Tahapan Penelitian ... 41

a. Penskoran ... 41

b. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 42

H. Teknik Analisis Data ... 45

1. Analisis deskriptif ... 45

2. Uji Persyaratan analisis ... 46

C. Uji Coba ... 50

BAB IV ANALISIS DATA A. Uji Validitas dan Releabilitas... 54

B. Analisis Deskriptif ... 56

1. Kepemimpinan Tranformasional ... 56

(12)

xii

3. Koefisien Determinan ... 64 A.Pembahasan ... 64 BAB V PENUTUP

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

3.1 Kisi-Kisi Instrument Variabel Kepemimpinan Transformasional ... 37

3.2 Kisi-Kisi Instrument Variabel Supervisi Klinis ... 37

3.3 Kisi-Kisi Instrument Variabel Kinerja Guru ... 38

3.4 Daftar Populasi Penelitian ... 39

3.5 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional... 50

3.6 Uji Validitas Supervisi Klinis ... 51

3.7 Uji Validitas Kinerja Guru ... 51

3.5 Uji Releabilitas ... 53

4.1 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional... 54

4.2 Uji Validitas Supervisi Klinis ... 55

4.3 Uji Validitas Kinerja Guru ... 55

4.4. Uji Releabilitas ... 56

4.5 Deskriptif Variabel Kepemimpinan Tranformasional ... 56

4.6 Deskriptif Variabel Supervisi Klinis ... 57

4.7 Deskriptif Variabel Kinerja Guru ... 57

4.8 Normalitas Kolmogorov Smirnov ... 58

4.9 Linieritas ... 59

4.10 Multikolonieritas ... 60

4.11 Uji T Variabel Kepemimpinan Tranformasional ... 61

4.12 Uji T Variabel Supervisi Klinis ... 62

4.13 Uji F ... 63

(14)
(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang guru merupakan salah satu faktor penting berhasilnya kegiatan belajar mengajar. Dengan metode yang tepat dan kinerja yang baik akan membawa dampak yang sangat baik pula. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, memiliki khazanah cara penyampaian dalam memilih cara tepat dalam penyajian pengalaman belajar-mengajar.1

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah ,disebutkan bahwa guru dapat diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah atau madrasah untuk memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.2

Guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan

1

Hasibuan, Proses Belajar Mengajar,Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010, 11.

2

(16)

2

transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang berada di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Perilaku kepala sekolah harus mampu mendorong kinerja guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun kelompok. Perilaku positif akan dapat mendorong kelompok dalam mencapai tujuannya organisasinya.3

Di sisi lain supervisi oleh kepala sekolah juga turut andil dalam kesuksesan seorang kepala sekolah agar proses kegiatan belajar dan mengajar bisa berkualitas, efektif dan efisien. Tugas supervisi adalah untuk menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri. Dan di sinilah letak perlunya supervisi pendidikan.4 Di Kota Magelang, kegiatan supervisi klinis masih sangat jarang dilakukan. Supervisi klinis menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien.

3

Enco Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep,Strategi, Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004, 107.

4

(17)

3

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, masih terdapat guru SMK di Kota Magelang yang belum membuat perangkat pembelajaran, antara lain membuat program tahunan, program semester, silabus dan rencana program pembelajaran (RPP). Data dari pengawas Pendidikan Agama Islam SMA dan SMK Kemenag menunjukkan bahwa sebanyak 60 % guru sudah membuat RPP dengan benar, sisanya RPP yang dibuat guru kurang aplikatif untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Kondisi tersebut mengindikasikan belum optimalnya kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.5

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang bahwa dalam pelaksanaan tugas mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada guru yang dalam melakukan pekerjaan itu bersikap pasif dan perlu adanya motivasi dalam melaksanakan tugas supaya hasil kinerja menjadi lebih maksimal. Kondisi guru seperti itulah yang menjadi permasalahan di setiap lembaga pendidikan formal. Dengan adanya guru yang mempunyai kinerja rendah, sekolah akan sulit untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan oleh guru. Selain itu sehubungan

dengan kinerja guru dapat diungkapkan “Citra guru dewasa ini masih tersisih

dibandingkan dengan profesi yang lain semisal dokter/TNI/Polri”. Guru sering

diistilahkan manusia kelas dua.

Guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang sampai saat ini masih sangat perlu perhatian, berkenaan kepemimpinan kepala sekolah yang sering

5

(18)

4

terjadinya pergantian ataupun kegiatan keguruan yang masih sangat terbatas hanya kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran sehingga menuntut adanya

suatu perubahan agar pendidikan berjalan dengan efektif dan efisien. “Masih

perlu banyak pengawasan, koordinasi untuk menata kembali potensi-potensi kepala SMA dan SMK di Kota Magelang ini, agar peran manajerial dan kepemimpinannya benar-benar dapat memberi nilai dalam mengembangkan sekolahnya, memaksimalkan supervisi terhadap gurunya agar guru-guru SMA

dan SMK di Kota Magelang ini dapat berkinerja lebih baik”. Demikian

pernyataan Drs.Jarwadi, M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang.Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul: “Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Transformasional

dan Supervisi klinis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pendidikan

Agama Islam SMA dan SMK di Kota Magelang Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Kepala sekolah masih ada yang belum menyeimbangkan kepemimpinan terhadap bawahannya.

(19)

5

c. Kepala Sekolah SMA dan SMK di Magelang ada yang belum bisa menjadi teladan bagi guru-guru, misalnya sering datang terlambat dan jarang melakukan supervisi.

d. Guru-guru yang sering tidak tepat waktu dalam menjalankan tugasnya, tidak membuat rencana pembelajaran, kurang bersahabat dengan anak.

2. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang terpapar di atas, masalah yang menjadi obyek penelitian dibatasi hanya pada pengaruh kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Apakah ada pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang?

b. Apakah ada pengaruh persepsi guru tentang supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang? c. Apakah ada pengaruh tentang kepemimpinan transformasional dan

supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang?

C. Signifikansi Penelitian

(20)

6

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut:

a. Pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang. b. Pengaruh persepsi guru tentang supervisi klinis kepala sekolah

terhadap kinerja guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang.

c. Pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoretis

1) Dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan khususnya di SMA dan SMK yang berada di Kota Magelang dalam mengefektifkan peranan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengetahui pengaruh persepsi kepemimpinan transformasional dan persepsi supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang.

(21)

7 b. Manfaat Praktis

1) Bagi Guru

Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan tentang kepemimpinan kepala sekolah dan supervise klinis kepala sekolah terhadap kinerja guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang.

2) Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pimpinan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kegiatan supervisi dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja guru.

3) Bagi Pengawas

Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna meningkatkan kinerja guru PAI SMA dan SMK di Kota Magelang.

D. Tinjauan Pustaka

1. Penulisan Terdahulu

Adapun beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah :

(22)

se-8

kecamatan Bantul. Semakin tinggi kepemimpinan transformasional,maka akan semakin tinggi pula kinerja guru.6

Penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan yaitu mengkaji kepemimpinan transformasional dan kedisliplinan kerja, namun variabel independen dalam penelitian peneliti adalah kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis yang dikaitkan dengan kinerja guru PAI sehingga kajian yang diteliti nantinya akan berpengaruh pada fokus yang berbeda.

2. Yulia Jayanti Tanama (2016) Implementasi Supervisi Klinis dalam meningkatkan profesionalisme guru di SDIT Darun Najah Pasuruan menemukan bahwa hasil penelitian menunjukkan implementasi supervisi klinis yang dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap perencanaan,tahap pelaksanaan dan tahap umpan balik telah berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan profesionalisme guru. Berbagai upaya peningkatan dan pengembangan profesional guru telah diusahakan,seperti penguasaan materi,pemilihan metode pembelajaran dan media yang digunakan.7

Penelitian di atas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan yaitu tentang supervise klinis, namun metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif sedangkan peneliti menggunakan pendekatan gabungan kuantitatif dan kualitatif sehingga hasilnyapun berbeda.

6

Suyatminah, Peran Kepemimpinan Transformasional dan Kedisiplinan Kerja

TerhadapKinerja Guru TK PNS Se-Kecamatan Bantul, Yogyakarta: UAD, Psikopedagogia,Jurnal BK, Vol 2 No 2, 2013, 87-100

7

(23)

9

3. Ening Astuti Yuni Soleh (2016) Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Lesson Study di MTsN Bantul, menemukan bahwa upaya meningkatkan profesionalitas guru hendaknya dilakukan dengan kegiatan pendampingan, pembimbingan dan pembinaan oleh pengawas satuan pendidikan. Pendampingan, pembimbingan dan pembinaan akan lebih efektif jika dilakukan melalui kegiatan supervisi klinis dengan pendekatan lesson study secara berkelanjutan8

Penelitian di atas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan, namun obyek dan subyeknya berbeda maka kajian penelitian dan hasilnyapun berbeda.

4. Flavia Cavazotte (2013) Transformastional Leaders and Work Performance The Mediating Roles of Identification and Self-efficacy dalam penelitian ini menyelidiki hubungan antara kepemimpinan transformasional, kinerja formal dan konstektual bawahan antara karyawan Brasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi kepemimpinan transformasional berhubungan dengan tingkat yang lebih tinggi dari kinerja tugas dan perilaku membantu. Selain itu proses mediasi yang diusulkan secara empiris didukung.9

Penelitian di atas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan yaitu mencari pengaruh kepemimpinan

8

Ening Astuti Yuni Soleh,Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Lesson Study di MTsN Bantul, Jurnal Pendidikan Madrasah Vol 1 No 1 Mei, 2016, 1-14.

9

(24)

10

transformasional namun variabel terikat yang diteliti berbeda dan obyeknyapun berbeda sehingga hasilnyapun berbeda.

5. Tokhibin (2013) Pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah, kompetensi, motivasi dan kedisiplinan guru terhadap kinerja guru sekolah menengah kejuruan di kota Magelang menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.10

Kaitan penelitian tersebut dengan penetian ini terletak pada aspek hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru, sedangkan perbedaannya pada variabel bebasnya sehingga hasilnyapun berbeda. Penulis yakin masih banyak sumber-sumber lainnya yang tidak sempat disebutkan satu persatu, mengingat keterbatasan yang ada.

10

(25)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepemimpinan Transformasional

1. Definisi kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena yang universal. Setiap diri manusia adalah pemimpin, minimal untuk memimpin atau mengendalikan semua tindakan yang dilakukan. Di dalam organisasi kepemimpinan adalah unsur penting dalam mencapai tujuan organisasi. Terdapat banyak definisi kepemimpinan yang disampaikan oleh para tokoh. Kepemimpinan menurut Sharma berkenaan dengan proses mempengaruhi aktifitas individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.11 Yukl mendefinisikan kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan tugas secara efektif dalam mencapai tujuan bersama.12

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan tersebut, dapat digarisbawahi bahwa kepemimpinan pada dasarnya adalah suatu proses menggerakkan, mempengaruhi dan membimbing orang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi. Ada empat unsur yang terkandung dalam pengertian kepemimpinan, yaitu unsur orang yang menggerakkan yang dikenal dengan pemimpin, unsur

11Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2001, 21.

12

(26)

13

orang yang digerakkan yang disebut kelompok atau unggota, unsur situasi dimana aktifitas penggerakan berlangsung yang dikenal dengan organisasi, dan unsur sasaran kegiatan yang dilakukan.

2. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional memiliki pengertian kepemimpinan yang bertujuan untuk perubahan.13 Kepemimpinan transformasional (transformational leadership) istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasilkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Seorang pemimpin transformasional harus mampu mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang telah ditentukan. Sumber daya dimaksud bisa berupa SDM, Fasilitas, dana, dan faktor eksternal organisasi. Dilembaga sekolah SDM yang dimaksud dapat berupa pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, kepala sekolah, dan siswa.14

Kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses di mana pimpinan para bawahannya untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin transformasional mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan menentukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan bukan didasarkan atas emosi kemanusiaan, keserakahan, kecemburuan, atau

13

Muhith,Abd dan Bahar Agus Setiawan,Transformasional Leadership: Ilustrasi di Bidang Organisasi Pendidikan,Jakarta : Rajawali, 2013, 24.

14

(27)

14

kebencian. Leithwood mendeskripsikan kepemimpinan transformasional sekolah memiliki delapan dimensi, yakni (a) membentuk visi sekolah, (b) menentukan tujuan sekolah, (c) memberikan stimulus intelektual, (d) memberikan dukungan individual, (e) memberikan contoh yang baik dan nilai organisasi yang penting, (f) memberikan contoh bagaimana harapan dari prestasi yang diharapkan, (g) menciptakan budaya sekolah yang produktif, dan (h) membangun struktur untuk mendorong partisipasi pengambilan keputusan di sekolah15

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dapat diartikan sebagai bentuk atau gaya yang diterapkan kepala sekolah dalam mempengaruhi bawahannya (guru, tenaga administrasi, siswa dan orang tua peserta didik) untuk mencapai tujuan yang diinginkan.16Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.

Seorang pemimpin dikatakan menerapkan kepemimpinan transformasional apabila pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan kepada pemimpin. Mereka termotivasi untuk untuk bekerja lebih demi tujuan yang diharapkan. Sedangkan menurut Yukl kepemimpinan transformasional dapat dilihat dari tingginya

15

Tony Bush. Theories of Educational Leadership and Management , London: Sage production Ltd, 2001, 84.

16

(28)

15

komitmen, motivasi dan kepercayaan bawahan sehingga melihat tujuan organisasi yang ingin dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.17

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan transformasional adalah proses dimana pemimpin dan bawahannya berusaha untuk meningkatkan motivasi dan moralitas yang tinggi.

3. Ciri – ciri kepemimpinan transformasional

Kepemimpinan transformasional secara khusus berhubungan dengan gagasan perbaikan. Bass menegaskan bahwa kepemimpinan transformasional akan tampak apabila seorang pemimpin itu mempunyai kemampuan untuk:

a) Menstimulasi semangat para kolega dan pengikutnya untuk melihat pekerjaan mereka dari beberapa perspektif baru.

b) Menurunkan visi dan misi kepada tim dan organisasinya.

c) Mengembangkan kolega dan pengikutnya pada tingkat kemampuan dan potensial yang lebih tinggi.

d) Memotivasi kolega dan pengikutnya untuk melihat pada kepentingannya masing-masing, sehingga dapat bermanfaat bagi kepentingan organisasinya.

Tingkat sejauh mana seorang pemimpin disebut transformasional terutama diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikut. Para pengikut seorang pemimpin transformasional

17

(29)

16

merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat kepada pememimpin tersebut, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan terhadap mereka.

Dalam buku yag berjudul "Transformasional Leadership", Bass dan Riggio mengemukakan bahwa kepemimpinan transformatif mempunyai empat dimensi. Dimensi yang pertama disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai prilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati, dan sekaligus mempercayainya.18

Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivasion

(motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan antusiasme dan optimisme.

Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation

(stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menubuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap. permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru melaksanakan tugas-tugas organisasi.

18

(30)

17

Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration

(konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan dan pengembangan karir. Pemimpin transformasional di sini adalah membimbing atau memotivasi pengikutnya kearah tujuan yang telah ditentukan dengan cara menjelaskan ketentuan-ketentuan tentang peran dan tugas. Pemimpin transformasional memberikan pertimbangan yang bersifat individual, simulasi intelektual, dan memiliki kharisma.

4. Fungsi kepemimpinan transformasional kepala sekolah

Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan. Kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan transformasional memiliki kemampuan untuk mengubah energi sumber daya baik manusia, instrumen maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah.

Berkaitan dengan kepemimpinan transformasional, Leithwood menulis:

Transformational leadership is seen to be sensitive to organization building, developing shared vision, distributing leadership and building school culture necessary to current restructuring effort in schools.

(31)

18

menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangan visi secara bersama, pendistribusian kewenangan kepemimpinan dan membangun kultur organisasi sekolah yang menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi sekolah.19

Kepemimpinan transformasional yang diterapkan oleh kepala sekolah akan Merangsang pendidik dan tenaga kependidikan saling berinteraksi untuk mencapai pencapaian tertinggi dari moralitas dan mentalitas sesuai dengan tugas pokok dan tungsinya. Kepala sekolah membagi kekuasaan dan memberdayakan guru dalam menjalankan tugasnya, hal ini berbeda dengan kepemimpinan transaksional yang baersifat tradisional dan birokratis. Gaya kepemimpinan transformasional menekankan pada hubungan, nilai-nilai, kepercayaan, perasaan dan sikap. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah memberi pengaruh yang signifikan terhadap kondisi siswa dalam belajar dan sekolah secara keseluruhan.20

B. Supervisi Klinis

1. Pengertian supervisi

Banyak pendapat ahli berkaitan dengan definisi supervisi sehingga memperkaya pemahaman pengertian supervisi itu untuk dapat diaplikasikan

19 Sudarwan Danim. Menjadi Komunitas Pembelajar Kepemimpinan Transformasional Dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran…, 54.

20

(32)

19

dalam kegiatan belajar dan mengajar. Definisi supervisi dapat dinyatakan sebagai berikut

Supervision is what school personnel do with adults and things for the purpose of maintaining or changing the operation of the school in order to directly influence the attainment of major instructional goals of the school.21

Supervisi adalah apa yang dilakukan personil sekolah dengan orang dewasa dan hal-hal untuk tujuan mempertahankan atau mengubah operasi sekolah untuk secara langsung mempengaruhi pencapaian tujuan

instruksional utama dari sekolah. “Supervisi dilakukan oleh pengawas atau

kepala sekolah untuk melihat pekerjaan guru” 22

Menurut Glatthorn, Supervisi secara umum dapat diartikan “The comprehensive set of services provided and processes used to help teachers facilitate their own professional development so that the goals of the school district or the school might be better attained”.23

Menurut Masaong supervisi adalah layanan yang bersifat membimbing, memfasilitasi, memotivasi serta menilai guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan profesinya secara efektif.24

Glickman memberikan pandangan bahwa Supervisi mencakup semua hal berikut:

Sebuah kolegial bukan hubungan hirarkis antara guru dan supervisor resmi yang ditunjuk, supervisi sebagai aktivitas guru serta pengawas resmi yang ditunjuk, Fokus pada pertumbuhan ketimbang kepatuhan guru-guru,

21

Bondi J & Wiles J. Supervision: A guide to practice. New York: Merill Publishing Company.1986, 86.

22

Arikunto. S. & Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Yogyakarta, 2009, 375.

23

Allan A. Glatthorn, Supervisory Leadership : Introduction to Instruction Supervision, New York: HarperCollinsPublishers, 1990, 84.

24

(33)

20

Fasilitasi guru berkolaborasi dengan satu sama lain dalam upaya perbaikan instruksional, Keterlibatan Guru dalam penyelidikan yang sedang berlangsung reflektif. 25 Definisi umum berkenaan tentang supervisi pengawasan umum, oleh karena itu, menunjukkan aktivitas seperti ia menulis dan revisi kurikulum, persiapan unit dan bahan instruksi, pengembangan proses dan instrumen untuk melaporkan kepada orang tua, dan keprihatinan luas seperti evaluasi program pendidikan. Supervisi juga dapat diartikan sebagai aksi dan eksperimen yang bertujuan untuk meningkatkan instruksi dan program instruksional.

Jadi, supervisi merupakan usaha dari petugas-petugas sekolah dalam

memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.

2. Tujuan Supervisi

Adapun tujuan supervisi menurut Sally J. Zepeda adalah ”Instructional

supervision aims to promote grouwth, development, interaction, fault-free problem solving,and a commitment to build capacity in

teachers”.26

(Supervisi pembelajaran bertujuan untuk mendorong pertumbuhan, pengembangan, interaksi, pemecahan masalah dan komitmen untuk membangun kekurangan kapasitas guru-guru).

Tujuan supervisi seperti telah dijelaskan adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru. Maka tujuan supervisi adalah memberikan

25

Glickman,CD., Gordon Stephen, Gordon, Jovita M Roos. Supervision and instructional leadership; A developmental approach. New York: Pearson Education.2007,116.

26

(34)

21

layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

Kegiatan memberikan layanan dan bantuan kepada guru merupakan ajaran Islam sebagaimana firma Allah dalam QS.Al-Maidah ayat 2 yaitu

َٰٓ َلَقۡلٱ َلََو ٌَ ۡدَهۡلٱ َلََو َماَسَحۡلٱ َسۡهَّشلٱ َلََو ِ َّللَّٱ َسِئَٰٓ َعَش ْاىُّلِحُت َلَ ْاىٌَُهاَء َييِرَّلٱ بَهُّيَأَٰٓ َي

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS.Al-Maidah : 2)27

Dari penjelasan firman Allah SWT tersebut dapat dipahami bahwa tolong menolong dalam hal kebaikan merupakan kewajiban bagi sesama muslim, agar tercipta kehidupan harmonis dan indah.

3. Pengertian Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang

27

(35)

22

penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.

a. Tujuan supervisi klinis sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi solusi untuk masalah

2) Meningkatkan pemahaman tentang isu-isu professional 3) Meningkatkan standar perawatan pasien

4) Mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka

5) Meningkatkan pemahaman mereka tentang praktek mereka sendiri

b. Prinsip-prinsip supervisi klinis

Supervisi klinis sangat bervariasi. terdapat tiga prinsip yang merupakan inti dari supervisi klinis, diantaranya

1) Setidaknya dua orang bertemu bersama-sama untuk tujuan supervisi klinis

2) Refleksi digunakan untuk fokus pada praktek klinis 3) Pertemuan terstruktur dan terorganisir.28 c. Manfaat pentingnya supervisi klinis

1) Supervisi klinis akan menjadi kesempatan besar bagi profesional dan, mudah-mudahan, pribadi penyegaran maka tugas restoratif di masa-masa stres harus saya pikir, akan ditempatkan pertama. Jika pengawasan tidak dialami sebagai restoratif, tugas-tugas lain tidak akan dilakukan dengan baik.

28

(36)

23

2) Kesempatan untuk menjadi semakin reflektif pada praktek, dan untuk belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain memenuhi syarat klinis pengawasan sebagai suatu proses formatif unik.

3) Bahwa dalam konteks pengawasan konseling mungkin forum utama professional.29

4. Langkah-langkah Supervisi klinis

Struktur pengawasan klinis dapat disederhanakan ke dalam lima langkah berurutan: a. Preconference dengan guru, b. Observasi kelas, c. Menganalisis dan menafsirkan pengamatan dan menentukan pendekatan konferensi, d. Postconference dengan guru, e. Evaluasi dari kegiatan sebelumnya.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

Langkah I: Pada preconference, supervisor duduk dengan guru dan

menentukan alasan dan tujuan untuk pengamatan, fokus observasi, metode dan bentuk observasi yang akan digunakan, waktu pengamatan, dan waktu untuk postconference.

Langkah 2: Langkah rapi, pengamatan, adalah waktu untuk menindaklanjuti dengan bawah klasemen dari preconference. Pengamat dapat menggunakan satu atau kombinasi observasi pengamatan. Metode meliputi frekuensi kategoris, indikator kinerja, pemanfaatan ruang visual diagram,, kata demi kata, terpisah narasi berakhir terbuka, observasi

29

(37)

24

partisipan, kuesioner terfokus, dan sistem pengamatan disesuaikan. Pengamat harus diingat perbedaan antara deskripsi peristiwa dan interpretasi. Interpretasi harus mengikuti deskripsi.

Langkah 3: Analisis dan interpretasi dari pengamatan dan penentuan pendekatan yang sekarang mungkin. Supervisor meninggalkan kelas dengan pengamatan-nya dan mencari kesunyian di kantor atau sudut. Dia menjabarkan halaman direkam pengamatan dan studi informasi.

Langkah 4: Tujuannya adalah pernyataan dari apa yang guru akan mencapai untuk pengamatan berikutnya.

Langkah 5: Kritik dari empat langkah sebelumnya adalah waktu untuk mengkaji apakah prosedur Fond dari preconference melalui postconference yang memuaskan dan apakah revisi yang mungkin diperlukan sebelum mengulangi urutan.30

Langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis sebagai berikut: a. Pertemuan awal

Dalam pertemuan awal seorang guru mengeluh bahwa saat mengajar terdapat 2 siswa yang selalu mengganggu ketertiban kelas. Guru sudah berusaha memperbaiki tetapi ketiga siswa tersebut selalu membandel. Melalu percakapan awal ini guru mengharapkan supervisor melihat sendiri situasi pada saat dia mengajar, supervisor setuju untuk mengikuti guru saat mengajar.

b. Observasi

30

(38)

25

Pada tahap obeservasi ini supervisor menggunakan alat berupa check list tentang perilaku siswa dan menganalisis data dari check list tersebut.

c. Pertemuan akhir

Dialog antara supervisor dengan guru, sehingga akan terungkap sebab-sebab dari permasalahan yang dihadapi guru sehingga bisa langsung diberikan solusi.31

Kegiatan supervisi oleh kepala sekolah sangat vital sekali untuk dapat dilaksanakan, dengan melaksanakan supervisi tentunya semua aktivitas yang dilakukan oleh guru akan dapat terpantau sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat terwujud. Untuk itu seorang supervisor, dalam hal ini Kepala sekolah harus mampu untuk merencanakan program supervisi dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, Kepala sekolah melaksanakan supervisi terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat misalnya dengan supervisi klinis, serta yang tidak kalah penting lagi kepala sekolah harus selalu mensosialisasikan dan menindaklanjuti hasil supervisi klinis terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru demi terwujudnya guru yang baik serta profesional.

C. Kinerja Guru

31

(39)

26

1. Pengertian Kinerja

Latham dan Wexaley, mendefinsikan kinerja sebagai berikut :

Performance appraisal is any judgment or decision that effect and employees status in an organization regarding retention, termination, demotion, transfer, salary increase, or admission into a training program.32

(Kinerja merupakan keputusan atau penilaian yang mempengaruhi status pegawai dalam suatu unit organisasi untuk mengakui retensi, terminasi, promosi, demosi, transfer peningkatan gaji atau penambahan program diklat). Kinerja diartikan sebagai suatu analisis dan pemberian penilaian secara teratur, sistematis, dan ditimbang dengan cermat mengenai jasa-jasa seseorang didasarkan pada pengamatan selama waktu yang cukup lama dan juga pada pemeriksaan semua catatan-catatan yang objektif mengenai prestasi dan perilaku lebih lanjut dinyatakan bahwa untuk mengukur kinerja atau prestasi seseorang pada organisasi dapat dilihat kontribusinya selama melakukan pekerjaannya.

Kinerja dapat dinyatakan juga sebagai:

Performance means defining characteristic or the performance, or defining behavior and tasks, or defining the result that are to be achieved, or defining the situations in which a should happen or all the above.33

Kinerja dapat didefinisikan karakteristik kinerja, atau pendefinisian perilaku dan tugas atau pendefinisian hasil yang diharapkan untuk dicapai, atau mendefinisikan situasi dimana perlu terjadi semua yang disebut di atas. Kinerja selalu diartikan tanda keberhasilan suatu organisasi dan orang-orang

32

Latham, G.P., & Wexaley, K.L, Increasing productivity through performance appraisel. Michigan: Michigan State University: Addison Willwy publisher company,1981, 34.

33

(40)

27

yang ada dalam organisasi tersebut. Kinerja digunakan apabila sesorang menjalankan tugas atau proses dengan terampil sesuai dengan peraturan yang ada. Kinerja dapat dikatakan hasil interaksi antara ability atau kemampuan dasar dan motivasi, lebih lanjut dinyatakan bahwa

Ability refers to the employer`s training, experience, and evaluation, where as motivation is typically thought of as an employe`s desire to perform a job well.34

Kemampuan mengacu pada pelatihan, pengalaman, dan pendidikan yang diperoleh karyawan, sedangkan motivasi adalah keinginan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Prestasi kerja (performance) diartikan

“pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya tercermin dari

output yang dihasilkan”.35 Jadi, produk dari fungsi kemampuan dan motivasi, kinerja merupakan suatu produk, yakni produk kerja dari seseorang maupun lembaga. Lebih lanjut, definisi lain tentang kinerja adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang ataupun sekelompok dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi, artinya kinerja sama artinya dengan prestasi kerja atau dalam bahasa inggrisnya disebut performance atau prestasi kerja.36 Kinerja

merupakan “hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya

kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu”. 37

34

Jones, Jeff, Mazda Jenkin and Sue Lord, Developing effective teacher performance..., 9.

35

Simamora, Sahat, Psikologi suatu pengantar. Jakarta: Bina Aksara, 2000, 423. 36

Jones, Jeff, Mazda Jenkin and Sue Lord, Developing effective teacher performance..., 9.

37

(41)

28

Jadi kinerja merupakan hasil antara usaha dan kemampuan serta persepsi tugas masing-masing. Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu yang dimanfaatkan.38

Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kinerja merupakan aktivitas atau kegiatan seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya guna mencapai tujuan yang diharapkan atau kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu lembaga dihubungkan dengan visi yang diemban organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan.

2. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran.39 Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah. Kinerja guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya.

38

Hasibuan, Malayu, Proses Belajar Mengajar..., 47.

39

(42)

29

Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik. Disamping itu penilaian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program penilaian prestasi kinerja, berarti organisasi telah memanfaatkan secara baik atas SDM yang ada dalam organisasi40 Kinerja guru erat kaitannya dengan kualitas guru itu sendiri. Kualitas juga berkaitan dengan sudut pandang dan kepentingan pengguna.

Dalam dunia pendidikan hal pokok yang ditekankan adalah apa hasilnya dan siapa pemakai pendidikan tersebut. Hasil pendidikan merupakan nilai tambah bagi subjek didik sebagai pemakai utama, orang tua sebagai pemakai kedua, pasar tenaga kerja sebagai pemakai ketiga, guru

sebagai orang yang terlibat dalam proses pendidikan sebagai “pengguna”

subjek didik itu. Guru yang baik adalah yang dapat memahami siswanya, menghormati bahan pelajaran yang diberikannya, mampu menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran, menyesuaikan bahan materi dengan kesanggupan siswanya, mampu mengaktifkan siswanya dalam hal belajar, mempunyai tujuan dalam tiap pelajaran yang diberikan dan guru yang baik tidak hanya mengajar tetapi mendidik, bukan hanya mengajar tetapi juga membentuk pribadi dan karakter siswanya.41

40

Teguh Sulistiyani, Ambar & Rosidah. Manajemen Sumber Daya Manusia :Konsep,Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi, Yogyakarta: Graha Ilmu,2009,276.

41

(43)

30

Berdasarkan pengertian tentang kinerja guru di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu terutama atasan pegawai yang bersangkutan.

Manfaat penilaian kinerja adalah meningkatkan objektivitas penilaian kinerja, meningkatnya keefektifan penilaian kinerja pegawai, meningkatnya kinerja pegawai, mendapatkan bahan-bahan pertimbangan yang objektif dalam pembinaan pegawai berdasarkan system karir maupun prestasi.42 3. Pengukuran Kinerja Guru

Seorang guru berada pada posisi yang sangat strategis dalam mempengaruhi pembelajaran siswanya, sangat berpengaruh dalam pembentukan pribadi siswanya. Pengukuran kinerja adalah alat manajemen untuk menilai keberhasilan atau maupun kegagalan pelaksanaan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.43 Dalam mengadakan pengukuran ataupun penilaian kinerja guru harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diatas dan beberapa faktor berikut:

b. Mereview standar kinerja c. Melakukan analisis jabatan

(44)

31

f. Membandingkan kinerja aktual dengan standar g. Mengkaji hasil penilaian

h. Memberikan hasil penilaian

i. Mengaitkan hasil kinerja dengan imbalan j. Membuat rencana pengembangan.44

D. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru.

Soni,45dalam penelitiannya membuktikan bahwa ada pengaruh langsung kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru.Susanti,46 dalam penelitiannya membuktikan bahwa kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh kepala sekolah memberikan dampak positif terhadap kinerja pendidik dan tenaga kependidikan di SMP Muhammadiah 1 Depok Sleman.

Dari menganalisa penelitian tentang pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru di atas dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 = semakin baik kepemimpinan kepala sekolah semakin meningkat kinerja guru

44

Husaini Usman, Manajemen: Teori, praktik, dan riset pendidikan…, 487.

45

Soni,Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Self Monitoring Terhadap Kepuasan Kerja Guru dan Kinerja Guru Kelas Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Tanjung Morawa, Jurnal Pendidikan.2009,1-16

46

Susanti,Dampak Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan di SMP Muhamadiyah 1 Depok Sleman ,Skripsi, Yogyakarta : UIN Sunan

(45)

32

2. Pengaruh Supervisi Klinis terhadap Kinerja Guru

Mustaqim, dalam penelitiannya menemukan bahwa supervisi klinis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.47 Burhanudin juga mengatakan implementasi supervisi klinis yang dilaksanakan dalam tiga tahap telah berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kinerja guru.48 Dari pendapat di atas di rumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 = Semakin baik supervisi klinis kepala sekolah maka semakin meningkat kinerja guru.

3. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Supervisi Klinis Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Seorang manajer, dalam hal ini seorang kepala sekolah memang menjadi figur bagi bawahannya, kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting untuk dapat membawa lembaga ataupun sekolahnya untuk dapat maju dan berkompetisi dengan sekolah-sekolah yang lain.untuk itu, seorang kepala sekolah harus memiliki dan menguasai 16 kompetensi manajerial, 3 supervisi serta mampu untuk berperan dalam mengendalikan roda kepemimpinannya. Seorang kepala sekolah yang tidak menguasai kepemimpinan ataupun manajerial, supervisi tentunya tidak akan dapat menjalankan roda kepemimpinannya, akhirnya kinerja guru yang optimal juga tidak akan tercapai. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis kepala sekolah sangat berperan dan

47

Mustaqim,Pengaruh Supervisi Klinis dan Kompetensi Sosial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru,Tesis,UNY,Yogyakarta,2013

48

(46)

33

berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru sehingga menarik untuk dapat diteliti.

E. Kerangka Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka paradigma dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Paradigma ganda dengan 2 variabel independen Keterangan :

1. X1 = Kepemimpinan 2. X2 = Supervisi 3. Y = Kinerja guru

Paradigma dengan variabel independen yaitu X1 dan X2, Untuk mencari besarnya pengaruh antara X1 dengan Y, X2 dengan Y; dapat menggunakan korelasi sederhana. Untuk mencari pengaruh antara X1 secara bersama-sama dengan X2 terhadap Y digunakan korelasi ganda. Regresi dan korelasi parsial dapat diterapkan dalam paradigma ini.49

(47)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif, dimana data dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi, dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan rencana penelitian korelasional. Tingkat hubungan antar variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Adapun jenis jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan50

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 1 Mei – 30 Juli 2017 di 17 SMA dan SMK, yang terdiri dari 7 SMA dan 10 SMK baik negeri maupun swasta yang berlokasi di wilayah kota Magelang.

C. Variabel dan Indikator Penelitian

50

(48)

36

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.51 Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas atau independen variabel X1 dan X2, yaitu variabel yang memengaruhi variabel lain disebut juga variabel prediktor, dan variabel terikat atau dependent variabel Y yaitu variabel yang dipengaruhi.52

Suatu variabel penelitian merupakan sesuatu yang pokok, karena variabel merupakan objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.53 Variabel yang akan diteliti dijabarkan melalui item-item dari variabel yang disebut indikator. Berikut ini adalah penjabaran variabel ke dalam indikator, yaitu:

1. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) meliputi penilaian guru tentang kepemimpinan kepala sekolah yang diukur melalui dimensi : karisma, kepekaan individu, stimulus intelektual dan memberi inspirasi. 2. Supervisi klinis kepala sekolah (X2) meliputi kemampuan kepala sekolah

untuk merencanakan program supervisi dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, Kepala sekolah melaksanakan supervisi terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat yaitu supervisi klinis.

3. Kinerja guru (Y), meliputi kinerja guru yang diperoleh dari hasil penilaian para guru tentang proses kerja dan prestasi kerja menurut standar

51

Sumadi S, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, 72.

52

Sumadi S, Metodologi Penelitian..., 72.

53

(49)

37

tertentu.Variabel ini merupakan unsur-unsur proses dan hasil kerja seorang guru yang meliputi dimensi kemampuan, inisiatif, ketepatan waktu, kualitas kerja dan komunikasi.

Tabel 3. 1. Tabel Kisi-kisi instrumen

Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Dimensi

Variabel Indikator Item

Karisma i. Melibatkan guru dalam kegitan sekolah ii. Memperlihatkan percaya diri

iii. Menimbulkan antusias bawahan iv. Memperlakukan orang dengan hormat

v. Menumbuhkan motivasi kerja

1) Respek terhadap gagasan guru 2) Menimbulkan rasa optimis

3) Mempunyai rasa empati atas persoalan pribadi 4) Perhatian terhadap hasil kerja guru

6

1) Memberikan kebebasan dalam berpendapat 2) Menyelesaikan masalah dengan cara baru 3) Mendorong bawahan berfikir ilmiah 4) Mendorong bawahan berfikir inovatif

5) Mempertinggi motivasi bawahan untuk sukses

10

1) mengkomunikasikan harapan tinggi bagi bawahan

2) mengemukakan tujuan utama melalui cara yang sederhana

15,18 16,17

Tabel 3.2. Tabel Kisi-Kisi Instrumen Variabel Supervisi Klinis Kepala Sekolah

Dimensi

Variabel Indikator Item

Supervisi

Perencanaan kegiatan supervisi klinis 1,2,3,4,5 Pelaksanaan kegiatan supervisi klinis oleh

kepala sekolah 6, 7,8,9

Evaluasi kegiatan supervisi klinis oleh

kepala sekolah 10,11,12

(50)

38 pendekatan

dan teknik supervisi yang tepat.

supervisi klinis oleh kepala sekolah

Sosialisasi hasil kegiatan supervisi klinis oleh kepala sekolah

17, 18, 19,20

Tabel 3.3. Tabel Kisi-kisi Instrumen Variabel Kinerja Guru

DimensiVariabel Indikator Item

Kemampuan a. Penguasaan materi b. Penguasaan metode

1, 2, 3, 4,5, 6 Inisiatif a. berpikir positif yang lebih baik

b. mewujudkan kreatifitas Komunikasi a. Mutu penyampaian materi

b. Penguasaan keadaan kelas

25,26,27, 28, 29,30

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian.54 Adapun sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.55 Objek penelitian dalam penelitian ini adalah GPAI SMA dan SMK di Kota Magelang tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 30 orang, yang selanjutnya disebut sebagai populasi penelitian. Penelitian ini adalah penelitian populasi, karena jumlah responden dalam penelitian ini kurang dari seratus orang.

54

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian...., 102.

55

(51)

39

Tabel 3.4. Tabel Daftar Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Guru PAI

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.56 Sumber data penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari responden yaitu guru-guru PAI SMA dan SMK di kota Magelang tahun 2017. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari data-data penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

56

(52)

40 1. Metode angket atau kuesioner

Metode angket merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subjek, baik secara individu atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti prefensi, keyakinan, minat dan perilaku.57 Metode ini peneliti gunakan untuk memeroleh data yang terkait dengan variabel persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis serta kinerja guru PAI (Y).

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.58 Metode ini digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan guru PAI SMA dan SMK di kota Magelang.

3. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.59 Metode ini digunakan untuk melakukan studi pendahuluan dalam menemukan permasalahan yang diteliti.

Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Kuantitatif dalam Pendidikan..., 181.

59

(53)

41

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari alat pengumpulan data, digunakan teknik analisis data dengan alat analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Alat analisis deskriptif yang digunakan adalah membuat tabel-tabel analisis untuk melihat gambaran umum pendapat responden tentang persepsi guru terhadap kepemimpinan transformasional, supervisi klinis dan kinerja guru PAI. Sedangkan alat analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial diolah dengan mengunakan komputer program Statistical Product for Service Solution (SPSS) 23.0 for windows.

Adapun langkah-langkah yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penskoran

Data penelitian ini tentang variabel X persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis kepala sekolah dan variabel Y kinerja guru PAI, diperoleh dengan menggunakan angket. Teknik angket ini menggunakan teknik angket tertutup, dengan X1 20 item pertanyaan, X2 dengan 20 item pertanyaan dan 30 item untuk data variable Y (kinerja guru PAI ).

(54)

42

Favorable (pertanyaan positif)

a. Untuk alternatif jawaban A mendapat nilai 4 b. Untuk alternatif jawaban B mendapat nilai 3 c. Untuk alternatif jawaban C mendapat nilai 2 d. Untuk alternatif jawaban D mendapat nilai 1

Unfavorable (pertanyaan negatif)

b. Untuk alternatif jawaban A mendapat nilai 1 c. Untuk alternatif jawaban B mendapat nilai 2 d. Untuk alternatif jawaban C mendapat nilai 3 e. Untuk alternatif jawaban D mendapat nilai 4

b. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Ketepatan pengujian hipotesis sangat bergantung pada kualitas data yang digunakan dalam pengujian tersebut. Penelitian tidak akan mendapatkan hasil yang akurat apabila instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. 60 Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

60

(55)

43

Uji validitas dalam instrument ini adalah menggunakan rumus

Product Moment Correlation sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√[ ∑ (∑ ) ][ ∑ (∑ ) ]

Keterangan :

rxy = angka indeks korelasi r productmoment

X = skor butir pertanyaan atau pernyataan

Y = skor total

n = cacah objek uji coba

Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan bantuan

program statistik SPSS 17.0.

Validitas dalam suatu penelitian bisa juga berarti akurat data yang akan diuji. Instrumen penelitian dapat dikatakan valid apabila telah diuji dari pernyataan dan pengukuran instrumen tersebut dengan rumus diatas. Butir pernyataan dikatakan valid atau sahih jika koefisien korelasi ( ) -tabel pada nilai kritis r pada tabel dengan taraf signifikansi 5%.

b. Uji Reliabilitas.

(56)

44

artinya instrumen yang dapat dipercaya, dapat diandalkan. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan dihasilkan data yang sama. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat utama mendapatkan data yang dapat dipercaya.

Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut menghasilkan hasil yang tetap. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dengan menggunakan uji internal consistency, dilakukan dengan cara mencoba intrumen sekali saja kemudian hasilnya diperoleh dengan rumus koefisien alpha. Untuk mendapatkan akurasi dalam perhitungan data, maka digunakan computer melalui program SPSS release 16,0. Uji reliabilitas instrument menggunakan rumus Alpha Croanbach sebagai berikut :

[ ] [ ∑ ]

Dimana :

= Reliabilitas instrument

= Mean kuadrat antar subyek

∑ = Mean kuadrat kesalahan

= Varians total

= ∑ (∑ )

=

Dimana : JKi = Jumlah kuadrat seluruh skor item

Gambar

Tabel
Tabel 3.2. Tabel Kisi-Kisi Instrumen  Variabel Supervisi Klinis Kepala Sekolah
Tabel 3.3. Tabel Kisi-kisi Instrumen Variabel Kinerja Guru
Tabel 3.4. Tabel Daftar Populasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memiliki beberapa tahapan yaitu pembuatan ekstrak senyawa aktif akar tuba dengan pelarut berbeda, uji pendahuluan BSLT menggunakan Artemia dengan

Kemungkinan didalam pupuk TNF unsur P belum mencukupi atau jumlahnya sedikit yang terlihat pada kepadatan sel pada aplikasi TNF 1 ml/l, 5 ml/l, dan 10ml/l yang

Teknik analisis data yang digunakan peneliti, dilakukan dalam beberapa langkah yaitu: (1) membuat catatan jawaban pada langkah-langkah yang benar; (2) membuat catatan

Tanah longsor terjadi karena hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat/tebal, Batuan yang Kurang Kuat, Jenis Tata lahan, getaran, susut muka

Kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran dilihat dari hasil kerja siswa pada tahap game dan turnamen sedangkan setelah pembelajaran kemampuan

Rancangan  gagasan dalam  bentuk gambar skets/tertulis  untuk kegiatan pembuatan  karya  an  sumberd aya pada sentra/p erusaha an  (dikenal  dengan  istilah  6M) 

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten- Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan

(4) Dalam hal Menteri menetapkan harga jual eceran lebih dari 1 (satu) kali dalam setiap bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka perhitungan harga dasar menggunakan