• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS 5 SD N AMBARTAWANG, MUNGKID, MAGELANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS 5 SD N AMBARTAWANG, MUNGKID, MAGELANG."

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS 5

SD N AMBARTAWANG, MUNGKID, MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Muhamad Faishal Hilmy Arkan NIM 12108244058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau di terbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata peniulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tandatangan yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli. Apabila terbukti tanda tangan dosen penguji palsu, maka saya bersedia memperbaiki dan mengikuti yudisum pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 7 November 2016 Penulis,

(4)
(5)

v MOTTO

“Kebanggaan kita yang terbesar bukan karena tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kita jatuh”

“Kepuasan terletak pada usaha bukan pada hasil, usaha keras adalah kemenangan

yang hakiki”

(Mahatma Ghandi)

“Jika ingin melewati garis finish maka beranilah untuk melewati garis start”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini ku persembahkan untuk

1. Allah SWT yang telah mendengar do’a saya

2. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Muh Abdulhadi Sasongko dan Ibu Esti Yuliantini, atas doa dan kasih sayang yang tiada henti serta dukungan materi yang selalu diberikan, semoga aku bisa terus membahagiakan dan membanggakan kalian

(7)

vii

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS 5

SD N AMBARTAWANG, MUNGKID, MAGELANG

Oleh

Muhamad Faishal Hilmy Arkan NIM 12108244058

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS dengan penerapan cooperative learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada siswa kelas 5. Penelitian dilakukan di SD N Ambartawang, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.

Jenis penelitian ini adalah Penelitan Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas, dengan subyek penelitian siswa kelas 5 SD N Ambartawang yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. Penelitian iini meggunakan model Kemmis & Mc Tagart. Tahapan penelitian yaitu perencanaan,tindakan dan observasi, serta refleksi. Penelitian dilakukan dua siklus, setiap siklus dua pertemuan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi dan wawancara. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dan desriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa setelah menerapkan cooperative learning tipe student team achievement division

(STAD) dalam mengajar IPS. Pada pratindakan, persentase ketuntasan siswa yaitu %, meningkat pada siklus I menjadi 79,17%, sedangkan siswa yang belum tuntas 20,83% (rendah). Pada siklus II ketuntasan siswa meningkat menjadi 91,67% sedangkan siswa yang belum tuntas 8,33% (sangat rendah). Begitu pula dengan hasil observasi aktivitas siswa mengalami peningkatan, pada siklus I yaitu 75% (cukup), pada siklus II meningkat menjadi 89.58% (baik sekali).

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Cooperative Learning Tipe Student Team Achivement Division

(STAD) pada Mata Pelajaran IPS Kelas 5 SD N Ambartawang, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang” sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Sebuah kebanggaan sekaligus menjadi sebuah perjuangan yang berat mengingat banyaknya hambatan yang timbul dalam penulisan skripsi ini, namun dengan bantuan dari berbagai pihak semua telah teratasi dan membuahkan hasil yang luar biasa indahnya. Oleh karena itu, ucapan terima kasih diucapkan kepada yang terhormat:

1. Dr. Haryanto, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin dari proposal, penelitian, hingga skripsi ini selesai. 2. Drs. Suparlan, M.Pd.I, Ketua Jurusan Pendidikan Pendidikan Dasar yang

telah memberikan banyak masukan kepada saya, sekaligus memberikan kelancaran dalam proses perizinan penelitian ini;

3. Safitri Yosita Ratri, M.Pd., M.Ed., sebagai pembimbing skripsi, yang telah memberikan banyak motivasi, saran dan bimbingan, serta selalu memberikan waktunya untuk bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Banu Setyoadi, M.Pd. Penasehat Akademik, yang senantiasa selalu memberikan motivasi dan dorongan;

5. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga bermanfaat bagi kehidupan saya;

(9)

ix

keingintahuan saya serta memberikan informasi kaitannya dengan topik penulisan skrispi ini;

7. Siswa SD N Ambartawang, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, yang telah membantu saya dalam melengkapi data penelitian ini;

8. Kedua Orang tuaku tercinta, Muh Abdulhadi Sasongko dan Esti Yuliantini, yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat, serta dukungannya dalam bentuk moril dan materiil sehingga saya dapat menyelesaikan studi di Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNY dengan baik;

9. Teman-teman semua yang senantiasa memberikan bantuan, dorongan dan semangat yang selama ini secara bersama-sama berjuang menyelesaikan pendidikan Strata 1;

Semoga segala bantuan dan keikhlasan akan menjadi amal baik bagi kita semua, serta mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna perbaikan dan penyempurnaan pada penulisan berikutnya. Semoga skrispi ini mampu berguna bagi semua orang sebagaimana mestinya. Serta dapat menjadi bagian dari ilmu yang bermanfaat bagi masa depan.

Yogyakarta, 7 November 2016 Penulis,

(10)

x

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. BatasanMasalah ...6

D. Rumusan Masalah ...6

E. Tujuan ...6

F. Manfaat ...6

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ...8

1. Kajian tentang Prestasi Belajar IPS ...8

2. Kajian tentang IPS ...12

3. Kajian Karakteristik siswa kelas 5 SD ...17

4. Kajian tentang Cooperative Learning tipe STAD ...22

B. Penelitian yang Relevan ...36

C. Kerangka Berpikir ...37

(11)

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...41

B. Tempat danWaktu Penelitian ...42

C. Populasi danSampel Penelitian ...42

D. Variabel Penelitian ...43

E. Definisi Operasional ...44

F. Desain Penelitian ...45

G. Teknik pengumpulan data ...48

H. InstrumenPenelitian ...49

I. Validitas dan Realibilitas ...52

J. Teknik Analisis Data ...53

K. Kriteria Keberhasilam ...56

BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Situasi ...57

1. Situasi dan Lokasi Penelitian ...57

2. Kondisi Awal ...57

B. Pelaksanaan Tindakan ...59

1. Pelnelitian Siklus I ...60

2. Penelitian Siklus II ...65

C. Hasil Penelitian ...71

1. Siklus I...71

2. Siklus II ...81

D. Pembahasan ...91

E. Keteterbatasan Penelitian ...97

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...98

B. Saran ...99

DAFTAR ISI ...100

(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Nilai sisiwa pada ulangan semester gasal ...2

Tabel 2. Perbedaan ilmu sosial dan IPS ...14

Tabel 3. Skor kemajuan individual ...32

Tabel 4. Penghargaan tim ...32

Tabel 5. Kisi-kisi observasi siswa ...50

Tabel 6. Kisi-kisi observasi guru ...51

Tabel 7. Skor kemajuan individual siswa ...53

Tabel 8. Penghargaan kelompok ...54

Tabel 9. Rentang skor observasi ...55

Tabel 10. Kriteria penilaian kulitatif ...55

Tabel 11. Pratindakan ...58

Tabel 12. Skor kemjuan individual ...71

Tabel 13. Skor kemajuan individual siswa siklus I ...72

Tabel 14. Penghargaan tim siklus I pertemuan I ...73

Tabel 15. Penghargaan tim siklus I pertemuan II ...73

Tabel 16. Tabel ketuntasan siswa siklus I ...74

Tabel 17. Tabel ketuntasan siswa pratindakan dan siklus I ...74

Tabel 18. Tabel rata-rata kelas pratindakan dan siklus I ...75

Tabel 19. Hasil observasi siswa siklus I...77

Tabel 20. Hasil observasi kegiatan guru ...78

Tabel 21. Tabel refleksi siklus I ...80

Tabel 22. Skor kemajuan siklus II...81

Tabel 23. Penghargaan tim pertemuan I siklus II ...82

Tabel 24. Penghargaan tim pertemuan II siklus II ...83

(13)

xiii

Tabel 26. Ketuntasan pratindakan, siklus I, dan siklus II ...84

Tabel 27. Penngkatan rata-rata kelas ...85

Tabel 28. Observasi siswa siklus II ...86

Tabel 29. Observasi siswa siklus I dan siklus II ...87

Tabel 30. Observasi guru siklus II ...88

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Gambar kerangka pikir ...39

Gambar 2. Gambar desain penelitian ...46

Gambar 3. Diagram presentase ketuntasan dan rata-rata kelas pratindakan dan siklus I ...75

Gambar 4. Diagram presentase aktivitas siswa siklus I ...77

Gambar 5. Diagram hasil observasi guru ...79

Gambar 6. Skor kemajuan siswa siklus I dan II ...82

Gambar 7. Diagram peningkatan ketuntasan siswa ...84

Gambar 8. Diagram peningkatan rata-rata kelas ...85

Gambar 9. Diagram peningkatn aktivas siswa ...87

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ... 103

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ... 107

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ... 111

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II ... I15 Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I... 119

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II ... 120

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I ... 121

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II ... 122

Lampiran 9. Kisi-kisi evaluasi siklus I ... 123

Lampiran 10. Kisi-kisi evaluasi siklus II ... 125

Lampiran 11. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I dan Kunci Jawaban ... 128

Lampiran 12. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II dan Kunci Jawaban ... 131

Lampiran 13. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I dan Kunci Jawaban ... 135

Lampiran 14. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II dan Kunci Jawaban... 138

Lampiran 15. Pedoman Wawancara Guru ... 141

Lampiran 16. Jawaban Wawancara Guru ... 142

Lampiran 17. Pedoman Wawancara Siswa ... 144

Lampiran 18. Jawaban Wawancara Siswa ... 145

Lampiran 19. Daftar Nilai Pretest (Pratindakan) ... 147

Lampiran 20. Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus I ... 148

Lampiran 17. Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus II ... 149

Lampiran 18. Daftar Skor Kemajuan Individual Siswa Siklus I ... 150

Lampiran 19. Daftar Skor Kemajuan Individual Siswa Siklus II ... 151

Lampiran 20. Kisi-kisi Observasi Siswa ... 152

(16)

xvi

Lampiran 22. Data Hasil Observasi Siswa Siklus I Pertemuan I dan II ... 155

Lampiran 23. Data Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan I dan II ... 156

Lampiran 24. Kisi-kisi Observasi Guru ... 157

Lampiran 25. Lembar Observasi Guru... 158

Lampiran 26. Hasil Observasi Guru Siklus I Pertemuan I dan II ... 160

Lampiran 27. Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan I dan II ... 161

Lampiran 28. Daftar Kelompok Siklus I dan II ... 162

Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian ... 163

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan dasar pandidikan tidak hanya membekali siswa dengan kemampuan membaca menulis saja, akan tetapi dengan mengembangkan potensi siswa (Ahmad Susanto, 2013 : 70). Potensi siswa tersbut bisa berupa potensi mental, sosial, dan spiritual. Pengembangan potensi-potensi tersebut tentu sejalan dengan mata pelaaran yang ada pada tingkat tersebut. Salah satunya adalah dalam mata pelajaran IPS. Selain itu, tujuan pendidikan IPS pada tingkat dasar adalah untuk memperkaya dan mengebangkan kehidupan pesertadidik, dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungan dan melatih peserta didik menempatkan dirinya dalam masyarakat.

Maka dari itu, kegiatan pembelajaran yang efektif, merupakan tolok ukur keberhasilan guru dalam mengelola kelas (Ahmad Susanto, 2013 :53). Kegiatan pembelajaran efektif ini, terlihat dari adanya hubungan timbal balik dan peserta didik terlibat secara penuh dalam kegiatan pembelajaran. Sebab, aktivitas yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran efektif ada dalam peserta didik.

(18)

2

IPS masih tergolong rendah jika dibandingkan mata pelajaran lain. Berikut adalah tabel perbandingan nilai pada saat ulangan semester gasal :

Tabel 1. Nilai siswa pada semester gasal

No Mapel Nilai Rata-rata siswa

1 PKN 74

2 Matematika 75

3 Bahasa Indonesia 77

4 IPA 78

5 IPS 68

Rendahnya nilai tersebut, dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah materi dalam IPS kelas 5 sebagian besar berisikan cerita sejarah masa lalu. Selain itu, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran hanya bersifat tradisional dengan model pembelajaran ceramah yang hanya berpusat pada guru (teacher centered). Kegiatan pembelajaran semacam itu akan memberikan dampak yang negatif terhadap siswa. Dampak negatif tersebut antara lain siswa menjadi pasif, kurang kreatif, dan mengandalkan informasi yang diberikan oleh guru. Siswa hanya mendengar apa yang dikatakan oleh guru sehingga kemampuan siswa terbatas dan sulit berkembang untuk mendapatkan informasi baru.

Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) tersebut banyak kelemahannya. Guru menjelaskan bagaimana sulitnya mengajarkan materi IPS kelas 5, karena selama ini pembelajaran menggunakan metode ceramah justru membuat siswa merasa bosan. Oleh karena itu, berdampak pada pemahaman materi dan nilai siswa.

(19)

3

wawancara kepada siswa pada 17 Februari 2016, siswa menganggap pelajaran IPS merupakan pelajaran yang membosankan. Hal itu mungkin disebabkan guru belum menerapkan model yang sesuai untuk pelajaran IPS.

Rendahnya penyelenggaraan proses pembelajaran yang dilakukan pada mata pelajaran IPS tersebut dapat di atasi dengan memperbaiki kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pembelajaran yang tepat dengan suasana yang menyenangkan dan sesuai dengan minat siswa sehingga membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran akan mempermudah siswa menyerap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

(20)

4

Melihat hal tersebut, STAD sesuai dengan karakteristik siswa kelas 5. Penggunaan model cooperative learning tipe STAD akan membuat siswa bekerja secara kelompok dalam pemecahan suatu masalah. Kegiatan tersebut, akan menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga siswa akan belajar tentang materi yang diberikan. Selain itu siswa juga termotivasi mendapatkan nilai yang tinggi untuk memperoleh penghargaan.

Cooperative learning tipe Student team achievement division dikembangakan oleh Slavin (Miftahul Huda, 2015 : 116). Cooperative learning tipe Student team achievement division ini merupakan pembelajaran yang melibatkan kompetisi antarkelompok. Nantinya siswa akan membentuk beberapa kelompok kecil berdasarkan kemampuan, ras, gender, maupun etnis. Mereka akan mempelajari materi secara bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing. Hingga nanti setelah mereka selesai belajar pada kelompoknya, mereka akan diuji secara individual melalui kuis. Dimana perolehan nilai individu dalam kuis tersebut akan sangat mempengaruhi nilai perolehan kelompok. Jadi, dalam hal ini, diperlukan kesolidan kelompok dalam membangun sebuah team yang mampu bersaing dengan kelompok lain.

(21)

5

Berdasarkan uraian di STAD dengan IPS memiliki keterkaitan. Salah satunya, STAD akan memotivasi siswa untuk saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang diajarkan guru. Berdasarkan hal tersebut, maka siswa akan menaruh perhatian penuh pada kegiatan pembelajaran, serta akan mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal.

Peneliti akan menggunakan cooperative learning tipe student team achievement division (STAD) pada mata pelajaran IPS kelas 5 SD N Ambartawang. Hal itu di karenakan, cooperative learning tipe STAD tersebut akan membuat siswa lebih aktif pada materi sejarah yang dirasa sangat membosankan oleh siswa. Selain itu akan mempermudah guru yang merasa kesulitan dalam mengajarkan mata pelajaran IPS tersebut, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

1. Siswa merasa kesulitan dengan materi hafalan dan cerita pada mata pelajaran IPS.

2. Nilai siswa kelas 5 SDN Ambartawang pada mata pelajaran IPS tergolong rendah.

3. Guru dominan menggunakan metode ceramah dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas 5 SDN Ambartawang.

4. Guru belum menerapkan metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa dalam pembelajaran.

(22)

6 C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut, masalah yang ada masih terlalu luas. Dengan demikian, penelitian ini dibatasi pada penerapan cooperative learning tipe STAD (Student Team Achivement Division) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS kelas 5 SD N Ambartawang.

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas 5 SDN Ambartawang dengan menereapkan cooperative learning tipe student team achievement division (STAD).

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada kompetesi pererjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di kelas 5 SD N Ambartawang menggunakan pembelajaran cooperative learning tipe STAD (Student Team Achivement Division)

F. Manfaat Penelitian

(23)

7 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya maupun dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran IPS dengan Student Team Achivement Division (STAD).

2. Secara prakis a. Bagi siswa

1) Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPS.

2) Dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi IPS. b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan cooperative learining tipe STAD (Student Team Achivement Division) pada mata pelajaran IPS. c. Bagi sekolah

(24)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Kajian tentang Prestasi Belajar IPS a. Prestasi Belajar

Nawawi (Hamalik, 2005 : 67) menjelaskan prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor, diperoleh dari tes, mengenai materi pelajaran yang disajikan. Dari pendapat tersebut, prestasi belajar didapatkan seseorang jika telah melakukan kegiatan belajar dan mendapatkan nilai atau skor dari tes yang memuat materi tentang apa yang dipelajari.

Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Dari pendapat tersebut, prestasi belajar dapat diketahui dengan penilaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar tersebut dapat berupa tes dan lain sebagainya. Hal tersebut, sependapat dengan Surya (2004 : 57), prestasi belajar adalah seluruh kecakapan hasil yang dicapai dan diperoleh melaui proses belajar berdasarkan tes belajar.

(25)

9

dibutuhkan seseorang untuk mengetahui kemampuan setelah melakukan kegiatan yang bersifat belajar, karena prestasi belajar adalah hasil belajar yang mengandung unsur penilaian, hasil usaha kerja dan ukuran kecakapan yang dicapai suatu saat. Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh melaui kegiatan penilaian. Penilaian tersebut dapat berupa tes secara tertulis, maupun kegiatan lainnya yang dapat digunakan untuk penilaian hasil belajar.

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Seperti dikatakan pada sebelumnya, prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui kegiatan penilaian. Untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor tersebut antara lain: faktor internal, eksternal, instrumental, sarana dan alat pelajaran.

(26)

10

kemampuan psiko-fisik yaitu memadukan antara fisik dan psikis, namun disini otak lebih condong sebagai menara kontrol yang melakukan kegiatan sehingga tingkat kecerdasan (IQ) siswa juga sangat menentukan keberhasilan siswa. Selanjutnya, faktor psikologi lainnya adalah minat siswa. Minat siswa merupakan kemauan siswa dan ketertarikan siswa terhadap materi belajar dan penilaian belajar.jika siswa tidak terdorong untuk mau dan tertarik terhadap kegiatan belajar dan penilaiannya, tentu akan sangat sulit bagi siswa untuk mendapatkan prestasi yang maksimal. Selian minat dan kecerdasan, bakat siswa juga mempengaruhi dalam faktor psikologis secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan. Setiap orang mempunyai bakat, akan tetapi mereka mempunyai kapasitas masing-masing untuk sampai pada titik tertentu.

(27)

11

Faktor instrumental ini berkaitan dengan gedung sekolah maupun ruang kelas. Faktor sarana dan alat meruakan faktor yang terdiri atas media yang digunakan dalam pembelajaran, guru, maupun kurikulum yang digunakan. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, penerapan cooperative learning tipe STAD, menambah faktor eksternal yang dapat memberikan motivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan prestasi siswa. Selain itu, dengan adanya STAD siswa dapat termotivasi untuk menaruh perhatian penuh terhadap kegiatan pembelajaran. Setelah siswa termotivasi dan menaruh perhatian penuh terhadap kegiatan pembelajaran IPS, diharapkan dapat memunculkan kesadaran diri pada siswa untuk terus belajar dan menaruh perhatian pada mata pelajaran IPS.

c. Prestasi Belajar IPS

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, prestasi belajar adalah hasil dari proses kegiatan belajar yang diukur dengan suatu penilaian dengan menggunakan tes, dan alat ukur lainnya. Sedangkan IPS merupakan ilmu yang menelaah tentang masyarakat disekitar. Prestasi belajar IPS merupakan hasil dari proses kegiatan belajar IPS yang dapat diukur dengan alat ukur seperti tes.

(28)

12

Aspek kognitif ini dapat diukur prestasi belajarnya dengan menggunakan tes.

Aspek afektif berkaitan dengan sikap siswa. Sikap siswa disini adalah perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Aspek afektif ini dapat dilihat dengan melakukan observasi pada kebiasaan siswa sehari-hari.

Aspek psikomotor berkaitan dengan ketrampilan siswa. Ketrampilan siswa dalam IPS, berhubungan dengan bagaimana cara siswa untuk bisa hidup dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakatt. Aspek psikomotor dalam IPS hampir saling berhubungan dengan aspek afektif, karena ketrampilan siswa dalam kehidupan sehari-hari juga berkaitan dengan sikap siswa dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini akan memebahas prestasi belajar IPS yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Ranah afektif berkaitan dengan nilai yang diperoleh siswa. Ranah afektif berkaitan dengan sikap siswa. Sedangkan aspek psikomotor berkaitan dengan ketrampilan siswa dalam mata pelajaran IPS.

2. Kajian tentang IPS a. Pengertian IPS

(29)

13

yaitu sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan geografi. Dengan beberapa kesatuan studi tersebut, IPS tentu dapat menelaah setiap gejala yang ada pada masyarakat. Maka dari itu, sebagai ilmu IPS menelaah tentang masyarakat atau manusia yang ada disekeliling maupun dinegara lain (Drs. Daldjoni, 1981:6).

Hal tersebut senada dengan pendapat Buchari Alma (2003: 148) mengemukakan bahwa pengertian IPS sebagai sesuatu program pendidikann yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokonya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam, fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial. Selain dua pendapat tersebut Udin Saripudin (1989:2) menjelaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dirancang dan dilaksanakan untuk mengembangkan karakteristik siswa dalam cara berfikir, bersikap dan berperilaku sosial untuk dapat hidup bermasyarakat menjadi warga negara Indonesia yang baik.

(30)

14

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan suatu mata pelajaran yang dirancang mengembangkan karakteristik siswa dalam kehidupan alam, fisik, maupun sosial untuk menjadi warga negara yang baik. Selain itu, mata pelajaran IPS harus diajarkan sejak dini untuk menanamkan sikap yang baik pada siswa agar kelak menjadi warga negara yang baik. b. Perbedaan IPS dengan Ilmu Sosial

IPS sering disamakan dan dikaitkan dengan ilmu sosial. Sebenarnya antara IPS dan ilmu sosial memang hampir sama. Dalam IPS, terdapat sosiologi, sejarah, ekonomi, antropologi, geografi, dan politik dipelajari secara terpadu. Sedangkan dalam ilmu sosial juga terdapat sosiologi, sejarah, ekonomi, antropologi, geografi, dan politik namun dipelajari secara terpisah. Dari kemiripan tersebut, antara IPS dan ilmu sosial itu berbeda. Perbedaan IPS dengan ilmu sosial dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Perbedaan ilmu sosial dan IPS

No. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Ilmu Sosial 1. Dipelajari atau diajarkan pada

pendidikan dasar.

Dipelajari atau diajarkan pada pendidikan menengah hingga perguruan tinggi.

2. Dipelajari secara terpadu, yaitu antara sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, dan geografi dipelajari dalam satu bidang studi.

Dipelajari secara terpisah, yaitu antara sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, dan geografi dipelajari sendiri-sendiri secara terpisah.

3. Dipelajari secara umum, artinya ilmu-ilmu yang ada dipelajari hanya secara singkat dan kurang mendalam.

Dipelajari secara mendalam atau khusus.

(31)

15

IPS atau Ilmu pengetahuan Sosial hampir sama dengan ilmu sosial. Keduanya saling melengkapi satu sama lain. Keberadaan IPS sebagai suatu bidang studi dalam kurikulum sekolah sangat membantu pengembangan ilmu sosial. Sebaliknya, ilmu sosial merupakan sumber materi pengembangan ilmu pengetahuan sosial. Secara sederhana dapat diartikan bahwa IPS dapat berdiri karena adanya ilmu sosial dan ilmu sosial dapat berkembang karena adanya IPS.

c. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan mata pelajaran IPS menurut Chapin, J.R, Messick, R.G (Ichas Hamid Al-Amri dan Tuti Istianti, 2006: 15) adalah sebagai berikut :

1) Membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan dimasa yang akan datang.

2) Menolong siswa untuk mengembangkan ketrampilan (skill) untuk mencari dan mengolah/ memproses informasi.

3) Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap (value) demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.

4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam kehidupan sosial

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 67), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

(32)

16

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan dua pendapat tersebut, mata pelajaran IPS sangat penting bagi setiap peserta didik. Ilmu Pengetahuan Sosial tujuannya adalah mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa untuk hidup bermasyarakat.. Maka dari itu, mata pelajaran IPS akan membekali peserta didik untuk hidup bermasyarakat sehingga menjadi warga negara yang baik.

d. Ruang Lingkup Ips Kelas 5 Sekolah Dasar

Ruang lingkup materi pembelajaran IPS di sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang tercantum dalam kurikulum Depdiknas (2006), sebgai berikut :

1) Manusia, tempat, dan lingkungan. 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. 3) Sistem sosial dan budaya.

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Materi mata pelajaran IPS kelas 5 sekolah dasar sebagian besar berisi materi hafalan. IPS kelas 5 SD akan membahas : Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha dan Islam; Tokoh-tokoh Sejarah Hindu-Buddha

dan Islam; Keragaman Kenampakan dan Pembagian Wilayah Waktu di

Indonesia; Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia; Usaha dan

Kegiatan Ekonomi di Indonesia; Perjuangan Melawan Penjajahan;

Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia; Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia; serta Perjuangan Mempertahankan

(33)

17

Berdasarkan materi-materi yang ada pada mata pelajaran IPS

kelas 5 tersebut, peneliti akan menerapkan cooperative learning tipe

STAD dalam materi Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan

Indonesia. Hal tersebut karena pada saat penelitian diperkirakan siswa

sampai pada materi tersebut. Selain itu, materi IPS berisi materi hafalan

yang akan menylitkan siswa, sehingga dengan cooperative learning tipe

STAD siswa akan belajar bersama untuk memahami materi dan siswa

akan berusaha meningkatkan nilai demi bersaing dengan kelompok lain.

3. Kajian tentang Karakteristik siswa kelas 5 SD

Karakteristik merupakan ciri-ciri atau keadaan sifat mendaasar yang terdapat dan melekat pada sesuatu hal yang menjadi objek perhatian atau telaah (Ichas Hamid dan Tuti istianti, 2006 : 17). Karakteristik suatu benda atau hal tertentu dapat dilihat dari ciri khas yang menjadikannya berbeda dengan hal lain dan menjadi obyek perhatian. Untuk mengetahui karakteristik suatu hal dapat dilakukan dengan pengindraan dan penalaran atau dengan menggunakan logika.

(34)

18

B. Uno (2006 : 58) karakteristik siswa sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi pengelolaan yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran agar sesuai dengan perseorangan siswa.

Pada dunia sekolah dasar, perkembangan karakteristik siswa terjadi pada rentang usia antara 6-12 tahun. Perkembangan karakteristik tersebut, dibagi menjadi beberapa dimensi perkembangan antara lain :

a. Dimensi perkembangan kognitif

(35)

19

Selain menurut Piaget, Bruner (Ichas Hamid dan Tuti istianti, 2006 : 30) juga menjelaskan tahapan perkembangan anak. Menurtunya, usia sekolah dasar terletak pada tahap ikonik dan symbolik. Tahap ikonik ini terjadi pada rentang usia kelas rendah. Pada tahap ini, anak memperoleh pengetahuan dari sekumpulan gambar-gambar yang mewakili konsep, namun belum mendefinisikan sepenuhnya konsep itu, dikendalikan oleh prinsip-prinsip organisasi konseptual dan oleh transformasi-transformasi secara ekonomis dalam organisai perseptual sedangkan pada tahap simbolik, terjadi pada rentang usia kelas tinggi. Pada tahap ini, merupakan fase transisi dari penggunaan penyajian ikonik yang berdasarkan pengindraan ke cara berpikir abstrak, arbiter, dan lebih fleksibel menunjukkan kemampuan dalam memperhatikan proposisi daripada obyek-obyek, memberikan struktur hierarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dalam suatu kombinasional. Pada tahap simbolik ini, mulai menggunakan bahasa atau kata-kata sebagai media berpikir dan mendekati masa abdolesen. Menurut pendapat Bruner ini, siswa kelas 5 sekolah dasar beraada pada tahap simbolik yaitu pada rentang usia kelas tinggi.

(36)

pekerjaan-20

pekerjaan yang praktis; b) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar; c) Menjelang akhir masa ini ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus; d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya. Selain itu anak-anak pada masa ini senang membentuk kelompok sebaya untuk melakukan bermain bersama. Di dalam permainan siswa biasa membuat aturan-aturan sendiri dalam kelompoknya.

b. Dimensi perkembangan moral dan sosial emosional 1) Teori psikoanalisa dan psikososial

Teori psikoanalisa freud dianggap cukup monumental dalam memberikan pemahaman dasar terhdap gejala perilaku umum manusia. Teori tersebut kemudian di lengkapi oleh teori psikososial dimana oleh Erikson teori Freud tersebut dijadikan pijakan bagi teori yang disusun oleh Errikson itu.

(37)

21

kurang dari kenyataan, dan dibayangi kegagalan dalam mengerjakan tugas.

2) Teori perkembangan moral kognitif/penalaran moral

Penulisan teori perkembangan moral telah dilakukan oleh Piaget dan dikembangkan oleh Kohlberg (Ichas Hamid dan Tuti istianti, 2006 : 35). Menurut Piaget, usia anak sekolah dasar terbagi menjadi dua kelompok yaitu (1) rentang usia 7-10 tahun dimana bersifat recognize, agreement, dan cognitive matturity. (2) rentang usia 11-12 tahun yang berdifat abstract reasson.

Setelah Piaget, Kohlberg mengembangkan teori dari Piaget. Dalam toerinya, Kohlberg mengembangkannya menjadi beberapa perumusan pra konvensional, konvensional dan pasca konvensional. Pada usia sekolah dasar, menurut Kohlberg terletak pada masa konvensional.

3) Perkembangan moral menurut teori belajar sosial

Pandangan ini dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Skiner, Watson, dan Badura (Ichas Hamid dan Tuti istianti, 2006 : 36). Anggapan dasar pada teori ini adalah dimana moral perbuatan dapat dilakukan dengan proses imitasi atau peniruan.

(38)

22

membentuk kelompok bermain. Maka dari itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah dengan menerapkan model cooperative learning tipe STAD. Model

cooperative learning tipe STAD akan meningkatkan aktivitas siswa dalam hal berkelompok, belajar bersama, bekerja sama dengan teman kelompok, dan berkompetesi dengan kelompok lain.

Cooperative learning tipe STAD akan menantang siswa untuk berkompetisi antarkelompok dan mempererat kerjasama dalam kelompok. Cooperative learning tipe STAD juga sesuai dengan karakteristik siswa yang suka berkompetisi antarindividu maupun antarkelompok.

4. Kajian tentang Cooperative Learning tipe STAD a. Pengertian Cooperative learning

(39)

23

Roger (Miftahul Huda, 2011 : 29) menyatakan cooperative learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan anggota-anggota yang lain. Setiap anggota kelompok harus saling membantu satu dengan yang lain agar setiap anggota paham dan tahu tentang apa yang sedang dibahas dalam kelompok. Selain itu, setiap anggota yang lain dalam kelompok dituntut untuk paham dan mengerti hal yang sedang dibahas dalam kelompok. Jadi tidak hanya satu atau beberapa orang saja yang paham dan mengerti apa yang sedang dibahas dalam kelompok.

Parker (Miftahul Huda, 2011 : 29) mendefinisikan cooperative learning sebagai susasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Sementara itu, Davidson (Miftahul Huda, 2011 : 29) mendefinisikan cooperative learning merupakan suatu konsep yang sudah ada sejak dulu. Selain itu konsep ini sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi, dan perkumpulan manusia.

(40)

24

cooperative learning is working together to accomplish shared

goals”. Artinya pembelajaran kooperatif merupakan kerjasama untuk

mencapai tujuan bersama. Setiap anggota kelompok bersama-sama mencapai hasil yang nantinya akan dirasakan oleh setiap anggota kelompok.

Beberapa pendapat di atas, hampir sama dengan pendapat dari Artz dan Newman (Miftahul Huda, 2011 : 32). Mereka mendefinisikan cooperative learning is a small group of learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or

acomplish a common goal. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa siswa bekerja sama dalam suatu tim atau kelompok kecuali untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan tugas ataupun mencapai suatu tujuan bersama.

Menurut Slavin (2005 : 8) inti dari cooperative learning

adalah saat para siswa duduk bersama dalam kelompok yang terdiri atas empat orang dan menguasai materi dari guru. Dari hal tersebut, inti dari cooperatove learning jelas bahwa berkelompok dan mendiskusikan materi yang diberikan guru serta menguasainya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan definisi tentang cooperative learning. Secara singkat

(41)

25

antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas maupun, mencapai tujuan bersama dimana setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain.

b. Macam-macam cooperative learning

Ada beberapa macam pembelajaran yang bisa menggunakan model pembelajaran cooperative learning antara lain :

1) Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson, kemudian dikembangkan lagi oleh Slavin dan selanjutnya dikembangkan oleh Kagan. Dalam jigsaw, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. dalam setiap kelompok, anggota kelompok ditugaskan menjadi seorang ahli dari materi tertentu. Tugas seorang ahli nantinya adalah mencati informasi tentang bidang yang mereka dapatkan dengan para ahli dari kelompok lain. Setelah mereka mendapatkan informasi yang cukup, mereka kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan informasi yang mereka dapatkan kepada anggota kelompok yang lain.

2) STAD (Student Team Achivement Division)

(42)

26

Setelah guru menyampaikan materi, siswa berkelompok untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok benar-benar menguasai pelajaran. Kemudian, siswa diuji dengan tes individu. Skor dari tes individu itu nantinya akan berpengaruh pada prestasi kelompok, karena skor individu dalam kuis menentukan skor kelompok mereka. Maka, setiap individu dalam kelompok, harus benar-benar memastikan setiap anggota kelompoknya menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru agar nilai kelompoknya lebih tinggi dari kelompok-kelompok yang lain.

3) TGT

TGT (Teams Games Tournament) hampir sama dengan STAD (Miftahul Huda, 2011 : 117). Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Dalam kelompok, siswa mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Lalu, yang membedakan STAD dengan TGT adalah pada pengujiannya. Pada STAD siswa diuji dengan menggunakan kuis individual. Sedangkan pada TGT siswa diuji dengan game akademik, dimana skor yang mereka peroleh dalam game menentukan skor kelompok mereka.

c. Pengertian Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

(43)

27

saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Apabila setiap siswa dalam kelompok menginginkan kelompoknya mendapatkan penghargaan maka setiap anggota kelompok harus saling membantu anggota tim atau kelompok mereka untuk memahami materi yang diberikan guru.

Robert E. Slavin (2005 : 11) dalam STAD siswa dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim yang terdiri atas beberapa orang siswa yang berbeda tingkat kemampuan, ras, gender, dan latar belakang etniknya. Hal itu dilakukan agar, terjadi pemerataan diantara kelompok siswa dan terjadi persaingan yang adil diantara tim-tim siswa. Selain itu, pemerataan anggota tim membuat terjadinya persaingan yang ketat diantara para tim.

Pada STAD, guru pertama-tama menyampaikan materi pelajaran seperti biasa. Setelah guru menyampaikan materi, kemudian siswa bekerja dalam kelompok atau tim untuk mendiskusikan materi yang telah disampaikan oleh guru. Pada saat itu, anggota tim saling membantu untuk memahami materi pelajaran yang telah disampaikan. Pada saat bekerja dalam tim ini, setiap siswa harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memahami materi agar dalam kuis nanti mereka mendapatkan skor yang bagus.

(44)

28

diperbolehkan bekerjasama lagi dalam mengerjakan kuis. Skor yang didapat oleh setiap individu dalam kuis ini akan menjadi perolehan nilai kelompok, sehingga setiap anggota kelompok bertanggung jawab pada skor kuis mereka dan harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengerjakan soal kuis agar kelompok atau tim mereka memperoleh nilai yang tinggi.

Perolehan nilai tim dalam STAD ini tidak hanya diperoleh dari skor yang didapat oleh siswa. Namun, dipoeroleh dari skor kemajuan yang diperoleh siswa. Berikut akan dijelaskan pada komponen-komponen STAD.

d. Komponen STAD

Berikut adalah komponen-komponen yang ada pada STAD (StudentTeam Achivement Division) menurut Slavin (2005 ; 143-146) : 1) Presentasi kelas

(45)

29 2) Tim

Dalam cooperative learning tim sangat penting adanya, karena tim merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Begitu juga pada coperative learning tipe STAD ini. Para siswa dibagi menjadi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 atau 5 orang siswayang memiliki kemampuan berbeda.

Dalam tim ini, setiap anggota harus memastikan setiap anggotanya memahami materi yang diberikan oleh guru. Untuk itu, setiap anggota tim hars benar-benar belajar dan membatu setiap anggotanya yang belum memahami materi yang diberikan. Kegiatan dalam tim tersebut adalah untuk mempersiapkan setiap anggota untuk menghadapi kuis yang nantinya akan diberikan.

3) Kuis

Setelah siswa bekerja dalam tim, siswa diberikan kuis induvidual. Kuis ini harus dikerjakan oleh setiap individu dalam kelompok. pada kuis ini, siswa tidak boleh bekerja sama lagi dalam mengerjakannya. Mereka harus benar-benar mengerjakan kuis secara individu. Sehingga, setiap anggota kelompok bertanggung jawab pada perolehan nilai kelompoknya dan akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan skor yang bagus.

4) Skor kemajuan individual

(46)

30

tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, setiap siswa dapat memberikan kontribusi yang maksimal apabila mereka bekerja lebih giat dan dapat memberikan skor yang bagus dari pada skor sebelumnya. Setiap siswa sebelum kuis diberikan skor awal yang diperoleh dari kenerja siswa sebelumnya. Selanjutnya mereka mengumpulkan skor melalui kuis yang diadakan selanjutnya.

5) Penghargaan/reward/rekognisi tim

Setiap tim yang berprestasi dan mendapatkan skor kemajua yang tinggi akan mendapatkan penghargaan. Dengan adanya penghargaan ini, nantinya akan memotivasi siswa juga untuk bekerja lebih giat dan mendapatkan skor kemajuan yang tinggi.

e. Persiapan STAD

Sebelum dimulai suatu pembelajaran pasti perlu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan. Dalam STAD, juga ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum memulai kegiatan pembelajarannya. Berikut hal-hal yang perlu disiapkan dalam STAD menurut Slavin (2005 : 147-151) :

1) Materi

(47)

31

kemerdekaan. Pada tahap persiapan ini, guru menyiapkan materi dengan menyiapkan sumber belajar berupa buku-buku dan media yang akan digunakan.

2) Membagi siswa dalam tim

Siswa dibagi menjadi beberapa tim. Satu tim terdiri dari 4 orang siswa. Setiap anggota tim diharapkan memiliki kemampuan yang berbeda-beda agar terjadi pemerataan dalam setiap tim dan terjadi persaingan yang ketat diantara para tim yang ada.

3) Menentukan skor awal

Skor awal siswa merupakan skor siswa pada kuis sebelumnya. Pada penelitian ini, skor awal sebelum diberikannya STAD akan diambil dari skor pretes yang diberikan kepada siswa. Sehingga sebelum kegiatan berlangsung siswa mendapatkan skor awal dan mengetahui skor awal mereka.

4) Membangun tim

Sebelum kegiatan tim berlangsung, setiap tim diberi kesempatan untuk lebih mengenal anggota tim mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat naynyian atau yel yel, logo ataupun nama tim.

5) Mengitung skor kemajuan individual

(48)

32

individual yangdidapat para siswa. Berikut adalah daftar kriteria poin kemajuan individual :

Tabel 3. Skor kemajuan individual

No Skor kuis Poin kemajuan

(Robert E. Slavin, 2005 :159) 6) Merekognisi prestasi tim

Sebelum merekognisi tim, terlebih dahulu hitung skor tim. Sekor tim merupakan rata-rata dari skor kemajuan individual yang diperoleh dari setiap anggota kelompok. Berikut kriteria skor tim untuk penghargaan atau rekognisi tim:

Tabel 4. Penghargaan tim

No Kriteria rata-rata tim Penghargaan

1. 0≤x≤5 -

2. 6≤x≤15 Tim baik

3. 16≤x≤25 Tim sangat baik

4. 26≤x≤30 Tim super

Ibrahim, dkk (Trianto 2010 : 71) 7) Mengembalikan kuis set pertama

Mengembalikan kuis set yang pertama berarti guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa.

8) Menghitung skor awal

(49)

33 9) Mengubah tim

Setelah melakukan STAD, dan akan melakukannya lagi, siswa bisa ditempatkan di tim-tim yang baru agar memberi kesempatan kepada siswa untuk bersaing lagi dengan tim-tim yang lain.

10) Memberi penilaian

Penilaian individu pada STAD tetap didasarkan pada nilai siswa yang sebenarnya bukan dari skor kemajuan yang siswa dapatkan. Skor kemajuan siswa hanya untuk memberikan rekognisi pada tim bukan untuk memberikan nilai sesungguhnya siswa.

f. Langkah-langkah STAD

Langkah-langkah penerapan cooperative learning tipe STAD adalah sebagai berikut :

1) Pelaksanaan Pembelajaran

Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti biasa dengan melakukan presentasi kelas. Presentasi kelas bertujuan untuk menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan menyampaikan poin-poin materi yang akan disampaikan.

2) Diskusi Kelompok.

(50)

34

yang diberikan oleh guru. Saat mengerjakan tugas siswa juga mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan tugas tersebut.

3) Tes

Siswa mengerjakan tes secara individu. Tes tersebut diguanakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang materi yang diberikan. Tes juga digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan siswa yang akan dijadikan tolok ukur pemberian penghargaan kelompok siswa.

4) Menentukan skor kemajuan individu dan kelompok

Siswa bersama dengan guru menentukan nilai skor kemajuan individu dan kelompok. Nilai skor kemajuan individu didapatkan dari hasil tes yang telah siswa kerjakan. Setiap skor kemajuan individu yang didapat siswa tersebut digabungkan dengan skor kemajuan individu siswa lain di masing-masing kelompok siswa. 5) Penghargaan Kelompok

Kelompok yang mendapatkan skor kemajuan tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru. Penghargaan bisa berupa setifikat, atau hadiah menarik lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut :

a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. b) Guru menyampaikan materi pelajaran.

(51)

35

d) Siswa bekerja sama menyelesaikan tugas. e) Guru memberikan evaluasi.

f) Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang memperoleh skor kemajuan tertinggi.

Malihat dari langkah-langkah cooperative learning tipe STAD, model pembelajaran cooperative learning Tipe STAD dirasa sesuai dengan karakteristik siswa kelas 5. Penggunaan model

cooperative learning tipe STAD akan membuat siswa bekerja secara kelompok dalam pemecahan suatu masalah. Sehingga siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan membuat siswa belajar. Selain itu siswa juga termotivasi mendapatkan nilai yang tinggi untuk memperoleh penghargaan.

Cooperative learning tipe STAD juga terkait dengan mata pelajaran IPS. Cooperative learning tipe STAD akan mempermudah siswa untuk memahami materi IPS karena Cooperative learning tipe STAD sesuai dengan karakteristik siswa kelas 5. Selain itu

Cooperative learning tipe STAD sesuai dengan materi yang diberikan pada mata pelajaran IPS. Dengan Cooperative learning

(52)

36 B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Apri Nur Aini Esofa yang berjudul “Penerapan Model Cooperative learning Type Student Team Achivement

Division (STAD) untuk Meningkatkan Keefektifan Siswa pada Kompetensi Membukukan Ayat Jurnal Penutup dan Membuat Neraca Saldo Setelah Penutupan Siswa Kelas X Ak 2 SMK Muhamadiyah Klaten Utara Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

model cooperative type STAD dapat menigkatkan keaktifan siswa dari 32,26 % menjadi 59,19 % pada siklus 1 dan meingkat lagi pada siklus 2 menjadi 80,32%. Hubungan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu terlihat dari peningkatan motivasi belajar dan keaktifan siswa dengan diterapkannya Cooperative learning tipe STAD. Maka dari itu, peneliti mencoba menggunakan Cooperative learning tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam meta pelajaran IPS kelas 5 sekolah dasar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Diah Restu Tyasning Sari yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Student Team Achivement Division

(53)

37

yaitu pada penelitian tersebut terlihat bahwa penerapan cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, pada penelitian tersebut juga menerapkan cooperative learning tipe STAD. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Oky Wasrik Dwi Nugroho, berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas 5 SDN Karang Duren”. Hasil penelitian menunjukkan adanya

peningkatan prestasi yang lebih baik dengan penggunaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Hubungan dengan penelitian yang dilakukan yaitu sama-sama membahas cooperative learning tipe STAD, peningkatan prestasi belajar, dan pada mata pelajaran IPS kelas 5. Perbedaan penelitian yaitu penelitian tersebut adalah penelitian dengan model eksperimen dan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan PTK.

C. Kerangka Berpikir

(54)

38

Berdasarkan observasi, di SDN Amabartawang khususnya pada kelas 5, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS dengan teacher centered.

Teacher centered merupakan pembelajran konevensional yang hanya bersifat satu arah dari guru ke siswa. Penggunaan teacher centered, membuat siswa cepat merasa bosan karena guru hanya bercerita sehingga terkesan monoton. Padahal, ruang lingkup mata pelajaran IPS kelas sekolah dasar pada hakikatnya meliputi aspek sistem sosial dan budaya manusia, tempat dan lingkungan, perilaku ekonomi dan kesejahteraan, waktu, keberlanjutan dan perubahan, serta sistem berbangsa dan bernegara.

Tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar yakni mengembangkan siswa menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan ketrampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi dimana konten mata pelajaran digali dan diseleksi berdasarkan sejarah dan ilmu sosial, serta banyak hal termasuk humaniora dan sains. Keberhasilan tujuan pembelajaran tersebut dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Berdasarkan ruang lingkup tersebut, maka perlu dibutuhkan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan prestasi dan sesuai tujuan pembelajaran mata pelajaran IPS. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. peniliti mencoba menggunakan pembelajaran

cooperative learning tipe STAD (Student Team Achivement Division) yang dinilai dapat meingkatkan presatasi belajar sesuai dengan tujuan tersebut.

(55)

39

dan saling membantu dalam belajar. Dalam cooperative learning ada berbagai macam jenis salah satunya STAD (Student Team Achivement Division). Pada STAD ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk saling berdiskusi, belajar, dan mengajarkan satu sama lain. Setelah para siswa belajar dalam kelompok kemudian para siswa di tes dengan menggunakan kuis. Skor yang diperoleh siswa dalam kuis tersebut sangat berpengaruh terhadap prestasi kelompok mereka sehingga para siswa harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengerjakan kuis tersebut.

Berikut adalah alur kerangka pikir :

Gambar 1. Alur kerangka pikir Kerangka Pikir

Masalah IPS di SDN Ambartawang :

1. Siswa kesulitan mempelajari IPS yang berisi materi hafaan.

2. Rendahnya rata-rata nilai IPS kelas 5 Sebagian siswa, nilainya masih di bawah KKM

4. Kurangnya motivasi siswa untuk belajar IPS

5. Siswa merasa bosan dengan Pembelajaran yang dilakukan oleh guru hanya dengan ceramah saja

Cooperative learning Tipe STAD

1. Pembelajaran berkelompok.

2. Setiap siswa dalam kelompok memastikan setiap anggotanya untuk benar-benar belajar materi yang diberikan

3. Setiap anggota kelompok memacu dirinya untuk memberikan kontribusi tinggi bagi timya.

4. Adanya kuis individu untuk menilai skor kemajuan setiap siswa 5. Skor kemajuan Individu berpengaruh terhadap nilai kelompok 6. Adanya reward.

(56)

40 D. Hipotesis

(57)

41 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian praktis untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada di kelas. Dalam pengumpulan data penelitian tindakan kelas ini, akan digunakan metode kualitatif, dengan melakukan observasi langsung dan dengan dokumentasi. Namun, untuk memperoleh data yang mendalam, maka akan digunakan metode kuantitatif yang berupa data evaluasi siswa kelas lima tentang materi IPS dengan menggunakan pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Team Achivement Division (STAD).

Pada tahap evaluasi ini, dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pre test dan post test. Tahap pre test merupakan tahap dimana sebelum digunakannya pembelajaran STAD, siswa diuji dahulu dengan materi yang di presentasikan guru. Selanjutnya, evaluasi pada tahap post test dilakukan setelah dilakukannya pembelajaran cooperative learning tipe STAD dengan materi yang sama. Maka, nantinya dapat dilihat persentase perbedaan antara hasil

(58)

42 B. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SD N Ambartawang, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Observasi dilakukan pada bulan Oktober 2015, sedangkan penelitiannya dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2016.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, menunjukkan bahwa pada kelas 5 terutama kelas 5 A prestasi belajar pada mata pelajaran IPS masih tergolong rendah. Hal itu dapat terlihat dari nilai siswa yang masih berkisar pada nilai KKM dan bahkan ada siswa yang masih belum tuntas nilai KKM. Nilai KKM untuk mata pelajaran IPS pada kelas 5 SD N Ambartawang adalah 70. Rendahnya nilai pada mata pelajaran IPS tersebut disebabkan karena pembelajaran lebih sering berpusat pada guru sehingga membuat siswa bosan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013 : 80) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan ditarik kesimpulan. Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2013 : 81) merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

1. Populasi

(59)

43

penentuan lokasi ini karena lokasi tersebut berada di lingkungan sekitar peneliti dan rata-rata nilai kelas 5 A lebih rendah daripada kelas 5B.

2. Sampel

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik sampel jenuh. Teknik sampel jenuh yaitu teknik pengambilan sampel dari seluruh jumlah populasi atau penentuan sampel dengan semua anggota populasi sebagai sampel. Alasan pemilihan sampel ini karena jumlah siswa dari kelas 5A tidak terlalu banyak dan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan generalisasi dengan tingkat kesalahan yang kecil.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Seorang peneliti harus mampu memutuskan variabel apa saja yang akan dijadikan titik perhatian dalam penelitiannya. Menurut Hatch dan Farhadi dalam Eko Putro Widyoko (2012 : 1) secara teoritis, variabel didefinisikan sebagai objek atau atribut seseorang yang mempunyai varisasi antarobjek satu dengan yang lain atau seseorang satu dengan yang lain.

(60)

44

memiliki variasi nilai maka konsep tersebut bukan merupakan suatu variabel. Berdasarkan pada hubungan antarvariabel, dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel. Variabel tersebut antara lain :

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau merupakan variabel yang menjadi akibat. Disebut demikian karena variabel terikat dipengaruhi oleh variabel lain yaitu variabel bebas (Eko Putro Widoyoko 2012 : 5). variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS bidang sejarah pada kelas 5 SD N Ambartawang.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain dan merupakan penyebab dapat mengaklibatkan perubahan pada variabel lain (Eko Putro Widoyoko (2012 : 4). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan cooperative learining tipe STAD (Student Team Achivement Division) pada pembelajaran IPS bidang sejarah.perubahan pada variabel lain. Dapat dikatakan bahwa variabel bebas

E. Definisi Operasional 1. Prestasi belajar

(61)

45 2. IPS

IPS merupakan suatu mata pelajaran yang dirancang mengembangkan karakteristik siswa dalam kehidupan alam, fisik, maupun sosial untuk menjadi warga negara yang baik.

3. Cooperative learning tipe student team achivement division (STAD)

Cooperative learning tipe STAD merupakan suatu pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk saling berdiskusi, belajar, dan mengajarkan satu sama lain. Setelah para siswa belajar dalam kelompok kemudian para siswa di tes dengan menggunakan kuis. Skor yang diperoleh siswa dalam kuis tersebut sangat berpengaruh terhadap prestasi kelompok mereka sehingga para siswa harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengerjakan kuis tersebut.

F. Desain Penelitian

(62)

46

Gambar 2. Gambar desain penelitian (Sujati, 2006 : 54)

1. Tahap perencanaan

Pada tahap ini, guru dan peneliti membuat rencana tentang prosedur pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan cooperative learning

tipe STAD. Langkah-langkah perencanaannya adalah :

a. Menyusunn RPP. RPP berisi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, pendekatan, model, dan metode, skenario pembelajaran, materi pembelajaran, dan penilaian.

b. Menyaipkan media dan sumber belajar c. Menyiapkan lembar kerja siswa

d. Menyiapkan instrumen penelitian e. Menyiapkan soal evaluasi

2. Tahap pelaksanaan

(63)

47

a. Siswa mendengarkan tujuan dan manfaat kompetensi yang akan dipelajari.

b. Siswa mendengarkan penjelasan mengenai materi yang dipelajari. c. Siswa memposisikan diri membentuk kelompok sesuai dengan

arahan guru.

d. Siswa menerima LKS untuk dikerjakan secara berkelompok. e. Siswa mengerjakan kuis secara individu.

f. Kelompok siswa yang memperoleh nilai tertinggi mendapatkan reward / penghargaan dari guru.

g. Siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

3. Tahap observasi

Tahap observasi dilaksanakan pada saat tahap pelaksanaan. Tahap observasi ini dibagi menjadi dua yaitu observasi terhadap kegiatan guru dan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan siswa. Pada tahap observasi ini, peneliti juga melakukan tes untuk memperoleh data tentang prestasi siswa. Sehingga pada saat pelaksanaan ini, peneliti selain melakukan observasi dan tes untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa.

4. Tahap refleksi

(64)

48

Perbaikan tersebut, dengan mmerubah pelaksanaan pada siklus II agar hasil yang didapat lebih maksimal.

G.Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan strategi atau cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitiannya. Maka dari itu, peneliti perlu teknik pengumpulan data untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan belajar siswa, melihat aktifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa pada saat penerapan pembelajaran cooperative learning tipe STAD.

2. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah diberikan dan untuk mengetahui prestasi siswa. Tes yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam yaitu pre test dan

post test. Pre test digunakan pada saat sebelum melakukan penerapan STAD. Sedangkan post test digunakan setelah penerapan STAD. Kedua tes tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh mana peranan pembelajaran cooperative learning tipe STAD.

3. Wawancara

(65)

49

diteliti, dan juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2013 : 137). Wawancara dilakukan untuk mengetahui berbagai cara yang dilakukan oleh guru dalam mengajar, maupun kegiatan yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajarannya. 4. Dokumentasi

Digunakan untuk mengetahui kondisi kelas pada saat kegiatan diterapkanya cooperative learning tipe STAD. Selain itu dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui gambaran keadaan lingkungan belajar siswa di sekolah.

H. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan penelitian. Tujuan instrumen dalam penelitian adalah sebagai alat pengumpul data agar nantinya dalam menganalisa untuk bahasan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih berarti, lebih cemat dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Melalui instrumen, akan digunakan sebagai alat ukur yang sesuai dengan apa yang diukur agar data yang diperoleh akan lebih akurat dan sesuai dengan kebutuhan.

1. Lembar Observasi

(66)

50

positif maupun yang negatif. Peneliti memberi tanda cheklis yang telah dibuat baik perilaku positif maupun negatif pada saat pemebalajaran sedang berlangsung.

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan kegiatan berkelompok siswa. Kisi-kisi kegiatan observasi kegiatan guru dan siswa,adalah sebagai berikut :

a. Kisi-kisi lembar observasi siswa Tabel 5. Kisi-kisi observasi siswa No Aspek yang

diamati

Butir yang diamati No butir

1. Kerjasama Aktif bekerja sama dalam kelompok 1 Bertanggung jawab terhadap tugas

kelompok 2

Saling membantu dalam kelompok 3 Adanya pembagian tugas dalam

kelompok 4

Adanya pemimpin dalam kelompok 5 Adanya tujuan yang sama dalam

kelompok 6

Gambar

Tabel 3. Skor kemajuan individual
Gambar 1. Alur kerangka pikir
Gambar 2. Gambar desain penelitian
Tabel 5. Kisi-kisi observasi siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Delay (latency) berdasarkan node juga dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.7 berdasarkan node dengan ukuran file yang berbeda.. Kinerja tiap node mendukung

Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Pestasi Belajar Siswa KelasII Semester II Tahun Ajaran 2003/2004 SMA Negeri 1 Pabelan..

(d) menyenangkan, imajinasi dan kreativitas kita tidak terbatas. Hal itu menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan.. Keterampilan menulis menjadi salah

(4) Dalam hal hasil verifikasi tidak lengkap atau tidak sesuai persyaratan, pejabat yang secara fungsional membidangi urusan kepegawaian di Unit Kerja Pembina

Proses pemesanan dan penjualan tiket bus pada saat ini masih memiliki sistem penjualan tiket secara manual, sehingga sering terjadinya kesalahan dalam pendataan, serta membuat

Tabel 3.28 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes Keterampilan Sosial 124 Tabel 3.29 Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Postes Keterampilan Sosial 125 Tabel 3.30

For this assessment, subjects 15 years old or more had their visual acuity measured using the Snellen chart and their mental health status determined using the

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan