• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOTOBUANG Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TOTOBUANG Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

283

TOTOBUANG

Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman 283—295

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO, PERUMAHAN, DAN HOTEL DI KOTA AMBON

(Indonesia Language Application in Stores Signboard, Clusters Area Signboard, and Hotels Signboard in Ambon City)

Nita Handayani Hasan Kantor Bahasa Maluku

Kompleks Perkantoran LPMP Maluku, Wailela, Ambon. Posel: bontanita00kantorbahasapromal@gmail.com

Diterima: 10 September 2020; Direvisi: 20 Oktober 2020; Disetujui: 27 Oktober 2020 doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i2.248

Abstract

The phenomenon of foreign languages application in public space is more endanger. There is an assumption that application of foreign language in stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard has more valuable than application of Indonesian language. That assumption causing Indonesian language become not popular. In fact, this assumption is not entirely correct. There are some stores, clusters area, and hotels which using Indonesian language still have high selling. This research will discuss about language situation in Ambon City, especially in stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard; and the applications of Indonesian language grammar in stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard. This study aims to find out level of compliance business owner in applications of Indonesian language grammar, especially in Ambon City. It is a qualitative description research. Researcher using data sample of stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard to analyze the structure of phrase. The conclusions of this research are most of stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard choosing foreign vocabulary than Indonesian vocabulary. The phrase pattern which using in stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard is M – D. The M – D is English phrases pattern.

Keywords: Phrase pattern, signboard, Ambon City

Abstrak

Fenomena penggunaan bahasa asing pada ruang publik semakin memprihatinkan. Penggunaan bahasa asing dalam penamaan toko, perumahan, dan hotel seolah-olah memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan kosakata bahasa Indonesia. Adanya anggapan tersebut semakin membuat bahasa Indonesia semakin tersisihkan. Padahal, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Masih banyak nama toko, perumahan, dan hotel yang memiliki nilai jual yang tinggi walaupun menggunakan kosakata bahasa Indonesia. permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kondisi penggunaan bahasa pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon; dan bagaimana penerapan kaidah kebahasaan pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon. Tujuan diadakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat ketaatan penerapan kaidah bahasa Indonesia oleh pemilik usaha di Kota Ambon. Metode yang digunakan yaitu deskriptif analisis. Peneliti menggunakan sampel nama-nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon untuk dianalisis struktur frasanya. Simpulan yang diperoleh yaitu mayoritas penamaan toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon lebih memilih menggunakan kosakata bahasa asing dibandingkan kosakata bahasa Indonesia. Pola frasa yang digunakan pada penamaan toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon yaitu M – D. Pola M – D merupakan pola frasa bahasa Inggris.

Kata-kata kunci: pola farasa, papan nama, Kota Ambon

PENDAHULUAN

Pemartabatan bahasa negara di ruang publik harus terus-menerus digalakkan. Hal tersebut disebabkan oleh makin maraknya penggunaan bahasa asing di ruang publik.

Banyak pemilik usaha yang lebih suka menamakan usahanya dengan kosakata bahasa asing, dari pada menggunakan kosakata bahasa Indonesia. Fenomena tersebut janganlah dianggap remeh. Rasa

(2)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

284

tidak percaya diri pada penggunaan bahasa negara harus ditanggapi secara serius. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia dapat kehilangan jati dirinya.

Keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa harus disyukuri. Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan bahasa telah dipersatukan oleh bahasa Indonesia. Sebelum bangsa Indonesia lahir, bahasa Indonesia telah ada terlebih dahulu. Rasa memiliki satu bahasa menjadikan suku-suku bangsa di Indonesia merasa saling terhubung sehingga merasa memiliki satu dan lainnya. Rasa tersebut yang mendorong semangat nasionalisme hingga lahirlah bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia merupakan berkah yang diberikan oleh Tuhan yang maha kuasa kepada bangsa Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara Malaysia, India, dan Filipina, bangsa Indonesia sangatlah beruntung. Hal tersebut disebabkan bahasa Indonesia telah ada jauh sebelum masa kemerdekaan. Negara Malaysia memang telah memiliki bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, tetapi masyarakatnya lebih sering menggunakan bahasa Inggris atau bahasa China (Suhendar, 1997, p. 125). Contoh lain yaitu bahasa nasional di negara India. Sejak merdeka di tahun 1947, India masih berusaha menetapkan satu bahasa sebagai bahasa nasional. Pada awalnya, pemerintah India mengajukan bahasa Urdu (bahasa Hindi) sebagai bahasa nasional kepada pihak parlemen. Namun, sebagian rakyat tidak setuju dengan gagasan tersebut. Sebagian rakyat tersebut malah mengajukan bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa nasional. Hal tersebut membuat pihak parlemen menjadi bingung. Agar dapat berkomunikasi antar masyarakat, negara India masih menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional (Zaenal, dkk. 2017, p.98).

Setelah masa kemerdekaan, keberadaan bahasa Indonesia kembali diuji. Keberadaan

bahasa Inggris, sebagai bahasa Internasional, mulai memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia. Maraknya penggunaan bahasa asing di ruang publik merupakan contoh nyata. Penggunaan bahasa asing di ruang publik harus ditanggapi serius. Jika tidak, keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dapat runtuh sehingga dapat memengaruhi kedaulatan negara.

Selain sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai bahasa negara. Hal tersebut terlihat jelas pada pasal 36 UUD 1945. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara mencakup beberapa hal, yaitu sebagai bahasa resmi kenegaraan; bahasa pengantar dalam dunia pendidikan; alat penghubung dalam hal perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pada tingkat nasional; dan alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahunan, dan teknologi.

Pemanfaatan bahasa Indonesia di ruang publik merupakan salah satu bentuk implementasi fungsi bahasa negara sebagai alat penghubung dalam hal perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pada tingkat nasional. Bahasa ruang publik merupakan alat penghubung yang efektif bagi siapa saja, baik antara masyarakat dan pemerintah, penghubung antarsuku, juga sebagai penghubung dalam masyarakat yang memiliki kesamaan latar belakang sosial budaya dan bahasa (Arifin, 2006).

Kota Ambon merupakan pusat perdagangan, pendidikan, dan pariwisata di Provinsi Maluku. Masyarakat yang bertempat tinggal di kabupaten-kabupaten di Provinsi Maluku pergi ke Kota Ambon untuk menjual hasil bumi. Harga kebutuhan pokok yang dijual di Kota Ambon biasanya lebih memiliki nilai ekonomis. Hal tersebut menyebabkan banyak petani yang datang ke Kota Ambon untuk menjual hasil pertanian mereka. Pedagang-pedagang yang berasal dari kabupaten-kabupaten di Provinsi Maluku

(3)

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

285 juga pergi ke Kota Ambon untuk membeli

barang-barang kebutuhan usaha.

Sebagai pusat pemerintahan, Kota Ambon juga memiliki fasilitas pendidikan yang lengkap. Bagi sebagian besar pelajar yang berasal dari kabupaten-kabupaten, Kota Ambon menjadi tempat untuk melajutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (universitas).

Sektor pariwisata juga semakin berkembang. Banyak wisatawan domestik dan luar negeri datang untuk menikmati keindahan Kota Ambon. Oleh karena itu, usaha perhotelan semakin marajalela sehingga banyak hotel dibangun di Kota Ambon.

Tingkat kepadatan yang semakin tinggi di pemukiman lama menjadikan pemerintah Kota Ambon menerima pembangun swasta untuk membangun perumahan-perumahan baru. Perumahan-perumahan baru tersebut sangat diminati oleh masyarakat Kota Ambon. Sayang, perumahan-perumahan baru tersebut banyak menggunakan kosakata bahasa asing.

Pembangunan hotel, perumahan, dan pusat-pusat perbelanjaan baru di Kota Ambon menunjukkan bahwa Kota Ambon mulai dilirik sebagai tempat untuk berinvestasi. Hal tersebut searah dengan laporan pertumbuhan dan kontribusi sektor ekonomi di Kota Ambon (Bank, 2010). Pada laporan tersebut terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor utama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyisakan masalah baru. Pusat-pusat perbelanjaan, hotel, dan restoran-restoran yang baru dibangun, lebih memilih menggunakan kosakata bahasa asing, dibandingkan kosakata bahasa Indonesia. Hal tersebut harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah agar ruang-ruang publik di Kota Ambon nantinya tidak dipenuhi dengan tulisan-tulisan bahasa

asing, seperti yang terjadi di kota-kota besar saat ini.

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai rujukan pada penelitian ini yaitu pelitian mengenai pemakaian bahasa Indonesia pada ruang publik di Kota Suarakarta (Dasuki, 2015). Penelitian tersebut mambahas penggunaan kaidah pada ruang publik di Kota Surakarta. Data yang digunakan yaitu tempat-tempat usaha di Kota Surakarta. Hasil dari penelitian tersebut yaitu para pengusaha di Kota Surakarta belum memperhatikan kaidah bahasa dalam penamaan usahanya. Selain itu, diharapkan ada perhatian khusus dari pemerintah daerah dan pihak universitas dalam memartabatkan bahasa negara di ruang publik.

Penelitian terdahulu berikutnya yaitu penelitian mengenai tingkat keterkendalian penggunaan bahasa pada media luar ruang di Kota Ambon (Hasan, 2019). Penelitian tersebut mengukur tingkat ketaatan penggunaan bahasa di media luar ruang di Kota Ambon. Alat ukur yang digunakan yaitu instrument yang dibuat oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Hasil dari penelitian tersebut yaitu Kota Ambon berada pada peringkat terkendali III. Peringkat terkendali III bermakna Kota Ambon termasuk wilayah/daerah yang penggunaan bahasa asing agak terkendali dengan agak mengutamakan peggunaan bahasa Indoenesia, dan pelestarian bahasa daerah sebagai penguatan bahasa nasional agak baik.

Penelitian lain yaitu penelitian yang membahas pemanfaatan ruang publik sebagai sarana pembelajaran kata dan bahasa (Murniah, 2018). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik Kota Semarang. Objek yang diteliti yaitu penggunaan ejaan, kata, atau kalimat yang berisi informasi pada papan nama, spanduk, atau penunjuk arah di Kota Semarang. Hasil yang diperoleh yaitu telah terjadi penyimpangan kaidah, ejaan, diksi,

(4)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

286

dan struktur bahasa Indonesia pada ruang publik di Kota Semarang.

Penelitian terdahulu lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang menganalisis variasi bahasa pada industri kreatif sebagai bagian dari era revolusi industri 4.0. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasikan kata dan frasa pada papan nama apertemen yang meliputi ciri leksikal dan struktur sintaksis dengan memperlihatkan variasi bahasanya. Penelitian tersebut berlokasi di Jakarta Timur. Temuan penelitian ini yaitu bahasa asing sangat mendominasi pada ruang publik di Jakarta Timur. Bahasa asing yang paling banyak penggunaannya yaitu bahasa Inggris (Kurniawati, 2018).

Berdasarkan hasil studi pustaka tersebut diketahui bahwa belum ada yang membahas, secara spesifik, penggunaan bahasa pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon. Oleh karena itu, Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu pertama, bagaimana kondisi penggunaan bahasa Indonesia pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon; kedua, bagaimanakah penerapan kaidah kebahasaan pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon.

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui fenomena penggunaan bahasa Indonesia pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon dan untuk mengetahui tingkat ketaatan berbahasa Indonesia para pemilik toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon. Penelitian ini juga dapat berfungsi sebagai acuan pembuatan kebijakan pengutamaan bahasa negara di ruang publik. Penelitian ini juga diharapkan dapat mejadi dasar penyusunan kebijakan dalam menentukan aturan penamaan badan usaha. Penamaan usaha harus diatur dengan baik agar wajah penggunaan bahasa di ruang publik dapat tertata dengan rapi.

LANDASAN TEORI

Penggunaan bahasa Indonesia pada berbagai ranah telah diatur dalam Undang-Undang nomor 24 Tahun 2009. Ranah yang dimaksud yaitu pada peraturan perundang-undangan, dokumen resmi negara, pidato resmi kenegaraan, pelayanan administrasi publik, laporan, penulisan karya ilmiah, nama geografi, informasi produk, dan papan informasi.

Pasal-pasal yang mengatur penggunaan bahasa pada ruang publik yaitu pasal 25 ayat (2) dan (3), pasal 36 ayat (3), pasal 37 ayat (1), serta pasal 38 ayat (1) dan (2)(Bahasa, 2011). Pasal 25 ayat (2) berbunyi, bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. Ayat (3) pasal tersebut berbunyi, bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi, dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.

Pasal 36 ayat (3) menyatakan, bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negata Indonesia atau badan hukum Indonesia. Pasal (37) ayat (1) menerangkan, bahasa Indonesia wajib diguanakan dalam Informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri yang beredar di Indonesia.

Pasal terakhir yaitu pasal 38 ayat (1) dan (2). Ayat (1) berbunyi, bahasa Indonesia wajib digunakan dalam rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum. Ayat (2) berbunyi,

(5)

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

287 penggunaan bahasa Indonesia sebagaimana

dimaksudkan pada ayat (1) dapat disertai bahasa daerah dan/atau bahasa asing.

Berdasarkan aturan-aturan tersebut diketahui bahwa penggunaan bahasa Indonesia pada ruang-ruang publik harus diutamakan. Penggunaan kata, frasa dan kalimat dalam tulisan-tulisan di ruang publik harus harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Frasa merupakan satuan sintaksis, biasanya terdiri atas dua kata atau lebih, serta memiliki unsur inti dan keterangan. Frasa berbeda dengan kalimat. Kata-kata dalam kalimat telah membentuk satu ide karena terdiri atas beberapa fungsi (subjek, predikat, objek, dan pelengkap), sedangkan frasa biasanya hanya menduduki salah satu fungsi saja (mungkin hanya berfungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap).

Perhatikan contoh berikut ini, (1) daun yang menguning; (2) pohon yang ditebang itu hampir mengenai pengendara motor. Contoh (1) merupakan contoh frasa. Frasa daun yang menguning telah memiliki arti, tetapi hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat. Contoh (2) merupakan contoh kalimat. Kata-kata pada contoh (2) telah mengungkapkan pikiran secara utuh, serta telah memiliki fungsi subjek, predikat, dan objek.

Frasa biasanya terdiri atas dua kata atau lebih. Diantara kata-kata pembentuk frasa akan ditemukan unsur utama (berfungsi sebagai inti kata) dan keterangan (berfungsi sebagai tambahan atau atribut). Unsur inti merupakan unsur yang diterangkan, sedangkan unsur tambahan merupakan unsur yang menerangkan (Sasangka, 2018).

Terdapat empat bentuk frasa yang sering ditemui dalam bahasa Indonesia, yaitu frasa nominal, adjektival, verbal, dan numeralial. Untuk menentukan sebuah frasa termasuk pada bentuk frasa nominal, adjektival, verbal, atau numeralial, yaitu dengan melihat unsur intinya. Jika sebuah frasa memiliki unsur inti berupa nomina,

maka frasa tersebut disebut frasa nominal. Begitu pun pada frasa adjektival, verbal, dan numeralial.

Perhatikan contoh berikut ini, (1) Hotel Wijaya, (2) sangat sombong, (3) belum makan, (4) Sembilan kilometer. Contoh (1) merupakan contoh frasa nominal, karena inti dari frasa tersebut ialah hotel (kelas kata nomina). Contoh (2) merupakan contoh frasa adjektival, karena inti dari frasa tersebut ialah sombong (kelas kata adjektiva). Contoh (3) merupakan contoh frasa verbal, karena inti dari frasa tersebut ialah makan (kelas kata verba). Contoh (4) merupakan contoh frasa numeralial, karena inti dari frasa tersebut ialah sembilan (kelas kata numeralia).

Hubungan kata-kata pembentuk frasa yaitu diterangkan (D) dan menerangkan (M). Bagian yang diterangkan merupakan inti, sedangkan bagian yang menerangkan merupakan tambahan atau atribut. Berdasarkan letaknya, hubungan diterangkan dan menerangkan, maka urutan frasa dapat berupa frasa DM dan frasa MD. Urutan frasa nominal dan frasa numeral lazimnya yaitu DM, sedangkan urutan frasa adjektival dan verbal yaitu MD.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berkembang. Banyak kosakata bahasa asing yang telah diserap dalam bahasa Indonesia. Penyerapan kosakata bahasa asing dalam bahasa Indonesia tidak dapat dihindari. Hal tersebut disebabkan adanya interaksi antar bangsa.

Interaksi antarbangsa yang paling mencolok, yaitu terjadi pada bidang teknologi, ekonomi, hukum, sains, dan politik. Banyak kosakata-kosakata baru yang ada dalam bidang-bidang tersebut yang tidak ada konsepnya dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan teknik-teknik khusus agar kosakata-kosakata asing pada bidang-bidang tersebut juga dipahami dalam kosakata bahasa Indonesia. Pemadanan istilah asing dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penerjemahan, penyerapan, gabungan

(6)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

288

penerjemahan dan penyerapan, dan perekaciptaan (Qodratillah, 2016, p. 19).

Bahasa Inggris ialah bahasa yang sering digunakan pada ruang-ruang publik. Terdapat beberapa kosakata dalam bahasa Inggris yang telah diserap dalam bahasa Indonesia, dan penulisannya pun telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Sayangnya, masyarakat Indonesia masih sering menggunakan bentuk bahasa asingnya, dibandingkan bentuk yang telah diserap dalam bahasa Indonesia. Contoh kosakata-kosakata tersebut, yaitu restaurant (‘restoran’), mall (‘mal’), market (‘pasar’), online (‘daring’), download (‘unduh’), boutique (‘butik’), guesthouse (‘penginapan’), café (‘kafe’), dan lain sebagainya.

Penggunaan kosakata-kosakata dalam bahasa asing akan berpengaruh pada struktur kalimat atau frasa. Jika kita terbiasa menggunakan istilah asing, kita akan terbawa dalam menulis struktur kalimat dalam bahasa Indonesia. Contoh yang sering ditemukan yaitu penulisan nama hotel. Kita sering munjumpai tulisan Amaris HoteI (MD) padahal contoh tulisan tersebut salah. Penulisan contoh tersebut dalam bahasa Indonesia menjadi Hotel Amaris (DM).

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan bentuk penelitian yang berusaha memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Fenomena tersebut dapat berbentuk perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll (Moleong, 2014, p. 6). Penelitian kualitatif dapat berfungsi dan dimanfaatkan untuk memahami isu-isu yang sensitif, digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai sekarang belum banyak diketahui, serta dapat dimanfaatkan untuk menelaah sesuatu latar belakang, misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi.

METODE

Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

kualitatif digunakan untuk menafsirkan dan munguraikan data yang ada, sesuai situasi, sikap, serta pemikiran atau pandangan masyarakat. Metode deskriptif merupakan metode yang berfungsi untuk meneliti status sekelompok manusia, objek, sebuah kondisi, suatu sistem pemikiran, atau sebuah peristiwa dengan cara membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antarfenomena yang diteliti (Nasir, 1988, p. 17). Metode deskriptif sangat diperlukan untuk mencari fakta dengan menggunakan interpretasi yang tepat.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode lapangan. Metode pengumpulan data lapangan merupakan cara memindahkan data yang ada di lapangan ke atas meja peneliti (Ratna, 2010, p. 189). Data-data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah atau dikelompokkan sesuai tujuan penelitian. Data yang digunakan yaitu tulisan pada papan nama toko, tulisan pada papan nama perumahan, dan tulisan pada papan nama hotel di Kota Ambon. Peneliti akan memilih sampel nama-nama toko, perumahan, dan hotel secara acak.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu merekam dan mencatat. Peneliti akan merekam foto papan-papan nama toko, perumahan dan hotel yang ada di Kota Ambon. Selanjutnya, tulisan-tulisan yang terdapat pada foto-foto tersebut kemudian dicatat dan dikelompokkan sesuai permasalahan yang dianalisis.

Langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, pada awalnya peneliti mengambil gambar papan-papan nama toko, perumahan, dan hotel yang ada di Kota Ambon. Berdasarkan gambar-gambar tersebut, peneliti dapat menyimpulkan fenomena penggunaan bahasa Indonesia. Setelah melihat fenomena yang terjadi, kata-kata yang terdapat pada gambar papan-papan nama toko, perumahan, dan hotel di

(7)

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

289 Kota Ambon dianalisis berdasarkan teori

kaidah kebahasaan.

Setelah menganalisis dan menginterpretasi data, peneliti dapat menarik simpulan. Simpulan yang ditarik berdasarkan permasalahan yang telah dibahas

PEMBAHASAN

Kondisi penggunaan bahasa pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon dapat terlihat dari foto-foto hasil pamantauan yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti memaparkan beberapa contoh foto yang telah diambil di lapangan. Foto-foto tersebut berisi terdiri atas foto papan-papan nama pertokoan, perhotelan, dan perumahan di Kota Ambon.

Foto-foto tersebut diambil di berbagai wilayah di Kota Ambon. Situasi penggunaan bahasa di Kota Ambon sangat bervariasi. Pusat-pusat pertokoan lama terletak di bagian tengah kota, sedangkan pertokoan-pertokoan baru tersebar di berbagai wilayah di Kota Ambon. Hal tersebut berlaku pada perumahan dan hotel.

Gambar 1

Contoh Penggunaan Bahasa pada Papan Nama Toko

Pada gambar di atas, diketahui bahwa terdapat toko-toko yang menggunaan kosakata bahasa Indonesia dan kosakata bahasa asing pada papan namanya. Kosakata yang digunakan juga mengikuti struktur bahasa Indonesia dan asing. Mekipun demikian, terlihat bahwa desain yang digunakan pada papan nama toko-toko lama kurang menarik dibandingkan pada desain nama pada papan nama toko yang menggunakan kosakata bahasa asing.

Berdasarkan hasil pemantauan, peneliti berkesimpulan bahwa penggunaan istilah asing pada papan nama toko di Kota Ambon masih bisa dikendalikan. Hal tersebut dikarenakan masih banyak terdapat pusat pertokoan lama yang masih menggunakan kosakata bahasa Indonesia. Pusat pertokoan tersebut masih mempertahankan nama bahasa Indonesia dengan baik. Meskipun terletak di wilayah-wilayah yang strategis di Kota Ambon, pusat-pusat pertokoan tersebut memiliki bentuk bangunan yang sudah kuno.

Berbeda dengan toko-toko lama, toko-toko yang baru dibangun lebih menggunakan kosakata bahasa asing. Toko-toko tersebut juga didesain dengan lebih baik, agar para pengunjung lebih nyaman berbelanja.

(8)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

290

Gambar 2

Contoh Penggunaan Bahasa pada Papan Nama Perumahan

Pada gambar 2 diketahui bahwa nama-nama perumahan di Kota Ambon mayoritas menggunakan kosakata bahasa asing. Para pembangun perumahan saat ini, lebih memilih menggunakan kosakata bahasa asing dibandingkan kosakata bahasa Indonesia. Memang terdapat perumahan-perumahan yang menggunakan kosakata bahasa Indonesia, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Perumahan yang menggunakan kosakata bahasa Indonesia biasanya dibangun oleh pemerintah.

Penamaan perumahan baru yang menggunakan kosakata bahasa asing harus segera dikendalikan. Hal tersebut bertujuan agar nantinya Kota Ambon tidak dipenuhi

dengan nama perumahan-perumahan berbahasa asing.

Gambar 3

Contoh Penggunaan Bahasa pada Papan Nama Hotel

Gambar 3 merupakan contoh penggunaan bahasa pada papan nama hotel. Papan nama hotel di Kota Ambon mayoritas menggunakan istilah asing. Penggunaan kosakata bahasa asing dianggap lebih menjual, dibandingkan menggunakan kosakata bahasa Indonesia. Hotel-hotel yang menggunakan struktur bahasa Indonesia biasanya merupakan hotel lama.

Hotel-hotel baru yang bermunculan biasanya memiliki bangunan yang lebih modern. Selain itu, hotel-hotel baru juga

(9)

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

291 sering menawarkan layanan khusus yang

menjadi daya tarik bagi para pengguna jasa. Penataan penggunaan bahasa pada papan-papan nama toko, perumahan, dan hotel harus dilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran berbahasa bagi para pemilik usaha.

Penerapan kaidah kebahasaan yang akan dibahasa pada penelitian ini yaitu penerapan konsep diterangkan (D) – menerangkan (M). Berikut ini akan dikemukakan contoh pemakaian bahasa Indonesia pada penamaan toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon.

Tabel 1

Pemakaian Bahasa pada Papan Nama Toko

No Nama Toko Inti Pola

1 Diva Bridal Spa Spa M – D

2 Maluku City Mall Mal M – D

3 Plaza Ambon Plaza D – M 4 Swalayan Oasis Swalayan D – M

5 Pasar Nania Pasar D – M 6 Imperial Resto Resto M – D 7 Ambon Manise

Square

Square M – D

8 Toko Biam Toko D – M 9 Toko Emas

Sulawesi

Toko Emas

D – M

10 Farmers Market Market M – D

11 Coto Anda Coto D – M 12 Fris Fresh Market Market M – D

13 Super Mart Mart M – D 14 Toko Hidayah Toko D – M

15 Super Mart Mart M – D 16 Food Mart Mart M – D 17 Toko Meter Toko D – M 18 Jang Sombong Ale

Cellular

Cellular M – D

19 Dapor Kole-Kole Dapor D – M 20 Big Star Cellular Cellular M – D

Pada tabel 1 diketahui penggunaan pola M – D lebih banyak dibandingkan pola D – M. Papan nama toko yang menggunakan pola M – D yaitu toko-toko yang menggunakan kosakata asing. Sedangkan nama toko yang menggunakan pola D – M merupakan toko-toko yang menggunakan kosakata dalam bahasa Indonesia. Salah satu contoh nama toko yang menggunakan pola M – D padahal menggunakan kosakata bahasa Indonesia, yaitu Imperial Resto. Kata resto merupakan penggalan kata restoran. Oleh karena itu, penulisan yang benar yaitu Resto Imperial.

Terdapat satu nama pusat pertokoan yang penulisannya sudah benar, tetapi masyarakat Kota Ambon lebih memilih menyebutnya dengan pola bahasa asing. pusat pertokoan itu yaitu Plaza Ambon. Pusat pertokoan tersebut merupakan salah satu pertokoan yang sangat dikenal di Kota Ambon, namun masyarakat lebih memilih menyebutnya dengan Ambon Plaza.

Penamaan toko dengan

menggunakan kosakata bahasa daerah juga terjadi Kota Ambon. Salah satu contohnya yaitu nama toko Jang Sombong Ale Cellular. Pemilihan kosakata bahasa daerah pada penamaan toko merupakan suatu hal yang perlu diapresiasi. Hal tersebut dikarenakan dapat memperkenalkan kosakata-kosakata bahasa daerah setempat kepada masyarakat luas. Namun sayangnya, pemilihan kosakata bahasa daerah masih dilekatkan dengan kosakata bahasa asing. Penambahan kata cell menunjukkan pemilik toko masih belum

(10)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

292

percaya diri menggunakan kosakata bahasa daerah pada penamaan tokonya.

Toko lainnya yang menggunakan kosakata bahasa daerah yaitu Dapor Kole-Kole. Toko tersebut merupakan salah satu rumah makan di Kota Ambon. Meskipun menggunakan kosakata bahasa daerah, nama tersebut telah menerapkan dengan tepat pola bahasa Indonesia (D – M).

Toko-toko yang menggunakan pola D – M pada papan namanya merupakan toko-toko lama. Toko-toko tersebut mayoritas dibangun sebelum tahun 2000. Toko-toko tersebut memiliki bangunan yang kurang menarik. Toko-toko yang namanya berpola M – D merupakan toko-toko yang baru dibangun, serta paling sering dikunjungi oleh masyarakat.

Tabel 2

Pemakaian Bahasa pada Papan Nama Perumahan No Nama Perumahan Inti Pola 1 Royal Kingdom Residance Residance M – D

2 Bliss Village Village M – D

3 BTN Kanawa BTN D – M 4 Perumahan Taman Passo Indah Perumahan D – M 5 Pesona alam estate estate M – D

6 Citra Land Land M – D 7 BTN Kebun Cengke BTN D – M 8 Aimar Permata Regency Regency M – D 9 Villa Indah Passo Villa D – M 10 The Orchard Townhouse Townhouse M – D

Tabel 2 berisi contoh pemakaian bahasa pada papan nama perumahan di Kota Ambon. Penggunaan papan nama yang berpola M – D lebih banyak bila dibandignkan dengan yang berpola D – M. Perumahan-perumahan yang dibangun menggunakan kosakata bahasa asing merupakan perumahan-perumahan milik swasta. Sedangkan perumahan-perumahan yang menggunakan kosakata bahasa Indonesia merupakan perumahan-perumahan yang dibangun oleh pemerintah daerah, sehingga berlokasi di tempat-tempat yang lebih strategis, namun kini padat penduduk. Dari segi harga jual, perumahan-perumahan yang dibangun oleh pihak swasta lebih mahal dibandingkan perumahan-perumahan yang dibangun oleh pemerintah daerah.

Tabel 3

Pemakaian Bahasa pada Papan Nama Hotel

No Nama Hotel Inti Pola

1 The Natsepa Resort

Resort M – D

2 Marina Hotel Hotel M – D

3 Hotel Amans Hotel D – M

4 Hotel Wijaya Hotel D – M

5 Golden Palace Hotel

Hotel M – D

6 Everbright Hotel Hotel M – D

(11)

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

293 8 Biz Hotel Hotel M – D

9 Amaris Hotel Hotel M – D

10 Hotel Santika Hotel D – M

11 Hotel Cemerlang Hotel D – M

12 Pasific Hotel Hotel M – D

13 New Mulia Guest House

Guest House

M – D

14 Green House House M – D

15 Penginapan Rejeki

Penginapan D – M

Tabel 3 berisi contoh pola penamaan hotel di Kota Ambon. Pada tabel tersebut diketahui bahwa hotel-hotel yang menggunakan pola bahasa asing (M – D) lebih banyak dibandingkan yang menggunakan pola bahasa Indonesia (D – M). Hotel-hotel yang menggunakan pola bahasa asing mayoritas merupakan hotel yang baru dibangun di Kota Ambon. Sedangkan hotel-hotel yang menggunakan pola bahasa Indonesia mayoritas merupakan hotel lama.

Terdapat satu hotel yang baru dibangun di Kota Ambon, yaitu hotel santika, yang tetap menggunakan pola bahasa Indonesia. Hotel Santika Ambon merupakan salah satu cabang dari hotel-hotel Santika yang ada di seluruh Indosenia. Semua hotel santika yang ada di seluruh Indonesia tetap menggunakan pola (D – M) dalam penamaannya.

Hotel-hotel yang baru dibangun umumnya memiliki bangunan yang lebih menarik dibandingkan hotel-hotel lama. Hotel-hotel baru juga memiliki fasilitas yang

lebih menarik dibandingkan hotel-hotel lama.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti menarik simpulan bahwa kondisi penggunaan bahasa pada papan nama toko di Kota Ambon masih dapat dikendalikan. Di Kota Ambon masih banyak terdapat toko-toko yang menggunakan kosakata bahasa Indonesia pada papan-papan namanya. Meskipun demikian, toko-toko yang menggunakan kosakata bahasa Indonesia merupakan toko-toko yang telah lama beroperasi di Kota Ambon. Toko-toko tersebut juga terletak di lingkungan pertokoan lama.

Toko-toko yang menggunakan kosakata bahasa asing, pada umumnya merupakan pusat perbelanjaan yang baru dibangun. Walaupun jumlahnya masih sedikit, namun toko-toko tersebut sering dikunjungi oleh masyarakat Kota Ambon.

Kondisi penggunaan bahasa Indonesia pada penamaan wilayah perumahan mulai menunjukkan tren perubahan ke bahasa asing. Perumahan-perumahan lama masih menggunakan kosakata bahasa Indonesia, namun wilayah perumahan baru mulai menggunakan kosakata bahasa asing.

Hal serupa juga terjadi pada penggunaan bahasa pada papan nama hotel di Kota Ambon. Hotel-hotel yang baru dibangun, mayoritas, menggunakan kosakata bahasa asing, sedangkan hotel-hotel lama masih menggunakan kosakata bahasa Indonesia.

Jika dilihat trendnya, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh bahasa asing di Kota Ambon mulai menunjukkan peningkatan. Hal tersebut semestinya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah dalam mengendalikan penggunaan bahasa asing di ruang publik. Pemerintah daerah semestinya memberikan perhatian khusus pada masalah tersebut dengan membuat regulasi khusus yang berhubungan dengan aturan pengutamaan penggunaan

(12)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

294

bahasa negara pada penamaan toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon.

Penerapan kaidah kebahasaan pada papan-papan nama toko di Kota Ambon menunjukkan peningkatan pemakaian pola M–D (pola bahasa asing). Pola tersebut berhubungan dengan pemilihan kosakata bahasa asing pada papan-papan nama toko. Meskipun demikian, peneliti juga menemukan toko-toko yang menggunakan kosakata bahasa Indonesia, namun tetap menggunakan pola M – D. hal tersebut menunjukkan tingkat pemahaman pemilik toko terhadap kaidah bahasa Indonesia masih minim. Penulis juga menemukan penamaan toko yang polanya menggunakan bahasa Indonesia (D–M), tetapi masyarakat lebih suka menyebutnya dengan pola bahasa asing (M – D).

Penerapan kaidah bahasa asing pada papan nama perumahan juga mulai terjadi peningkatan. Perumahan-perumahan yang baru di bangun, semuanya menggunakan pola bahasa asing. Perumahan-perumahan lama pada umumnya masih menggunakan pola D – M.

Meskipun perumahan lama berlokasi di tempat-tempat yang strategis, namun penamaan perumahan-perumahan baru yang menggunakan kosakata bahasa asing harus segera dikendalikan. Jumlah perumahan baru setiap tahun mengalami penambahan. Hal tersebut menyebabkan penggunaan pola bahasa asing (M – D) pada papan-papan nama perumahan semakin meningkat.

Penerapan kaidah kebahasaan pada papan nama hotel sangat memprihatinkan. Banyak hotel-hotel besar di Kota Ambon yang menggunakan pola M – D pada papan namanya. Hotel-hotel kecil dan lama masih menggunakan pola D – M.

Kesalahan penggunaan kaidah yang terjadi pada papan nama toko, perumahan, dan hotel menunjukkan kurangnya pemahaman para pemilik usaha dalam menerapkan Undang-Undang nomor 24 Tahun 2009. Pemahaman tentang

pengutamaan bahasa negara juga masih minim.

Ketidakpedulian para pengusaha pada pengutamaan bahasa negara di ruang publik memicu terjadinya kesalahan penggunaan kaidah. Jika para pengusaha memilih untuk menggunakan kosakata bahasa asing, maka struktur bahasa juga akan menjadi berstruktur bahasa asing.

Penamaan tempat usaha dengan menggunakan kosakata bahasa daerah di Kota Ambon masih jarang ditemukan. Para pemilik tempat usaha masih jarang melirik kosakata bahasa daerah dibandingkan kosakata bahasa asing dan Indonesia dalam penamaan tempat usaha. Padahal penggunaan kosakata bahasa daerah merupakan hal yang unik dan dapat menunjukkan ciri kedaerahan.

Pemakaian kosakata bahasa daerah pada nama tempat usaha dianggap dapat menurunkan jumlah pendapatan. Namun hal tersebut tidaklah terbukti. Terdapat toko-toko yang menggunakan kosakata bahasa daerah pada penamaannya, tetap memiliki pemasukan dan pelanggan yang banyak. Hal tersebut dikarenakan barang-barang yang dijual memiliki kulaitas yang baik, sehingga para pelanggan percaya untuk berbelanja di toko tersebut.

Peran pemerintah pusat dan daerah sangat dibutuhkan dalam hal pengendalian penggunaan bahasa di ruang publik. Hal tersebut dikarenakan pemilihan penggunaan bahasa di ruang publik merupakan salah satu bentuk cerminan jati diri bangsa. Pihak pemerintah dapat membuat aturan khusus yang mengatur penamaan tempat usaha. Agar para pengusaha lebih mengutamakan penggunaan kosakata bahasa Indonesia pada tempat-tempat usahanya.

Pengendalian penggunaan bahasa asing di ruang publik harus segera diterapkan. Pembangunan pusat pertokoan, perhotelan dan perumahan di Kota Ambon semakin marak. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah preventif agar penggunaan istilah asing pada

(13)

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

295 papan-papan nama di pusat-pusat pertokoan,

perhotelan, dan perumahan dapat dibatasi. Penerapan aturan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik harus segera dilakukan agar ruang-ruang publik di Kota Ambon tidak dipenuhi dengan tulisan-tulisan dalam bahasa asing. Pengendalian tersebut harus menjadi tanggung jawab bersama. Pihak pemerintah daerah harus mengeluarkan atuan-aturan yang mengatur penggunaan bahasa di ruang publik. Masyarakat juga harus berperan aktif dalam memartabatkan penggunaan bahasa negara di ruang publik.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Z. & S. A. T. (2006). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.

Arifin, E. Z. S. M. dkk. (2017). Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada Era Teknologi Informasi. (J. H. Matanggui, Ed.). Tangerang: Pustaka Mandiri. Bahasa, B. P. dan P. Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (2011). Indonesia.

Bank, I. (2010). Kajan Ekonomi Regional Provinsi Maluku. Ambon.

Dasuki, S. (2015). Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Ruang Publik di Kota Surakarta. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia (pp. 255–266). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Retrieved from http://hdl.handle.net/11617/6369 Hasan, N. H. (2019). KETERKENDALIAN

PENGGUNAAN BAHASA

INDONESIA PADA “MEDIA LUAR

RUANG” DI KOTA AMBON.

Totobuang, 7(2), 247--260.

Kurniawati, W. (2018). Variasi Bahasa di Ruang Publik sebagai Industri Kreatif di Era Revolusi Industri 4.0. In M. Dkk (Ed.), Prosiding Seminar dan Lokakarya Pengutamaan Bahasa Negara. Lanskap Bahasa Ruang Publik: Dimensi Bahasa, Sejarah, dan Hukum (pp. 509--532). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Moleong, L. J. (2014). Metodologi

Penelitian Kualitatif (Tiga puluh). Bandung: Rosda.

Murniah, D. (2018). Ruang Publik Sarana Belajar Bahasa Indonesia. In Kongres Bahasa Indonesia XI 2018. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Retrieved from http://118.98.228.113/kbi_back/file/dok umen_makalah/dokumen_makalah_154 0351921.pdf

Nasir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Qodratillah, M. T. (2016). Tata Istilah. Jakarta: Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ratna, N. K. (2010). Metodologi Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sasangka, S. S. T. W. (2018). Gapura Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Elmatera.

Suhendar, H. M. E. ; dkk. (1997). Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(14)

Gambar

Tabel  2  berisi  contoh  pemakaian  bahasa pada papan nama perumahan di Kota  Ambon.  Penggunaan  papan  nama  yang  berpola  M  –  D  lebih  banyak  bila  dibandignkan  dengan  yang  berpola  D  –  M
Tabel 3 berisi contoh pola penamaan  hotel  di  Kota  Ambon.  Pada  tabel  tersebut  diketahui  bahwa  hotel-hotel  yang  menggunakan  pola  bahasa  asing  (M  –  D)  lebih  banyak  dibandingkan  yang  menggunakan  pola  bahasa  Indonesia  (D  –  M)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi: (1) Penyebaran angket pada peserta pelatihan melalui aplikasi Google Form, tujuannya untuk melihat pemahaman peserta pelatihan

PR yang sangat besar bagi kita sekarang adalah mendidik, membina mereka terutama dalam bimbingan agama, tanamkan sedini mungkin kecintaan terhadap agama melalui ajaran-ajaran

Pompa jenis ini rotor berupa impeler yang diputar oleh penggerak mula, menyebabkan cairan yang ada di dalam pompa ikut berputar karena dorongan sudu-sudu,

Penelitian ini mengkaji tentang hubungan kekerabatan bahasa Ambai, Ansus, dan Serui Laut yang dituturkan oleh masyarakat di Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Ketiga

Krisis lain yang dapat menimpa suatu keluarga adalah bila ada perbenturan nilai antar anggota keluarga atau antar generasi, misalnya antara orangtua sebagai

Membuat kartu undangan pernikahan menggunakan MS Word 2016 sangatlah mudah karena menyediakan template yang bisa didownload secara cepat dan dengan penampilan

d) Lampiran perjanjian kerjasama berupa penetapan limit akseptasi ditiadakan. Setelah itu dengan mempertimbangkan bahwa BNI telah melakukan perubahan sehingga membuat

Beberapa usaha untuk menghadapi kenakalan anak-anak yaitu dengan cara pendidikan agama harus berawal dari rumah,orangtua harus mengerti dasar-dasar pendidikan dimana